Aris Sudomo. Balai Penelitian Kehutanan Ciamis. Jl. Raya Ciamis-Banjar Km 4 Po Box 5 Ciamis 46201; Telp. (0265) ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa

III. BAHAN DAN METODE

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

METODE PENYIMPANAN BENIH MERBAU (Intsia bijuga O. Ktze) Method of Seeds Storage of Merbau (Intsia bijuga O. Ktze) ABSTRACT PENDAHULUAN

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

Pembuatan Pembibitan Tanaman

Oleh : Iskandar Z. Siregar

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67%

Pbaik agar menghasilkan benih bermutu.

Tata Cara penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

Penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji)

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

PEDOMAN PENGUNDUHAN BENIH PADA PANEN RAYA DIPTEROKARPA 2010

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN

BAB III METODE PENELITIAN. secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan.

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

Perkembangbiakan Tanaman

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. MATERI DAN METODE

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

Oleh : Iskandar Z. Siregar

BAHAN DAN METODE. penelitian ini dilakukan di Gang Metcu, Desa Guru Singa, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. Lahan (TSDAL) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

BABHI BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas

Bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama yang mampu menunjang keberhasilan

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

III. TATA CARA PENELITIAN

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Universitas

TEKNIS PERBANYAKAN TANAMAN CEMARA LAUT (Casuarina equisetifolia) PADA MEDIA PASIR Reproduction technique of Casuarina equisetifolia in sandy media

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

MATERI DAN METODE. = 0 minggu = 1 minggu = 2 minggu = 3 minggu = 4 minggu = 5 minggu = 6 minggu = 7 minggu = 8 minggu P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

3. METODE DAN PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Greenhouse Jurusan Bioloi Fakultas Sains dan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016.

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

Transkripsi:

TEKNIK PEMBIBITAN TISUK (Hibiscus macrophyllus Roxb ex Hornem) (Seeding Process Technique of Hibiscus macrophyllus Roxb ex Hornem) Aris Sudomo Balai Penelitian Kehutanan Ciamis Jl. Raya Ciamis-Banjar Km 4 Po Box 5 Ciamis 46201; Telp. (0265) 771352 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik pembibitan tisuk (Hibiscus macrophyllus Roxb ex Hornem). Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Kehutanan Ciamis dari bulan Juli 2008 s/d Januari 2009. Jumlah biji Hibiscus macrophyllus Roxb ex Hornem dengan berat 1 kg adalah sebanyak 145.000. Teknik pembibitan Hibiscus macrophyllus Roxb ex Hornem dimulai dari ekstraksi buah yang dapat dilakukan dengan penjemuran dan mengeluarkan biji secara manual dan dengan tangan kemudian perkecambahan dapat digunakan media pasir halus hasil ayakan. Media sapih dapat digunakan campuran tanah + pupuk kandang (3:1). Kata kunci : Semai, Hibiscus macrophyllus Roxb. ex Hornem.

ABSTRACT The objective of this research is to find out the seeding process technique of H. macrophyllus Roxb ex Hornem. The research was conducted in Ciamis Forestry Research Institute from July 2008 to January 2009. One kg Hibiscus macrophyllus Roxb ex Hornem seed is equal to 145.000 seeds. Seeding process technique of Hibiscus macrophyllus Roxb ex Hornem starts from fruit extraction by sunbathing and manual seed taking. Smooth sand media was used in the sprouting process, manually by hand. Then the seedlings are replaced in the media that consists of soil and compost combination (3:1). Key word : Seedling, Hibiscus macrophyllus Roxb ex Hornem I. PENDAHULUAN Kayu tisuk (H. macrophyllus Roxb ex Hornem) dilukiskan sangat ringan hingga ringan, sangat lembut, berstruktur padat dan agak halus, berwarna coklat kelabu muda semu-semu ungu. Di Jawa kayunya dianggap cocok untuk bangunan rumah, korek api, pembuatan tali, untuk bahan anyaman tikar dan lumbung padi. Kulit kayu yang diperuntukan tali maupun benang pancing harus direndam dalam air selama satu pekan, dikerok dan dikeringkan, bahan serat ini agaknya sangat tahan lama (Heyne, 1987). Menurut Sudrajat dkk (2002) Hibiscus macrophyllus Roxb ex Hornem berpotensi dikembangkan untuk hutan tanaman. Secara ekonomi, kayu jenis ini mempunyai nilai yang cukup baik, selain sebagai bahan baku pulp dan kertas, juga dapat di gunakan sebagai bahan kontruksi

