BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan predikat investment grade level. Kedua, pendapatan perkapita yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, yang berdampak pada pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. sekarang ini. Perusahaan perusahaan melakukan berbagai cara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dunia bisnis begitu pesat mengakibatkan timbulnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dasar dalam sistem perekonomian dan globalisasi telah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman saat ini telah menyebabkan adanya pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia bisnis dengan memanfaatkan globalisasi serta

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di era globalisasi yang semakin kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin ketat akibat perubahan teknologi, ekonomi, dan kondisi situasi

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2013). Adapun sektor-sektor yang termasuk ke dalam industri minuman

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan dan lahirnya perusahaan-perusahaan, baik itu bergelut dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini tantangan bisnis ke depan akan semakin berat ditandai dengan

I. PENDAHULUAN. Minuman ringan (soft drink) adalah minuman yang tidak mengandung. alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menuntut setiap orang untuk dapat berpikiran maju. Ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah mempertahankan pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan persaingan yang semakin tinggi diantara

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi menyebabkan terjadinya perdagangan bebas yang

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi mengubah kondisi persaingan bisnis ke arah kondisi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian dunia masih mencerminkan resiko yang harus

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dari banyak dan berkembangnya perusahaan elektronik bertaraf

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pertimbangan bagi calon konsumen dalam memilih sebuah brand. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. konsumen karena dipengaruhi oleh daya beli, begitu juga dengan dunia

BAB I PENDAHULUAN. No Industri Market Size (dalam triliun)

BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan suatu bisnis tergantung pada ide, peluang dan pelaku bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. daya beli yang sangat tinggi, dan selalu mengikuti perkembangan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri seorang wanita maupun pria akan timbul dengan rambut yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan munculnya integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun mengalami perkembangan

JUDUL PENGARUH FAKTOR HARGA, MEREK, DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP MINAT BELI PRODUK HEMAVITON DI GEDANGAN SIDOARJO. Disusun Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang hendak memasuki

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, dan daya beli mereka. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yang akan datang, semakin mengharuskan setiap perusahaan untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. dsb. Oleh karena itu para perusahaan berlomba-lomba membuat produk. Wafer merupakan makanan ringan atau snack yang dapat dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar pada saat ini semakin meningkat sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan industri saat ini telah mengalami kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapannya. Sehingga berakibat pelanggan akan lebih cermat dan pintar

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan biaya menambah pelanggan baru (Chang et al., 2012:24) Produk bersaing atas merek memudahkan pembeli mengidentifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat menyebabkan peran

PENDAHULUAN. Latar Belakang. waktu tahun 2010 sampai 2014 (Badan Pusat Statistik, 2015), disertai

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini di mana perubahan teknologi dan arus informasi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebutuhan mereka di pasar. Perusahaan akan mendapat tempat di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Market Size No. Industri Telekomunikasi 27% 30%

BAB I PENDAHULUAN. dihubungi di manapun berada menyebabkan telepon selular menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. cepat tak terkecuali di Indonesia sendiri. Beragamnya produk yang memasuki

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan diri menghadapi terjadinya perubahan-perubahan besar pada

BAB I PENDAHULUAN. jenis kosmetika seperti lipstik, pelembab, pensil alis, mascara ataupun

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lainnya. Persaingan terjadi pada beberapa sektor baik industri jasa dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan dunia usaha berjalan sangat pesat, banyak bidang

BAB I PENDAHULUAN. arah pasar konsumen artinya kondisi pasar di tangan konsumen. Konsumen. bebas menggunakan uang yang dimilikinya serta bebas untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan satu dengan perusahaan lainnya, baik perusahaan yang bergerak di

BAB I PENDAHULUAN. akan barang-barang konsumsi. Oleh sebab itu produksi barang-barang. yang selanjutnya akan melahirkan persaingan di pihak produsen.

