BAB III PENUTUP. Terwujudnya Kepastian Hukum Bagi Pekerja pada hakekatnya belum bejalan

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI NO. 17 TH 2005

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2012, No.707.

h: 1/12

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

Influencing Factor Determination of Fee and Prediksi UMP Provinsi of Bangka Belitung Archipelago Year 2008

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar

BERITA RESMI STATISTIK

BAB III PENUTUP. terhadap Upah pekerja/buruh di Kebon Hotspot Cafe belum diberikan oleh pihak

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil setelah dilakukannya penelitian maka dapat disimpulkan, antara lain :

BERITA RESMI STATISTIK

BAB II KEADAAN UMUM PENGUPAHAN DI INDONESIA DAN TINJAUAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NO.78 TAHUN 2015


BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN JUNI 2016 INFLASI 0,51 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI


GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 65 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN (INFLASI/DEFLASI) KOTA TEMBILAHAN DESEMBER 2016 INFLASI 0,02 PERSEN

Inflasi tingkat Nasional sebesar 0,39 persen dengan inflasi tahun kalender 1,67 persen, dan inflasi year on year

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

BATAN PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 191/KA/XI/2010 TENTANG BIAYA DINAS LAPANGAN DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

No. 01/05/3326/Th. IV, 02 Mei 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI: KABUPATEN PEKALONGAN BULAN MEI 2016 INFLASI SEBESAR 0,33 PERSEN

BERITA RESMI STATISTIK

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA DINAS LAPANGAN DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat diambil kesimpulan bahwa Peran Dinas Tenaga Kerja Dan

BAB II LANDASAN TEORI

BERITA RESMI STATISTIK

KOTA METRO BULAN FEBRUARI 2017 INFLASI SEBESAR 0,28 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

: 1. Menimbang : a. fahwa komponen dan pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA PROBOLINGGO BULAN AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

\\

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN

42 Kebutuhan Hidup Layak dan Pengaruhnya terhadap Penetapan Upah Minimum Provinsi Ditinjau dari Hukum Ketenagakerjaan

BERITA RESMI STATISTIK

MODUL SURVEI PENGUPAHAN NASIONAL 2015 RUMAH DIAH PITALOKA (RDP)

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BERITA RESMI STATISTIK


BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR. PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi Kota Bogor Februari 2017 sebesar 0,34 persen

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN AGUSTUS 2015 INFLASI 0,25 PERSEN

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BAB III PENUTUP. Swalayan 24 Jam tidak sesuai dengan ketentuan undang-undang, pelaksanaan

BAB IV ANALISIS FORMULASI PENENTUAN UPAH MINIMUM KOTA SURABAYA DALAM PERKPEKTIF M{ASLAH}AH

http.//sragenkab.bps.go.id

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BPS KABUPATEN PEMALANG

BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA

BPS KOTA TEGAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,07 PERSEN

Hubungan Industrial. Proses Penentuan Upah, Dewan Pengupahan dan Kebutuhan Hidup Layak. Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA PROBOLINGGO BULAN JANUARI 2017

KOTA METRO BULAN MEI 2017 INFLASI SEBESAR 0,86 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

KOTA METRO BULAN APRIL 2017 DEFLASI SEBESAR 0,17 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

KOTA METRO BULAN JANUARI 2017 INFLASI SEBESAR 0,72 PERSEN

BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA PURWOKERTO

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA PROBOLINGGO BULAN SEPTEMBER 2016

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI JAMBI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN IHK/INFLASI KOTA MANADO

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI: KABUPATEN PEKALONGAN BULAN APRIL 2017 INFLASI SEBESAR 0,19 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

No. 01/04/3326/Th.V, 03 April 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI: KABUPATEN PEKALONGAN BULAN MARET 2017 DEFLASI SEBESAR 0,05 PERSEN

KABUPATEN BANJARNEGARA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI OKTOBER 2014 INFLASI 0,51 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PETUNJUK TEKNIS SURVEI KEBUTUHAN HIDUP LAYAK (KHL) DAN PENTAHAPAN PENCAPAIAN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK (KHL)

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2017 DEFLASI 0,10 PERSEN

PERKEMBANGAN IHK/INFLASI KOTA MANADO

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

Transkripsi:

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Peranan Serikat Buruh/Serikat Pekerja dalam Mencegah Pengaturan Pengupahan yang Tidak Sesuai dengan Kebijakan Pengupahan Pemerintah demi Terwujudnya Kepastian Hukum Bagi Pekerja pada hakekatnya belum bejalan maksimal. Implementasi dari Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan masih terbilang rendah sehingga menyebabkan masih sering terjadi pelanggaran terhadap kebijakan pengupahan yang dilakukan perusahaan. Penyelesaian terhadap pelanggaran kebijakan pengupahan sendiri dirasa belum menyeluruh. Sidang dewan pengupahan yang menetapkan standar kebutuhan hidup layak, cenderung bagai dua mata pisau yang tajam ke bawah tetapi tumpul ke atas hal tersebut disebabkan oleh tumpang tindih peraturan yang disatu sisi memberikan jaminan kepada serikat buruh tetapi disisi lain memberikan lampu hijau bagi pengusaha untuk menagguhkannya. Objektifitas dalam menghukum perusahaan yang membayar upah dibawah upah minimum berdasarkan Undangundang Nomor 13 tahun 2003 yang berlaku masih rendah apabila melihat apa yang terjadi sekarang ini. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 telah berfungsi dan belum maksimal dalam meminimalisir pelanggaran terhadap kebijakan pengupahan yang terjadi melalui rapat dewan pengupahan provinsi juga kurang optimal dalam mencegah penyalahgunaan keputusan menteri 231/men/2003 tanggal 31 oktober 2003 tentang tata cara penangguhan upah minimum, 70

mengingat banyak sekali penyalahgunaan terhadap peraturan tersebut untuk menghindar dari ketentuan Upah Minimum Provinsi. Kebijakan Pengupahan yang telah berfungsi secara terstruktur melalui pengawasan internal yang dilakukan serikat buruh dan eksternal yang dilakukan pemerintah akan lebih berfungsi apabila disandingkan dengan peningkatan kesadaran pengusaha akan kebutuhan hidup layak para pekerjanya demi perbaikan kesejahteraan hidup pekerja. B. Saran 1. Pemerintah melalui Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi sudah seharusnya mempercepat reformasi mereka dengan meminimalkan pelanggaran-pelanggaran kebijakan pengupahan atau UMP tiap provinsi yang selalu menjadi penyebab hilangnya keadilan bagi pekerja dinegara ini. 2. Kementrian tenaga kerja dan transmigrasi hendaknya mengevaluasi tumpang tindih peraturan yang membuat posisi serikat buruh dalam andilnya didalam penetapan kebijakaan pengupahan menjadi terjebit. 3. Pemerintah sudah seharusnya bertindak objektif terhadap setiap pelanggaran dan tidak takut pada siapapun termasuk pengusaha dalam melaksanakan sanksi atas terjadinya pelanggaran terhadap kebijakan pengupahan yang dilakukan pengusaha. 4. Penangguhan pelaksanaan kebijakan pengupahan harus diseleksi secara ketat oleh pemerintah melalui dinas tenaga kerja dan transmigrasidan melibatkan serikat buruh karena akan sangat berpengaruh terhadap esensi- 71

esensi hak hidup buruh tersebut yang akan dikurangi melalui penangguhan pelaksanaan kebijakan pengupahan tersebut. 5. Pemerintah juga seharusnya meningkatkan kestabilan ekonomi agar mencegah terjadinya keinginan-keinginan untuk menekan kebutuhan hidup layak para buruhdengan alasan kemampuan financial dan keadaan ekonomi. 6. Hendaknya pemerintah mengevaluasi lama atau jangka waktu penangguhan pelaksanaan UMP seperti yang terdapat dalam Kepmenaketrans No.231 tahun 2003 dari 12 bulan menjadi sekurangkurangnya 3 bulan. 72

DAFTAR PUSTAKA Buku : Triyanto Joko, Hubungan Kerja Perusahaan Jasa Konstruksi, CV. Mandar Maju, Jakarta 2004 Budiono R Abdul, Hukum Perburuhan, PT. Indeks, Jakarta, 2009 Rusli Hardidjan, Hukum Ketenagakerjaan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2011 Kartasapoetra R.G, Hukum Perburuhan Indonesia Berlandaskan Pancasila, PT.Bina Aksara, 1986 Soepomo Imam,Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, PT. Rindang Mukti, Jakarta, 1975 Koestandi Abbas, Hukum Perburuhan Pancasila Bidang pelaksanaan Hubungan Kerja, Armico, Bandung, 1983 Murtopo Ali, Buruh dan Tani dalam Pembangunan, PT.AKA, Jakarta, 1975 Suhrawardi K. Lubis, S.H. Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika Offset, 2006 Pokok - Pokok Pikiran YLBHI, Reformasi Politik Perburuhan Nasional, YLBHI, 1998 Stephan Alfred, The State and Society: Peru in Corporative, Prince ton University Press, 1978 Hadi R Veri, Buruh dalam Penataan Politik Awal Orde Baru, Prisma, Jakarta, 1996 Prints Darwan, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000. KartasapoetraG dan Rience.G.Widyaningsih.Pokok-pokok Hukum Perburuhan, Armico, Bandung, 1986 DjumialdjiF.X S.H.M.Hum. Perjanjian Kerja Edisi Revisi, Sinar Grafika, 2005 Kosidin Koko. Perjanjian Kerja, Perjanjian Perburuhan, dan peraturan Perusahaan, mandar maju, Bandung, 1999 73

