PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

DAFTAR SINGKATAN. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan

PNPM MANDIRI PERDESAAN

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KABUPATEN PASURUAN

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA

PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TOR KONSULTAN MANAJEMEN KABUPATEN (KM-KAB.) PNPM - PPK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN 2015

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG RUMUSAN DAN PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bab I U M U M 1.1 Latar Belakang

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2012

BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN BUPATI BONE BOLANGO NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR X8 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

Daftar Isi : I. Latar Belakang II. Pengertian III. Maksud Dan Tujuan IV. Ruang Lingkup V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi VI.

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FAKFAK NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN KAMPUNG BUPATI FAKFAK,

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

Transkripsi:

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN ( P P K ) TIM KOORDINASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN JAKARTA 2005

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 15 Maret 2005 Nomor : 414.2/406/PMD Kepada Sifat : Segera Yth. 1. Gubernur Lampiran : 1 (satu) berkas 2. Bupati/Walikota Perihal : Petunjuk Teknis Operasional Lokasi PPK terlampir (PTO) PPK T.A. 2005 di- SELURUH INDONESIA Dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan menindaklanjuti surat Menteri Dalam Negeri Nomor: 410/2918/SJ tanggal 29 Oktober 2004 perihal Program Pemberdayaan Masyarakat dengan transparansi dan akuntabilitas publik, Pemerintah Pusat tetap akan melanjutkan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) tahun 2005. Sehubungan hal tersebut, dengan hormat kami sampaikan hal-hal sebagai berikut : 1. Bahwa dalam pelaksanaan PPK telah ditetapkan lokasi tahun 2005 dan Petunjuk Pelaksanaan PPK yang mengatur kebijakan umum dan tugas serta tanggung jawab pelaksanaan PPK, sebagaimana surat kami Nomor: 414.2/312/PMD tanggal 23 Pebruari 2005 perihal Penetapan Lokasi PPK Tahun Anggaran 2005. 2. Sebagai upaya untuk mewujudkan dalam langkah-langkah teknis pelaksanaan program di lapangan yang menyangkut tentang peran pelaku, proses kegiatan dan pengendalian, agar mengacu pada Petunjuk Teknis Operasional (PTO), sebagaimana terlampir. Demikian disampaikan, atas kerjasama yang baik diucapkan terima kasih. a.n. MENTERI DALAM NEGERI DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA Tembusan Kepada : DARDJO SUMARDJONO 1. Yth. Bapak Menteri Dalam Negeri (sebagai laporan); 2. Yth. Ibu Sekretaris Jenderal Departemen Dalam Negeri; 3. Yth. Tim Koordinasi PPK Provinsi lokasi PPK terlampir; 4. Yth. Tim Koordinasi PPK Kabupaten/Kota lokasi PPK terlampir.

DAFTAR SINGKATAN 1. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 3. BA : Berita Acara 4. BAPPD : Berita Acara Pembayaran / Penarikan Dana 5. Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 6. BASPK : Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan 7. BPD : Badan Permusyawaratan Desa 8. BPKP : Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan 9. DIPP : Daftar Isian Proyek Pembangunan 10. DAU : Daftar Alokasi Umum 11. DOUM : Dari, Oleh, dan Untuk Masyarakat 12. DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 13. FK : Fasilitator Kecamatan 14. FT : Fasilitator Teknik 15. HOK : Hari Orang Kerja 16. Kades : Kepala Desa 17. KM Kab : Konsultan Manajemen Kabupaten 18. KM-T : Konsultan Manajemen Teknik 19. KM- Nas : Konsultan Manajemen (tingkat) Nasional 20. Korprov : Koordinator Provinsi 21. KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara 22. LKM : Lembaga Keuangan Mikro 23. LP2K : Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan 24. LPD : Laporan Penggunaan Dana 25. LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat 26. MCK : Mandi Cuci Kakus 27. MAD : Musyawarah Antar Desa 28. Musdes : Musyawarah Desa 29. PAP : (dana) Pembinaan dan Administrasi Proyek 30. PJAK : Penanggung Jawab Administrasi Kegiatan 31. PJOK : Penanggung Jawab Operasional Kegiatan 32. PjOKab : Penanggung Jawab Operasional Kabupaten 33. PjOProv : Penanggung Jawab Operasional Provinsi 34. RAB : Rencana Anggaran Biaya 35. RKB : Realisasi Kegiatan dan Biaya 36. RKTL : Rencana Kerja Tindak Lanjut 37. RPD : Rencana Penggunaan Dana 38. SDM : Sumber Daya Manusia 39. SKMP : Surat Kesanggupan Menyelesaikan Pekerjaan 40. SP3K : Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan 41. SPC : Surat Penetapan Camat 42. SPM : Surat Perintah Membayar 43. SPPB : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan 44. SPP-LS : Surat Permintaan Pembayaran - Langsung 45. TA : Tahun Anggaran 46. TK-PPK : Tim Koordinasi Program Pengembangan Kecamatan 47. TPK : Tim Pengelola Kegiatan 48. TV : Tim Verifikasi 49. UEP : Usaha Ekonomi Produktif 50. UPK : Unit Pengelola Kegiatan Petunjuk Teknis Operasional PPK III i

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAFTAR ISI KODE ETIK KONSULTAN I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan 1.3. Prinsip-Prinsip PPK 1.3.1. Keberpihakan kepada Orang Miskin 1.3.2. Transparansi 1.3.3. Partisipasi 1.3.4. Kompetisi Sehat 1.3.5. Desentralisasi 1.3.6. Akuntabilitas 1.3.7. Keberlanjutan 1.4. Sasaran 1.5. Pendanaan 1.5.1. Sumber dan Alokasi Dana PPK 1.5.2. Mekanisme Penyaluran Dana 1.5.3. Mekanisme Pencairan Dana 1.5.4. Dana Operasional UPK dan Pelaksana di desa 1.6. Ketentuan Dasar PPK 1.6.1. Desa Berpartisipasi 1.6.2. Swadaya Masyarakat dan desa 1.6.3. Jenis Kegiatan 1.6.4. Jenis Kegiatan yang Dilarang 1.6.5. Mekanisme Usulan Kegiatan 1.6.6. Keberpihakan kepada Perempuan 1.6.7. Sanksi 1.6.8. Peningkatan Kapasitas Masyarakat dan Pemerintahan Lokal 1.6.9. Pelembagaan UPK dan Kelompok dalam Pengelolaan Dana Bergulir i ii-iv v 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 6 6 6 7 II. PERAN PELAKU-PELAKU PPK 2.1. Pelaku PPK di Desa 2.1.1. Kepala Desa 2.1.2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) 2.1.3. Tim Pengelola Kegiatan (TPK) 2.1.4. Tim Penulis Usulan (TPU) 2.1.5. Fasilitator Desa (Kader Desa) 2.1.6. Kader Teknik 8 8 8 8 8 8 8 9 Petunjuk Teknis Operasional PPK III ii

