BAB I PENDAHULUAN. Oktober 2013 pukul WIB. pukul WIB

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penduduk. Baciro ,62. Demangan ,16. Klitren ,75. Kota Baru ,74. Terban 80 9.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I PENDAHULUAN CENGKARENG OFFICE PARK LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 komposisi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.2 Latar Belakang Permasalahan Perancangan

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

Rusunawa Buruh di Kawasan Industri Mangkang Semarang

Dukuh Atas Interchange Station BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

STASIUN MRT BLOK M JAKARTA DENGAN KONSEP HEMAT ENERGI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Komposisi Penduduk DKI Jakarta 2012

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

RUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tingkat Kebutuhan Hunian dan Kepadatan Penduduk Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Feri Susanty Spesial, Tahun 2007, 6). Populasi dan permintaan penduduk terhadap hunian yang semakin

Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BSD INTERMODAL TRANSPORT FACILITY M. BARRY BUDI PRIMA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengadaan Proyek

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan Taman).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang I.1.1. Kampus Menjadi Generator Pertumbuhan Ekonomi Bagi Daerah Disekitarnya 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

APARTEMEN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Relokasi Stasiun Merak 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini.

BAB I PENDAHULUAN. khas daerah.suasana damai, tentram, nyaman dan ramah dapat dirasakan di daerah

RUMAH SUSUN LINGGAWASTU DI BANDUNG

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

Rusunawa Khusus Buruh di Kawasan Industri Air Raja Tanjungpinang 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek

BAB I PENDAHULUAN FRANSISCA RENI W / L2B

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan

Universitas Sumatera Utara

STASIUN BESAR CIKARANG dengan KONSEP PARK and RIDE BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Judul Proyek. Kota Jakarta adalah tempat yang dianggap menyenangkan oleh mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kereta api merupakan salah satu alat transportasi darat antar kota yang diminati oleh seluruh lapisan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONDOMINIUM BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

Fransiskus Hamonangan-L2B Co-Housing Di Kota Semarang 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I: PENDAHULUAN Latar belakang

1.1 Latar Belakang Pendidikan menjadi sebuah kebutuhan mutlak dan primer saat ini. Sebelumnya, pendidikan hanya menjadi milik kalangan atas namun

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perumahan telah menjadi masalah yang pelik. bagi masyarakat karena jumlah penduduk yang bertambah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

BAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bontang terletak 150 km di utara Samarinda. Dengan wilayah yang relatif kecil dibandingkan kabupaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II: STUDI PUSTAKA DAN STUDI BANDING

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Persoalan tempat tinggal masih menjadi masalah pelik bagi penduduk di

SHOPPING CENTER DI KAWASAN MONORAIL INTERCHANGE KARET, JAKARTA PUSAT Penekanan Desain Konsep Arsitektur Renzo Piano

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Penjelasan dan Pengertian Judul I.1.1 Pengertian Rumah Rumah secara fisik berarti suatu bangunan tempat kembali dari berpergian, bekerja, tempat tidur dan beristirahat memulihkan kondisi fisik dan mental yang letih dari melaksanakan tugas sehari-hari. Secara psikologis, rumah berarti tempat untuk tinggal dan untuk melakukan hal-hal tersebut diatas, yang tentram, damai, menyenangkan bagi penghuninya. Rumah dalam pengertian psikologis ini lebih mengutamakan situasi dan suasana daripada kondisi dan keadaan fisik rumah itu sendiri. Sedangkan secara umum, rumah dapat diartikan sebagai tempat untuk berlindung atau bernaung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya. (Akbar, 2012) 1 I.1.2 I.1.3 I.1.4 Pengertian Rumah Susun Menurut Undang-Undang no 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun, Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. (Archie-qu, 2008) 2 Pengertian Rumah Susun Sederhana Sewa Rumah Susun Sederhana Sewa atau sering disingkat dengan Rusunawa memiliki pengertian yaitu bangunan bertingkat yang dibangun dalam satu lingkungan temmpat hunian yang memiliki WC dan dapur yang menyatu, dengan cara membayar sewa tiap bulannya kepada pengembangnya (Universitas Bina Nusantara, 2012). 3 Pengertian Arsitektur Bioklimatik Arsitektur Bioklimatik merupakan konsep arsitektur yang mengarahkan sang arsitek untuk melakukan pendekatan terhadap lingkungannya sehingga dapat mendapatkan penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan antara bentuk arsitektur dengan lingkungannya dalam kaitannya dengan iklim daerah tersebut. Dan 1 http://rizkikhaharudinakbar.blogspot.com/2012/11/pengertian-rumah-fungsi-dan-syarat.html, diakses pada 7 Oktober 2013 pukul 16.46 WIB 2 http://archie-qu.blogspot.com/2008/11/pengertian-rusun.html, diakses pada 7 Oktober 2013 pukul 14.50 WIB 3 http://library.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2012-1-00647-sp%202.pdf, diakses pada 7 Oktober 2013, pukul 17.01 WIB 1

