PERANCANGAN FIXTURE PADA PROSES SEKRAP DAN FREIS UNTUK MEMPRODUKSI KOMPONEN POROS IDLER

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN FIXTURE PROSES GURDI UNTUK PRODUKSI KOMPONEN BRAKE PADS

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL DRILL JIG UNTUK PENGGURDIAN FLENS KOPLING

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BANTU PENCEKAMAN UNTUK MESIN MORTISER

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri

Rancangan Welding Fixture Pembuatan Rangka Produk Kursi

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

PERANCANGAN FIXTURE PROSES FREIS UNTUK PRODUKSI KOMPONEN SAMBUNGAN KARBURATOR

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING)

Jig and Fixture FIXTURE)

LAPORAN TUGAS AKHIR STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT (DESAIN DYNAMOMETER SEDERHANA)

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT

BAB II LANDASAN TEORI

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Mesin bubut (Turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas

Mesin Milling CNC 8.1. Proses Pemotongan pada Mesin Milling

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan

MODIFIKASI MESIN BUBUT DENGAN PENAMBAHAN ALAT BANTU CEKAM UNTUK MEMBUAT KOMPONEN YANG MEMBUTUHKAN PROSES FREIS

Jumlah Halaman : 20 Kode Training Nama Modul` Simulation FRAIS VERTIKAL

BAB III METODOLOGI. Modular fixture ini meaipkan alat bantu yang digunakan untuk memegang benda

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal

Mesin Perkakas Konvensional

Dosen Pembimbing Ir. SAMPURNO, MT. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK

Analisa Perhitungan Waktu dan Biaya Produksi pada Proses Drilling

APLIKASI MODULAR FIXTURE PADA MESIN FREIS

PERBANDINGAN PROSES PEMESINAN SILINDER SLEEVE DENGAN CNC TIGA OPERATION PLAN DAN EMPAT OPERATION PLAN ABSTRACT

Kecepatan potong Kecepatan makan Kedalaman potong. Kekasaran Permukaan

Analisa Pengaruh Gerak Makan Dan Putaran Spindel Terhadap Keausan Pahat Pada Proses Bubut Konvensional

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT, PENGARUH RAKE ANGLE DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP TENAGA YANG DIPERLUKAN UNTUK PEMOTONGAN

MODIFIKASI MODULAR FIXTURE UNTUK PROSES MILLING

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN FORMULASI ANALITIK PERANCANGAN ALAT BANTU MENGGUNAKAN MS. EXCEL

MESIN BOR. Gambar Chamfer

Gatot Setyono 1. 1Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm

KATA PENGANTAR. Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahrnat dan

Proses Gerinda. Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY

PENGARUH KECEPATAN MAKAN PADA GERAKAN INTERPOLASI LINIER DALAM PROSES PEMESINAN MILLING CNC

PROSES SEKRAP ( (SHAPING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT Mesin FT UNY

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BANTU PEGANG (FIXTURE) UNTUK PROSES PENGELASAN SAMBUNGAN-T

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Baja AISI 4340

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari

PROSES PERMESINAN. (Part 2) Learning Outcomes. Outline Materi. Prosman Pengebor horisontal JENIS MESIN GURDI

Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

ALTERNATIF USULAN PERENCANAAN PROSES PRODUKSI PRODUK PIN PRINTER EPSON (Studi Kasus di Laboratorium SSML)

Rancang Bangun Jig Drilling Sebagai Solusi Pembuatan Lubang Chassis Minitruk yang Diproduksi SMK Muhammadiyah 3 Kartasura

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

Proses Frais. Metal Cutting Process. Sutopo Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Perancangan Dan Pembuatan Jig Untuk Proses Drilling pada CNC Router

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

PROSES PEMESINAN. Learning Outcomes. Outline Materi. Proses pada Bendakerja KLASIFIKASI PROSES PEMESINAN

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR)

Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

PERANCANGAN MESIN PENEKUK PLAT MINI. Dalmasius Ganjar Subagio*)

PERANCANGAN MODULAR FIXTURE UNTUK PROSES FREIS, MILLING DAN SEKRAP

BAB II LANDASAN TEORI

AGENG APRIANTO NIM : D

PROSES PEMBUATAN PRESS HIDROLIK KAPASITAS MAKSIMAL 15 TON

Dosen Pembimbing Bambang Pramujati, S.T., M.Sc.Eng, Ph.D.

