TUGAS AKHIR. KARAKTERISTIK BENTUK MASJID KERAJAAN DI SURAKARTA Kasus : Masjid Agung Surakarta dan Masjid Al-Wustho Mangkunegaran

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta

BAB II SELAYANG PANDANG KOTA SURAKARTA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. Buwana II. Sang Raja tidak memiliki kebebasan sama sekali. Bahkan dalam

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram

BAB 1 PENDAHULUAN 10.1 Latar Belakang

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia

Tipologi Masjid Kagungan Dalem di Imogiri, Bantul

BAB IV MAKNA YANG TERSIRAT DALAM ARSITEKTUR MASJID AGUNGLAMONGAN. kokoh atau kuat. Bahwa dalam membentuk suatu kumpulan perlu adanya

Bab II Gambaran Umum Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian judul : PENGEMBANGAN FASILITAS WISATA BATIK DI KAMPUNG KONSERVASI KAUMAN SURAKARTA adalah sebagai berikut :

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO

MASJID CHENG HOO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

Pengaruh Belanda dalam Arsitektur Masjid Agung di Priangan

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Penyusunan Data Master Referensi Kebudayaan Kab. Demak, Provinsi Jawa Tengah

Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid Gedhe Mataram Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam

BAB 3 METODE PENELITIAN

Ranggih Semeru. Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

Perpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya

KERAJAAN SAMUDERA PASAI

Akulturasi Budaya dalam Makna dan Fungsi di Masjid Agung Sumenep

BAB2. Data dan Analisis

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Kota waringin Barat Kalimantan Tengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Brosur resmi Istana Kepresidenan Bogor, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. kerugian harta benda dan dampak psikologis (IDEP, 2007)

POLA STRUKTUR KOTA SURAKARTA DALAM LINGKUP PENGARUH PEMBANGUNAN MASJID AGUNG PADA MASA KERAJAAN MATARAM ISLAM

ORNAMEN MASJID AGUNG BAITURRAHMAN BANYUWANGI

MASJID-MASJID MUHAMMADIYAH DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. : Pokok pangkal atau yang menjadi tumpunan (berbagai urusan, hal. dan sebagainya (Wikipedia, 2015).

Software Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004 Copyleft 2004 Digital Journal Al-Manär. Alif Muttaqin

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 022/M/2014 TENTANG TUGU PAHLAWAN SEBAGAI STRUKTUR CAGAR BUDAYA PERINGKAT NASIONAL

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA

BAB IV UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN PADA ARSITEKTUR MASJID AGUNG DARUSSALAM BOJONEGORO. Terjadinya adaptasi percampuran budaya di Indonesia menandai adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1-3 Gambar 1. Geger Pecinan Tahun 1742 Gambar 2. Boemi Hangoes Tahun 1948 Gambar 3.

Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI

MITIGASI, REHABILITASI DAN RECOVERY MAKAM RAJA-RAJA MATARAM IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006

87 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tatanan kehidupan dan nilai-nilai budaya pada saat itu. Salah satu peninggalan

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SOLO DAN PROFIL LAKULAMPAH. A. Kondisi Geografis Kota Solo

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten

BAB III ELABORASI TEMA

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

JURNAL KAJIAN TENTANG SENI BANGUN MASJID BAITURROHMAN (MAKAM SUNAN KUNING) DI DESA MACANBANG KECAMATAN GONDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

ABSTRAK. Kata kunci: Pertemuan budaya, Mesjid Raya Cipaganti, Kolonial, Schoemaker. Universitas Kristen Maranatha

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo :

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta LAMPIRAN

BAB II LOKASI PENELITIAN. pada tahun 1745 oleh Raja Paku Buwono ke II. Ditilik secara mendasar,

BAB I PENDAHULUAN. Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah dimiliki Indonesia pada

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Bandung merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Barat. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

MASJID TEGALSARI JETIS PONOROGO (MAKNA SIMBOLIK DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL)