pada akhirnya bentuk desain yang dihasilkan oleh arsitek tersebut dipengaruhi oleh budaya setempat, dan hal ini mempengaruhi ekspresi arsitektur yang ditampilkan oleh suatu bangunan dan mengurangi ketergantungan karya arsitektur terhadap sumbersumber energi yang dipengaruhi. (Archiholic99danoes, 2011) 4 I.1.5 Pengertian Rumah Susun Sederhana Sewa dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rumah susun sederhana sewa dengan pendekatan arsitektur bioklimatik merupakan gedung bertingkat yang dibangun dalam satu lingkungan yang dibagi-bagi menjadi unit-unit kecil yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan memiliki ruang-ruang komunal bersama, yang dirancang dengan sedemikian rupa dengan penekananan arsitektur bioklimatik sehingga bangunan tersebut memiliki hubungan dengan lingkungannya sendiri serta iklim dan budaya di daerah tersebut. I.2 Latar Belakang Permasalahan I.2.1 I.2.2 Cakung, Jakarta Timur sebagai Salah Satu Wilayah dengan Jumlah Penduduk Terbanyak di Jakarta Berdasarkan hasil dari sensus penduduk yang dilakukan oleh Statistik (BPS) DKI Jakarta, wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak di DKI Jakarta (Lintas Jakarta Timur, 2010) 5. Jumlah penduduk Jakarta Timur adalah 2.687.027 orang dengan pertumbuhan penduduk sebesar 0,37% per tahun. Kecamatan Cakung merupakan kecamatan di Jakarta Timur yang memiliki penyebaran penduduk terbesar sebanyak 18,73% (Penduduk & Tenaga Kerja). 6 Rencana Relokasi Masyarakat Bantaran Rel K.A oleh Pemerintah DKI Jakarta ke Wilayah Duren Sawit Kaum masyarakat berpenghasilan menengah-kebawah tumbuh ssebagai pencetus kawasan kumuh di Cakung. Mereka menempati bantaran rel kereta api yang seharusnya tidak boleh digunakan. 4 http://archiholic99danoes.blogspot.com/2011/05/arsitektur-bioklimatik.html, diakses pada 6 Otober 2013 pukul 14.40 5 http://lintasjaktim.blogspot.com/2010/09/penduduk-jaktim-terbanyak-di-dki.html, diakses pada 7 Oktober 2013 pukul 18.03 WIB 6 http://timur.jakarta.go.id/v6/?page=penduduk.tenaga.kerja&sub=1 diakses pada 9 Oktober 2013 pukul 08.54 2

