Penghitungan Potensi Karbon Di Kawasan Hutan Pengelolaan Oleh Masyarakat Secara Lestari Dan Berkelanjutan

dokumen-dokumen yang mirip
PENGHITUNGAN POTENSI KARBON DI KAWASAN HUTAN PENGELOLAAN OLEH MASYARAKAT SECARA LESTARI DAN BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

II. TINJAUAN PUSTAKA. iklim global ini telah menyebabkan terjadinya bencana alam di berbagai belahan

TINJAUAN PUSTAKA. dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi

Informasi hasil aplikasi perhitungan emisi grk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Biomassa dan Karbon Biomassa Atas Permukaan di Kebun Panai Jaya, PTPN IV Tahun 2009

I. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

Sebaran Stok Karbon Berdasarkan Karaktristik Jenis Tanah (Studi Kasus : Area Hutan Halmahera Timur, Kab Maluku Utara)

BAB I PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi

TINJAUAN PUSTAKA. didalamnya, manfaat hutan secara langsung yakni penghasil kayu mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POTENSI SERAPAN KARBON PADA BEBERAPA TIPE HUTAN DI INDONESIA. Ary Widiyanto

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

I. PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dimanfaatkan,

BAB I PENDAHULUAN. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomasa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

MODUL TRAINING CADANGAN KARBON DI HUTAN. (Pools of Carbon in Forest) Penyusun: Ali Suhardiman Jemmy Pigome Asih Ida Hikmatullah Wahdina Dian Rahayu J.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. membiarkan radiasi surya menembus dan memanasi bumi, menghambat

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

BAB I PENDAHULUAN. Penyerapan karbon oleh hutan dilakukan melalui proses fotosintesis. Pada proses

D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia.

PENDUGAAN KANDUNGAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN TANAH PADA KAWASAN ARBORETUM UNIVERSITAS RIAU

ESTIMASI CADANGAN KARBON PADA TUMBUHAN TEGAKAN ATAS DI KAWASAN HUTAN KOTA PEKANBARU. Ermina Sari 1) Siska Pratiwi 2) erminasari.unilak.ac.

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Kalimantan Tengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Indonesia

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Barat

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Bali

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Maluku

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di DKI Jakarta

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Aceh

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Papua

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi lahan pertanian (Hairiah dan Rahayu 2007). dekomposisi oleh bakteri dan mikroba yang juga melepaskan CO 2 ke atmosfer.

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Gorontalo

KEMAMPUAN TANAMAN Shorea leprosula DALAM MENYERAP CO 2 DI PT SUKA JAYA MAKMUR KABUPATEN KETAPANG

TINJAUAN PUSTAKA. Pendugaan Cadangan Karbon pada Berbagai Tingkat Lahan. Menurut Hairiah 2001 menyatakan bahwa pada ekosistem daratan,

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Nusa Tenggara Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Tenggara

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PT. SANJI WANATIRTA INDONESIA. Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp: Fax:

Pengaruh Daya Dukung Hutan Terhadap Iklim & Kualitas Udara di Ekoregion Kalimantan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain manfaat

PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA TEGAKAN AGROFORESTRI (STUDI KASUS DI DESA PARBABA DOLOK)

Perhitungan karbon untuk perbaikan faktor emisi dan serapan grk

POTENSI JASA LINGKUNGAN TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus hybrid) DALAM PENYIMPANAN KARBON DI PT. TOBA PULP LESTARI (TPL). TBK

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya

ANALISIS POTENSI SERAPAN KARBON PADA AREA KONSERVASI MANGROVE PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan

BAB III METODE PENELITIAN

9/21/2012 PENDAHULUAN STATE OF THE ART GAMBUT DI INDONESIA EKOSISTEM HUTAN GAMBUT KEANEKARAGAMAN HAYATI TINGGI SUMBER PLASMA NUTFAH TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK PENGUKURAN DIAMETER POHON DENGAN BENTUK YANG BERBEDA. Bentuk pohon Diagram Prosedur pengukuran. Pengukuran normal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekitar 60 Pg karbon mengalir antara ekosistem daratan dan atmosfir setiap

