KRANGKA PENDEKATAN TEORI. hukum yang mensinergikan kegiatan bisnis dengan pemberdayaan masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. BUMN sebagai salah satu badan hukum publik yang bergerak di sektor

BAB III PENUTUP 3.1. KESIMPULAN

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PERSEROAN TERBATAS (PT) LAMPUNG JASA UTAMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

B A B I PENDAHULUAN. penunjang antara lain tatanan hukum yang mendorong, menggerakkan dan mengendalikan

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

BUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURANDAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIKDAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL, KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PERUSAHAAN

P E R A T U R A N D A E R A H

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 9 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2010 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN P.T. BEKASI PUTERA JAYA

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

PENDAHULUAN Latar Belakang

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI

Transpormasi kelembagaan tani menjadi Kelembagaan Ekonomi Petani tidak terelakkan lagi, sejalan dengan tuntunan untuk melakukan penguatan organisasi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG,

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk

PERSEPSI PETANI TERHADAP PERAN KELEMBAGAAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI DI KECAMATAN KERUMUTAN KABUPATEN PELALAWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERSEROAN TERBATAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 12 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI PT TRIKOMSEL OKE Tbk.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. profesional agar tidak tergeser oleh pesaing di sektor serupa.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

WALIKOTA LUBUKLINGGAU PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL KEPADA BUMD PT PERDANA MULTIGUNA SARANA BANDUNG BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

PERATURAN DESA NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) JAMBEWANGI MAKMUR PEMERINTAH DESA JAMBEWANGI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PENDAHULUAN Latar Belakang

NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

PROVINS! JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2016 TENT ANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN PT. PEMBANGUNAN PRASARANA SUMATERA UTARA

PERSEROAN TERBATAS. Copyright by dhoni yusra. copyright by dhoni yusra 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA

PIAGAM DIREKSI PT SINAR MAS AGRO RESOURCES AND TECHNOLOGY Tbk.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

I. PENDAHULUAN. kemampuan dan keahlian masing-masing serta cara yang berbeda-beda dalam

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk

Visi dan Misi Provinsi Sulawesi Selatan Visi Sulawesi Selatan sebagaimana telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan

Kapita Selekta Ilmu Sosial

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2007 NOMOR 10 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2007

Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang.

2016, No Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar N

PEDOMAN KERJA DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

Transkripsi:

II. KRANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Badan Usaha Milik Petani (BUMP) Menurut Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (2012) Badan Usaha Milik Petani (BUMP) merupakan kelembagaan ekonomi berbadan hukum yang mensinergikan kegiatan bisnis dengan pemberdayaan masyarakat tani yang dijalankan secara korporasi yang berorientasi keuntungan untuk mendorong kemandirian petani. Sedangkan meurut Waluyo (2012) Badan Usaha Milik Petani (BUMP) merupakan sebuah inovasi kelembagaan, berbentuk perseroan, tetapi dalam operasionalisasinya merupakan hybrid dari Lembaga Bisnis dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa BUMP pada hakekatnya merupakan sebuah inovasi dari kelembagaan ekonomi petani yang berbadan hukum perseroan dan merupakan hybrid dari Lembaga Bisnis dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. BUMP berbadan hukum perseroan terbatas menurut Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (2012) diartikan sebagai wadah petani yang didirikan berdasarkan perjanjian dan berbadan hukum untuk menjalankan usaha pertanian secara korporasi dalam bentuk perusahaan dengan modal dasar yang terbagi dalam saham sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam undangundang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT). Konsep BUMP sebagai hybrid dari lembaga bisnis dan lembaga pemberdayaan menurut Waluyo (2012) BUMP tidak hanya mengejar keuntungan 1