2.2. Pelaku PPK di Kecamatan 2.2.1. Camat 2.2.2. Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) 2.2.3. Penanggung Jawab Administrasi Kegiatan (PJAK) 2.2.4. Tim Verifikasi 2.2.5. Unit Pengelola Kegiatan (UPK) 2.2.6. Badan Pengawas UPK 2.2.7. Fasilitator Kecamatan (FK) 2.2.8. Fasilitator Teknik 2.2.9. Pendamping Lokal 2.2.10. Tim Pengamat 2.3. Pelaku PPK di Kabupaten 2.3.1. Bupati 2.3.2. Tim Koordinasi PPK Kabupaten (TK-PPK Kab) 2.3.3. Penanggungjawab Operasional Kabupaten (PjOKab) 2.3.4. Konsultan Manajemen Kabupaten (KM Kab) 2.3.5. Konsultan Manajemen Teknik (KMT) 2.3.6. Pendamping UPK 2.4. Pelaku PPK di Lainnya 2.4.1. Gubernur 2.4.2. Tim Koordinasi PPK Provnsi (TK PPK Propinsi) 2.4.3. Penanggungjawab Operasional Provinsi (PjOProv) 2.4.4. KM Nasional 2.4.5. Tim Koordinasi PPK Nasional (TK PPK Nasional) 2.4.6. KM Nasional 9 9 9 9 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10 11 11 11 11 11 11 11 11 12 12 12 III. ALUR KEGIATAN PPK 3.1. Perencanaan Kegiatan 3.1.1. Musyawarah Antar Desa Sosialisasi 3.1.2. Musyawarah desa Sosialisasi 3.1.3. Pelatihan Pelaku Tingkat Desa 3.1.4. Penggalian Gagasan 3.1.5. Musyawarah Desa Khusus Perempuan 3.1.6. Musyawarah Desa Perencanaan 3.1.7. Penulisan Usulan Desa 3.1.8. Verifikasi Usulan 3.1.9. Musyawarah Antar Desa Prioritas Usulan 3.1.10. Musyawarah Antar Desa Penetapan Usulan 3.1.11. Musyawarah Desa Informasi Hasil MAD 3.1.12. Pengesahan Alokasi Bantuan Oleh Camat 3.1.13. Pengesahan Dokumen SPPB 3.2. Pelaksanaan Kegiatan 3.2.1. Persiapan 3.2.2. Pelaksanaan 3.2.3. Musyawarah Desa Pertanggungjawaban 3.2.4. Sertifikasi 3.2.5. Revisi Kegiatan 13 13 13 14 14 15 17 18 19 19 20 21 21 22 22 22 22 23 24 24 25 Petunjuk Teknis Operasional PPK III iii

3.2.6. Penggantian Pengurus TPK 3.2.7. Dokumentasi Kegiatan 3.2.8. Penyelesaian Kegiatan 3.3. Pelestarian Kegiatan 3.3.1. Hasil Kegiatan 3.3.2. Proses Pelestarian 3.3.3. Komponen Pendukung Pelestarian 3.3.4. Sistem Pemeliharaan 3.3.5. Pelatihan Pemeliharaan ALUR TAHAPAN PPK 25 25 26 28 28 28 29 29 29 30 IV. PENGENDALIAN 4.1. Pemantauan 4.1.1. Pemantauan Partisipatif Oleh Masyarakat 4.1.2. Pemantauan oleh Pemerintah yang Berwenang 4.1.3. Pemantauan oleh Konsultan dan Fasilitator 4.1.4. Pemantauan oleh Pihak Lain 4.2. Pelaporan 4.2.1. Pelaporan Jalur Struktural 4.2.2. Pelaporan Jalur Fungsional 4.3. Pemeriksaan 4.3.1. Pemeriksaan Rutin 4.3.2. Pemeriksaan Insidentil 4.3.3. Peninjauan Sejawat 4.3.4. Pemeriksaan Eksternal Struktural 4.4. Evaluasi 4.5. Pengaduan dan Penanganan Masalah 31 31 31 32 32 32 33 33 33 34 34 34 34 35 35 35 BAGAN ALIR PENANGANAN PENGADUAN DAN TEMUAN MASALAH 37 Petunjuk Teknis Operasional PPK III iv

KODE ETIK FASILITATOR DAN KONSULTAN PPK PENDAHULUAN - Kode etik ini adalah nilai-nilai yang digali berdasar pada kesadaran akan tanggung jawab bagi terbentuknya masyarakat yang demokratis, transparan dan berkeadilan; - Merupakan prinsip moral yang bila dilanggar tidak hanya berakibat terganggunya tatanan program PPK tapi juga berdampak pada kinerja dan profesi konsultan. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 1. Konsultan PPK memiliki tugas dan tanggung jawab dalam hal: a) memfasilitasi masyarakat dalam seluruh proses PPK b) menjaga pelaksanaan program pada prinsip dan prosedur yang berlaku c) mendorong tindak lanjut penanganan masalah 2. Untuk mendukung terlaksananya tugas dan tanggung jawab tersebut, konsultan dilarang: a) Mengambil keputusan, melakukan negosiasi, kompromi, memberi saran dan atau tindakan apapun yang dapat merugikan masyarakat dan atau PPK b) Menerima apapun dari pihak manapun dengan tujuan : - Untuk meloloskan proses seleksi desa dan penetapan alokasi dana PPK; - Mempengaruhi pemilihan jenis kegiatan, lokasi dan spesifikasi dari kegiatan PPK dalam proses perencanaan; - Sebagai hadiah, kompensasi, komisi, tanda terima kasih, atau apapun namanya dalam kaitannya dengan profesi sebagai konsultan. c) Bertindak sebagai suplier bahan dan alat, menunjuk salah satu suplier atau sebagai perantara; d) Bertindak sebagai juru bayar dan atau merekayasa pembayaran/administrasi atas nama UPK, LKMD, Tim Pengelola Kegiatan dan atau kelompok masyarakat e) Membantu dan atau menyalahgunakan dana PPK untuk kepentingan pribadi, keluarga dan atau kelompok f) Meminjam dana PPK dengan alasan apapun baik atas nama pribadi, keluarga dan atau kelompok g) Memalsukan arsip/tandatangan/laporan baik secara langsung maupun tidak langsung yang merugikan masyarakat dan PPK h) Dengan sengaja mengurangi kualitas dan atau kuantitas pekerjaan i) Dengan sengaja atau tidak sengaja membiarkan, tidak melaporkan dan atau menutupi proses penyimpangan yang terjadi. SANKSI DAN PENUTUP 1. Pengawasan atas pelaksanaan kode etik ini akan dilaksanakan secara menyeluruh dan berjenjang. 2. Setiap pelanggaran terhadap larangan yang tercantum dalam kode etik ini akan berakibat diberikannya sanksi atas profesi dan pemutusan hubungan kerja, apabila terdapat bukti yang cukup dapat diteruskan dengan upaya hukum. Petunjuk Teknis Operasional PPK III v

1. KEBIJAKAN POKOK 1.1. Latar Belakang Program Pengembangan Kecamatan (PPK) adalah bagian dari upaya Pemerintah Indonesia untuk memberdayakan masyarakat perdesaan dengan menanggulangi masalah kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. PPK merupakan koreksi terhadap sistem pembangunan terdahulu yang pada umumnya dinilai bersifat sentralistik. PPK juga merupakan penyempurnaan terhadap berbagai program penanggulangan kemiskinan terdahulu seperti IDT dan P3DT. PPK diharapkan dapat menjadi suatu sistem pembangunan yang memungkinkan segala bentuk sumberdaya pembangunan dapat diakses secara merata dan adil oleh seluruh pelaku dan komponen bangsa. Secara umum, visi PPK adalah terwujudnya masyarakat mandiri dan sejahtera. Mandiri berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumberdaya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumberdaya di luar lingkungannya, serta mengelola sumberdaya tersebut untuk mengatasi masalah yang dihadapinya, khususnya masalah kemiskinan. Sejahtera berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Dalam mewujudkan visi tersebut di atas, misi PPK adalah memberdayakan masyarakat perdesaan dalam rangka menanggulangi permasalahan kemiskinan melalui: (1) peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; (2) pelembagaan sistem pembangunan partisipatif; (3) pengoptimalan fungsi dan peran pemerintahan lokal; (4) peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana dasar masyarakat; (5) pengembangan kemitraan dalam pembangunan. Misi PPK tersebut dicapai melalui tahapan PPK I, PPK II, PPK III dan diharapkan dapat dilanjutkan melalui PPK Mandiri. PPK III merupakan tahap pelembagaan, yaitu tahapan transisi dari PPK yang dikelola dengan pendekatan keproyekan kepada PPK yang dikelola secara reguler / umum. Hal tersebut ditandai dengan : Semakin meningkatnya peran masyarakat dan pemerintahan lokal, serta semakin berkurangnya peran pemerintah pusat dan konsultan secara simultan. Di sisi lain, PPK III juga memberi ruang yang lebih luas kepada dunia usaha untuk ikut berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat perdesaan. Sesuai dengan tahapannya, tujuan PPK senantiasa menyesuaikan dengan dinamika yang berkembang. 1.2. Tujuan Tujuan Umum dari PPK III adalah mempercepat penanggulangan kemiskinan berdasarkan pengembangan kemandirian masyarakat melalui peningkatan kapasitas masyarakat, pemerintahan lokal, serta penyediaan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi. Tujuan khususnya meliputi: a. Meningkatkan peran serta masyarakat terutama kelompok miskin dan perempuan dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan. b. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan potensi dan sumberdaya lokal. c. Mengembangkan kapasitas pemerintahan lokal dalam memfasilitasi pengelolaan pembangunan perdesaan yang berkelanjutan. d. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan masyarakat. e. Melembagakan pengelolaan keuangan mikro dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin. Petunjuk Teknis Operasional PPK III 1

