BAB I PENDAHULUAN. virus dari golongan Arbovirosis group A dan B. Di Indonesia penyakit akibat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. langsung yang disebabkan oleh bakteri Microbacterium tuberkulosa yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dinas Kesehatan Kota Surabaya adalah suatu instansi pemerintahan Kota

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh AGUS SAMSUDRAJAT J

BAB I PENDAHULUAN. umum dari kalimat tersebut jelas bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak untuk

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

BAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB. I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

Seminar Nasional Mewujudkan Kemandirian Kesehatan Masyarakat Berbasis Preventif dan Promotif ISBN:

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. misalnya akibat gigitan nyamuk dapat menyebabkan dermatitis, alergika dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat pada saat ini, telah

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

PARTISIPASI REMAJA SMA DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN SUKOHARJO

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

Fajarina Lathu INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB I PENDAHULUAN juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5.

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. 3 tahun berturut turut. Berdasarkan laporan yang masuk dari rumah sakit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BLITAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan karena selain berpengaruh

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. Pendahuluan Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup

DAFTAR ISI. ABSTRAK... vi. KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... xv. DAFTAR LAMPIRAN... xxii

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi saat ini berkembang dengan pesat

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya ini cenderung menurun bersamaan dengan terus membaiknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deman Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirosis group A dan B. Di Indonesia penyakit akibat gigitan nyamuk yang paling bermasalah adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya dan Japanese Encephalitis (JE). Penyakit DBD mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, dan setelah itu jumlah kasus DBD terus bertambah seiring dengan meluasnya daerah endemis DBD. Pada tiga tahun terakhir (2008-2010) jumlah rata-rata kasus yang dilaporkan sebanyak 150.822 kasus dengan rata-rata kematian 1.321. Situasi kasus DBD tahun 2011 sampai dengan juni 2011 dilaporkan sebanyak 16.612 orang dengan kematian sebanyak 142 orang (Depkes, 2011). Dari jumlah kasus tersebut, proporsi penderita DBD pada perempuan sebesar 50,33% dan laki-laki sebesar 49,67% (Depkes, 2011). Disisi lain angka kematian akibat DBD pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. Dinas Kesehatan kota Surabaya adalah salah satu instansi pemerintahan kota Surabaya yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat kota Surabaya. Sesuai dengan peraturan walikota nomor 91 tahun 2008, dinas kesehatan kota surabaya mempunyai tugas menyelenggarakan kewenangan daerah dalam bidang kesehatan dan tugas pembantuan yang di berikan oleh pemerintah. Pembangunan kesehatan di arahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, serta untuk mencapai

2 komitmen internasional, yang di tuangkan dalam millenium development goals(mdgs) dengan tujuan yang terkait langsung dengan bidang kesehatan yaitu menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV- AIDS, TB dan Demam Berdarah Dengue (DBD) serta penyakit lainnya dan yang tidak terkait langsung yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan serta mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Dalam menjalankan tugasnya agar mencapai tujuan yang sudah di tentukan di atas. Dinas kesehatan kota surabaya membaginya ke dalam beberapa seksi bagian. Salah satu seksi bagian tersebut adalah seksi pengendalian dan pemberantasan penyakit. Seksi pengendalian dan pemberantasan penyakit mempunyai tugas yaitu mencegah dan menanggulangi penyakit menular skala kota. Dan salah satu penyakit menular tersebut adalah penyakit DBD. Pada saat ini pihak dinas kesehatan kota surabaya sudah menjalankanprogram pengendalian DBD, yang di sesuaikan dengan surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 581/MENKES/SK/VII/1992. Dalam menjalankan program tersebut dinas kesehatan kota surabaya di bantu oleh puskesmas dalam hal operasional pengobatan sehari-hari. Dari proses yang sudah di dapat oleh puskesmas, puskesmas memberikan form kasus harian yang selanjutnya proses tersebut di olah, pelaporan oleh pihak dinas kesehatan Kota Surabaya dilakukan dengan menggunakan media form KLB dan Form K-DBD. Dimana dari form-form tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda antara lain, Form Kasus Harian berfungsi sebagai laporan jumlah penderita yang di duga menderita penyakit DBD dimana daerahnya akan dilakukan penyelidikan dan pemfoggingan, sedangkan