2 dalam setiap kegiatannya, akan tetapi justru lebih mementingkan kegiatan pemberdayaan masyarakat utamanya pelaku usaha (petani). Sebagai lembaga usaha, BUMP sejatinya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan usahanya. Hanya saja dalam setiap kegiatan usahanya dapat dijadikan sebuah proses pembelajaran bagi petani. Kemudian konsep tersebut dirumuskan dalam Anggaran Dasar yang mengatur tentang keterlibatan petani dalam kepemilikan saham BUMP, ragam kegiatan BUMP, pelaksanaan tanggungjawab sosial dan lingkungan (CSR) BUMP dan Mitra-bisnis BUMP dan pemanfaatan keuntungan BUMP. a. Modal Sebagai sebuah lembaga ekonomi, BUMP memiliki modal, kepengurusan dan kegiatan yang diusahakan. Sebagai sebuah berbadan hukum perseroan terbatas, BUMP memiliki harta kekayaannya sendiri yang terlepas dari harta kekayaan para pendiri, pemegang saham, dan pengurusnya. Harta kekayaan inilah yang menjadi modal dari perseroan. Modal perseroan terdiri dari modal dasar, modal ditempatkan atau dikeluarkan dan modal disetor. Modal dasar perseroan merupakan jumlah modal yang dicantumkan dalam akta pendirian sampai jumlah maksimal bila seluruh saham dikeluarkan. Kemudian paling sedikit 25% dari modal dasar tersebut harus ditempatkan dan disetorkan penuh dalam bentuk lembar saham (Asyhadie, 2012). Menurut Pakpahan, (2009) pemegang saham perusahaan BUMP terdiri dari BUMN, BUMD/Pemda, SWASTA, Kelompok Tani/petani.

3 Menurut Madikanto (2012) sebagai sebuah kelembagaan bisnis yang berbadan hukum perseroan, kepemilikan saham BUMP haruslah dimiliki oleh petani. Setidaknya petani tersebut memiliki komitmen, kompeten, berpengalaman dan keberpihakan kepada upaya pemberdayaan masyarakat(petani) untuk mengembangkan beragam usaha yang dibutuhkan dalam melayani kepentingan masyarakat agar semakin maju dan profesional. Status petani yang diijinkan membeli atau memiliki saham BUMP harus ditunjukan dengan bukti kepemilikan atas lahan pertanian atau dengan surat ijin usaha pertanian. Dengan demikian jumlah saham dapat dimiliki oleh petani yang berminat tidak selalu duwujudkan dengan bentuk uang (fresh money) yang harus disetor, tetapi dapat diperhitungkan dari nilai komitmen, keahlian, nilai aset lahan atau aset yang dimiliki oleh usaha pertanian sebagaimana yang tersebut didalam SUIP-nya. (Madikanto, 2012) b. Organisasi Kepengurusan yang dimiliki badan usaha milik petani sama dengan kepengurusan di perseroan lain. kepengurusan pada perseroan pada umumnya, kepengurusan BUMP juga memiliki struktur yang sama. Hirarki kepengurusan BUMP terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris, dan Direksi.

4 RUPS Komisaris Direksi Meneger Gambar 1. Struktur BUMP Berbadan hukum Perseroan RUPS merupakan adalah organ BUMP yang memiliki kewenangan eksluif yang tidak dimiliki oleh kewenangan Direksi dan Dewan Komisaris. Kewenangan RUPS bentuk dan luasannya diatur oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar Perseroan. Bentuk konkrit dari RUPS sejatinya berupa forum, dimana para pemegang saham memiliki kewenangan untuk memeperoleh keterangan-keterangan terkait BUMP, baik dari Direksi maupun dari Dewan Komisaris. Keterangan tersebut merupakan landasan Bagi RUPS untuk mengambil kebijakan dalam menyusun langkah-langkah setrategis perseroan dan pijakan umum dalam mengambil keputusan sebagai sebuah badan hukum. Dewan Komisaris merupakan dewan yang memiliki tugas untuk melakukan pengawasan dan memberi nasehat kepada direksi. Tugas pengawasan dan pemberian nasehat itu dilakukan oleh Dewan Komisaris derdasarkan Anggaran Dasar Perseroan. Pengawasan yang dilakukan meliputi pengawasan kerja dan

