BAB I PENDAHULUAN. dari industri masih banyak pabrik yang kurang memperhatikan mengenai

dokumen-dokumen yang mirip
termasuk manusia dan prilakunya

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

I. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 5 TAHUN 2013

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BIRO HUKUM DAN HUMAS KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan nasional mengakibatkan teknologi berkembang secara

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA KORPORASI DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP. A. Pengertian Tindak Pidana di Bidang Lingkungan Hidup

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 63 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dengan baik agar dapat menjadi sumber penghidupan bagi manusia

KEBIJAKAN PEMULIHAN LAHAN TERKONTAMINASI DAN TANGGAP DARURAT LIMBAH B3

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

Kebijakan BLHD Kota Tangerang Selatan dalam Pengelolaan Limbah. Oleh : DR. RAHMAT SALAM, M.Si

LAPORAN KEGIATAN PENGKAJIAN BAKU MUTU KUALITAS UDARA AMBIEN LAMPIRAN. PP No.41 TAHUN 1999

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP [LN 2009/140, TLN 5059]

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

- 1 - PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 02 TAHUN 2012

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 10 TAHUN 2013 T E N T A N G PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN PEMULIHAN LAHAN TERKONTAMINASI DAN TANGGAP DARURAT LIMBAH B3

Kerangka Hukum & Regulasi Kesehatan Lingkungan Yang Berorientasi Pada Pembangunan Berkelanjutan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. barang dan jasa, pemakaian sumber-sumber energi, dan sumber daya alam.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II DASAR-DASAR PENGELOLAAN LIMBAH B3

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 masyarakat sekitarnya akan sangat berbahaya dan menimbulkan masalah kesehatan baru diantaranya tetanus, infeksi, pencemaran udara dan pencemaran air

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LANDAK BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN PENCEMARAN PERAIRAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 45 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 3

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 515 TAHUN : 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN LIMBAH

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan

-1- BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 810 TAHUN : 2011

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Penegakan Hukum Administrasi Terhadap Analisis Mengenai Dampak Lingkungan(AMDAL) Berdasarkan Undang-Undang 32 Tahun 2009 Di Kota Jambi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Lingkungan Hidup merupakan hal yang sangat penting akhir-akhir ini ini, terutama dalam hal pengelolaan lingkungan hidup khususnya pengelolaan limbah dari industri masih banyak pabrik yang kurang memperhatikan mengenai pengelolaan lingkungan di wilayah sekitarnya. Peranan masyarakat dan juga pemerintah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kerusakan lingkungan pun mulai di perhatikan, serta para pelaku usaha yang bergerak di bidang industri diharapkan dapat melakukan pengelolaan terhadap lingkungannya. Karena pelanggaran yang terjadi dilapangan masih cukup tinggi yang tidak diimbangi dengan penegakan hukum terhadap perusak lingkungan. Sebagai suatu ekosistem, lingkungan hidup Indonesia terdiri dari berbagai daerah yang masing-masing sebagai subsistem yang meliputi aspek sosial budaya, ekonomi dan fisik dengan corak ragam yang berbeda antara subsistem yang satu dengan subsistem yang lain dengan daya dukung yang berlainan pula. Pembinaan dan pengembangan yang didasarkan pada keadaan dan daya dukung lingkungan akan saling mempengaruhi antara subsistem yang satu dengan yang lain, yang pada akhirnya mempengaruhi pula ketahanan ekosistem secara keseluruhan. Oleh karenanya, maka pengelolaan lingkungan hidup menuntut dikembangannya suatu 1

sistem dengan keterpaduan sebagai ciri utamanya. Ini berarti diperlukan adanya suatu kebijaksanaan nasional dalam pengelola lingkungan hidup. Oleh karena pembangunan itu pada hakekatnya adalah suatu upaya yang sadar dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk meningkatkan kehidupan rakyat. Sedang sumber daya alam itu sebagaimana kita ketahui merupakan sumber daya yang tidak terbatas, baik dalam jumlah maupun kualitasnya. Maka daya dukung lingkungan akan dapat terganggu sehingga menurunkan kualitas lingkungan hidup. Meningkatnya pembangunan dan kegiatan pertambangan, maka sudah tentu resiko pencemaran dan kerusakan pada stuktur dan fungsi dari ekosistem yang menjadi penunjang bagi kehidupan akan rusak karenanya. Lingkungan hidup merupakan kunci dari berkembangnya suatu Negara dalam hal kondisi ekonomi, budaya dan sumber daya manusia. Seperti yang penulis sadari toleransi terhadap lingkungan itu sangat penting, manusia tanpa lingkungan sehat dan baik tidak akan mencapai semua yang telah disebutkan diatas yakni, pencapaian ekonomi yang baik, kondisi budaya, dan sumber daya manusia. Pendistribusian dari alam kepada masyarakat yang perduli kepada lingkungan merupakan hal yang wajib diperhitungkan perkembangannya dikemudian hari. Keterkaitan erat antara orang maupun perusahaan dengan lingkungan hidup tidak mungkin dapat dipisahkan sampai akhir zaman karena hidupnya selalu berada di tengah-tengah lingkungan hidup. Lingkungan hidup yang baik, bersih 2