1.3. Prinsip PPK Prinsip PPK adalah suatu nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan PPK. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan PPK. Prinsip PPK meliputi: 1.3.1. Keberpihakan kepada Orang miskin Pengertian prinsip keberpihakan kepada orang miskin adalah mendorong orang miskin untuk ikut berperan aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelestarian seluruh kegiatan PPK baik di desa maupun antar desa, termasuk menerima manfaat atau menikmati hasilnya. 1.3.2. Transparansi Pengertian prinsip transparansi atau keterbukaan adalah masyarakat dan pelaku PPK yang berdomisili di kecamatan / desa lokasi PPK harus tahu, memahami dan mengerti adanya kegiatan PPK serta memiliki kebebasan dalam melakukan pengendalian secara mandiri. 1.3.3. Partisipasi Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam setiap tahapan PPK, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan tenaga, pikiran, dana maupun barangnya. 1.3.4. Kompetisi Sehat Pengertian prinsip kompetisi sehat adalah memilih sesuatu yang menjadi priorititas dengan mempertimbangkan keberadaan sumberdaya yang tersedia. Setiap pengambilan keputusan di desa maupun antar desa dilakukan secara musyawarah berdasarkan pada prioritas kebutuhan nyata. 1.3.5. Desentralisasi Pengertian prinsip desentralisasi adalah masyarakat memiliki kewenangan dan tanggungjawab yang luas untuk mengelola PPK secara mandiri dan partisipatif tanpa intervensi negatif dari luar. 1.3.6. Akuntabilitas Pengertian prinsip akuntabilitas adalah bahwa setiap pengelolaan kegiatan PPK harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat setempat maupun kepada semua pihak yang berkompeten sesuai dengan peraturan dan ketantuan yang berlaku atau yang telah disepakati. 1.3.7. Keberlanjutan Pengertian prinsip keberlanjutan adalah bahwa dalam setiap pengambilan keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan kegiatan harus telah mempertimbangkan sistem pelestariannya. Petunjuk Teknis Operasional PPK III 2

1.4. Sasaran 1.4.1. Lokasi Sasaran : a. Kecamatan-kecamatan yang pernah dan telah selesai mendapatkan bantuan dana PPK minimal 3 kali, b. Kecamatan-kecamatan yang tidak termasuk dalam kategori kecamatan bermasalah. c. Kecamatan-kecamatan yang diusulkan oleh pemerintahan daerah dalam skema cost sharing. 1.4.2. Kelompok Sasaran a. Masyarakat miskin di perdesaan b. Kelembagaan masyarakat di perdesaan c. Kelembagaan pemerintahan lokal. 1.5. Pendanaan Alokasi bantuan langsung masyarakat (BLM) ditetapkan antara Rp. 500 juta sampai dengan Rp. 1 milyar per kecamatan. Penetapan besarnya alokasi dana BLM berdasarkan jumlah penduduk dan lokasi. Lokasi Kecamatan Jml. Penduduk / Kec. Alokasi Dana ( Rp ) Jawa > 50.000 Jiwa 25.000-50.000 Jiwa < 25.000 Jiwa 1 Milyar 750 Juta 500 Juta Luar Jawa > 25.000 Jiwa 15.000-25.000 Jiwa < 15.000 Jiwa 1 Milyar 750 Juta 500 Juta 1.5.1. Sumber dan Alokasi Dana PPK Sumber dana PPK berasal dari : (1) swadaya masyarakat; (2) Cost sharing yang bersumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD); (3) APBN yang bersumber dari Pinjaman luar negeri dan rupiah murni; (4) partisipasi dunia usaha atau pihak lain yang tidak mengikat. 1.5.2. Mekanisme Penyaluran Dana Penyaluran dana dimengerti sebagai proses penyaluran dana BLM dari KPPN dan/ atau Kas Daerah ke rekening kolektif BPPK yang dikelola oleh UPK. Mekanisme penyaluran dana BLM sebagai berikut: a. Penyaluran dana yang berasal dari pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan. b. Penyaluran dana cost sharing yang berasal dari Pemerintah Daerah, dilakukan melaui mekanisme APBD dan diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan. Petunjuk Teknis Operasional PPK III 3

c. Dana cost sharing yang berasal dari APBD harus disalurkan terlebih dahulu ke masyarakat, selanjutnya diikuti dengan penyaluran dana yang berasal dari APBN yang bersumber dari pinjaman luar negeri. d. Besaran dana cost sharing dari APBD yang disalurkan ke masyarakat harus utuh (net) tidak termasuk pajak, retribusi atau biaya lainnya. 1.5.3. Mekanisme Pencairan Dana Pencairan dana adalah proses pencairan dari rekening kolektif BPPK yang dikelola Unit Pengelola Kegiatan (UPK) kepada Tim Pengelola Kegiatan (TPK) di tingkat desa. Mekanisme pencairan dana sebagai berikut: a. Pembuatan surat perjanjian pemberian bantuan antara UPK dengan TPK b. TPK menyiapkan rencana penggunaan dana sesuai kebutuhannya dilampiri dengan dokumen-dokumen proposal usulan kegiatan. c. Untuk pencairan berikutnya dilengkapi dengan laporan penggunaan dana sebelumnya dan dilengkapi dengan bukti-bukti yang sah. 1.5.4. Dana Operasional UPK dan Pelaksana di Desa Untuk membiayai kebutuhan operasional kegiatan TPK / desa dan UPK pada prinsipnya bertumpu pada swadaya masyarakat. Namun untuk menumbuhkan keswadayaan tersebut diberikan bantuan stimulan dana dari PPK. Dana operasional UPK sebesar maksimal 2% (dua persen) dari dana bantuan PPK yang dialokasikan di Kecamatan tersebut. Dana operasional desa / TPK maksimal 3% (tiga persen) dari dana PPK yang dialokasikan untuk desa yang bersangkutan. 1.6. Ketentuan Dasar PPK Ketentuan dasar PPK merupakan ketentuan-ketentuan pokok yang digunakan sebagai acuan bagi masyarakat dan pelaku lainnya dalam melaksanakan kegiatan PPK, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pelestarian dan pengawasan. Ketentuan dasar PPK dimaksudkan untuk mencapai tujuan PPK secara lebih terarah. Ketentuan dasar PPK meliputi : 1.6.1. Desa Berpartisipasi Seluruh desa di kecamatan penerima PPK berhak untuk ikut berpartisipasi dalam proses atau alur tahapan PPK. Untuk dapat berpartisipasi dalam PPK-3, dituntut adanya kesiapan dari masyarakat dan desa dalam menyelenggarakan pertemuan-pertemuan musyawarah secara swadaya dan menyediakan kader-kader desa yang bertugas secara sukarela serta adanya kesanggupan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan dalam PPK. 1.6.2. Swadaya Masyarakat dan Desa Swadaya adalah kemauan dan kemampuan masyarakat yang disumbangkan sebagai bagian dari rasa ikut memiliki terhadap PPK. Swadaya masyarakat dan desa merupakan salah satu wujud partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan tahapan PPK. Orientasi setiap pelaksanaan kegiatan harus didasarkan atas keswadayaan dari masyarakat atau desa. Swadaya bisa diwujudkan dengan menyumbangkan tenaga, dana, maupun material pada saat perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan kegiatan. 1.6.3. Jenis Kegiatan Jenis kegiatan yang akan dibiayai melalui dana bantuan langsung masyarakat (BLM), diutamakan untuk kegiatan yang memenuhi kriteria; (1) lebih bermanfaat bagi masyarakat miskin; (2) mendesak untuk dilaksanakan; (3) bisa dikerjakan oleh masyarakat; (4) Petunjuk Teknis Operasional PPK III 4