5 pengelolaan BUMP. pengewasan dan nasehat yang dilakukan Dewan Komisaris harus bertujuan untuk kepentingan BUMP. Direksi memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menjalankan pengurusan BUMP. Meskipun kepengurusan yang dijalankan oleh Direksi sesuai dengna kebijakannya sendiri namun harus tetap dalam batas-batas yang ditentukan oleh undang-undang dan Anggaran Dasarnya. Dalam menjalankan tugasnya direksi dapat melakukan perbuatan hukum tertentu atas nama BUMP. Misalnya saja melakukan kerjasama dengan pihak lain terkait penjualan produk atau pengembangan usaha. c. Lingkup Usaha Lingkup kegiatan usaha BUMP dapat meliputi kegiatan on farm, off farm dan non farm. On farm adalah suatu kegiatan pertanian yang produk (usahatani) dilakukan dilahannya sendiri. Kegiatan on farm yaitu meliputi kegiatan budidaya tanaman mulai dari pengolahan tanah sampai dengan panen. Off farm adalah suatu kegiatan yang dilakukan diluar lahan pertanian tetapi masih berkaitan dengan produk usahatani. Kegiatan off farm meliputi penanganan pasca panen, pengolahan hasil dan pemasaran. Kegiatan Non Farm merupakan suatu kegiatan atau usaha yang bukan pertanian tetapi masih termasuk dalam agribisnis. Kegiatan off farm meliputi penyediaan alat-alat pertanian atau penyewaan mesin-mesin pertanian seperti traktor, pompa air dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan perjanjian pada pembentukan badan usaha itu sendiri.

6 2. Persepsi Persepsi dapat diartikan sebagai proses akhir dari pengamatan yang diawali dari proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang hal yang terdapat dalam diri individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2014). Pendapat lain menyatakan bahwa persepsi merupakan penginterpetasian atau penilaian terhadap rangsangan yang diterima oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam individu (Walgito, 2001). Persepsi merupakan proses dimana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka (Robbins & Judge, 2008). Dengan kata lain persepsi adalah cara seseorang memandang atau menanggapi suatu obyek atau peristiwa yang ada di sekitarnya dengan menyimpulkan informasi yang sampai kepadanya. Karena persepsi merupakan suatu proses memahami mengenai hubungan peristiwa-peristiwa atau obyekobyek sosial dengan cara merasakan dan menginterpretasikan lewat pengalamanpengalamannya. Maka persepsi menunjuk pada aktivitas merasakan, menginterpretasikan, dan memahami obyek-obyek fisik maupun sosial seperti suatu lembaga. Agar sebuah persepsi dapat terbentuk maka dibutuhkan adaya syarat timbulnya persepsi. Syarat timbulnya persepsi yakni, adanya objek, adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk megadakan persepsi, adanya alat indra

7 sebagai reseptor penerima stimulus yakni saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak dan dari otak dibawa melalui saraf motoris sebagai alat untuk mengadakan respons (Sunaryo, 2014). Secara umum, terdapat beberapa sifat persepsi, antara lain bahwa persepsi timbul secara spontan pada manusia, yaitu ketika seseorang berhadapan dengan dunia yang penuh dengan rangsangan. Persepsi merupakan sifat paling asli yang merupakan titik tolak perubahan. Dalam mempersepsikan tidak selalu dipersepsikan secara keseluruhan, mungkin cukup hanya diingat. Persepsi tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi atau bergantung pada konteks dan pengalaman (Baiqhaqi, 2005). Terdapat dua macam persepsi, yaitu External Perception dan Self Perception. External Perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu. Self Perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri. Dengan persepsi, individu dapat menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang keadaan diri individu (Sunaryo, 2014). Persepsi yang dimiliki oleh seorang individu terhadap sesuatu akan mempengaruhi tingkah lakunya, dan juga orang lain di sekitarnya. Seperti pada penelitian Baba dkk (2011) terkait hubungan persepsi peternak terhadap penyuluhan ternyata persepsi peternak terhadap penyuluhan berpengaruh positif terhadap tingkat partisipasinya dalam penyuluhan. Semakin baik persepsi mereka terhadap penyuluhan, tingkat partisipasinya semakin tinggi.

