BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia sekarang ini semakin berkembang. Kebutuhan masyarakat akan kecepatan, keandalan dan keamanan dalam bertransaksi meningkat seiring adanya globalisasi perekonomian. Para pelaku usaha tentunya menginginkan agar kegiatan usahanya akan terus berputar dengan dukungan kecepatan dalam pembayaran atau bertransaksi. Bank Indonesia selaku bank sentral yang bertugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran berusaha untuk menciptakan sistem pembayaran secara cepat, aman, efektif dan efisien. Karena hal itulah Bank Indonesia menyelenggarakan salah satu mekanisme sistem pembayaran, mekanisme yang dimaksud adalah kliring (Latumaerissa; 2011: 77). Kliring adalah pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar bank atas nama bank ataupun nasabah yang perhitungannya akan diselesaikan pada waktu tertentu. Hal ini lebih dikenal dengan nama Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Tujuan utama dilaksanakannya kliring ialah untuk memperlancar lalu lintas pembayaran giral, melaksanakan penghitungan penyelesaian utang piutang yang lebih mudah,aman, dan efisien, dan menjadi salah satu bentuk pelayanan sistem pembayaran bank kepada nasabah masing masing (Bank Indonesia). Dalam pelaksanaannya, kliring harus dihadiri oleh peserta-peserta yang terdiri dari Bank Indonesia, bank-bank umum, dan kantor cabang-cabang. Bank Indonesia atau bank umum yang ditunjuk sebagai penyelenggara oleh Bank Indonesia, harus yakin bahwa para peserta kliring mempunyai jaminan kliring pada bank penyelenggara, karena hal tersebut adalah syarat utama bagi para peserta kliring untuk mengikuti proses kliring. Dalam proses kliring biasanya ada pihak-pihak yang mempunyai utang dan ada pihakpihak yang mempunyai piutang. Pihak yang mempunyai utang adalah bank
yang mendapat tagihan dari bank lainnya. Sepanjang tidak ada penolakan dari bank yang bersangkutan mengenai tagihan yang masuk kepadanya, bank penyelenggara akan mengurangi saldo rekening bank tersebut sebesar jumlah tagihannya. Peristiwa ini biasa disebut dengan istilah kliring masuk. Sedangkan pihak yang mempunyai piutang adalah bank yang melakukan tagihan kepada bank lainnya. Sama dengan kliring masuk, maka sepanjang tidak ada penolakan dari pihak lawan, pihak penyelenggara (dalam hal ini Bank Indonesia) akan menambah rekening bank yang bersangkutan sebesar jumlah tagihannya. Peristiwa ini biasa disebut dengan istilah kliring keluar (Latumaerissa; 2011: 92). Tidak dipungkiri bahwa dalam proses kliring dapat terjadi menang atau kalah. Peristiwa menang kliring artinya bank yang bersangkutan pada akhir masa kliring memiliki tagihan keluar (kliring keluar) lebih besar dari tagihan yang masuk (kliring masuk). Sedangkan untuk bank yang tagihan masuknya lebih besar dari tagihan keluarnya dikatakan sebagai kalah kliring. Atau dapat juga dikatakan jika jumlah mutasi kredit lebih besar dari jumlah mutasi debet dikategorikan sebagai menang kliring, sedangkan jika jumlah mutasi debet lebih besar dari jumlah mutasi kredit dapat dikategorikan sebagai kalah kliring (Bank Indonesia). Dalam pelaksanaan kliring, setiap bank peserta kliring wajib menyediakan cash prefund (pendanaan awal). Jika tidak menyediakan cash prefund, bank tersebut tidak boleh mengikuti kegiatan kliring. Pada akhir kegiatan kliring, abank peserta kliring yang kalah kliring memiliki saldo debet pada rekening Bank Indonesia. Berikut merupakan penanganan kalah kliring berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No 12/34/2010 menyatakan bahwa penanganan kalah kliring tersebut adalah: 1. Pertama-tama sistem akan menggunakan cash prefund yang telah disediakan oleh bank 2. Apabila kewajiban bank masih lebih besar dari cash prefund, maka kekurangannya akan dipenuhi dari dana yang tersedia pada rekening giro bank 3. Apabila kewajiban bank masih lebih besar dari cash prefund dan saldo pada rekening giro, maka atas kekurangan saldo rekening giro bank tersebut sistem akan menggunakan fasilitas Likuiditas Intrahari Kliring (FLI-Kliring) atau