didukung oleh sumber daya yang ada di masyarakat; (5) memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan. Jenis-jenis kegiatan yang dibiayai melalui BLM PPK dikategorikan sebagai berikut : a. Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana sarana dasar (infrastruktur pedesaan) yang dapat memberikan manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat. b. Kegiatan peningkatan kualitas hidup masyarakat miskin melalui bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan, termasuk kegiatan pelatihan pengembangan ketrampilan masyarakat (pendidikan informal). c. Kegiatan simpan pinjam khusus bagi kelompok perempuan, 1.6.4. Jenis Kegiatan yang dilarang (Negative list) Jenis kegiatan yang tidak boleh dibiayai melalui PPK adalah sebagai berikut: a. Pembiayaan apa saja yang berkaitan dengan militer atau angkatan bersenjata, Pembiayaan kegiatan politik praktis / partai politik b. Pembangunan/rehabilitasi bangunan kantor dan tempat ibadah c. Pembelian chainsaw, senjata, bahan peledak, asbes dan bahan-bahan lain yang merusak lingkungan (pestisida, herbisida, obat-obat terlarang dll) d. Pembelian kapal ikan yang berbobot diatas 10 ton dan perlengkapannya e. Pembiayaan gaji pegawai negeri f. Pembiayaan kegiatan yang memperkerjakan anak-anak dibawah usia kerja g. Kegiatan yang berkaitan dengan produksi, penyimpanan dan penjualan barang-barang yang mengandung tembakau h. Kegiatan yang berkaitan dengan aktifitas perlindungan alam pada lokasi yang telah ditetapkan sebagai cagar alam, kecuali ada ijin tertulis dari instansi terkait yang mengelola lokasi tersebut. i. Kegiatan pengolahan tambang atau pengambilan/ terumbu karang j. Kegiatan yang berhubungan pengelolaan sumber daya air dari sungai yang mengalir dari atau menuju negara lain. k. Kegiatan yang berkaitan dengan pemindahan jalur sungai l. Kegiatan yang berkaitan dengan reklamasi daratan yang luasnya lebih dari 50 Ha m. Pembangunan jaringan irigasi baru yang luasnya lebih dari 50 Ha n. Kegiatan pembangunan bendungan atau penampungan air dengan kapasitas besar, lebih dari 10.000 M kubik. 1.6.5. Mekanisme usulan kegiatan Untuk memanfaatkan dana BLM, setiap desa boleh mengajukan paling banyak 3 (tiga) usulan dimana tiap usulan terdiri atas 1 (satu) jenis kegiatan / paket kegiatan yang secara langsung saling berkaitan. Tiga usulan dimaksud adalah: a. Usulan kegiatan sarana prasarana dasar atau kegiatan peningkatan kualitas hidup masyarakat (kesehatan atau pendidikan) yang ditetapkan oleh musyawarah desa khusus perempuan. b. Usulan kegiatan Simpan Pinjam bagi Kelompok Perempuan yang ditetapkan oleh musyawarah desa khusus perempuan. Secara umum alokasi dana untuk kegiatan ini maksimal 25 % dari dana BLM di kecamatan. Namun demikian alokasi maksimal dana kegiatan simpan pinjam bagi kelompok perempuan per desa adalah sebesar Rp 10 Juta. Kelancaran pengembalian dan/atau peningkatan prosentase pengembalian pinjaman sebelumnya harus dipertimbangkan dalam mengalokasikan dana simpan pinjam bagi kelompok perempuan ini. c. Usulan kegiatan sarana prasarana dasar atau kegiatan peningkatan kualitas hidup masyarakat (kesehatan atau pendidikan) yang ditetapkan oleh musyawarah desa perencanaan, Maksimal nilai satu usulan kegiatan yang dapat didanai adalah sebesar Rp 350 Juta. Petunjuk Teknis Operasional PPK III 5

Usulan kegiatan pendidikan atau kesehatan harus sesuai dengan rencana induk dari instansi pendidikan atau kesehatan di kabupaten. 1.6.6. Keberpihakan Kepada Perempuan Sebagai salah satu wujud keberpihakan kepada perempuan, PPK mengharuskan adanya keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan pada semua tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian. Kepentingan perempuan harus terwakili secara memadai dalam setiap proses pengambilan keputusan, termasuk dalam perencanaan melalui pertemuan kelompok perempuan dan keikutsertaan wakil-wakil perempuan dalam berbagai forum pengambilan keputusan. 1.6.7. Sanksi Sanksi adalah bentuk-bentuk pelaksanan peraturan terhadap pelanggaran kesepakatan yang telah dibuat dalam PPK. Sanksi bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggungjawab berbagai pihak terkait dalam pengelolaan kegiatan PPK, Sanksi dapat berupa : a. Sanksi masyarakat, yaitu sanksi yang ditetapkan melalui kesepakatan dalam musyawarah masyarakat. Semua kesepakatan sanksi dituangkan secara tertulis dan dicantumkan dalam berita acara pertemuan. b. Sanksi hukum, yaitu sanksi yang diberikan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, c. Sanksi program adalah pemberhentian bantuan PPK apabila kecamatan dan desa yang bersangkutan tidak dapat mengelola PPK dengan baik, seperti: menyalahi prinsip-prinsip PPK, menyalahgunakan dana atau wewenang, penyimpangan prosedur, hasil kegiatan tidak terpelihara atau hasil kegiatan tidak bisa dimanfaatkan. Kecamatan tersebut akan dimasukkan sebagai kecamatan bermasalah sehingga dapat ditunda pencairan dana yang sedang berlangsung, atau tidak dialokasikan untuk tahun berikutnya. 1.6.8. Peningkatan Kapasitas Masyarakat dan Pemerintahan Lokal Dalam rangka peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal menuju pengembangan kemandirian, maka : a. Di setiap desa dibentuk : Fasilitator Desa (Kader Desa), Kader Teknis, Tim Penulis Usulan (TPU), dan Tim Pengelola Kegiatan (TPK), b. Di tingkat kecamatan dibentuk: Tim Verifikasi, Unit Pengelola Kegiatan (UPK), Badan Pengawas UPK dan Pendamping Lokal. c. Diadakan pelatihan kepada pemerintahan desa meliputi pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau bentuk kegiatan lain yang dapat menunjang pelaksanaan fungsi dan tugasnya. Pelatihan yang akan diadakan diantaranya meliputi: penyusunan peraturan desa, pengawasan terhadap pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan, pengelolaan penanganan masalah dan perencanaan kegiatan pembangunan yang partisipatif. Masyarakat dan pemerintahan lokal dalam melaksanakan PPK mendapatkan pendampingan dari fasilitator dan konsultan. Peran pendampingan ditujukan bagi penguatan atau peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal dalam mengelola pembangunan secara mandiri di wilayahnya. Fasilitator dan konsultan yang akan mendampingi masyarakat dan pemerintahan lokal adalah sebagai berikut: a. Di setiap kecamatan ditempatkan Fasilitator Kecamatan (FK), kecuali untuk lokasi sangat sulit ditempatkan beberapa orang FK b. Di setiap kecamatan atau beberapa kecamatan ditempatkan Fasilitator Teknik (FT). c. Di setiap kabupaten ditempatkan Konsultan Manajemen Kabupaten (KM-Kab) Petunjuk Teknis Operasional PPK III 6