Berdasarkan UU No. 13/1992 tentang Perkeretaapian dijelaskan bahwa kawasan selebar 23 meter dari poros rel merupakan daerah lindung. Kawasan lindung dapat berupa jalur hijau dan lahan untuk perlengkapan kereta api. (Sari) 7 Meski peraturan tersebut sudah jelas-jelas menerangkan tentang sempadan rel kereta, tapi dikarenakan tingginya harga tanah di daerah Duren Sawit, maka mereka menempati bantaran rel kereta dan dijadikan kawasan kumuh padat penduduk. Berupa rumah petakan yang biasanya ditempati oleh para buruh cuci, supir taksi, bajaj dll yang mayoritas berpenghasilan menengah kebawah. Gambar 1. 1Kondisi Bantaran Rel untuk Rel Ganda Sumber : Dokumentasi Penulis, 2013 Belum lagi dengan adanya rencana pembangunan rel ganda pada rel kereta api di kecamatan Cakung, seperti mengharuskan masyarakat bantaran rel kereta api untuk pindah dan mengosongkan daerah bantaran rel tersebut. Rencana tersebut juga didukung dengan Pasal 662 Bab XXIII dalam Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kecamatan Cakung yakni, mempertahankan RTH yang sudah ada dan mengembalikan fungsi RTH khususnya di bantaran sungai, pinggiran Jalan Rel kereta Wilayah-Kecamatan-Duren-Sawit). 8 Dengan difasilitasi dengan sarana transportasi yang cukup lengkap, seperti angkutan umum kota, bus kota, trans Jakarta maupun kereta api dalam (commuter line) maupun luar kota, membuat Duren Sawit menjadi wilayah yang sedang 7 api yang dijadikan permukiman kumuh (Bagian-Keempat-Rencana-Pola-Ruang- http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/karakteristik-jalur-hijau-di-kawasan-sempadan-relkereta-api-kota-malang-shinta-ayu-mariana-sari-58995.html, diakses pada 9 Oktober 2013, puku 09.50 WIB 8 http://id.scribd.com/doc/68834985/28/bagian-keempat-rencana-pola-ruang-wilayah-kecamatan-duren- Sawit diakses pada 9 Oktober 2013, pukul 10.08 WIB 3

berkembang dengan ditandai banyaknya perumahan-perumahan baru maupun fasilitas komersil baru. I.2.3 Rencana Pembangunan Rumah Susun oleh Pemerintah DKI Jakarta di Wilayah Duren Sawit Keberadaan tanah yang langka, dan harga tanah yang tinggi menjadikan salah satu faktor utama lingkungan kumuh yang ada di Jakarta. Sampai saat ini, pembangunan rumah susun menjadi solusi yang cukup tepat untuk menghilangkan lingkungan kumuh tersebut. Pembangunan rumah susun di Jakarta saat ini sudah berkembang pesat, dan dijadikan sebagai salah satu program kerja utama pemerintah DKI Jakarta. Menurut Menteri Perumahan Rakyat, Djan Fariz, pembangunan rusun pada tahun 2014 sebanyak 300 twin block rumah susun sewa termasuk dalam program prioritas kementrian yang bertujuan untuk mengoptimalkan kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang belum mampu membeli rumah, dan menempati hunian yang layak. (Metro TV News, 2013) 9 Seperti yang diungkapkan PT. Lenggogeni dalam Indikasi Program Pengembangan Duren Sawit pada Penyusunan Naskah Akademis dan Raperda Rencana Detail Tata Ruang (RTRW) Jakarta Timur, salah satu kegiatan dalam sektor permukiman yakni Pembangunan dan Peningkatan Rumah Susun di wilayah Duren Sawit (RDRT-BAB-3-DRAFT-A3-TIMUR-3). 10 I.2.4 Pentingnya pendekatan Arsitektur Bioklimatik dalam Merancang Rusunawa Kualitas lingkungan kota yang sudah tinggi dengan tingkat pencemaran udara dan naiknya temperatur suhu bangunan menjadi salah satu pemicu untuk membuat bangunan yang ramah terhadap lingkungannya. Arsitektur Bioklimatik ini memberikan prinsip-prinsip desain yang kontekstual dengan lingkungannya dan mengajarakan untuk peka terhadap isu-isu energi dan lingkungan. Dalam pengembangan desainnya, bangunan menengah-tinggi sekelas Rumah Susun sering kali mengabaikan aspek-aspek hemat energi dalam desainnya. Cenderung menggunakan teknologi-teknologi yang nantinya akan memicu masalah baru nantinya. 9 http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/10/24/2/190287/tahun-depan-kemenpera-bangun-300- Twin-Block-Rusunawa- diakses pada 1 November 2013, pukul 6.24 WIB 10 http://id.sribcd.com/68831114/rdrt-bab-3-draft-a3-timur-3, diakses pada 3 Oktober 2013 pukul 11.14 WIB 4