BAB I PENDAHULUAN. banyak apabila dinilai dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Terciptanya

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat pengguna telepon genggam atau handphone. Fenomena yang muncul

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran merupakan ujung tombak kegiatan bisnis yang dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUANAN. banyaknya perusahaan perusahaan yang menawarkan produk yang sejenis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Teh Hijau merupakan jenis teh tertua yang dalam pembuatannya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam skala kecil dan besar, juga adanya berbagai kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Indonesia, tidak boleh mengabaikan bidang teknologi komunikasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi dan dunia bisnis, mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi perekonomian yang berfokus pada arah era globalisasi, persaingan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut korporasi baik di dalam maupun di luar korporasi. Walaupun proses

BAB I PENDAHULUAN. Pada kondisi pasar seperti sekarang ini, kosumen memiliki. berbagai alasan memilih suatu produk untuk memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. akan menjadi semakin penting. Seorang produsen tidak hanya cukup

BAB I PENDAHULUAN. dan minuman saat ini menyebabkan makin kompetitifnya persaingan, dimana

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Industri jasa di Indonesia telah menunjukkan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. daripada biaya untuk mempertahankan pelanggan (Peter dan Olson, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Berawal dari kebutuhan manusia yang beraneka ragam, perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari itu, merek adalah janji perusahaan secara konsisten memberikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatkan kegiatan komunikasi pemasaran terpadu. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi menyebabkan hilangnya batas-batas suatu negara untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. bersaing untuk meningkatkan kualitas produk masing-masing. Perubahan konsep

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam mengkombinasikan fungsi-fungsi pemasaran. produk tersebut dipasaran. Salah satunya adalah bagaimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasarkan suatu produk kita dapat menggunakan pendekatan bauran

Aktivitas Integrated Marketing Communications Terhadap Brand Image Untuk Industri Rokok Kelas Mild

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat sangatlah beraneka

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin terintegrasi tanpa rintangan dan batas teritorial negara. Hal ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan besar dalam industri Indonesia yang terjadi dalam dua dekade,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan perekonomian dunia saat ini termasuk juga Indonesia pada. berkembang pesat, tantangan dalam bidang industri semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain menciptakan produk yang memiliki keunikan tersendiri dan dengan

BAB I PENDAHULUAN. baik yang kemudian berpengaruh terhadap berbagai sektor industri yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. maka keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan besar pula.

BAB I PENDAHULUAN. sama peran brand akan semakin penting. Dengan demikian, brand saat ini tak

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang tidak mengenal batas membuat dunia bisnis harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri keuangan syariah yang meliputi perbankan,

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. pastinya dapat mendatangkan keuntungan bagi produsennya.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki daya tarik tersendiri untuk memasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar menjadi pasar potensial

BAB I PENDAHULUAN. baru diluncurkan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah jauh lebih dulu

BAB I PENDAHULUAN. ketat khusunya untuk perusahaan yang sejenis. mereka dituntutuntuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. banyak, baik dalam jumlah maupun jenisnya. Perusahaan-perusahaan saling

LIKA WIDAYANTI B

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di tengah kondisi krisis keuangan global, Indonesia telah menunjukan ekonomi yang cukup berkembang pada 2011. Pertama, Indonesia kembali mendapatkan predikat investment grade level. Kedua, pendapatan perkapita yang telah mencapai USD 3.000 dan ketiga, capaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sebesar 6,5 persen (triwulan III-2011). (Majalah Marketeers edisi desember 2011). Hal ini menunjukan bahwa perekonomian Indonesia semakin membaik dan diperkirakan akan meningkatkan persaingan di berbagai sektor industri sebagai dampak dari perubahan perilaku konsumen dan meningkatnya permintaan barang. Salah satu sektor industri yang potensial di Indonesia adalah industri farmasi. Industri farmasi saat ini berkembang pesat seiring dengan ditemukannya berbagai ramuan obat-obatan modern untuk mengobati berbagai macam penyakit. Di masyarakat terutama perkotaan, metode pengobatan mulai bergeser dari pengobatan dengan cara tradisional menjadi cara yang lebih modern. Obat-obat modern lebih disukai karena lebih mudah memperolehnya serta dikemas secara menarik dan higienis. 1