d. Di setiap kabupaten atau beberapa kabupaten ditempatkan Konsultan Manajemen Teknik (KMT) e. UPK yang dinilai layak akan disediakan Pendamping UPK 1.6.9. Pelembagaan UPK dan Kelompok dalam Pengelolaan Dana Bergulir a. UPK yang dinilai layak dan berpotensi untuk terus mengelola dana bergulir akan mendapat dukungan untuk pengembangan sebagai lembaga pengelola keuangan mikro yang mempunyai akuntabilitas, b. Kriteria penilaian potensi UPK mencakup tiga aspek yaitu: 1). Aspek Keuangan 2). Aspek kelembagaan 3). Aspek kemampuan pengelola c. Bentuk dukungan yang diberikan kepada UPK yang dinilai layak berupa bantuan teknis pelatihan dan kegiatan lain yang mendukung pengembangannya. Petunjuk Teknis Operasional PPK III 7

2. PERAN PELAKU-PELAKU PPK Masyarakat ádalah pelaku utama PPK mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian. Sedangkan pelaku-pelaku lainnya di tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan seterusnya berfungsi sebagai pelaksana, fasilitator, pembimbing dan pembina agar tujuan, prinsip-prinsip, kebijakan, prosedur dan mekanisme PPK dapat tercapai dan dilaksanakan secara benar dan konsisten. 2.1. Pelaku PPK di Desa Pelaku PPK di desa adalah pelaku-pelaku yang berkedudukan dan berperan dalam pelaksanaan PPK di tingkat desa. Pelaku PPK di desa meliputi: 2.1.1. Kepala Desa (Kades) Peran Kepala Desa adalah sebagai pembina dan pengendali kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan PPK di tingkat desa. Bersama BPD, kepala desa menyusun peraturan desa yang relevan dan mendukung terjadinya proses pelembagaan prinsip dan prosedur PPK sebagai pola pembangunan partisipatif, serta pengembangan dan pelestarian asset PPK yang telah ada di tingkat desa. Kepala desa juga berperan mewakili desanya dalam pembentukan forum musyawarah atau kerjasama antar desa. 2.1.2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau sebutan lainnya Dalam pelaksanaan PPK, BPD atau lembaga pengawas desa lainnya berperan sebagai lembaga yang mengawasi proses dari setiap tahapan PPK, mulai dari sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian di tingkat desa. Selain itu juga berperan dalam melegalisasi atau mengsyahkan peraturan desa yang berkaitan dengan pelembagaan dan pelestarian PPK di tingkat desa. 2.1.3. Tim Pengelola Kegiatan (TPK) TPK terdiri dari anggota masyarakat yang dipilih melalui musyawarah desa yang secara umum mempunyai fungsi dan peran untuk mengelola dan melaksanakan PPK. TPK terdiri dari Ketua sebagai penanggung jawab operasional kegiatan di desa, mengkoordinir pelaksanaan kegiatan di lapangan dan pengelolaan administrasi serta keuangan program. Sekretaris dan Bendahara adalah membantu Ketua TPK terutama dalam masalah administrasi dan keuangan. 2.1.4. Tim Penulis Usulan (TPU) TPU berasal dari anggota masyarakat yang dipilih melalui musyawarah desa. Peran Tim Penulis Usulan adalah menyiapkan dan menyusun gagasan-gagasan kegiatan yang telah ditetapkan dalam musyawarah desa dan musyawarah khusus perempuan. Anggota TPU dipilih oleh masyarakat berdasarkan keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan jenis kegiatan yang diajukan masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya, TPU melakukan bersama-sama dengan kader-kader desa yang ada. 2.1.5. Fasilitator Desa (Kader Desa) Fasilitator Desa (Kader Desa) adalah warga desa terpilih yang memfasilitasi atau memandu masyarakat dalam mengikuti atau melaksanakan tahapan PPK di tingkat desa dan kelompok masyarakat pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pemeliharaan. Sebagai kader masyarakat tentunya peran dan tugas membantu pengelolaan pembangunan di desa diharapkan tidak terikat oleh waktu. Jumlah fasilitator / kader desa Petunjuk Teknis Operasional PPK III 8

minimal dua orang, satu laki-laki, satu perempuan atau jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan desa dengan mempertimbangkan keterlibatan atau peran serta kaum perempuan. Untuk membantu Fasilitator Desa (kader desa) dalam menyebarluaskan informasi PPK dan memfasilitasi pertemuan ditingkat dusun dan kelompok maka di setiap dusun perlu dibentuk minimal satu orang kader dusun. Untuk itu aspek kerelawanan, mau meluangkan waktu, kejujuran diharapkan ada pada diri para kader dusun. 2.1.6. Kader Teknik Kader teknik merupakan kader desa yang dipilih dalam rangka memfasilitasi dan membuat penulisan usulan dan/atau pelaksanaan kegiatan prasarana infrastruktur yang diusulkan masyarakat. Jumlah kader teknik minimal 1 orang per desa. Sebelum menjalankan tugasnya, kader teknik mendapatkan serangkaian pelatihan dari Fasilitator Teknik dan/atau Konsultan Manajemen Teknik (KMT). 2.2. Pelaku PPK di Kecamatan 2.2.1. Camat Camat atas nama Bupati berperan sebagai pembina pelaksanaan PPK oleh desa-desa di wilayah kecamatan. Selain itu camat juga bertugas untuk membuat surat penetapan camat tentang usulan-usulan kegiatan yang telah disepakai musyawarah antar desa untuk didanai melalui PPK. 2.2.2. Penanggungjawab Operasional Kegiatan (PjOK) PjOK adalah seorang Kasi pemberdayaan masyarakat atau pejabat lain yang mempunyai tugas pokok sejenis di kecamatan yang ditetapkan berdasar Surat Keputusan Bupati dan bertanggungjawab atas penyelenggaraan operasional kegiatan dan keberhasilan seluruh kegiatan PPK di kecamatan. 2.2.3. Penanggungjawab Administrasi Kegiatan (PjAK), PjAK adalah seorang aparat di kecamatan yang ditetapkan berdasar Surat Keputusan Bupati yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan administrasi kecamatan. 2.2.4. Tim Verifikasi Tim Verifikasi adalah tim yang dibentuk dari anggota masyarakat yang memiliki pengalaman dan keahlian khusus, baik dibidang teknik prasarana, simpan pinjam, pendidikan, kesehatan dan pelatihan ketrampilan masyarakat sesuai usulan kegiatan yang diajukan masyarakat dalam musyawarah desa kedua. Peran tim verifikasi adalah melakukan pemeriksaan serta penilaian usulan kegiatan semua desa peserta PPK dan selanjutnya membuat rekomendasi kepada musyawarah antar desa sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan. 2.2.5. Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Peran UPK adalah sebagai unit pengelola dan operasional pelaksanaan kegiatan PPK di tingkat antar desa termasuk mengkoordinasikan pertemuan-pertemuan di kecamatan. Pengurus UPK terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara. Pengurus UPK berasal dari anggota masyarakat yang diajukan oleh desa berdasarkan hasil musyawarah desa dan selanjutnya dipilih dalam musyawarah antar desa. Petunjuk Teknis Operasional PPK III 9