III. METODE PENELITIAN

KEMAMPUAN TANAMAN MERANTI (Shorea leprosula) IUPHHK-HA PT ITCIKU KALIMANTAN TIMUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Bulan September 2013 sampai dengan

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Barat

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan

3 METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

Transkripsi:

Jln. Sempur Kaler No. 62 Bogor, Jawa Barat p/f : (0251) 8333308/8317926 e : fwi@indo.net.id,fwibogor@fwi.or.id http://fwi.or.id/ Penghitungan Potensi Karbon Di Kawasan Hutan Pengelolaan Oleh Masyarakat Secara Lestari Dan Berkelanjutan H utan sebagai sebuah ekosistem alami memiliki peran penting dalam siklus dinamika karbon. Hutan memiliki kemampuan untuk menyerap karbon dan mengontrol pelepasannya ke udara. Pohon di hutan mampu menyerap karbondioksida (CO2) untuk fotosintesis dan menyimpannya dalam bentuk karbohidrat pada kantong karbon di akar, batang, dan daun sebelum dilepaskan kembali ke atmosfer. Hal ini menimbulkan keterkaitan antara biomassa hutan dengan kandungan karbon. Hutan memiliki setidaknya empat kolam karbon ; Biomassa Atas Permukaan (Aboveground Biomass), Biomassa Bawah Permukaan (Underground Biomass), Bahan Organik Mati, dan Kandungan Karbon Organik Tanah. Semua komponen vegetasi hutan termasuk pohon dan strata tumbuhan bawah termasuk dalam biomassa permukaan. Sedangkan akar termasuk dalam biomassa bawah permukaan selain kandungan organik tanah yang memiliki kelas tersendiri dalam perhitungan carbon pools. Serasah dan kayu mati yang telah ditetapkan berdasarkan berbagai tingkat dekomposisi termasuk dalam bahan organik mati. Kegiatan konversi hutan menjadi peruntukan lain memicu terjadinya pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfir. Dampak langsung konversi hutan tersebut adalah terlepasnya cadangan karbon dalam biomassa tumbuhan dan memicu terjadinya degradasi tanah yang menyebabkan terlepasnya karbon dari bahan organik tanah. Perubahan vegetasi penutup lahan juga menyebabkan tidak terjadinya proses penyerapan karbon sehingga yang terjadi bukan hanya pelepasan cadangan karbon di hutan namun juga hilangnya fungsi penyerapan karbon oleh hutan. Hal yang sama terjadi dalam proses degradasi hutan. Berkurangnya vegetasi hutan menyebabkan berkurangnya kandungan karbon dalam tutupan hutan dan turut berkurangnya fungsi penyerapan karbon oleh hutan. Pada perubahan penutupan lahan hutan menjadi kawasan budidaya pertanian, proses fotosintesis yang terjadi dapat menyamai proses fotosintesis namun serapan karbon tanaman budidaya pertanian tidak sebesar serapan karbon hutan. Deforestasi diperkirakan menyumbang sekitar 20% emisi gas rumah kaca di atmosfer. Dengan persentase sedemikian, maka deforestasi menjadi penyebab terbesar kedua setelah emisi dari penggunaan bahan bakar fosil perubahan iklim. Bahkan, di negara negara berkembang deforestasi menjadi penyebab terbesar perubahan iklim termasuk Indonesia. Negaranegara peserta UNFCCC telah bersepakat untuk menyertakan avoided deforestation and forest degradation sebagai salah satu upaya mengatasi perubahan iklim dan menyertakannya dalam postkyoto regime setelah 2012. Skema inilah yang kemudian dikenal sebagai Reduced Emissions from Deforestation and Degradation (REDD). Selama kurun waktu 40 tahun dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya hutan di Indonesia, telah menyebabkan terjadinya kerusakan hutan (degradasi dan deforestasi). Kegiatan eksploitasi hutan secara legal maupun ilegal, konversi hutan alam dan gambut untuk dijadikan perkebunan sawit dan pertambangan, pemberian ijin pemanfaatan kayu, serta kebakaran hutan merupakan faktorfaktor utama yang mempercepat terjadinya degradasi dan deforestasi di Indonesia (FWI, 2001). Analisis FWI untuk kurun waktu 1989 2003, tutupan hutan Indonesia mengalami perubahan akibat dari penurunan kualitas hutan (degradasi) dan kehilangan tutupan hutan (deforestasi), yang diperkirakan 4,6 juta ha/tahun1. Tutupan hutan yang hilang (deforestasi) diperkirakan sekitar 1,99 juta ha/tahun.