BAB II GAMBARAN UMUM PURO MANGKUNEGARAN DAN PROFIL PRAMUWISATA PURO MANGKUNEGARAN SURAKARTA

BAB II MASA PEMERINTAHAN PAKU BUWONO II DI KERATON KARTASURA HINGGA KASUNANAN SURAKARTA

ABSTRACT. Key words : acculturation, architecture, Bandung Lautze 2 and Ronghe Mosque ABSTRAK

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

c. Preferensi Fiqih Dalam Beragama di Demak Dipengaruhi oleh Kondisi Lokal dan Keikutsertaan Pada Ormas Islam d. Budaya Ziarah Makam Wali yang

BAB IV DAKWAH ISLAM DI JEPARA KETIKA KEPEMIMPINAN KERAJAAN KALINYAMAT. peninggalannya berupa masjid di desa Mantingan kecamatan Tahunan kabupaten

NURYANTO PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR-S1 DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak

Transkripsi:

TUGAS AKHIR Penelitian (Riset) Arsitektur KARAKTERISTIK BENTUK MASJID KERAJAAN DI SURAKARTA Kasus : Masjid Agung Surakarta dan Masjid Al-Wustho Mangkunegaran Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta Disuun Oleh : Lilik Budi Santoso Ingin NIM. D 300 030 035 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Karakteristik : Sesuatu yang mempunyai ciri atau sifat yang membedakan dengan lainnya melalui performance (menunjukkan) bentuk/profil. 1 Bentuk : Suatu Bangun/gambaran, rupa/wujud, wujud yang Masjid Kerajaan ditampilkan. 2 : Suatu rumah atau bangunan tempat bersembahyang orang Islam. 3 : Sama dengan Istana yang artinya rumah kediaman resmi raja (kepala negara/presiden) dan keluarganya secara morfologis berasal dari kata Ratu, yang merupakan tempat bersemayamnya ratu-ratu. 4 Surakarta : Sebuah kota yang berada di Jawa Tengah,Surakarta terletak pada 110 45 15-110 45 35 BT 7 36 00-7 56 00 LS, dengan batas utara Pemkot Karanganyar dan Pemkot Boyolali, timur Pemkot Sukoharjo dan Pemkot Karanganyar, selatan Pemkot Sukoharjo, barat Pemkot Sukoharjo dan Karanganyar. Kesimpulan Jadi kesimpulan dari pengertian Karakteristik Bentuk Masjid Kerajaan Surakarta adalah suatu ciri atau sifat yang membedakan Masjid-masjid Kerajaan di Surakata. 1 Adam Normies, 1992, Kamus Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya Ilmu. 2 Adam Normies, 1992, Kamus Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya Ilmu. 3 Adam Normies, 1992, Kamus Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya Ilmu. 4 Adam Normies, 1992, Kamus Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya Ilmu. 1

1.2. Latar Belakang Masalah 1.2.1. Sejarah Kota Surakarta Sejarah kelahiran Kota Surakarta dimulai pada masa pemerintahan Raja Paku Buwono II di Kraton Kartosuro. Pada masa itu terjadi pemberontakan Mas Garendi (Sunan Kuning) dibantu kerabat-kerabat Keraton yang tidak setuju dengan sikap Paku Buwono II yang mengadakan kerjasama dengan Belanda. Salah satu pendukung pemberontakan ini adalah Pangeran Sambernyowo (RM Said) yang merasa kecewa karena daerah Sukowati yang dulu diberikan oleh Keraton Kartosuro kepada ayahandanya dipangkas. Karena terdesak, Paku Buwono mengungsi ke daerah Jawa Timur (Pacitan dan Ponorogo). Dengan bantuan pasukan Kumpeni di bawah pimpinan Mayor Baron Van Hohendrof serta Adipati Bagus Suroto dari Ponorogo pemberontakan berhasil dipadamkan. Setelah mengetahui bahwa Keraton Kartosuro dihancurkan Paku Buwono II lalu memerintahkan Tumenggung Tirtowiguno, Tumenggung Honggowongso, dan Pangeran Wijil untuk mencari lokasi ibu kota Kerajaan yang baru. Pada tahun 1745, dengan berbagai pertimbangan fisik dan supranatural, Paku Buwono II memilih Desa Sala sebuah desa di tepi sungai Bengawan Solo sebagai daerah yang terasa tepat untuk membangun istana yang baru. Sejak saat itulah, desa Sala segera berubah menjadi Surakarta Hadiningrat. Melihat perjalanan sejarah tersebut, maka nampak jelas bahwa perkembangan dan dinamika Surakarta (Solo) pada masa dahulu sangat dipengaruhi selain oleh Pusat Pemerintahan dan Budaya Keraton (Kasunanan dan Mangkunegaran), juga oleh kolonialisme Belanda (Benteng Verstenberg). Sedangkan pertumbuhan dan persebaran ekonomi melalui Pasar Gedhe (Hardjonagoro). 5 5. http://id.wikipedia.org/wiki/kota_surakarta 2