8 Persepsi dalam penelitian ini merupakan suatu penilaian subjektif dari anggota dalam menilai lembaga BUMP. Dalam penelitian ini akan mengungkapkan terkait persepsi petani terhadap BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri sebagai kelembagaan ekonomi di Desa Jogonayan. Maksudnya, bagaimana petani memandang BUMP sebagai lembaga ekonomi dilihat dari kelembagaannya, fungsi BUMP, kepemilikan saham, kepengurusan dan kegiatan BUMP. 3. Partisipasi Partisipasi masyarakat dapat didefinisikan sebagai sumbangsih sukarela dari masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, dalam menjalankan program, dimana mereka ikut menikmati manfaat dari program-program tersebut serta melibatkan dalam evaluasi program agar dapat mengangkat tingkat kesejahteraan mereka (Mulyadi, 2009). Sedangkan menurut Madikamto (2013) partisipasi masyarakat pada dasarnya merupakan suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) dalam. Faktor Internal, yaitu yang mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah pendapatan, dan lama tinggal di suatu lingkungan sosial. Faktor Eksternal, meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran, hubungan ini dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu kegiatan jika sambutan pihak pengelola positif dan

9 menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan pelayanan pengelolaan kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut. Waluyo (2012) menjelaskan bahwa partisipasi petani dalam BUMP dapat dilihat dari bentuk partisipasinya. Bentuk dari keterlibatan petani dalam BUMP antara lain kepemilikan saham BUMP, ragam kegiatan BUMP, pelaksanaan tanggungjawab sosial dan lingkungan (CSR) BUMP dan Mitra-bisnis BUMP dan pemanfaatan keuntungan BUMP. Menurut Dusseldorp dalam Mardikanto (2013) Partisipasi masyarakat dapat dilihat dari tingkat kesukarelaannya. Maksud dari tingkat kesukarelaan disi adalah motivasi yang melatarbelakangi masyarakat untuk berpartisipasi. Berikut ini adalah perbedaan partisipasi berdasarkan tingkat kesukarelaannya: a. Partisipasi spontan, yaitu partsipasi yang terbentuk secara spontan dan tumbuh karena motivasi intrinsic berupa pemahaman, penghayatan, atau keyakinannya sendiri, tanpa adanya pengaruh yang diterimanya dari oleh pihak lain. b. Partisipasi terinduksi, yaitu partisipasi yang tumbuh karena terinduksi oleh adanya motivasi ekstrinsik (berupa bujukan, pengaruh, dorongan, penyuluhan) dari luar, meskipun yang bersangkutan tetap memiliki kebebasan penuh untuk berpartisipasi c. Partisipasi tertekan oleh kebiasaan, yaitu partisipasi yang tumbuh karena adanya tekanan yang dirasakan sebagaimana layaknya warga masyarakat