2 Berdasarkan hasil riset MARS Indonesia tahun 2011, dari populasi yang mengalami sakit, sebanyak 89,5% melakukan pengobatan secara modern. Sementara itu, hasil riset BPS pada tahun 2010 di seluruh Indonesia memperlihatkan bahwa sebanyak 59,6% masyarakat pernah menderita sakit. (http://www.marsindonesia.com/) Jumlah ini tentu merupakan pasar yang sangat potensial bagi produsen produk-produk farmasi untuk memasarkan mereknya Produsen dalam industri farmasi dituntut untuk melakukan terobosan bisnis yang baru agar dapat mengungguli para pesaing, dengan menghasilkan produk yang diinginkan dan dapat diterima oleh konsumen. Saat ini konsumen tidak hanya mengharapkan kualitas yang tinggi dari produk, tapi mempertimbangkan manfaat yang akan mereka terima dari produk tersebut. Indeks rata-rata best brand industri farmasi dari tahun 2009-2011 menunjukan adanya kenaikan yang berarti bahwa industri ini mampu menghasilkan produk yang memang diharapkan konsumen. Tabel 1.1 menunjukan indeks rata-rata industri farmasi. TABEL 1.1 INDEKS RATA-RATA BEST BRAND 2010-2011 INDUSTRI FARMASI Tahun Industri farmasi Total Obat Obat Obat Obat Obat Multivitamin ratarata flu batuk sakit maag diare kepala 2010 32.3 31.0 31.3 29.0 29.6 31.7 30.7 2011 38.7 38.3 40.8 38.1 36.7 37.3 38.3 Sumber : Swa edisi 15-28 juli 2011, Swa edisi 4-13 oktober 2010 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa rata-rata kinerja produk farmasi pada tahun 2010 sampai tahun 2011 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 memiliki

3 indeks sebesar 20,5 pada tahun 2010 meningkat menjadi 30,7 dan pada tahun 2011 kenaikan indeks menjadi 38,3. Hal ini terjadi karena pemanasan global serta perubahan iklim yang terjadi sehingga penurunan tingkat kesehatan masyarakat. Diantara berbagai produk farmasi yang ada, industri multivitamin berkembang begitu pesat, dapat dilihat dari Tabel 1.1 bahwa multivitamin menunjukan peningkatan index rata- rata dari tahun-ketahunnya. Industri ini diminati konsumen karena pasar di Indonesia yang cukup potensial, baik dilihat dari jumlah produk dan tingginya konsumsi terhadap produk ini serta mengingat produk farmasi merupakan kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk menjaga daya tahan tubuh yang pastinya hal ini menjadi peluang berkembangnya industri ini. Adapun dalam perkembangannya terdapat beberapa merek multivitamin di Indonesia serta yang berhasil menjadi pemain besar dalam persaingan multivitamin di Indonesia. Tabel dibawah ini merupakan top brand index multivitamin. TABEL 1.2 TOP BRAND INDEX MULTIVITAMIN Merek Top Brand Index 2011 2010 Hemaviton 21.6 18.0 Fatigon 21.2 14.7 Enervon c 19.3 17.1 Sangobion 10.2 10.5 Redoxon 6.5 6.3 Neurobion 4.4 3.3 Cerebrofit 2.9 3.7 Sakatonik liver 1.6 2.5 Sumber : majalah marketing edisi februari 2011, februari 2010