ringan. Dari sisi pertumbuhan jenis ini cukup cepat dengan bentuk batang yang bulat dan lurus. Budidaya jenis ini masih terhambat oleh ketersediaan benih/bibit yang berkualitas. Di jawa barat seperti di daerah Banjarsari, Panawangan, Sukadana masih ditemukan tegakan alam tisuk pada areal masyarakat (Dinas Kehutanan Prop. Jawa Barat, 2002, Dalam Syamsuwida dkk, 2003). Teknik perbanyakan dengan metode generatif diperlukan dalam usaha pengembangan jenis tisuk untuk pembangunan hutan tanaman khususnya hutan rakyat dan penanaman progam GNRHL. Keberhasilan penanaman di lapangan ditentukan oleh kualitas bibit yang ditanam. Oleh karena itu perlu dipelajari teknik pembibitan dasar jenis tanaman tisuk sehingga memudahkan untuk materi perbanyakan. Penggunaan pasir dalam proses perkecambahan benih dan penggunaan tanah + pupuk kandang dalam pembibitan telah lazim digunakan oleh banyak petani atau pengusaha bibit. Oleh karena itu dalam rangka pembuatan materi berupa bibit tisuk untuk penanaman di lapangan maka dicobakan penggunaan teknik dasar pembibitan yang diaplikasikan pada tanaman tisuk (H. macrophyllus Roxb ex Hornem). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi teknik pembibitan tisuk dengan menggunakan biji mulai dari penanganan buah, ektraksi benih, teknik perkecambahan dan teknik penyapihan sampai dihasilkan bibit di persemaian. Sasaran penelitian ini tersedianya deskripsi teknik pembibitan tisuk dengan cara generatif. Penelitian dilakukan di persemaian Balai Penelitian Kehutanan Ciamis dari bulan Juli 2008 s/d Januari 2009. Bahan dan alat yang digunakan adalah tegakan tisuk, buah tisuk, terpal, bak kecambah, tanah, pupuk

kandang, polybag, kaliper, luxmeter, timbangan analitik, oven dan alat tulis. Pengamatan dan pemeliharaan dilakukan terhadap perkecambahan benih tisuk dan penyapihan sampai menjadi bibit tisuk. Dokumentasi dilakukan selama proses kegiatan pengunduhan, pengumpulan buah, penjemuran buah, ekstraksi benih, penaburan benih, pertumbuhan kecambah dan penyapihan sampai menjadi bibit. Dari hasil penelitian ini dihasilkan bibit tisuk dengan unit percobaan mencapai 550 bibit. II. Penanganan Buah dan Benih A. Musim buah Berdasarkan pengamatan di daerah Ciamis, Banjar dan Tasikmalaya pada tahun 2007 s/d 2008 pembungaan dan pembuahan mulai bulan Juni dan berakhir bulan Februari, sedangkan laporan Kartiko dkk (2001) di daerah Subang dan Banten bulan September - Oktober. Menurut Syamsuwida dkk (2003) pembungaan dan pembuahan terjadi sepanjang tahun. B. Pengumpulan Benih Pengumpulan benih agar dilakukan dari pohon induk yang berbatang lurus dan besar, serta secara umum menunjukkan keadaan yang sehat. Pohon induk terpilih dipanjat, kemudian buah atau kapsul yang telah berwarna coklat tua dipanen dan dikumpulkan. Penting dicatat bahwa ketika kemasakan mencapai puncaknya, buah atau kapsul dari jenis tisuk merekah sehingga biji yang terkandung di dalamnya keluar dan beterbangan dengan bantuan bulu-bulu yang terdapat pada kulit luar benih. Oleh karena itu, pengumpulan benih agar dilakukan