PENGHITUNGAN BIOMASSA DAN POTENSI KARBON Perhitungan biomassa di lakukan dengan dua metode. Untuk penutupan lahan A, B, C, dan D menggunakan persamaan Brown (1997) untuk penghitungan biomassa hutan tropis. Persamaan tersebut diperuntukkan untuk 3 zone iklim yang berbeda, yaitu kering, lembab dan basah. Berdasarkan peta curah hujan, lokasi studi memiliki curah hujan berkisar antara 2500 hingga 3500 mm/tahun sehingga lokasi studi dikategorikan dalam zona lembab dalam persamaan Brown. Persamaan yang digunakan adalah Y = 42.69 12.8 (D) +1.242 (D 2 ) Dimana Y merupakan biomassa perpohon dalam satuan kilogram dan D adalah diameter setinggi dada pohon dalam satuan centimeter. No. Penutupan Lahan Deskripsi 1 Tipe A (Hutan) Lahan hutan alami yang tidak ditanami tanaman kebun 2 Tipe B (Hutan Lahan hutan rakyat yang tegakan Rakyat) pohon nya ditanam oleh masyarakat 3 Tipe C (Belukar Semak belukar yang telah didominasi Hutan) tegakan pohon 4 Tipe D (Belukar) Semak belukar dan atau lahan yang telah ditinggalkan pemiliknya dan belum didominasi oleh tegakan pohon Tabel. 1. Biomassa Penutupan Lahan A, B, C, D Min Mean 10.97 79.61 29.23 3.62 21.23 10.54 3.54 83.30 12.78 0.88 31.13 9.54 Metode selanjutnya adalah metode destruktif untuk menghasilkan persamaan allometrik dalam melakukan estimasi kandungan karbon. Metode ini digunakan dalam estimasi biomassa pada penutupan lahan tipe E. F, G, dan H. Pada kegiatan kali ini kami menggunakan 9 sampel Coklat dan 9 sampel Kopi dalam menghasilkan persamaan allometrik diameter pohon dan kandungan karbon. Masing masing sampel dipisahkan menjadi akar, batang, ranting dan daun dalam perhitungan biomassa pohon. Sample Tinggi (M) Diameter (Cm) Berat Basah (Kg) Berat Kering (Kg) Akar Ranting Batang Daun Akar Ranting Batang Daun Biomass C1 1.02 2.5 0.15 0.05 0.30 0.12 0.06 0.02 0.11 0.06 0.25 C2 0.86 3.5 0.55 0.50 0.90 0.60 0.23 0.20 0.40 0.30 1.14 C3 2.57 4 0.50 0.50 1.30 0.50 0.21 0.20 0.48 0.25 1.14 C4 2 4 1.80 2.30 1.00 0.50 0.76 0.92 0.47 0.25 2.39 C5 2.95 4 1.20 1.55 1.60 0.80 0.50 0.62 0.70 0.40 2.22 C6 0.7 5 1.20 1.80 1.00 0.80 0.50 0.72 0.38 0.40 2.01 C7 2.5 6 1.90 1.10 3.80 1.20 0.80 0.44 1.51 0.60 3.35 C8 1.2 6 1.30 3.20 3.10 1.70 0.55 1.28 1.32 0.85 3.99 C9 1.49 9 2.00 3.70 5.50 3.20 0.84 1.48 2.22 1.60 6.14 Tabel. 2. Penghitungan Destructive Sampling Tanaman Cokelat Persamaan Allometrik R 2 0.4 06D y = 0.256e y = 0.896D 1.868 y = 0.056D 2.294 y = 4.544l n( D) 4.411 y = 0.007D 2 + 0.988D 2.102 0.698 0.932 0.835 0.9 0.933 Note : Y = Biomassa (Kg), D = Diameter (Cm) Tabel. 3. Perbandingan Allometrik Tanaman Cokelat Sample Ting gi (M) Di am et er (Cm) Berat Ba sah (Kg) Berat Ker ing (Kg) Akar Ranting Batang Daun Akar Ra nt ing Batang Daun B ioma ss K1 0.88 1.5 0.10 0.05 0.20 0.10 0.05 0.02 0. 12 0.05 0.24 K2 0.6 1.5 0.15 0.05 0.20 0.20 0.08 0.02 0. 