3 Form Kejadian Luar Biasa (KLB) berfungsi sebagai media pelaporan jika angka kasus di sebuah daerah tinggi dengan indikator (KLB = Penderita >=3 atau Meninggal >=1). Yang dimana KLB sendiri sangat mempengaruhi meningkatnya indikator yang ditetapkan oleh pemerintah dalam mengendalikan (DBD), Form K-DBD yang berfungsi sebagai media pelaporan bulanan penderita DBD berdasarkan kecamatan. Kemudian pihak dinas melakukan monitoring setiap hari jika terjadi kasus dengan cara memantau penyelidikan epidemiologi (PE) sesuai standard pada saat ada laporan terjadinya kasus. Penyelidikan epidemiologi(pe) sendiri terbagi menjadi 2 yaitu PE(+) dan PE(-). Jika PE(+), ditemukanya kasus demam tanpa sebab yang jelas atau ditemukannya 1 kasus yang meninggal karena DBD dalam radius 100m atau 20 rumah disekitarnya. Sedangkan jika PE(-) tidak terjadi atau tidak adanya kasus. Penyelidikan epidemiologi dilakukan petugas dengan cara survey kelokasi untuk diambil sampling data. Penyelidikan epidemiologi (PE) sendiri dilakukan oleh petugas puskesmas untuk mengetahui jumlah kasus saat menerima laporan dari masyarakat yang hasilnya kemudian direkap dengan menggunakan form kasus harian. Kemudian dilakukan evaluasi dari form diatas dengan tujuan menekan jumlah kesakitan atau incident rate (IR), menekan angka kematian critical factor rate (CFR) dan angka bebas jentik (ABJ) yang dimana pelaporanya sudah ditentukan oleh kemenkes dengan nomor 560/MENKES/SK/VIII/1989 dengan target Incident Rate (IR) = < 55/100.000 penduduk, Critical Factor Rate (CFR) = < 1%, dan Angka Bebas Jentik (ABJ) = > 95%

4 Dari hasil evaluasi perhitungan indikator yang telah ditentukan yang menghasilkan grafik dan laporan yang diperlukan, pihak dinas membuat keputusan tentang penentuan daerah KLB berdasarkan grafik epidemiologi DBD. Penentuan daerah KLB tersebut berdasarkan dari target yang ada yaitu, jika (KLB = Penderita >=3 atau Meninggal >=1)yang menyebabkan PE menjadi (+) maka daerah tersebut dinyatakan daerah KLB yang kemudian direkap menajadi Laporan KLB. Kemudian membuat surat edaran untuk dilakukannya pemberantasan sarang nyamuk dan melakukan penyuluhan pada daerah yang paling banyak terdapat kasus DBD jika angka indikator melebihi batas target. Pihak puskesmas kemudian melakukan survey dan memeriksa kartu jentik rumah/bangunan yang tersedia di setiap RT. Setelah itu, puskesmas mengisi formulir JPJ-1 untuk didata agar bisa dilakukan rekapitulasi. Kemudian, hasil rekapitulasi laporan diberikan ke pihak dinas kesehatan untuk dilakukan evaluasi. Jika hasil positif, pihak dinas hanya melakukan penyuluhan satu bulan sekali ke puskesmas-puskesmas tentang pemberantasan sarang nyamuk. Sedangkan jika hasil negatif, pihak dinas kesehatan dengan dibantu pihak puskesmas melakukan survey langsung ke daerah yang angka bebas jentiknya dibawah 95% dan melakukan tindakan dan penyuluhan untuk memberantas sarang nyamuk didaerah yang tidak memenuhi target. Dari penjelasan di atas diketahui bahwa permasalahan yang di hadapi oleh Kepala Seksi Bidang Penanggulangan dan Pemberantasan penyakit adalah bagaimana cara Monitoring pelaksanaan program DBD dengan cepat. Sehingga proses evaluasi dan tindak lanjut dapat segera di lakukan dan di ketahui jika di