4 Tabel 1.2 menunjukkan beberapa merek multivitamin yang bersaing di Indonesia. Top brand peringkat pertama tahun 2011 adalah multivitamin merek Hemaviton. Hemaviton mengalahkan pesaing utamanya yaitu Fatigon di peringkat dua serta Enervon Cdiperingkat ketiga. Fatigon menjadi peringkat kedua mengalahkan Enervon C yang pada tahun sebelumnya berada di peringkat ketiga. Fatigon telah membuktikan bahwa mereknya telah diakui memiliki kesadaran merek (brand awareness) yang tinggi dalam masyarakat. Banyaknya merek-merek baru maupun merek lama dari pesaing yang bersaing untuk meperebutkan konsumen merupakan masalah baru bagi merek yang ingin menjadi market leader di pasar ini. Setiap merek dalam industri multivitamin berkompetisi untuk meraih pangsa pasar dengan menawarkan produk yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Intensitas persaingan yang tinggi pada industri ini menyebabkan konsumen dihadapkan pada beberapa jenis produk dengan berbagai variasi, merek, kemasan, serta kualitas produknya untuk mendominasi pasar guna merebutkan penguasaan market share yang nantinya akan berpengaruh pada tingkat pembelian. Berikut ini pangsa pasar (market share) industri produk multivitamin dapat dilihat pada Tabel 1.3. TABEL 1.3 MARKET SHARE MULTIVITAMIN Merek Market Share (%) 2011 2010 2009 2008 Hemaviton 27.0 24.0 28.5 29.4 Fatigon 17.8 20.0 16.4 16.0 Enervon c 12.9 11.3 15.0 11.6 Natur e 4.3 - - -

5 Redoxon 5.0 6.3-14.0 Sumber : swa edisi 15-28 juli 2011, swa edisi 4-13 oktober 2010 Tabel 1.3 menunjukkan market share produk Fatigon pada tahun 2011 mengalami penurunan, penurunan market share ini menjadi sebuah ancaman bagi Fatigon karena hal ini akan berdampak pada jumlah pelanggan yang dimiliki, karena tidak dapat dipungkiri perpindahan ke merek pesaing pasti terjadi. Perpindahan ke merek pesaing diakibatkan adanya kejenuhan atau ketidakpuasan konsumen pada produk yang dikonsumsi. Berikut Tabel 1.4 menunjukkan data kinerja merek multivitamin. TABEL 1.4 KINERJA MEREK MULTIVITAMIN DI INDONESIA TAHUN 2009-2011 Merek Brand Value 2011 2010 2009 2008 Hemaviton 49.3 49.1 45.3 28.2 Fatigon 44.2 45.2 37.2 15.2 Enervon C 42.3 41.1 34.6 7.9 Natur E 38.8 - - - Redoxon 38.6 37.5 36.4 11.5 Sumber : swa edisi 15-28 juli 2011, swa edisi 4-13 oktober 2010 Tabel 1.4 menunjukkan kinerja merek Fatigon pada tahun 2011 mengalami penurunan. Melihat kondisi seperti ini menunjukkan multivitamin Fatigon belum mampu mempertahankan brand value sehingga hal ini akan sangat berpengaruh pada menurunnya keputusan pembelian konsumen dan mengindikasikan adanya perpindahan pelanggan lama multivitamin Fatigon ke produk kompetitor. Data penurunan pangsa pasar yang dilakukan oleh majalah SWA juga diperkuat dengan temuan indikasi rendahnya pangsa pasar multivitamin merek Fatigon di antara masyarakat yang berkunjung di Sabuga Sport Center Bandung,

6 melalui survei pra penelitian yang dilakukan pada bulan Februari 2012. Survei ini dilakukan terhadap pengunjung yang mengkonsumsi multivitamin Fatigon di Sabuga Sport Center Bandung yang merupakan arena untuk aktivitas olahraga, karena pada umumnya pembelian multivitamin dilakukan oleh masyarakat yang sadar akan kebutuhan multivitamin untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh karena tidak ingin mengganggu aktivitas sehari-harinya. Survei ini diajukan terhadap 30 responden. Berikut Tabel 1.5 penggunaan produk terakhir multivitamin. TABEL 1.5 PENGGUNAAN PRODUK MULTIVITAMIN No. Merek Responden Presentase 1. Hemaviton 10 33% 2. Enervon C 7 23% 3. Fatigon 6 20% 4. Redoxon 4 14% 5. Natur E 3 10% Jumlah 30 100% Sumber : Pra penelitian terhadap 30 Responden pengunjung Sabuga Sport Center,2012 Berdasarkan Tabel 1.5 Penggunaan produk terakhir multivitamin, menunjukan bahwa pengguna multivitamin Fatigon berada di urutan ketiga dengan 20% berbeda dengan pesaing terdekatnya Hemaviton dan Enervon C yang secara nasional mengalami kenaikan penjualan, pada penggunaan produk terakhir berada di peringkat pertama dan kedua dengan 33% dan 23%. Data pangsa pasar multivitamnin Fatigon dan rendahnya tingkat konsumsi multivitamnin Fatigon di antara pengunjung Sabuga Sport Center Bandung, mengindikasikan rendahnya tingkat keputusan pembelian, maka dapat diartikan bahwa keputusan pembelian produk Fatigon mengalami permasalahan.