Rood.Hukum Perburuhan (bahan penataran), fakultas hukum, Universitas padjadjaran bandung, 1989 Peraturan Perundang-undangan: Pasal 28 D Ayat (2) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Buruh/Serikat Pekerja. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2005 tentang Komponen dan Tahapan Pencapaian pelaksanaan Hidup Layak Website: http://www.co.u/indonesia/berita_indonesia.mayday.shtml http://www.kamusbahasaindonesiaonline.org http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=130375 http://www.masbied.com/2011/04/04/tinjauan-umum-tentang-tenaga-kerja-diindonesia-berdasarkan-uu-perburuhan/#more-9192 eprints.undip.ac.id/15631/1/i_dewa_rai_astawa.pdf migrantcare.net 74

http://indah.web.id/m/news-read/411682/ratusan-buruh-rokok-demo-tuntut-upahlayak http://www.seruu.com/kota/regional/artikel/upah-dibayar-dibawah-umr-1200- buruh-drydock-batam-gelar-mogok-kerja http://www.gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/serikat-pekerja http://ppmi-upawafer.wen.ru/page/c.html http://infogsbi.blogspot.com/2010/02/apa-itu-serikat-buruh-dan-untuk-apa.html 75

Lampiran 1 KOMPONEN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK UNTUK PEKERJA LAJANG DALAM SEBULAN DENGAN 3000 KALORI PERHARI BERDASARKAN LAMPIRAN PERATURAN MENTRI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR 17 TAHUN 2005 No. Komponen Kualitas Satuan Harga Sebulan Kebutuhan Satuan I. Makanan dan Minuman 1. Beras Sedang 10.00 Kg 2. Sumber Protein: a. Daging b. Ikan Sedang 0,75 Kg c. Telur Baik 1,20 Kg Telur Ras 1,00 Kg 3. Kacang-kacangan Baik 4,50 Kg (tempe/tahu) 4.Susu Sedang 0,90 Kg 5.Gula Pasir Sedang 3,00 Kg 6.Minyak Goreng Curah 2,00 Kg 7. Sayuran Baik 7,20 Kg 8. Buah Baik 7,50 Kg 9.Karbohidrat Lain Sedang 3,00 Kg 10. Teh atau Kopi Celup atau 1,00 Dus isi Sachet 4,00 25 75 gram 11. Bumbu Nilai 1 sd 15,00 % 10 76

II. Sandang 12.Celana Panjang/Rok Katun Sedang 6/12 Potong 13.Kemeja Pendek Lengan Setara Katun 6/12 Potong 14.Kaos Oblong/Bh Sedang 6/12 Potong 15.Celana Dalam Sedang 6/12 Potong 16.Sarung/Kain Sedang 1/12 Helai Panjang 17. Sepatu Kulit sintetis 2/12 Pasang 18. Sendal Jepit Karet 2/12 Pasang 19. Handuk 1/12 Potong 20.Perlengkapan Ibadah Sajadah/Muk enah 1/12 Paket III Perumahan 21. Sewa Rumah 1,00 1 bulan 22. Tempat tidur 1/48 Buah 23. Kasur Bantal 1/48 Buah 24. Seprei 2/12 Set 25. Meja dan Kursi 1/48 Buah 26. Lemari Pakaian 1/48 Buah 27. Sapu 2/12 Buah 77

28. Perlengkapan 3/12 Buah makan a.piring b.gelas c.sendok 29. ceret alumunium 3/12 Pasang 30. wajan alumunium 3/12 Buah 31. Panci aluminium 1/24 Buah 32. sendok masak 1/24 Buah 33. Kompor minyak 2/12 Buah tanah 34. ember plasti 1/12 Liter 35. Listrik 1/24 Buah 36. bohlam 10.00 Buah 37. Air Bersih 2,00 Meter kubik 38. Sabun Cuci 1.50 Kg IV Pendidikan 39. bacaan Tabloid 4 atau1/48 Eks atau buah V Kesehatan 40. Sarana Kesehatan: a.pasta Gigi b.sabun Mandi 80 gram 80 gram 78

c.sikat Gigi d.shampo e.alat Cukur atau Pembalut Produk Lokal Prodak Lokal Isi 10 41. obat anti nyamuk Bakar 42. potong rambut Tukang Cukur VI Transportasi 43.Angkutan Kerja Transportasi umum 30.00 PP VII Rekreasi dan Tabungan 44. Rekreasi Daerah 2/12 Kali 45. Tabungan 2% dari dari (nilai 1 s.d 45) (I+II+III+IV+ V+VI+VII) http://fspmiptbi.org/peran-serikat-pekerja 79