Fasilitas Likuiditas Intrahari Syariah Kliring (FLIS-Kliring) berdasarkan collateral prefund yang disediakan oleh bank 4. Apabila kekurangan saldo rekening giro bank masih belum dapat ditutup dengan FLI-Kliring/FLIS-Kliring, maka kekurangan tersebut ditutup dengan surat berharga bank yang ada pada rekening FLI-RTGS/FLIS-RTGS 5. Pelunasan FLI-Kliring/FLIS-kliring dan FLI-RTGS/FLIS/RTGS harus dilakukan sebelum tutup sistem BI-RTGS 6. Apabila sampai dengan akhir hari FLI-Kliring/FLIS-Kliring belum dapat dilunasi maka akan menjadi Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) atau Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS). Dalam hal ini, penulis mengambil salah satu contoh Bank Century dimana Bank Century disini selalu mengalami kekalahan kliring yang diakibatkan gagalnya Bank Century dalam penyediaan cash prefund (pendanaan awal). Padahal peraturan jelas mengatakan bahwa syarat bank menjadi peserta kliring adalah wajib menyediakan cash prefund pada Bank Indonesia (SKNBI). Selain itu, Bank Century selalu mengalami kekalahan kliring meskipun telah diberikan surat peringatan oleh Bank Indonesia. Akibat dari kekalahan kliring tersebut, Bank Century tidak dapat mengembalikan FPJP yang diberikan Bank Indonesia akibat dari kekalahan kliring, Bank Century terancam di likuidasi. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Tinjauan mengenai penanganan kalah kliring bank pada Divisi Penyelenggaraan Kliring di KPw Bank Indonesia Wilayah VI Bandung 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Faktor Faktor apa saja yang menyebabkan bank umum selaku peserta kliring dinyatakan kalah kliring?
2. Bagaimanakah penanganan kalah kliring pada divisi penyelenggaraan klirimg di KPw BI Wilayah VI? 3. Masalah masalah apa saja yang dihadapi oleh divisi penyelenggaraan kliring pada KPw BI dalam penanganan kalah kliring? 1.3 Maksud dan Tujuan Laporan Tugas Akhir 1.3.1 Maksud Laporan Tugas Akhir Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan masalah penelitian. Selain itu juga, dapat mengetahui, mempelajari, mengadakan perbandingan antara teori dan aplikasi mengenai sistem kliring yang dijadikan sebagai laporan tugas akhir yang diajukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian Diploma III program studi Manajemen pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama. 1.3.2 Tujuan Laporan Tugas Akhir Adapun tujuan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini adalah: 1. Mengetahui faktor - faktor penyebab bank umum selaku peserta kliring dinyatakan kalah kliring. 2. Mengetahui penanganan kalah kliring pada divisi penyelenggaraan kliring KPw Bank Indonesia wilayah VI. 3. Mengetahui masalah masalah yang dihadapi dalam penanganan kalah kliring.
1.4 Kegunaan Penelitian Data dan Informasi yang telah diperoleh melalui penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1. Implikasi Manajerial Dengan adanya penulisan laporan tugas akhir ini, diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi dan masukan yang positif dalam upaya meningkatkan kinerja dalam menangani bank peserta kliring yang kalah kliring. 2. Implikasi Akademik Dengan adanya penulisan laporan tugas akhir ini, penulis mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan nyata mengenai aplikasi di perusahaan dan juga menambah pengetahuan khususnya mengenai sistem kliring dan penanganan kalah kliring.