11 0.10 0.31 K3 2.56 2 0.40 0.20 0.50 0.30 0.21 0.08 0. 29 0.15 0.73 K4 2.2 2 0.50 0.40 0.60 0.40 0.27 0.16 0. 36 0.20 0.98 K5 1.86 2 0.15 0.30 0.75 0.80 0.08 0.12 0. 44 0.39 1.04 K6 1.4 2 0.25 0.25 0.60 0.55 0.13 0.10 0. 34 0.27 0.84 K7 1.9 2.1 0.30 0.20 0.80 0.60 0.16 0.08 0. 46 0.29 1.00 K8 2.57 3 0.45 0.35 0.80 0.55 0.24 0.14 0. 45 0.27 1.10 K9 2.5 3 0.70 0.50 1.60 0.75 0.37 0.20 0. 87 0.37 1.81 Tabel. 4. Penghitungan Destructive Sampling Tanaman Kopi Persamaan Allometrik R 2 y = 0.099e 0.960D y = 0.737D 0.671 y = 0.148D 2.263 y = 1.673ln(D) 0.32 y = 0.459D 2 + 2.856D 2.976 Note : Y = Biomassa (Kg), D = Diameter (Cm) Tabel. 5. Perbandingan Allometrik Tanaman Kopi 0.669 0.751 0.762 0.795 0.818 Berdasarkan hasil perbandingan alometrik, hubungan antara diameter dengan biomassa kopi dan coklat dijelaskan lebih baik dengan persamaan polynomial. Korelasi biomassa kopi dengan diameter pohon kopi menghasilkan nilai R 2 sebesar 81.8% sedangkan korelasi biomassa cokelat dengan diameter pohon cokelat menghasilkan R 2 sebesar 93.3%. Persamaan allometrik tersebut kemudian di masukan kedalam data hasil survey plot sehingga menghasilkan potensi biomassa pada keseluruhan plot sampling. Hasil keseluruhan dapat dilihat pada Tabel. 6. yang menjelaskan nilai minimum, maksimum dan ratarata potensi biomassa pada keseluruhan plot sampling pada penutupan lahan sistem agroforestry. P e nu tu p an N o. D es kri p si Laha n 1 T ip e E (K op i) A gr ofo r es try sy st em d e ng an ta na m a n po kok k op i ya ng disel in gi tan a m a n D ad a p, L a da, C o kl at, M P TS dan a ta u tana m a n la in. D e nga n um u r t an a m a n ko p i k u ra n g d ar i 5 ta h u n 2 T ip e F (K op i) A gr ofo r es try sy st em d e ng an ta na m a n po kok k op i ya ng disel in gi tan a m a n D ad a p, L a da, C o kl at, M P TS dan a ta u tana m a n la in. D e nga n um u r t an a m a n ko p i l eb i h dari 5 ta h u n 3 T ip e G (C ok lat ) K e bu n c okla t ya ng d is e lin g i ta n am an M P T S a tau ta n a m a n lai n, de n ga n u m ur te ga kan c okl at k u ra ng da ri 5 ta h u n 4 T ip e H (C okl at) K e bu n c okla t ya ng d is e lin g i ta n am an M P T S a tau ta n a m a n lai n, de n ga n u m ur te ga kan c okl at l ebih da ri 5 ta h u n Tabel. 6. Biomassa Penutupan Lahan E, F, G, H M in (T o n/h a ) M ax ( T on /H a) M e a n (T o n/ H a ) 0.1 6 0.5 7 0.3 4 0.4 7 2.7 5 1.0 7 0.2 4 3.9 5 0.8 6 0.4 2 4.0 4 1.5 4 Berdasarkan hasil penghitungan potensi biomassa, didapatkan potensi karbon pada masingmasing penutupan lahan (Tabel. 7). Dari hasil penghitungan terlihat potensi karbon terbesar terdapat pada area studi dengan penutupan lahan hutan. Nilai ratarata potensi karbon penutupan lahan hutan mencapai 429.69 Ton/Ha. Sedangkan agroforestry system tanaman kopi memiliki nilai potensi karbon terkecil dengan ratarata potensi karbon sebesar 5.05 Ton/Ha. Gambar