2.2.6. Badan Pengawas UPK Badan Pengawas UPK berperan dalam mengawasi pengelolaan kegiatan, administrasi dan keuangan yang dilakukan oleh UPK. Badan Pengawas UPK dibentuk oleh forum Musyawarah Antar Desa, minimal 3 orang terdiri dari ketua dan anggota. 2.2.7. Fasilitator Kecamatan (FK) Fasilitator Kecamatan (FK) merupakan pendamping masyarakat dalam mengikuti atau melaksanakan PPK. Peran FK adalah memfasilitasi masyarakat dalam setiap tahapan PPK mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian. FK juga berperan dalam membimbing kader-kader desa atau pelaku-pelaku PPK tingkat desa dan kecamatan. 2.2.8. Fasilitator Teknik (FT) Fasilitator Teknik merupakan tenaga pendamping masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, mengoperasionalkan dan pemeliharaan kegiatan-kegiatan prasarana infrastruktur perdesaan. Fasilitator Teknik juga berperan dalam membimbing atau meningkatkan kapasitas dari kader-kader teknik, TPU, TPK, Tim Verifikasi, Tim Pemeliharaan dan lain-lain. Wilayah kerja Fasilitator Teknik terdapat pada satu atau beberapa kecamatan. 2.2.9. Pendamping Lokal Pendamping lokal adalah tenaga pendamping dari masyarakat yang membantu FK untuk memfasilitasi masyarakat dalam melaksanakan tahapan dan kegiatan PPK mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian. Di setiap kecamatan akan ditempatkan minimal satu orang pendamping lokal. 2.2.10. Tim Pengamat Tim pengamat adalah anggota masyarakat yang dipilih untuk memantau dan mengamati jalannya proses musyawarah antar desa. Serta memberikan masukan / saran agar dapat berlangsung secara partisipatif. 2.3. Pelaku PPK di Kabupaten 2.3.1. Bupati Bupati merupakan pembina Tim Koordinasi PPK Kabupaten, Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PjOK) dan Penanggung Jawab Administrasi Kegiatan (PjAK) serta bertanggungjawab atas pelaksanaan PPK di tingkat kabupaten, termasuk di dalamnya bersama DPRD bertanggungjawab melakukan kaji ulang terhadap peraturan daerah yang berkaitan dengan pengaturan desa sesuai komitmen awal yang telah disepakati. 2.3.2. Tim Koordinasi PPK Kabupaten (TK PPK Kab) Tim Koordinasi PPK Kabupaten dibentuk oleh Bupati untuk melakukan pembinaan pengembangan peran serta masyarakat, pembinaan administrasi dan fasilitasi pemberdayaan masyarakat pada seluruh tahapan program. TK-PPK Kab juga berfungsi dalam memberikan dukungan koordinasi program antar instansi, pelayanan dan proses administrasi di tingkat kabupaten. Dalam melaksanakan fungsi dan perannya, TK PPK Kab dibantu oleh sekretariat PPK Kabupaten. Petunjuk Teknis Operasional PPK III 10

2.3.3. Penanggungjawab Operasional Kabupaten (PjOKab) PjOKab adalah seorang pejabat di lingkungan Badan Pemberdayaan Masyarakat atau pejabat lain yang mempunyai tugas pokok sejenis di Kabupaten yang berperan sebagai pelaksana harian TK PPK kabupaten. PjOKab ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Bupati. 2.3.4. Konsultan Manajemen Kabupaten (KM Kab) KM-Kab adalah tenaga konsultan profesional yang berkedudukan di tingkat Kabupaten. Peran KM-Kab adalah sebagai supervisor atas pelaksanaan tahapan PPK di lapangan yang difasilitasi oleh Fasilitator Kecamatan. KM-Kab harus memastikan setiap tahapan pelaksanaan PPK dapat selesai dengan baik, tepat waktu dengan tetap mengacu pada prinsip dan prosedur dalam PPK. KM-Kab juga berperan dalam memberikan bimbingan atau dukungan teknis kepada pelaku PPK di kecamatan dan desa. KM Kab juga berperan dalam mendorong munculnya forum lintas pelaku atau sejenisnya, sebagai media pembelajaran pemberdayaan masyarakat. Dalam menjalankan perannya, KM-Kab harus melakukan koordinasi dengan Tim Koordinasi PPK Kabupaten yang ada di wilayah kerjanya. 2.3.5. Konsultan Manajemen Teknik (KMT) KMT adalah tenaga konsultan teknik dan manajerial profesional yang berkedudukan di tingkat Kabupaten dan berperan sebagai supervisor atas hasil kualitas teknik kegiatan prasarana infrastruktur perdesaan, mulai dari perencanaan desain dan RAB, survei dan pengukuran, pelaksanaan serta operasional dan pemeliharaan. KMT harus memastikan pelaksanaan kegiatan prasarana infrastruktur selesai dengan baik, tepat waktu, dan tetap mengacu kepada prinsip prosedur dalam PPK serta sesuai kaidah atau standar teknik prasarana. KMT juga berperan dalam memberikan bimbingan atau dukungan tentang kaidah dan standar teknis prasarana perdesaan kepada pelaku PPK di kecamatan dan desa. 2.3.6. Pendamping UPK Pendamping UPK adalah konsultan yang bertugas melakukan pendampingan UPK agar UPK menjadi suatu lembaga yang akuntabel dalam pengelolaan keuangan dan pinjaman. Pendamping UPK akan lebih berfokus pada penguatan dan pengembangan UPK yang potensial, tetapi juga memberikan bantuan teknis dan rekomendasi dalam rangka penyehatan UPK yang masuk kategori kurang atau tidak potensial. 2.4. Pelaku PPK Lainnya Selain pelaku PPK di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten juga ada pelaku PPK lainnya yang ada di tingkat provinsi dan nasional. Pelaku tersebut antara lain: 2.4.1. Gubernur sebagai pembina dan penanggungjawab pelaksanaan PPK di tingkat Provinsi. 2.4.2. TK PPK Provinsi adalah Tim yang dibentuk oleh Gubernur yang berperan dalam melakukan pembinaan administrasi dan peran serta masyarakat, serta memberikan dukungan pelayanan dan proses administrasi di tingkat Provinsi. 2.4.3. Penanggungjawab Operasional Provinsi (PjOProv), adalah seorang pejabat di lingkungan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan desa atau pejabat lain yang mempunyai tugas pokok sejenis di Provinsi yang berperan sebagai pelaksana harian TK PPK Provinsi. PjOProv ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur. Petunjuk Teknis Operasional PPK III 11

2.4.4. KM Nasional yang ditempatkan ditingkat provinsi dan dipimpin oleh seorang koordinator dengan didukung oleh beberapa staf profesional. 2.4.5. Tim Koordinasi PPK Nasional (TK PPK Nasional) berperan dalam melakukan pembinaan kepada Tim Koordinasi PPK di Provinsi dan Kabupaten yang meliputi pembinaan teknis dan administrasi. Dalam pelaksanaan hariannya, TK PPK Nasional dibantu oleh Sekretariat PPK Pusat. 2.4.6. KM Nasional dipimpin oleh seorang Team Leader dengan didukung oleh beberapa staf profesional dengan fungsi dan perannya adalah menjaga proses perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian PPK secara nasional agar dapat berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip, kebijakan, prosedur dan mekanisme PPK. Melakukan supervisi monitoring dan evaluasi pelaksanaan program, pengendalian secara fungsional terhadap fasilitator dan konsultan serta memberikan rekomendasi untuk perumusan kebijakan dalam PPK. Petunjuk Teknis Operasional PPK III 12