7 Keputusan untuk membeli timbul karena adanya penilaian yang objektif atau dorongan emosi. Fandy Tjiptono (2008:156)menyatakan bahwa keputusan pembelian didasari pada informasi tentang keunggulan suatu produk yang disusun sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan merubah seseorang untuk melakukan keputusan pembelian. Setelah menganalisis Tabel 1.3 dan 1.4 dapat dikatakan bahwa Fatigon mengalami penurunan pangsa pasar (market share) dan kinerja merek (brand value). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi suatu permasalahan yang menyebabkan terjadinya penurunan penjualan Fatigon yang menggambarkan adanya permasalahan perilaku konsumen pada saat proses keputusan pembelian. Penurunan kinerja produk dialami oleh Fatigon menunjukkan bahwa multivitamin Fatigon ini belum mampu memenuhi keinginan pelanggannya. Perusahaan dituntut untuk melakukan strategi guna memuaskan konsumen. Sekali konsumen melakukan pembelian, maka evaluasi pasca pembelian terjadi. Jika kinerja produk sesuai dengan harapan konsumen, konsumen akan puas. Jika tidak, kemungkinan pembelian akan berkurang. Apabila konsumen merasa puas, bukan tidak mungkin mereka akan melakukan pembelian ulang dan mampu memaksimalkan laba perusahaan. Berikut Tabel 1.6 faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian terhadap merek multivitamin Fatigon. TABEL 1.6 FAKTOR YANG DMEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN MULTIVITAMIN FATIGON Kategori Persentase (%) Varian 13

8 Mutu 10 Harga 17 Merek 33 Komposisi 20 Kemasan 7 Jumlah 100 Sumber : Pra penelitian terhadap 30 Responden pengunjung Sabuga Sport Center,2012 Tabel 1.6 menunjukkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian terhadap merek multivitamin Fatigon. Dari beberapa faktor yang memiliki pengaruh cukup kuat adalah faktor merek sebesar 33%. Hal ini berarti bahwa konsumen mempertimbangkan faktor merek sebagai pilihan produknya. Berbagai upaya dilakukann PT Kalbe Farma untuk meningkatkan keputusan pembelian multivitamin Fatigon salah satu cara yang ditempuh untuk menciptakan keputusan pembelian dengan cara menciptakan kepribadian merek, karena menurut Schiffman & Kanuk (2007:134) Konsumen sering kali merasa kesulitan ketika harus mengekpresikan identitasnya karena itu biasanya mereka menggunakan merek yang mengandung simbol dan arti yang dapat menggambarkan dirinya. Oleh karena itu konsumen akan memiliki kecenderungan untuk membeli merek yang memiliki kepribadian serupa konsep dirinya. Dengan kata lain pemilihan merek merupakan cara individu untuk mengapresiasikan dirinya tentunya dengan asumsi bahwa seseorang memiliki karakter-karakter yang stabil. Kecenderungan ini mendorong pemilik merek untuk menyelaraskan gaya hidup konsumennya dengan emosional merek.