No. Penutupan Lahan Min Mean 1 Tipe A (Hutan) 5.48 39.80 14.61 2 Tipe B (Hutan Rakyat) 1.81 10.61 5.27 3 Tipe C (Belukar Hutan) 1.77 41.65 6.39 4 Tipe D (Belukar) 0.44 15.56 4.77 5 Tipe E (Kopi) 0.08 0.28 0.17 6 Tipe F (Kopi) 0.23 1.37 0.53 7 Tipe G (Coklat) 0.12 1.97 0.43 8 Tipe H (Coklat) 0.21 2.02 0.77 Tabel. 7. Potensi Karbon Klasifikasi tipe penutupan lahan dilakukan untuk menghitung total potensi biomassa dan karbon berdasarkan tipe penutupan lahan. Hasil klasifikasi penutupan lahan didapat dengan mengklasifikasikan citra menggunakan training area hasil survey lapangan. Hasil yang didapat belum mampu mengklasifikasikan tanaman cokelat dan kopi berdasarkan kelas umur dan membedakan antara semak belukar hutan dan semak belukar sehingga didapatkan hasil yang kurang detail. Berikut merupakan hasil klasifikasi yang kemudian di lakukan pendugaan potensi karbon dari total keseluruhan kelas lahan berdasarkan hasil analisis ratarata potensi karbon di masingmasing kelas penutupan lahan. Penutupan Lahan Area (Ha) SHK PKD TOTAL Biomassa (Ton) Karbon (Ton) Tipe A 86.76 212.67 299.43 8,752.34 4,376.17 Tipe B 0 219.96 219.96 2,318.38 1,159.19 Tipe C 204.21 54.45 258.66 3,305.67 1,652.84 Tipe D 0 0 0 0 0 Tipe E/F 622.53 228.6 851.13 600.05 300.02 Tipe G/H 643.14 255.33 898.47 1,078.16 539.08 No Data 185.4 341.64 527.04 0 0 Total 1,742.04 1,312.65 3,054.69 16,054.60 8,027.30 Tabel. 8. Potensi Karbon Berdasarkan Penutupan Kelas Lahan Hasil Klasifikasi Gambar. 2. Penutupan Lahan Wilayah Kelola SHKL KORELASI BIOMASSA DAN NDVI Biomassa hasil perhitungan survey lapangan kemudian dikorelasikan dengan nilai index vegetasi citra untuk menghasilkan potensi karbon dalam area studi secara lebih mendetil. Index vegetasi didapatkan dengan menormalisasi nilai spektral pantulan gelombang merah dan infra merah hasil penyiaman citra satelit. Hasil korelasi biomassa dengan nilai index vegetasi dalam berbagai bentuk persamaan di tampilkan dalam grafik dan tabel berikut 0.20 0. 40 0.60 y = 15593D N 2.011 R² = 0.718 Pow er () 8,000. 00 6,000. 00 4,000. 00 2,000. 00 y = 117.4e 7.519DN R² = 0.7 0.20 0.40 0.60 Exp on. (Ser ies1) 0.20 0. 40 0.60 y = 41144DN 2 13155DN + 1445. R ² = 0.445 Ser ies1 Po ly. () y = 11867DN 1786 R² = 0.393 0.20 0.40 0.60 () Lin ear (Ser ies1) y = 2868.ln(D N) + 5601. R² = 0.329 Lo g. (Ser ies1) 0.20 0.40 0.60 () Per samaan Allometrik R 2 7.5 19DN y = 117.4e y = 11867DN 1786 y = = 15593DN 2.011 y = 2868.ln( DN) + 5601 y = 41144DN 2 13155DN + 1445. 0.700 0.393 0.718 0.329 0.445. 1. Penutupan Lahan Wilayah Kelola YKWS Note : Y = Biomassa (Kg), DN = NDVI Value Tabel. 9. Perbandingan Allometrik Biomassa dan NDVI