3. ALUR KEGIATAN PPK Alur kegiatan PPK meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian kegiatan. Sebelum memulai tahap perencanaan, hal penting yang harus dilakukan adalah melakukan orientasi atau pengenalan kondisi yang ada di desa dan kecamatan. Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengenalan desa diantaranya adalah: (1) mengidentifikasi potensi dan sumber daya yang dapat mendukung pelaksanaan PPK di tingkat desa, termasuk pelaku-pelaku PPK pada tahap sebelumnya; (2) kondisi kegiatan atau bangunan yang telah dibiayai melalui PPK tahap sebelumnya;(3) inventarisasi dokumen rencana pembangunan desa (tahunan atau jangka menengah); (4) inventarisasi data kependudukan, program selain PPK yang akan masuk ke desa, dll. Dalam masa pengenalan kondisi desa sekaligus juga dilakukan sosialisasi PPK secara informal kepada masyarakat. Pada tahap ini harus dapat dimanfaatkan oleh seluruh pelaku PPK di semua tingkatan sebagai upaya untuk mendorong partisipasi dan pengawasan dari semua pihak, sehingga semua pelaku PPK memiliki pemahaman atau persepsi yang sama terhadap program. Pada dasarnya sosialisasi dapat dilakukan pada setiap saat atau kesempatan oleh pelaku-pelaku PPK. Sistem kelembagaan lokal dan pertemuan informal masyarakat seperti: pertemuan keagamaan; (pengajian, yasinan, persekutuan gereja,dll), pertemuan adat istiadat; (gotong royong, arisan, upacara adat dan lain-lain) merupakan alternatif untuk menyebarluasan informasi PPK dan media penerapan prinsip transparansi. Media cetak, seperti koran dan tabloid, serta media elektronika, seperti radio dan TV, dapat digunakan untuk menyebarluaskan informasi PPK. 3.1. Perencanaan Kegiatan 3.1.1. Musyawarah Antar Desa (MAD) Sosialisasi Musyawarah antar desa sosialisasi merupakan forum pertemuan antar desa untuk sosialisasi tentang tujuan, prinsip, kebijakan, prosedur maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan PPK serta untuk menentukan kesepakatan-kesepakatan antar desa dalam melaksanakan PPK. Hasil yang diharapkan dalam musyawarah antar desa sosialisasi adalah sebagai berikut : a. Tersosialisasinya tentang informasi pokok PPK meliputi tujuan, prinsip-prinsip, kebijakan, pendanaan, organisasi, proses dan prosedur yang dilakukan. b. Terinformasinya rencana program atau proyek dari kabupaten atau dari pihak lain yang benar-benar akan dilaksanakan di kecamatan, c. Terinformasinya kategori kinerja dan ketentuan yang akan diberlakukan terhadap UPK yang sudah terbentuk pada tahap PPK sebelumnya, d. Terbentuknya forum musyawarah antar desa meliputi terpilihnya pengurus forum, pokok-pokok kesepakatan dalam penyelenggaraan forum dan penetapan anggota tim perumus, e. Terbentuknya Badan Pengawas UPK, f. Kesepakatan waktu penyusunan detail desain dan RAB usulan kegiatan, apakah akan dilakukan sebelum atau sesudah MAD Prioritas usulan. g. Kesepakatan jadwal kegiatan musyawarah desa sosialisasi dari tiap desa dan rencana pelaksanaan musyawarah antar desa prioritas usulan, h. Tersusunnya rencana penggunaan stimulant dana operasional kegiatan, Peserta MAD Sosialisasi teridiri dari: a. Enam orang wakil per desa: Kepala desa, 2 orang wakil dari BPD / nama lain yang sejenis (jika sudah ada), dan 3 orang tokoh masyarakat (minimal 3 dari keenam wakil tersebut adalah perempuan) dari semua desa di kecamatan. Petunjuk Teknis Operasional PPK III 13

b. Anggota masyarakat lainnya yang berminat untuk hadir. Sebagai narasumber dalam pertemuan MAD Sosialisai adalah:tk PPK Kabupaten, Camat dan Instansi tingkat kecamatan terkait. Sedangkan fasilitator pertemuan adalah: PjOK / PjAK, UPK dan FK. Sumber pendanaan berasal stimulan dana operasional kegiatan (DOK) dari PPK dan swadaya desa dan/atau kecamatan. 3.1.2. Musyawarah Desa (Musdes) Sosialisasi Musyawarah desa sosialisasi merupakan forum pertemuan masyarakat desa sebagai ajang sosialisasi atau penyebar luasan informasi PPK di tingkat desa. Hasil yang diharapkan dalam musyawarah desa sosialisasi adalah sebagai berikut: a. Tersosialisasinya informasi pokok PPK meliputi : tujuan, prinsip-prinsip, kebijakan, pendanaan, organisasi, proses dan prosedur yang dilakukan kepada masyarakat desa, b. Tersosialisasinya keputusan yang dihasilkan dalam musyawarah antar desa sosialisasi, c. Adanya pernyataan kesanggupan atau kesediaan desa untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan PPK, d. Terpilihnya Pengurus Tim Pengelola Kegiatan (TPK) terdiri dari; Ketua, Sekretaris, dan Bendahara. e. Ditetapkannya BPD (jika sudah terbentuk) atau terpilihnya Tim Monitoring Desa (jika belum terbentuk BPD) sebagai lembaga pengawas pelaksanaan PPK di tingkat desa. f. Dibentuk Tim Monitoring Masyarakat di lokasi-lokasi kegiatan untuk melakukan pengecekan kuantitas dan kualitas setiap barang yang datang ke lokasi (tim checkers), memantau penyaluran dana. g. Dipilih dan ditetapkannya fasilitator desa (kader desa) dan kader teknis yang akan memfasilitasi masyarakat dalam menyelenggarakan proses PPK, h. Disepakati dan ditetapkannya jadwal musyawarah desa perencanaan. i. Disepakati pembuatan dan lokasi pemasangan papan informasi PPK dan media informasi lainnya. Peserta Musdes Sosialisasi terdiri dari: a. Kepala desa dan aparat desa b. Anggota Badan Perwakilan Desa c. Tokoh masyarakat di desa d. Sebanyak mungkin anggota masyarakat desa lainnya yang berminat untuk hadir. Fasilitator dalam musdes sosialisasi adalan FK atau PjOK. Sedangkan pendanaan atas penyelenggaraan musdes berasal dari swadaya desa atau masyarakat. 3.1.3. Pelatihan Pelaku Tingkat Desa Pelaku tingkat desa, seperti: kader desa, kader teknik dan TPK yang telah terpilih dalam musyawarah desa sosialisasi, selanjutnya akan memandu serangkaian tahapan kegiatan PPK yang diawali dengan proses penggalian gagasan di tingkat dusun dan kelompok masyarakat. Sebelum melakukan tugasnya, pelaku tingkat desa akan mendapat pelatihan terlebih dahulu. Hasil yang diharapkan dalam pelatihan pelaku tingkat desa adalah: a. Pelaku tingkat desa memahami tentang latar belakang, tujuan, prinsip, kebijakan dan tahapan atau mekanisme PPK b. Pelaku tingkat desa mengetahui dan memahami peran dan tugasnya c. Pelaku tingkat desa terampil dalam melakukan teknik-teknik fasilitasi pertemuan masyarakat dalam tahapan kegiatan PPK, termasuk perencanaan desa secara partisipatif. Petunjuk Teknis Operasional PPK III 14