9 Strategi yang di lakukan oleh Fatigon untuk menciptakan kepribadian merek antara lain menonjolkan sifat semangat yang dibangun melalui kampanye Fatigon Aksi Semangat Indonesia secara offline maupun online. Pada kampanye tersebut mengomunikasikan Fatigon dapat membantu menyiapkan performance yang bagus dari awal aktivitas sampai akhir, jadi tetap terus on semangatnya. Kegiatan ini diharapkan mampu membangkitkan semangat masyarakat Indonesia untuk melakukan yang terbaik. Gerakan ini adalah sebuah gerakan moral untuk membangkitkan semangat seluruh elemen masyarakat untuk bekerja dengan semangat dan lebih produktif, dengan mengusung aktivitas-aktivitas positif yang sarat inspirasi dan motivasi. Adapun kegiatan Aksi Semangat Indonesia Indonesia Produktif terdiri atas Aksi Semangat 1) Pemilihan Tokoh Inspirational, Aksi Semangat 2) Jalan Sehat Produktif di 10 kota besar dan Bazaar Produktivitas, Lomba Foto Produktivitas, Kompetisi Kisah Sosok Produktif, dan Edukasi Kesehatan (Cek Kesehatan dan Pembagian multivitamin bekerjasama dengan Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi) dan Aksi Semangat 3) Penghargaan Sosok Aksi Semangat. Multivitamin Fatigon memotivasi masyarakat Indonesia untuk memiliki semangat bekerja dan berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap aktivitas. (www.aksisemangat.com/ Upaya yang dilakukan Multivitamin Fatigon untuk membangun kepribadian merek di benak konsumen yang ditonjolkan melalui gerakan dan kampanye Aksi Semangat-Indonesia Produktif dapat mengajak masyarakat menjaga kesehatan, bangkit, serta bekerja dengan penuh semangat dan lebih

10 produktif dengan slogan Sehat dan Semangat Setiap Hari diharapkan dapat meningkatkan keputusan pembelian produk multivitamin Fatigon. Menurut Anoraga dalam journal of bussiness strategy and excecution (Eka Nurani S dan Jony Haryanto 2011:111) secara umum personalitas merek merupakan pemanfaatan karakteristik manusia sebagai salah satu identitas dari merek agar membangun hubungan emosional kepada konsumen dan dengan personalitas merek dapat membedakan suatu merek terhadap merek pesaingnya. Pendekatan menarik yang dilakukan oleh suatu perusahaan, maka konsumen secara sengaja dipengaruhi untuk mulai mengevaluasi keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh jika membeli produk yang ditawarkan dan dengan mudah konsumen menemukan produk yang sesuai dengan kepribadiannya yang diinginkan dan pada akhirnya akan menciptakan suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen yang bersangkutan sebelum mengadakan pembeliatan atas produk tersebut. Sasaran objek dalam penelitian ini adalah pengunjung Sabuga Sport Center Bandung yang menggunakan multivitamin Fatigon. Alasan pemilihan sasaran objek tersebut karena menyesuaikan dengan Target dari multivitamin Fatigon adalah masyarakat yang sadar untuk menjaga kesehatan, bangkit, serta bekerja dengan penuh semangat dan lebih produktif. Dan karena berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan di Sabuga Sport Center Bandung mengalami permasalahan pada keputusan pembelian multivitamin Fatigon yang ditunjukkan di Tabel 1.5.

11 Berdasarkan data tersebut, terdapat permasalahan dari keputusan pembelian multivitamin Fatigon pada pengguna multivitamin Fatigon di Sabuga Sport Center Bandung. Berdasarkan uraian di atas penulis merasa perlu mengadakan penelitian dengan judul : Pengaruh Kepribadian Merek Terhadap Keputusan Pembelian (Survey terhadap Pengguna Multivitamin Fatigon di Sabuga Sport Center Bandung ). 1.2 Identifikasi Masalah Industri farmasi saat ini berkembang pesat seiring dengan ditemukannya berbagai ramuan obat-obatan modern untuk mengobati berbagai macam penyakit. Di masyarakat terutama perkotaan, metode pengobatan mulai bergeser dari pengobatan dengan cara tradisional menjadi cara yang lebih modern. Obat-obat modern lebih disukai karena lebih mudah memperolehnya serta dikemas secara menarik dan higienis. Berdasarkan hasil riset MARS Indonesia tahun 2011, dari populasi yang mengalami sakit, sebanyak 89,5% melakukan pengobatan secara modern. Diantara berbagai produk farmasi yang ada, industri multivitamin berkembang begitu pesat, dapat dilihat dari Top Brand Index bahwa multivitamin menunjukan peningkatan index rata-rata dari tahun ketahunnya. Industri ini diminati konsumen karena pasar di Indonesia yang cukup potensial, baik dilihat dari jumlah produk dan tingginya konsumsi terhadap produk ini serta mengingat produk farmasi merupakan kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan oleh