1.2.2. Masjid Agung Surakarta 1.2.2.1 Sejarah Tidak lama setelah pusat kerajaan Kartasura dipindahkan ke Surakarta pada 17 Februari 1745 M atau 14 Suro tahun 1670 Saka, maka 12 tahun kemudian sebuah masjid resmi yang didirikan oleh kerajaan mulai dibangun. Letaknya tidak begitu jauh dari istana, yaitu disebelah barat alun-alun utara, menghadap ke timur. Untuk mudahnya ditirulah bentuk bangunan yang mirip Masjid Agung Demak yang didirikan oleh para Wali penyiar Agama di Jawa. Menurut Adnan Basit Bangunan Masjid Agung Surakarta itu berbentuk Tajuk ialah bangunan klasik dengan atap bersusun tiga. Oleh para wali itu ditafsirkan sebagai pokok-pokok tuntunan Islam Yaitu 6 : 1. Iman : Dilambangkan pada atap paling atas. Maka maksudnya seseorang jika masuk agama Islam harus percaya kepada tatanan enam keimanan. Yaitu Percaya kepada ALLAH SWT, Malikat, Kitab Suci Al-Qur an, Rosulullah, Hari kiamat, dan takdir dari ALLAH SWT. 2. Islam : Dilambangkan pada atap yang kedua, yang mengandung maksud bahwa syari at Islam yang wajib dijalani ialah mengucapkan dua kalimat Syahadat, melakukan shalat, puasa, Zakat dan ibadah haji. 6. Adnan Basit, 1996, Sejarah Masjid Agung Dan Gamelan Sekaten Di, Sala : Yayasan Mardikintoko. 3

3. Ihsan : Dilambangkan pada atap yang ketiga, maksudnya setiap orang islam wajib berbuat baik kepada ALLAH SWT, dan kepada semua umat manusia dimana saja, oleh siapa saja. Pada masa lalu Masjid Agung Surakarta merupakan Masjid Agung Negara. Semua pegawai pada masjid agung merupakan abdi dalem keraton, degan gelar dari keraton misalnya Kanjeng Raden Tumenggung Penghulu Tafsiranom (penghulu) dan lurah muadzin. Masjid agung dibangun oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768.Masjid agung merupakan kompleks bangunan seluas 19.180 m² yang dipisahkan oleh lingkungan sekitar dengan tembok pagar keliling setinggi 3,25 meter. Bangunan masjid agung surakarta secara keseluruhan merupakan bangunan tajug yang beratap tumpang tiga dan berpuncak mustaka. Masjid Agung Surakarta terdiri dari 7 : 1. Serambi, mempunyai semacam lorong yang menjorok ke depan (tratag rambat) yang bagian depannya berbentuk kuncung. 2. Ruang sholat utama, mempunyai 4 saka guru dan 12 saka rawa dengan mihrab dengan kelengkapan mimbar sebagai tempat khotib pada waktu sholat jum at. 3. Pawastren (tempat sholat untuk wanita) dan balai musyawarah. 4. Tempat wudlu. 5. Pangongan, terdapat dikiri kanan pintu masuk masjid, bentuk dan ukuran sama yaitu berbentuk pendopo yang digunakan untuk tempat gamelan ketika upacara sekaten (upacara peringatan hari lahir Nabi Muhammad S.A.W) 7. Solo Net, 1998 4