dan sehat sudah merupkan kebutuhan yang tidak dapat ditawar lagi untuk kepentingan kita semua. Diaturnya kewajiban-kewajiban di dalam UUPLH karena terdapat sejumlah perusahaan yang usahanya memiliki dampak terhadap lingkungan hidup. Perusahaan- perusahaan yang dimaksudkan adalah yang usahanya antara lain di bidang pertambangan, perikanan, kehutanan, peternakan, industry (batik, gula, rokok, dan sebagainya). Bagi perushaan yang usahanya tidak berdampak lingkungan hidup kewajiban- kewajiban tersebut diatas tidak dapat diberlakukan. Selain itu UUPLH Nomor 32 Tahun 2009 juga mengatur mengenai larangan-larangan di bidang lingkungan hidup yaitu dalam Pasal 69 yang ditujukan kepada setiap orang termasuk perusahaan sehingga jangkauan terhadap subjeknya menjadi amat luas 1. Ketentuan tersebut menyebutkan, setiap orang dilarang: a. Melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup; b. Memasukan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dilarang menurut peraturan perundang-undangan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. Memasukan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ke media lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia; 1 UUPLH Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 69 3

d. Memasukan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; e. Membuang limbah ke media lingkungan hidup; f. Membuang Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) ke media lingkungan hidup g. Melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan; h. Melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar; i. Menyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun AMDAL; dan/ atau j. Memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar. Dengan memerhatikan beberapa alasan yang telah diterangkan diatas melatarbelakangi munculnya kebijakan Program Penilaian Kinerja Perusahaan (PROPER) dalam pengelolaan lingkungan hidup dari Kementerian Lingkungan Hidup. Untuk itu dalam penulisan skripsi ini penulis mengusulkan skripsi berjudul TINJAUAN PERANAN INSTRUMEN PROGRAM PENILAIAN KINERJA LINGKUNGAN (PROPER) TERHADAP ASPEK PENAATAN LINGKUNGAN (STUDI KASUS PT. SOCI MAS PERIODE TAHUN 2013-2014). 4

I.2. Rumusan Masalah Penelitian Dilihat dari penjelasan yang telah penulis uraikan diatas, maka yang menjadi pertanyaan adalah : 1. Bagaimana peran dan fungsi Program Penilaian Kinerja Perusahaan (PROPER) dalam penaatan hukum lingkungan berdasarkan UUPLH Nomor 32 Tahun 2009 Jo PERMEN LH nomor 03 Tahun 2014? 2. Bagaimana upaya hukum yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup jika tidak memenuhi kriteria yang berlaku dalam penilaian standar Program Penilaian Kinerja Lingkungan (PROPER) (Studi Kasus PT. Soci Mas Periode Tahun 2013-2014)?. I.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah diuraikan oleh penulis diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui sejauh mana peran dan fungsi Program Penilaian Kinerja Perusahaan (PROPER) dapat mendorong penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup. 2. Untuk mengetahui upaya hukum yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup jika tidak memenuhi kriteria yang berlaku dalam penilaian standar Program Penilaian Kinerja Lingkungan (PROPER). 5

I.4. Metode Penelitian Metode diartikan sebagai suatu jalan atau cara untuk mencapai sesuatu. Sebagaimana tentang cara penelitian harus dilakukan, maka metode penelitian yang digunakan penulis antara lain mencakup : 1.4.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian hukum yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Tipe Penelitian Hukum Normatif; Tipe penelitian hukum ini disebut juga Penelitian Kepustakaan (Library Research), adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menelusuri atau menelaah dan menganalisis bahan pustaka atau bahan dokumen siap pakai. Kegiatan yang dilakukan dapat berbentuk menelusuri dan menganalisis peraturan, membaca dan membuat rangkuman dari buku acuan. 1.4.2 Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Deskriptif Analitis. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara sistematis dan menyeluruh yang dapat membantu memperkuat teori-teori tentang Peranan Instrumen Program Penilaian Kinerja Perusahaan (PROPER) terhadap aspek penaatan lingkungan. 6