12 masyarakat untuk menjaga daya tahan tubuh yang pastinya hal ini menjadi peluang berkembangnya industri ini. Multivitamin Fatigon merupakan merek multivitamin yang memiliki kesadaran merek (brand awareness) yang tinggi dalam masyarakat. Kesadaran merek (brand awareness) tidaklah cukup untuk dapat menjaga kinerja suatu merek agar dapat bersaing di pasar multivitamin Indonesia. Banyaknya merekmerek baru maupun merek lama dari pesaing yang bersaing untuk meperebutkan konsumen merupakan masalah baru bagi merek yang ingin menjadi market leader di industri multivitamin Multivitamin Fatigon merupakan salah satu multivitamin yang cukup dikenal oleh konsumen Indonesia. Multivitaminn Fatigon mengalami penurunan tingkat keputusan pembelian. Hal ini diakibatkan dengan kehadiran merek-merek baru pesaing yang memiliki kualitas dan kinerja yang lebih baik, sehingga banyak pemain kategori multivitamin pada akhirnya dapat dengan mudah melakukan perpindahan ke merek pesaing. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka yang menjadi tema sentral masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. Kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk menjaga daya tahan tubuh selama melakukan aktivitas khususnya kategori multivitamin yang semakin meningkat menyebabkan produsen multivitamin bersaing menjadi yang terbaik untuk menguasai pasar. Adanya persaingan yang tinggi antar produsen multivitamin yang dihadapkan pada berbagai pilihan menyebabkan penurunan tingkat keputusan pembelian multivitamin Fatigon sehingga diperlukan beberapa upaya untuk meningkatkan kembali keputusan pembelian tersebut. Strategi yang dilakukan oleh multivitamin Fatigon untuk meningkatkan keputusan pembelian

13 adalah melalui kepribadian merek. Strategi tersebut diharapkan dapat meningkatkan keputusan pembelian multivitamin Fatigon. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan penelitian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah untuk diteliti sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran kepribadian merek pada multivitamin Fatigon di Sabuga Sport Center Bandung 2. Bagaimana gambaran keputusan pembelian multivitamin Fatigon di Sabuga Sport Center Bandung 3. Seberapa besar pengaruh kepribadian merek terhadap keputusan pembelian multivitamin Fatigon di Sabuga Sport Center Bandung 1.4 Tujuan peneltian Adapun tujuan penelitian dari penelitian ini yang hendak dicapai, yaitu : 1. Memperoleh deskripsi mengenai kepribadian merek pada multivitamin Fatigon di Sabuga Sport Center Bandung 2. Memperoleh deskripsi mengenai keputusan pembelian multivitamin Fatigon di Sabuga Sport Center Bandung 3. Memperoleh deskripsi mengenai besarnya pengaruh kepribadian merek dapat berpengaruh pada keputusan pembelian multivitamin Fatigon di Sabuga Sport Center Bandung

14 1.5 Kegunaan Penelitian Adapun yang menjadi kegunaan dari penelitian yaitu berupa kegunaan dan praktis maupun teoritis : 1. Secara Teoritis/Akademik Mengembangkan ilmu Manajemen Pemasaran, melalui pendekatan serta metode-metode yang digunakan terutama dalam upaya menggali pendekatan-pendekatan baru dalam aspek strategi pemasaran yang penggunaan kepribadian merek terhadap keputusan pembelian multivitamin Fatigon sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi para akademisi dalam mengembangkan teori pemasaran. 2. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan-perusahaan khususnya PT. Kalbe Farma dalam upaya meningkatkan penjualan multivitamin Fatigon melalui strategi kepribadian merek dan memberikan gambaran tentang pengambilan keputusan pembelian konsumen.