Dengan menggunakan arsitektur bioklimatik dalam rusunawa, rusunawa yang dihasilkan dapat berbiaya lebih murah dari rusunawa yang lain mengingat pengguna dari rusunawa ini sendiri nantinya merupakan masyarakat dengan kelas ekonomi kebawah. Rusunawa yang murah didapatkan karena bangunan ini meminimalisirkan penggunaan teknologi mahal dan memanfaatkan potensi serta keadaan alam sekitarnya yang dapat digunakan menggantikan teknologi mahal dalam bangunan. Oleh karena itu, diperlukannya perancangan bangunan menengah-tinggi Rusunawa yang menerapkan prinsip Arsitektur Bioklimatik sebagai wujud dari arsitektur peduli dan ramah lingkungan. I.3 Rumusan Permasalahan Tingginya tingkat kepadatan penduduk diwilayah Duren Sawit, Jakarta Timur karena tingginya harga tanah dan kesediaan lahan yang sedikit. Tempat tinggal penduduk yang tidak layak huni karena berupa rumah petakan yang berdempet-dempetan dan padat sehingga tidak memenuhi standar hidup. Hal ini disebabkan karena kondisi ekonomi. Kerusakan kualitas lingkungan di wilayah perkotaan yang disebabkan oleh tingkat pencemaran udara dan naiknya temperatur suhu lingkungan. I.3.1 Masalah Umum Bagaimana merencanakan dan merancang Rumah Susun Sederhana Sewa untuk kalangan bawah yang mampu mengakomodasikan kebutuhan dan gaya hidup penggunanya? I.3.2 Masalah Khusus Bagaimana merancang Rumah Susun Sederhana Sewa yang ramah lingkungan dengan pendekatan Arsitektur Bioklimatik? I.4 Tujuan I.4.1 Tujuan Umum Mendapatkan landasan konseptual perencanaan dan perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa yang menuntut kesesuaian antara desain dan kebutuhan penggunanya. I.4.2 Tujuan Khusus Mengetahui unsur-unsur arsitektur bioklimatik yang dapat dijadikan landasan perancangan rumah susun sederhana sewa. 5

I.5 Sasaran I.5.1 Sasaran Umum a. Identifikasi karakteristik pengguna b. Identifikasi masalah pada tipologi bangunan sejenis c. Identifikasi fungsi-fungsi yang akan dimasukkan sesuai dengan kebutuhan pengguna. d. Identifikasi jenis, jumlah dan besaran ruang dalam bangunan e. Identifikasi site dan lingkungan melalui analisa lingkungan dan pemilihan site f. Identifikasi RDRT dan RTRW wilayah Duren Sawit, Jakarta Timur I.5.2 Sasaran Khusus a. Identifikasi semua potensi dan masalah pada lokasi yang ditentukan b. Melakukan analisa dan pendekatan konsep arsitektur bioklimatik dalam kaitannya dengan desain bangunan rusunawa. c. Mengaplikasikan konsep arsitektur bioklimatik pada rumah susun sewa sederhana. I.6 Lingkup Pembahasan I.6.1 Arsitektural a. Tata Ruang Luar Orientasi tapak dan pola akses Tata Gubahan massa Bentukkan massa Tata Lansekap Lahan Fasilitas pendukung di ruang luar Suasana yang akan terbentuk b. Tata Ruang Dalam Jenis, jumlah, dan besaran ruang Hierarki dan konfigurasi ruang Sirkulasi ruang dalam Tata interior dan fasilitas pendukungnya Suasana yang terbentuk pada ruangan I.6.2 Non-Arsitektural a. Identifikasi site dan lingkungan b. Identifikasi karakter dan kebutuhan calon pengguna 6

c. Identifikasi karakter kegiatan I.7 Metode Pembahasan I.7.1 Teknik Pencarian Data a. Studi Literatur Mencari data maupun informasi baik yang berasal dari buku literatur, maupun sumber internet yang menerangkan landasan teori dan tandar-standar mengenai rusunawa dan arsitektur bioklimatik, serta tata ruang dalam maupun luar khususnya yang berhubungan dengan perancangan bangunan rumah susun sewa sederhana. b. Wawancara dengan Warga Bantaran Rel Kereta Api untuk mendapatkan informasi tentang : Kebutuhan-kebutuhan baik arsitektural maupun non arsitektural warga yang akan diaplikasikan pada rumah susun sederhana sewa nantinya. Karakteristik dan kebiasaan-kebiasaan warga bantaran rel kereta api. c. Studi Kasus sebagai Pembanding Studi kasus baik secara teoritis, diskusi dengan pihak terkait, asistensi, juga mencari di internet yang menerangkan mengenai rumah susun khususnya rumah susun sederhana sewa dan melakukan komparasi dengan bangunan sejenis d. Observasi/Pengamatan Dilakukan dengan melihat dan mengamati secara langsung situasi dan kondisi site di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur. Mendokumentasikannya sehingga dapat lebih menguatkan konsep dan data-data yang diperlukan. I.7.2 I.7.3 Teknik Analisis Melakukan analisa dari bahan-bahan (input) yang sudah didapat melalui studi literatur, studi kasus, maupun studi lapangan. Kemudian mengambil prinsip-prinsip, persyaratan bangunan, standar-standar, dan aplikasinya untuk didialogkan dengan hasil analisa. Teknik Sintesis dan Perumusan Konsep Perencanaan dan Perancangan Melakukan pendekatan (sintesis) konsep perencanaan dan perancangan arsitektur melalui hasil analisis kemudian merumuskan konsep perencanaan dan perancangan bangunan komersial dengan pendekatan arstiektur bioklimatik. 7