1.4.3 Jenis Pengumpulan Bahan Hukum a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mengikat dan diperoleh dari permasalahan yang terjadi terkait peranan program penilaian kinerja perusahaan dengan studi kasus PT. Soci Mas diantaranya, UUPLH nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan-peraturan yg terkait di dalamnya, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 03 tahun 2014 tentang Program Penilaian Kinerja Perusahaan (PROPER), laporan pengelolaan limbah B3 PT. Soci Mas, laporan pelaksanaan pemulihan lahan terkontaminasi limbah B3, Raport Penaatan Program Penilaian Kinerja Perusahaan (PROPER) periode 2011-2012 dan 2013-2014 (terlampir). b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer diantaranya yang berasal dari, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, jurnal, serta buku-buku kepustakaan yang dapat dijadikan referensi dalam penelitian ini. c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan 7

sekunder, seperti kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif, dan sarana-sarana pendukung lainnya 2. 1.4.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, yaitu suatu teknik pengumpulan bahan hukum yang menggunakan dan memahami kebenaran yang telah diperoleh dari hasil penelitian untuk dicari hubungan antara satu dengan yang lain kemudian disusun secara sistematis. Teknik pengumpulan bahan hukum secara analisis kualitatif dilakukan dengan cara menyeleksi data yang telah terkumpul dan memberikan penafsiran terhadap bahan hukum itu baru kemudian menarik kesimpulan dari studi kasus PT. Soci Mas. I.5 Definisi Operasional I.5.1 Lingkungan Hidup adalah, kesatuan ruang dengan semua benda, aya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelansungan peri kehidupan, dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain 3. I.5.2 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah, upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan atau 2 Soerjono Soekanto, Metode Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, UI Press, Jakarta : 2007), hlm. 52 3 Indonesia, Undang-undang Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. UU No.32 Tahun 2009. 8

kerusakan lingkungan yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan pengakan hukum 4. I.5.3 Baku mutu lingkungan hidup adalah, ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat, eneri, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsure pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsure lingkungan hidup 5. I.5.4 Pencemaran Lingkungan Hidup adalah, masuk aatau dimasukkannya mahluk hidup, zat, eneri, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan 6. I.5.5 Limbah adalah, sisa suatu usaha dan/atau kegiatan 7. I.5.6 Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah, zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lain 8. 4 Ibid UUPLH No.32 Tahun 2009 5 Ibid UUPLH No.32 Tahun 2009 6 Ibid UUPLH No.32 Tahun 2009 7 Ibid UUPLH No.32 Tahun 2009 8 Ibid UUPLH No.32 Tahun 2009 9

I.5.7 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat Limbah B3 adalah, sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yan mengandung B 9. I.5.8 Dumping (pembuangan) adalah, kegiatan membuang, menempatkan, dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi tertentu dengan persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu 10. I.5.9 Pengelolaan Limbah B3 adalah, kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan 11. I.5.10 Audit Lingkungan Hidup adalah, evaluasi yang dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah 12. I.5.11 Program Penilaian Peringkat Kinerja Lingkungan yang selanjutnya disingkat PROPER adalah, Instrumen penaatan penaatan alternative yang dikembangkan untuk bersinergi dengan instrument penaatan lainnya guna mendorong penaatan perusahaan melalui penyebaran informasi kinerja kepada masyarakat (pubic disclosure) 13. 9 Ibid UUPLH No.32 Tahun 2009 10 Ibid UUPLH No.32 Tahun 2009 11 Ibid UUPLH No.32 Tahun 2009 12 Ibid UUPLH No.32 Tahun 2009 13 Ibid UUPLH No.32 Tahun 2009 10

I.5.12 Izin Lingkungan adalah, izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperolah izin usaha dan/atau kegiatan 14. I.5.13 Pencemaran Lingkungan Hidup adalah, masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energy, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan 15. I.5.14 Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup adalah, serangkaian kegiatan penanganan lahan terkontaminasi yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemantauan untuk memulihkan fungsi lingkungan hidup yang disebabkan oleh pencemaran lingkungan hidup dan/atau perusakan lingkungan hidup 16. 14 Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun,PP Nomor 101 Tahun 2014 15 Ibid PP Nomor 101 Tahun 2014 16 Ibid PP Nomor 101 Tahun 2014 11

I.6. Sistematika Penulisan Dalam skripsi ini penulis akan membagi tulisan menjadi beberapa bagian BAB, Yaitu : I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah I.2 Rumusan Masalah I.3 Tujuan Penulisan I.4 Metodologi Penulisan I.5 Sistematika Penulisan II. BAB II Pengertian Hukum Lingkungan II.1 Hukum Lingkungan II.2 Perlindungan Lingkungan II.3 Pengelolaan Limbah II.4 Audit Lingkungan III. BAB III Program Penilaian Kinerja Perusahaan (PROPER) III.1 Dasar Hukum III.2 Peran dan Fungsi III.3 Keterkaitan Program Penilaian Kinerja Perusahaan (PROPER) dengan aspek penaatan lingkungan IV. Upaya Hukum Perusahaan (PT. Soci Mas) Jika Tidak Memenuhi Ketentuan Yang Berlaku Dalam Penilaian Standard Program Penilaian Kinerja Perusahaan (PROPER) IV.1 Kasus Posisi PT. Socimas 12

IV.2 Analisa IV. Penutup V.1 Kesimpulan V.2 Saran Pada bab ini penulis akan menyampaikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang ada serta saran-saran yang diharapkan dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang dibahas. 13