d. Pelaku tingkat desa terampil memberikan pendampingan dan pembimbingan kepada masyarakat agar mampu mengelola PPK secara mandiri. e. Pelaku tingkat desa menguasai administrasi dan pelaporan yang diperlukan, f. Pelaku tingkat desa mampu menyusun dan mempunyai rencana kerja untuk melakukan peran dan tugasnya. 3.1.4. Penggalian Gagasan Tahap awal dari proses penggalian gagasan adalah mengadakan pertemuan di tingkat dusun untuk membuat peta sosial kemiskinan bersama-sama dengan warga dusun setempat. Metode atau teknik yang digunakan dalam pembuatan peta sosial dalam pertemuan dusun sebagai berikut : a. Penentuan Klasifikasi Kesejahteraan Tujuan penentuan klasifikasi kesejahteraan adalah mengelompokkan penduduk desa dalam kategori tingkatan ekonomi menurut kriteria dan istilah setempat, seperti misalnya kategori kelompok masyarakat kaya, menengah dan miskin. Hasil pengelompokan selanjutnya digunakan untuk mengidentifikasi rumah tangga-rumah tangga yang ada di desa dan selanjutnya dituangkan dalam sebuah peta. Langkah-langkah penentuan klasifikasi kesejahteraan sebagai berikut: i. Masyarakat yang hadir diminta untuk mengungkapkan bagaimana tingkatan kesejahteraan yang ada dalam masyarakat selama ini, atau bagaimana mereka membedakan rumah tangga dalam komunitas desa mereka, misalnya ada anggota masyarakat yang kaya, menengah atau miskin (klasifikasinya tidak harus seperti ini, terserah masyarakat sendiri termasuk istilah yang akan digunakan). Jenis tingkatan yang disebutkan masyarakat dicatat. ii. Masyarakat yang hadir dibagi dalam kelompok-kelompok sesuai jumlah tingkatan kesejahteraan yang telah diungkapkan sebelumnya (pembagian dilakukan secara acak). Misalnya; Satu kelompok yang membahas tentang masyarakat kaya, satu kelompok yang membahas tentang masyarakat menengah dan satu kelompok lagi yang membahas masyarakat miskin. Jika klasifikasi kesejahteraan ada empat tingkatan, maka kelompok juga dibagi dalam empat kelompok) iii. Masing-masing kelompok diminta membuat sebuah gambar yang menjelaskan tentang tingkat kesejahteraan sesuai topik bahasannya,(gambar mengacu pada realitas yang ada di masyarakat) iv. Selesai membuat gambar, pandu setiap kelompok untuk mendiskusikan ciri-ciri tingkat kesejahteraan sesuai topik bahasannya. Ciri-ciri yang disepakati kemudian dituliskan dalam kertas. v. Selesai membuat klasifikasi tingkatan kesejahteraan masyarakat, selanjutnya fasilitasi peserta pertemuan dusun untuk membuat peta sosial, sebagaimana berikut ini: b. Penyusunan Peta Sosial Tujuan penyusunan peta sosial adalah: i. Mengidentifikasi dan menandai rumah-rumah di dusun berdasarkan hasil kriteria kesejahteraan yang telah dibuat sebelumnya (sebagaimana di atas) ii. Mengidentifikasi kondisi geografis, sumber daya alam, fasilitas umum dan potensi desa lainnya iii. Hasil pemetaan sosial dipakai untuk dasar menggali gagasan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya, serta dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam melaksanakan dan memantau tahapan PPK, seperti: penulisan usulan, verifikasi, musyawarah desa dan musyawarah antar desa. Peta sosial ini selanjutnya digunakan sebagai alat bantu dalam menggali gagasan masyarakat dalam menentukan kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat memenuhi kebutuhan dan berguna bagi mayoritas keluarga miskin. Petunjuk Teknis Operasional PPK III 15

c. Pertemuan Penggalian Gagasan Pertemuan penggalian gagasan adalan pertemuan kelompok masyarakat atau di dusun untuk menemukan gagasan-gagasan kegiatan yang menjadi prioritas kebutuhan masyarakat. Gagasan-gagasan yang disampaikan oleh masyarakat tidak sekedar gagasan kegiatan yang diajukan dalam rangka mendapatkan dana PPK, tetapi lebih jauh lagi berupa gagasan-gagasan dalam memandang bagaimana masa depan desanya, apa saja program jangka pendeknya, serta apa saja yang menjadi program jangka panjangnya. Kelompok yang dimaksud dalam proses penggalian gagasan adalah sekumpulan warga masyarakat (laki-laki, perempuan, atau campuran) yang tergabung dalam: (a).ikatan kemasyarakatan yang berlatar belakang wilayah seperti; RT / RW / RK / Dusun / Kampung atau yang lainnya; (b). Kelompok kelompok informal dimasyarakat seperti; kelompok arisan, kelompok usaha bersama, kelompok keagamaan; (c). Pengelompokan masyarakat lainnya sesuai kondisi setempat. Untuk efektifitas, maka kegiatan penggalian gagasan dilakukan dengan memanfaatkan pertemuan rutin kelompok yang sudah ada (formal maupun informal). Hasil yang diharapkan dari pertemuan penggalian gagasan adalah: i. Dipahaminya hal-hal pokok tentang PPK meliputi; tujuan, prinsip, ketentuan dasar dan alur kegiatan PPK yang akan dilakukan. ii. Analisis permasalahan dan penyebab kemiskinan masyarakat iii. Gagasan-gagasan kegiatan maupun visi ke depan dari masyarakat untuk mengatasi permasalahan dan penyebab kemiskinan Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam proses penggalian gagasan sebagai berikut: i. Ajukan pertanyaan kepada peserta: apa yang menjadi permasalahan atau kesulitan yang dialami warga desa, apa penyebabnya dan gagasan kegiatan apa yang dapat mengatasi permasalahan atau kesulitannya, terutama yang bermanfaat bagi kelompok miskin, ii. Fasilitator memperlihatkan lokasi gagasan-gagasan masyarakat pada peta sosial. Beri warna yang mencolok (merah) bagi setiap gagasan yang dikemukakan peserta, iii. Setelah semua gagasan digambarkan dalam peta sosial, tuliskan setiap gagasan yang muncul dalam tabel seperti contoh di bawah ini. Tabel yang berisi gagasangagasan tersebut harus diarsipkan dengan baik. iv. Diskusikan dengan peserta untuk membahas setiap gagasan berdasarkan kriteriakriteria: (1). Lebih bermanfaat untuk kelompok miskin daripada untuk lainnya, (2). Mendesak untuk dilaksanakan (3). Bisa dikerjakan oleh masyarakat, (4). Didukung oleh sumberdaya yang ada Untuk setiap kriteria tanyakan mengapa dan bagaimana melakukannya v. Beri tanda (v) pada setiap gagasan yang memenuhi kriteria seperti tersebut di atas vi. Gagasan yang memenuhi lebih banyak kriteria, diberi amplop sebagai alat pengambilan keputusannya vii. Setiap peserta diberi biji-bijian sejumlah separo dari gagasan yang diberi amplop. viii. Minta setiap peserta memasukkan biji-bijannya ke dalam amplop untuk memilih gagasan mana yang akan diajukan, ix. Jumlahkan biji-bijian yang ada di masing-masing amplop. Amplop yang memperoleh paling banyak biji-bijian menunjukkan gagasan tersebut merupakan prioritas utama, diikuti untuk prioritas berikutnya sesuai jumlah biji-bijian yang didapat, Petunjuk Teknis Operasional PPK III 16