sesaat sebelum perekahan kapsul terjadi. Kapsul yang telah terkumpul ditempatkan dalam karung/kantong beras. Setelah sampai di tempat pengolahan harus segera dikeluarkan dari wadah dan dijemur. Bila terlambat dikeluarkan, kapsul dan benihnya dapat terserang oleh cendawan. Teknik pengunduhan dan pengumpulan buah tisuk dari pohon induk dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 (Figure 1). Pohon induk, pengunduhan dan pengumpulan buah Tisuk (Mother Tree, taking and collecting (Hibiscus macrophyllus Roxb ex Hornem) s fruit) C. Ekstraksi Benih Biji masak ditandai dengan ujung buah yang berbentuk kapsul mulai akan pecah. Pengeluaran (ekstraksi) benih dari kapsul dilakukan dengan cara penjemuran. Guna memudahkan pengumpulan benih yang terlepas dari kapsul, kapsul agar diletakkan di atas alas, berupa tampah atau alas lain seperti terpal. Untuk mempercepat pengeluaran benih, pada saat penjemuran buah agar dipukulpukulkan ke lantai jemur. Setelah kering maka kapsul akan terbuka sehingga terdapat sebagian benih yang telah keluar dengan sendirinya. Pengeluaran benih yang masih terdapat dalam kapsul dilakukan dengan menginjak-injak kapsul yang

di letakan dalam terpal/karung sampai kapsul pecah sehingga memudahkan untuk mengeluarkan benih dari kapsul. Benih yang masih terdapat dalam kapsul dapat dikeluarkan dengan cara manual yaitu membukanya dengan tangan satu persatu kemudian mengeluarkan benihnya dengan mencongkel atau memukulkan ke lantai. Ekstraksi benih tisuk yang masih didalam buah dan benih hasil ekstraksi dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 (Figure 2). Ekstraksi benih tisuk (Hibiscus macrophyllus Roxb. ex Hornem seed extraction) D. Berat Seribu Butir Benih Tisuk a. Uji berat 1000 butir Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan berat 1.000 butir contoh benih yang diperoleh dari benih murni. Cara kerja kegiatan ini adalah sebagai berikut (Anonim, 2000) : 1) Pembuatan contoh kerja, adalah seluruh benih murni yang diperoleh dari analisa kemurnian. 2) Menghitung jumlah benih selanjutnya di timbang dalam gram.

3) Dari contoh kerja, dihitung dengan acak 100 butir dengan ulangan 8 kali. Menimbang setiap ulangan dalam gram, selanjutnya menghitung keragaman, standar deviasi dan koefisien keragaman. Hasil data berat benih tisuk pada setiap contoh kerja dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 (Table 1). Data berat benih tisuk pada setiap contoh kerja. (Data of Hibiscus macrophyllus Roxb ex Hornem seed weight in every working sample) No. Benih+ wadah amplop (g) Wadah amplop (g) Berat benih (g) 1 1,210 0,537 0,673 2 1,179 0,543 0,636 3 1,245 0,560 0,685 4 1,232 0,530 0,702 5 1,222 0,521 0,701 6 1,294 0,511 0,783 7 1,145 0,485 0,660 8 1,370 0,691 0,679 Dari data pada Tabel 1 diatas kemudian dapat didapatkan nilai standar deviasi (0,0434), koefisien keragaman (6,286211), keragaman (0,120366) dan jumlah benih tisuk seberat 1 kg adalah 144.953,796 (145.000 butir). Untuk keperluan penyimpanan, benih agar ditempatkan dalam wadah kedap udara (misalnya kaleng berlapis kantong plastik pada bagian dalam) dan disimpan dalam ruang AC (18 C), atau bila tersedia dalam ruang bersuhu 4 C (Kartiko, 2001). III. Perkecambahan Dan Persemaian A. Perkecambahan Heyne (1987) menyebutkan bahwa tisuk mudah dibiakkan dengan biji tetapi tidak dengan stek. Pembibitan yang dilakukan oleh masyarakat melalui

pembiakan biji, dengan cara biji masak tanpa perlakuan disemaikan di bedeng semai yang teduh. Untuk keperluan penaburan agar digunakan media pasir halus hasil ayakan yang ditempatkan di bawah naungan. Biji ditempatkan secara merata di atas media tersebut, kemudian ditutup dengan lapisan tipis pasir halus. Penyiraman dilakukan secara teratur 2 kali sehari (pagi dan sore) dengan butiran air yang halus. Kecambah akan tumbuh setelah biji di semai sekitar satu minggu dengan persentase 85% semai hidup dan setelah 1-1,5 bulan kecambah siap disapih (Kartiko, 2001). Kecambah benih tisuk setelah berumur 1 minggu dan 1,5 bulan setelah penaburan dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 (Figure 3). Kecambah umur 1 minggu dan 1,5 bulan setelah tabur (One week old sprouts and 1.5 months old seedling after the sowing process) B. Persemaian Media sapih dapat digunakan campuran tanah dan pupuk kandang (yang telah matang) dengan perbandingan 3:1. Penyapihan dilakukan dengan