6. Istal dan garasi kereta untuk raja ketika sholat jumat dan grebeg, diperkirakan dibangun bersamaan dengan dibangunnya Masjid agung surakarta. 7. Gedung PGA Negeri, didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono X (1914) dan menjadi milik kraton. 8. Menara adzan,mempunyai corak arsitektur menara kutab minar di India. Didirikan pada 1928. 9. Tugu Jam Istiwak, yaitu jam yang menggunakan patokan posisi matahari untuk menentukan waktu sholat. 10. Gedang selirang, merupakan bangunan yang dipergunakan untuk para abdi dalem yang mengurusi masjid agung. 1.2.2.2 Karakter Fisik Bangunan Menaranya yang berada di bagian timur laut dibangun pada tahun 1901, bergaya arsitektur menara di New Delhi, India. Sementara gapura yang menghadap ke alun-alun utara mengingatkan kita pada gerbang-gerbang gaya Persia. Diatas pintu gerbang utama terdapat hiasan tempel berbentuk bulat telur dari kayu ukiran yang menggambarkan bulan, bintang, matahari dan bumi sebagai lambang Keraton Kasunanan Surakarta yang berarti keraton sebagai pemersatu alam. Gambar 1 Pintu Gerbang Masjid Agung SKA Sumber: dok. Pribadi 2007 5

Gambar 2 Menara Adzan Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/keraton_surakarta_hadiningrat,2007 Gambar 3 Halaman Masjid Agung SKA Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/keraton_surakarta_hadiningrat,2007 6

1.2.3. Masjid Al-wustho 1.2.3.1 Sejarah Pendirian masjid mangkunegaran diprakarsai oleh Kanjeng Gusti Pangeran Aryo Adipati Mangkunegara I di Kadipaten Mangkunegaran sebagai masjid Lambang Panotogomo. Sebelumnya terletak diwilayah kauman, Pasar Legi, namun pada masa MN II dipindah ke wilayah banjarsari dengan pertimbangan letak masjid yang strategis dan dekat kepada Puro Mangkunegaran. Mesjid Al Wustho Mangkunegaran dipugar besar-besaran oleh Paduka Pangeran Adipati Mangkunegaran VII. Bangunan mesjid yang dirancang oleh Ir. Herman Thomas ini didirikan tahun 1878-1918 maka tak heran walaupun arsitektur bangunan Jawa tetapi terdapat banyak pengaruh gaya kolonial. Gapura halaman masjid dibuat tahun 1917-1918, dengan dinding berhiaskan relief kaligrafi huruf arab.pengelolaaan masjid dilakukan oleh para abdi dalem Puro Mangkunegaran, sehingga status masjid merupakan Masjid Puro Mangkunegaran.Luas masjid sekitar 4200 m² dengan batas pagar tembok keliling sebagian besar dimuka berbentuk lengkungan. 8 8. http://id.wikipedia.org/wiki/praja Mangkunegaran Pemberian nama Al-wustho pada masjid mangkunegaran pada tahun 1949 oleh Bopo Panghulu Puro Mangkunegaran Raden Tumenggung K.H. Imam Rosidi. Masjid Al-wustho terdiri dari 9 : 1. Serambi, Merupakan ruangan depan masjid dengan saka sebanyak 18 yang melambangkan umur R.M Said ketika keluar dari keraton Kasunanan Surakarta untuk dinobatkan sebagai Adipati Mangkunegaran. Di serambi terdapat bedug yang bernama Knjeng Kyai Danaswara. 7