5 temukan indikator yang masih belum mencapai angka minimal, hal ini disebabkan kesadaran masyarakat tentang penyakit DBD sangat kurang, padahal sudah banyak penyuluhan dan himbauan yang telah diberikan. Namun dalam hal ini dinas kesehatan kota Surabaya menemui kendala. Kendala tersebut adalah lamanya waktu pelaporan yang dilakukan pihak puskesmas terhadap dinas kesehatan kota sehingga berdampak pada proses evaluasi dan proses tindak lanjut atau surveilan yang dapat mengakibatkan kematian pada penderita. Dari uraian diatas, diketahui pentingnya kecepatan pelaporan pada dinas kesehatan dalam rangka mengendalikan DBD dengan Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi pengendalian DBD.Aplikasi ini di rancang untuk membantu kepala seksi bidang penanggulangan dan pemberantasan penyakit dalam hal pemantauan. Aplikasi ini akan di jalankan dengan menggunakan media website yang akan di implementasikan di seluruh puskesmas perkecamatan, khususnya di Kota Surabaya. sehingga di harapkan dengan adanya aplikasi ini dinas kesehatan kota dapat mengetahui laporan yang dikirim dari puskesmas secara langsung berdasarkan form yang sudah di buat agar dapat menunjukkan indikator secara langsung. Pembangunan aplikasi monitoring dan evaluasi ini bertujuan untuk membantu pihak fungsional Dinas Kesehatan Kota Surabaya sehingga mampu menyelesaikan masalah yang ada. Aplikasi ini diharapkan dapat membantu masalah effisiensi waktu dan efektifitas pengendalian yang menjadi masalah selama ini antara puskesmas dan dinas kesehatan.

6 1.2 Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah adalah bagaimana membangun sistem informasi monitoring dan evaluasi yang membantu dinas kesehatan menekan angka dari target yang telah ditentukan dalam pengendalian DBD? 1.3 Pembatasan Masalah Adapun batasan masalah di dalam pembuatan tugas akhir ini adalah : 1. Menggunakan data contoh pada puskesmas Manukan Kulon dan Jagir 2. Pada penelitian ini hanya bersangkutan dengan seksi pengendalian dan pemberantasan penyakit khusus penyakit DBD. 3. Acuan kebijakan pada penelitian ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 561/MENKES/SK/VII/1992. 4. Pada penelitian ini hanya membahas proses pemantauan dan tidak membahas proses tindak lanjut dari dinas kesehatan kota Surabaya. 5. Pada penelitian hanya membahas proses pelaporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kota Surabaya. 1.4 Tujuan Sesuai dengan permasalahan yang ada tujuan dibuatnya sistem ini adalah menghasilkan Rancang Bangun Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Pengendalian DBD berdasarkan peraturan kementrian kesehatan tahun 2009,Sehingga diharapkan dapat membantu Dinas Kesehatan dalam melakukan

7 pelaporan dengan cepat dan dapat mengevaluasi untuk menekan jumlah angka kesakitan, angka kematian, dan memberantas sarang nyamuk. 1.5 Manfaat Aplikasi Monitoring dan Evaluasi Pengendalian DBD mempunyai manfaat yang berdampak pada kinerja Dinas Kesehatan dan Puskesmas a. Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Kepala Seksi dapat lebih mudah dalam mengevaluasi laporan kasus DBD yang akurat dan cepat sehingga dapat terbantu dalam mengambil keputusan untuk menekan angka kesakitan dan menekan jumlah penyebaran jentik menjadi minimum. b. Puskesmas Mempercepat proses pelaporan dari puskesmas kepada seksi Dinas Kesehatan sehingga puskesmas dapat cepat melakukan tindakan untuk melakukan pengendalian di lokasi yang terjadi kasus 1.6 Sistematika Penulisan berikut : Secara garis besar sistematika penulisan pada laporan ini adalah sebagai Bab I : Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan yang terjadi, perumusan permasalahan yang didapat dari latar belakang, pembatasan permasalahan, tujuan dilakukannya penelitian, manfaat yang akan diberikan kepada stakeholder, serta penjelasan mengenai sistematika penulisan pada penelitian ini.

8 Bab II : Landasan Teori Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang mendukung atau digunakan sebagai acuan pada saat atau sebelum melakukan penelitian. Bab III : Analisis dan Perancangan Sistem Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana awal proses penelitian ini dilakukan hingga menghasilkan sebuah perancangan yang diperoleh melalui beberapa tahapan seperti, pengumpulan data, identifikasi permasalahan, analisis permasalahan, solusi permasalahan, serta dilanjutkan sampai dengan perancangan sistem, seperti document flow, system flow, data flow diagram, desain ERD baik conceptual data model maupun physical data model, struktur basis data, dan interface. Bab IV : Implementasi dan Evaluasi Pada bab ini akan dijelaskan mengenai implementasi program atau aplikasi yang sudah dibuat, berdasarkan hasil analisis hingga perancangan dan akan dilakukan uji coba fungsional maupun non fungsional terhadap perangkat lunak yang dibangun. Tahap akhir adalah melakukan evaluasi terhadap uji coba yang sudah dilakukan. Bab V : Penutup Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu hasil dari evaluasi, serta saran terkait dengan sistem yang dikembangkan.