Dari hasil tersebut didapatkan persamaan yang lebih spesifik berdasarkan lokasi studi dan lebih akurat menghasilkan nilai R2 terbaik adalah persamaan Power dalam pendugaan cadangan karbon. dengan nilai R2 sebesar 71.8%. Persamaan ini kemudian REFERENCE diaplikasikan pada keseluruhan nilai NDVI di area studi. Biomassa AreaStudy Min Brown, Sandra, 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forests: a Primer. (FAO Forestry Paper 134). FAO, Rome. Carbon Total (Ton) Min Total (Ton) SHK 0.24 61.26 30,535.97 0.12 30.63 15,267.98 Pekandangan 0.20 51.00 26,291.79 0.10 25.50 13,145.90 Total 56,827.76 Total 28,413.88 Clark III, A. 1979. Suggested procedures for measuring tree biomass and reporting free prediction equations. Proc. For. Inventory Workshop, SAFIUFRO. Ft. Collins, Colorado: 615628 FWI/GFW, 2001. Potret Keadaan Hutan Indonesia. Bogor, Indonesia Hitchcock III, H.C. & J.P. McDonnell, 1979. Biomass measurement: a synthesis of the literature. Proc. For. Inventory Workshop, SAFIUFRO. Ft. Collins, Colorado: 544595. Tabel. 10. Perbandingan Allometrik Biomassa dan NDVI Berdasarkan hasil penghitungan menggunakan pendekatan spektral index vegetasi total carbon yang disimpan pada kedua areal penelitian mencapai 28,413.88 Ton. Apabila dibandingkan dengan menggunakan pendekatan luasan, kandungan C yang tersimpan dalam vegetasi memiliki perbedaan yang sangat besar. Hal ini disebabkan pada penghitungan berdasarkan luasan kelas penutupan lahan, nilai yang digunakan sebagai faktor perkalian adalah nilai ratarata kandungan biomassa tegakan. Apabila dilihat lebih dalam, terjadi selang yang sangat besar antara nilai biomassa pada setiap kelas penutupan lahan. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan yang besar pada hasil akhir pendugaan kandungan karbon. Pada pendekatan menggunakan indeks vegetasi, hal tersebut di eliminir dengan membuat korelasi nilai indeks vegetasi dengan nilai biomassa. Pearson, T., Sandra Brown. 2004. Exploration of the carbon sequestration potential of classified forests in the republic of Guinea. Report submitted to the USAID. Winrock International, Arlington, VA, USA. Informasi lebih lanjut dapat diperoleh di : Forest Watch Indonesia (FWI) Jalan Sempur Kaler No. 62 Bogor Indonesia Telepon : + 62 251 8333308 Fax : + 62 251 8317926 Email : fwi@indo.net.id; fwibogor@fwi.or.id KESIMPULAN Terdapat perbedaan yang cukup signifikan dari hasil estimasi penghitungan karbon menggunakan dua metode. Penghitungan dengan menggunakan korelasi nilai index vegetasi dan biomassa menghasilkan nilai yang lebih besar apabila dengan menggunakan metode penghitungan karbon berdasarkan ratarata kandungan karbon per penutupan lahan. Penghitungan dengan menggunakan nilai index vegetasi menghasilkan nilai kandungan karbon yang lebih mendetail dan lebih spesifik pada wilayah tertentu. REKOMENDASI Penghitungan karbon dengan menggunakan metode korelasi nilai index vegetasi dengan nilai biomassa akan menghasilkan nilai potensi biomassa yang