2. Ruang Sholat utama, merupakan ruang dalam denagn 4 soko guru dan 12 penyangga pembantu yang berhias huruf kaligrafi Al-Qu an 3. Pawastren, merupakan bangunan tambahan yang dipergunakan untuk tempat shalat khusus wanita. 1.2.3.2. Karakter Fisik Bangunan Walaupun bangunan masjid Al-Wustho berarsitektur Jawa tetapi terdapat banyak pengaruh gaya kolonial. Mangkunegaran merupakan masjid yang cukup unik karena terdapat hiasan kaligrafi Al-Qur an di berbagai tempat, seperti pada pintu gerbang, pada markis/kuncungan, soko dan Maligin. Maligin dibangun atas prakarsa Mangkunegaran V, digunakan untuk melaksanakan khitan bagi putra kerabat Mangkunegaran. Sejak pemerintahan Mangjunegaran VII Maligin diperkenankan untuk dipergunakan oleh Muhammadiyah sebagai tempat khitan masyarakat umum. Menara masjid Al-wustho dibangun tahun 1926 pada masa Mangkunegaran VII. Dipergunakan untuk mengumandangkan adzan, pada saat itu dibutuhkan 3-4 orang muadzin untuk adzan bersama-sama dalam menara ke 4 arah yang berbeda. 9. Solo Net, 1998 Gambar 4 Gerbang Masjid AL-Wustho Sumber: Sumber: dok. Pribadi 2007 8

Gambar 5 Markis/kuncungan Sumber: dok. Pribadi 2007 Gambar 6 Maligin Sumber: dok. Pribadi 2007 9

1.3. Permasalahan Kota Solo merupakan salah satu peninggalan sejarah kerajaan Mataram Islam yang mana pusat pemerintahan kerajaan tersebut berpusat di Surakarta. Di Surakarta terdapat dua bangunan tua yang berupa masjid, dimana kedua masjid tersebut merupakan peninggalan dari dua kerajaan yang sama-sama memerintah secara bersamaan lebih dari dua abad di kota Solo. Dari kedua masjid tersebut akan diteliti perbedaan dalam komponen dan ornamen pada saat ini dan faktor apa saja yang mempengaruhinya. 1.4. Pertanyaan Penelitian Sejauh mana perbedaan karakteristik serta ornamen antara masjid Al- Wustho dan masjid Agung Surakarta pada saat ini. 1.5. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perbedaan komponen dan ornamen antara masjid Al- Wustho dan masjid Agung Surakarta pada saat ini. 1.6. Manfaat Penelitian o Untuk menimbulkan daya tarik, memotivasi orang/warga masyarakat baik nusantara maupun mancanegara untuk mengetahui lebih lanjut dan mendalam tentang segi-segi dari warisan budaya Masjid Agung Surakarta dan Masjid Mangkunegaran dimana kedua masjid tersebut merupakan peninggalan dari kerajaan yang sama-sama berbasis pada kerajaan Mataram. o Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya. 10

1.7. Lingkup Penelitian. 1. Penelitian dilakukan pada Masjid Agung Surakarta dan Masjid Mangkunegaran (Al-Wustho) pada saat ini. 2. Penelitian meliputi pengamatan pada: a. Komponen b. Ornamen 1.8. Sistematika Pembahasan BAB I : PENDAHULUAN Berisikan tentang pengertian judul, latar belakang, permasalahan, pertanyaan penelitian, manfaat yang diharapkan, lingkup penilitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Berisikan tentang keaslian penelitian, teori mengenai masjid. BAB III : METODE PENELITIAN Berisikan tetang cara penelitian, metode penelitian, materi penelitian, variabel penelitian, alat dan bahan penelitian, langkah langkah penelitian. BAB IV : TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISA (PEMBAHASAN) Penyajian data, informasi data dalam peta (tinjauan/gambaran lokasi penelitian) klarifikasi dan kategori, pola, hasil penelitian, pemaknaan. BAB V : KESIMPULAN Kesimpulan, abstraksi yang diambil dari ringkasan penemuan dan terkait dengan pertanyaan penelitian. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 11