10 pada umumnya, atau partisipasi yang dilakukan untuk mematuhi kebiasaan, nilai-nilai atau norma yang dianut oleh masyarakat setempat. apabila tidak berperan serta khawatir akan tersisih atau terkucilkan oleh masyarakat. d. Partisipasi tertekan oleh alasan sosial ekonomi, yaitu partisipasi yang dilakukan karena takut akan kehilangan status sosial atau menderita kerugian/tidak memperoleh bagian manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan. B. Kerangka Pemikiran Terbentuknya lembada ekonomi petani berupa badan usaha milik petani (BUMP) di Desa Jogonayan merupakan bentuk dari penguatan di sektor pertanian. BUMP sendiri merupakan kelembagaan ekonomi berbadan hukum perseroan yang dimiliki oleh petani. Lembaga ekonomi petani berhukum perseroan akan memiliki kekuatan dimata hukum dalam setiap kerjasama yang dilakukan dengan pihak luar. Dengan demikian diharapkan petani dapat melakukan kerjasama secara sejajar dengan perusahaan lain guna meningkatkan usahanya. Dapat terbentuknya lembaga ekonomi petani berbadan hukum tidak terlepas dari peran pemerintah yang membina petani dan kelompok tani untuk membentuk sebuah lembaga ekonomi milik petani. Pada awalnya pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah menghasilkan sebuah lembaga berupa Kelompok Usaha Bersama (KUB). Kemudian agar petani dapat bekerjasama dengan pihak luar dan memiliki kekuatan dimata hukum dalam setiap kerjasama yang dilakukan dengan pihak luar maka dibentuklah sebuah BUMP.

11 Sebagai Sebuah lembaga ekonomi, BUMP memiliki profil sebagai sebuah lembaga usaha. Profil BUMP sebagai lembaga ekonomi petani dapat dilihat dari sejarah berdirinya BUMP, modal atau aset yang dimiliki serta keorganisasian yang dimiliki oleh BUMP. Lebih lanjut lagi sebagai sebuah lembaga ekonomi petani, BUMP juga memiliki kegiatan usaha yang dilakukan. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh BUMP meliputi kegiatan usaha pembuatan pakan konsetrat, kegiatan usaha pupuk organik, kegiatan usaha sayuran dan kegiatan usaha sapi potong. Adanya lembaga dan kegiatan tersebut maka petani akan memiliki persepsi terhadap BUMP sreta akan ikut berpartisipasi di dalamnya. Persepsi petani yang terbentuk terhadap BUMP mencerminkan bagaimana pandangan dan penilaian petani terhadap BUMP. Dalam penelitian ini akan mengungkapkan terkait persepsi petani terhadap BUMP PT. Merbabu Tunas Mandiri sebagai kelembagaan ekonomi di Desa Jogonayan. Maksudnya, bagaimana petani memandang BUMP sebagai lembaga ekonomi dilihat dari fungsi, manfaat, kepengurusan, permodalan dan kegiatan BUMP. Persepsi yang dimiliki petani pada dasarnya tidak akan terlepas dari latar belakan atau profil anggota dan profil kelompok tani yang tergabung dalam BUMP. Adapun profil petani dapat dilihat diketahui usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan sedangakan profil kelompok meliputi jumlah anggota, status kelompok dan lokasi kelompok. Adanya tindakan yang didasarkan atas persepsi tentang kegiatan yang dilakukan tersebut, akan menimbulkan sebuah perilaku yang nyata untuk

12 berpartisipasi dalam lembaga BUMP. Partisipasi petani dalam BUMP dapat dikatagorikan berdasarkan bentuk partisipasi petani dan derajat kesukarelaan. Pemerintah Petani Profil Petani: a. Usia b. Tingkat Pendidikan c. Pekerjaan Kelompok Tani a. Status kelompok b. Lokasi kelompok c. Jumlah anggota KUB BUMP Profil BUMP a. Sejarah b. Modal c. Organisasi Kegiatan usaha a. kegiatan usaha pakan konsetrat b. kegiatan usaha pupuk organik c. kegiatan usaha sayuran segar d. kegiatan usaha sapi potong Persepsi Petani: a. Kelembagaan b. Fungsi BUMP c. Modal BUMP d. Kegiatan BUMP e. Pengurusan BUMP Partisipasi Petani: a. Bentuk partisipasi petani b. Derajat kesukarelaan dalam berpartisipasi Keterangan: = Hubungan yang dibahas dalam penelitian = Hubungan yang tidak dibahas dalam penelitian Gambar 2. Kerangka pemikiran