memindahkan bibit secara hati-hati dari media tabur ke media sapih. Menurut Sudrajat (2002) media sapih yang terbukti cukup baik untuk jenis tisuk adalah kompos dengan bahan dasar kulit ketela pohon (ph 6,9-7,4; C-organik 22%; N total 1,04 %; C/N ratio 21; P 98 ppm; Ca 28,8 me/100 g; Mg 10,2 me/100 g; K 8,1 me/100 g; Kapasitas Tukar Kation 60,9 me/100 g; dan Kejenuhan Basa 94 %). Bila kompos kulit ketela seperti dimaksud di atas tidak tersedia, dapat digunakan campuran tanah dan pupuk kandang (yang telah matang) dengan perbandingan 1:1. Media campuran kompos serasah bambu dan tanah (1:1) memberikan hasil terbaik bagi pertumbuhan semai tisuk dan tidak berbeda nyata dengan pertumbuhan semai pada media campuran pupuk kandang dengan tanah (1:1). Bibit dengan tinggi 50 cm mulai ditanam di kebun atau pekarangan (Sudrajat, 2002). Penyapihan dapat dilakukan pada pagi atau sore hari di tempat ternaung. Menurut Sudrajat (2002) pemindahan bibit ini dilakukan pada pagi hari di bawah naungan. Setelah dipindahkan ke media sapih, usahakan agar akar dalam keadaan lurus, tidak bengkok. Bibit yang telah dipindahkan ke media sapih kemudian ditempatkan di bawah naungan dan disiram secara teratur pagi dan sore dengan butiran air yang halus. Setelah tiga bulan, bibit siap ditanam di lapangan (Sudrajat, 2002). Performance bibit tisuk umur dua minggu dan satu bulan setelah penyapihan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 (Figure 4). Bibit tisuk umur 2 minggu dan 1 bulan (Two Week and One month old -Hibiscus macrophyllus seedlings) Penempatan bibit pada kondisi yang ternaung akan mengakibatkan kondisi lingkungan yang relatif lembab sehingga mudah terserang hama seperti ulat penggulung daun (Laprosema indicata) dan kumbang. Hama ulat penggulung daun sudah menyerang semai mulai dari umur 1 bulan dan cepat menyebar ke bibit yang lain dengan intensitas serangan mencapai 30% sehingga perlu dilakukan pengendalian hama secara intensif sampai bibit siap tanam. IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN 1. Ektraksi benih dari buah tisuk dilakukan dengan penjemuran sehingga buah pecah dan benih dapat keluar kemudian untuk benih yang masih menempel dalam buah secara manual dikeluarkan dengan tangan. 2. Teknik perkecambahan benih tisuk dapat dilakukan dengan menabur langsung benih pada media tabur pasir halus hasil ayakan. 3. Teknik pembibitan tisuk dapat dilakukan dengan media sapih pupuk kandang : tanah dengan perbandingan (1:3).

B. SARAN 1. Semai tisuk sangat rentan terhadap serangan hama kumbang dan ulat penggulung daun sehingga diperlukan pengendalihan sejak awal dalam proses pembuatan bibit 2. Penggunaan media tabur pasir dan media sapih tanah : pupuk kandang (3:1) dapat digunakan dalam pembibitan tisuk. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2000. Teknik Penanganan Benih. Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Bogor. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Kartiko, H.D.P. 2001. Tisuk (Hibiscus macrophyllus Roxb ex Hornem). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia, Jilid II. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor. Sudrajat, DJ, Asep Rohandi dan Naning Yuniarti. 2002. Pengaruh Media Semai dan dosis Penyemprotan regent 50 SC Terhadap pertumbuhan Semai Tisuk (Hibiscus macrophyllus Roxb ex Hornem). Buletin Teknologi Perbenihan, Bogor Syamsuwida. D, Naning Yuniarti, Rina Kurniaty dan Zaenal Abidin. 2003. Teknik Penanganan Benih Ortodok Buku 1. Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Bogor. Wardani, M. 2007. Waru Gunung (Hibiscus macrophyllus Roxb ex Hornem) dan Pemanfaatanya di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Info Hutan Vol. 4(4):391-397.