I.8 Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Berisi tentang penjelasan judul, latar belakang permasalahan, rumusan permasalah baik umum maupun khusus, tujuan dan sasaran baik umum maupun khusus terkait dengan hal-hal perancangan, metode pembahasan dan sistematika pembahasan. BAB II Kajian Pustaka & Lapangan Tinjauan pustaka aspek-aspek Rusunawa, berisi definisi, prinsip-prinsip, syarat-syarat, kebijakan, peraturan pemerintah mengenai Rusunawa, dan studi kasus terhadap rumah susun khususnya rumah susun sederhana sewa di Indonesia serta teori arsitektur bioklimati dan studi kasus mengenai bangunan yang menggunakan arsitektur bioklimatik. BAB III Analisa dan Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan Analisa pendekatan konsep perencanaan dan perancangan arsitektur bioklimatik, berisi definisi, prinsip-prinsip, dan aplikasi arsitektur bioklimatik terhadap bangunan rusunawa, serta penjelasan mengenai site, berisi analisa site dan pemilihan lokasi berdasarkan peraturan-peraturan pemerintah. BAB IV Perumusan Konsep Perencanaan dan Perancangan Konsep-konsep dasar perencanaan dan perancangan yang melandasi desain rusunawa. 8

I.9 Keaslian Penulisan Tabel 1. 1 Keaslian Penulisan No Judul Substansi Perbedaan 1 Rusunawa Di Jakarta, Aplikasi Eko- Desain pada Bangunan Tinggi Penulis : Zahmi Afrizal, Tugas Akhir, Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada, 2007 2. Rusunami di Pondok Bambu dengan Pendekatan Ecodesign Penulis : Astungkara Handyan Adhyatmakasukha 3 Rumah Susun Penekanan Ecological Design Menuju Hunian Sehat Penulis : Vandelo Diva Sinaga, Tugas Akhir, Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada, 2008 Penekanan desain yang menggunakan konsep Eko-Arsitektur Latar belakang rumah susun karena semakin berkembangnya mendorong masyarakat berpenghasilan menengah-bawah tinggal di kawasan pinggiran kota yang jauh dari tempat kerja dan membuhkan biaya transportasi yang lebih. Pengaplikasian ecodesign dalam rumah susun Pengaplikasian ecodesign dalam rumah susun Latar belakang proses perancangan Pendekatan perancangan Pendekatan desain bangunan Sistem kepemilikan bangunan Pendekatan desain bangunan 4 Rumah Susun Serangan Pengaplikasian arsitektur ekologis dalam Pendekatan desain bangunan 9

Dengan Konsep Kampung Vertikal Ekologis Penulis : Shinta Rakhmawati, Tugas Akhir, Teknik Arsitektur, Universitas Gadjah Mada, 2011 5 Rumah Susun Sewa Untuk Para Pekerja di Jalan Laksda Adi Sutjipto Yogyakarta dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik Penulis : Dyah Puspitaningrum, Tugas Akhir, Teknik Arsitektur, Universitas Gadjah Mada, 2010 pembangunan rumah susun dengan sistem kampung Pembangunan dengan latar belakang banyakanya pekerja di Jalan Adi Sutjipto yang membutuhkan adanya rumah susun. Pengaplikasian arsitektur bioklimatik dalam pembangunan rumah susun. Sumber : Penulis, 2013 Latar belakang proses perancangan Latar belakang proses perancangan 10

I.10 Kerangka Penulisan 11