PROSES PRODUKSI. Jenis-Jenis Mesin Bubut

SAT. Pengaruh Kemiringan Spindel Dan Kecepatan Pemakanan Terhadap Getaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2. Romiyadi, Emon Azriadi. 1.

Rancangan Welding Fixture Pembuatan Produk Front Engine Mounting Mobil Suzuki Baleno

B A B I I LANDASAN TEORI

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BANTU PENCEKAMAN UNTUK MESIN MORTISER

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

Dalam menentukan ukuran utama mesin skrap ini, hal yang berpengaruh antara lain:

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

BAB I. PENDAHULUAN. keseluruhan juga akan berkurang, sehingga akan menghemat pemakaian bahan

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

2. Mesin Frais/Milling

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

PROSES GURDI (DRILLING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ALAT BANTU PEGANG FLEKSIBEL UNTUK PROSES PENGGERINDAAN INTISARI

Gambar 2.1 Referensi alat bantu terhadap benda kerja

Transkripsi:

PERANCANGAN FIXTURE PADA PROSES SEKRAP DAN FREIS UNTUK MEMPRODUKSI KOMPONEN POROS IDLER Muhammad Ikhsan, Raflina Sonya Jayanti, Citra Tri Angelia, Roni Hardian Putra, Frastia Retha Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang Abstract Idler shaft is the engine components that are often produced in the automotive field, the shaft serves to continue the effort together with the rotation. Making idler shaft through several machining processes such as lathes, sekrap, and Freis. At this time laporn designed tools to process and Freis sekrap in the production of idler shaft. The design of this tool using the clamping screw. Placed on the front clamping tools for process sekrap. Based on the results obtained, the time spent with the tools and shorter setup times smaller than that obtained without the tools, so the production cost by using the tools is greater than the production costs without the tools in this case the production shaft idler. Keywords : Fixture, clamping, idler shaft 1. PENDAHULUAN Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Salah satu komponen mesin yang sering diproduksi dalam bidang otomotif adalah poros idler. Tujuan dari tugas besar perancangan alat bantu ini adalah : 1. Mengetahui prinsip-prinsip dalam merancang alat bantu 2. Mengetahui proses-proses dalam pembuatan komponen poros idler 3. Mengetahui biaya produksi komponen poros idler dengan dan tanpa Menurunkan biaya manufaktur, dengan dirancangnya alat bantu dimaksudkan agar waktu set up yang diperlukan dapat di minimasi Meningkatkan produksi. Adapun batasan perancangan yang dilakukan dalam pembuatan alat bantu ini adalah sebagai berikut : 1. Prinsip lokator digantikan dengan penggunan clamping. 2. Alat bantu dirancang untuk komponen poros idler. 3. Perancangan alat bantu untuk proses sekrap dan freis. Asumsi-asumsi dari pembuatan poros idler ini adalah: 1. Komponen poros idler dibuat dari material baja dengan bentuk awal slindris, berdimensi awal d(diameter) = 25 mm dan p(panjang)= 176 mm 2. Biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan alat bantu ini diasumsikan tidak berubah dari waktu ke waktu. 2. TINJAUAN PUSTAKA Material yang sering digunakan dalam pembuatan poros idler ini adalah baja paduan, yang bersifat tahan aus. Baja paduan merupakan baja yang diperoleh dari perpaduan dua unsur atau lebih untuk mendapatkan sifat mekanik tertentu yang diinginkan. Jadi komponen poros idler ini terbuat dari baja paduan tahan aus, yang bertujuan untuk menahan energi kinetik dari laju kendaraan. Proses produksi yang digunakan untuk membuat poros idler ini adalah proses pemesinan. Proses pemesinan adalah proses dengan menggunakan mesin perkakas, dimana memanfaatkan gerak relatif antara pahat dengan benda kerja sehingga menghasilkan suatu produk sesuai dengan spesifikasi geometri yang diinginkan dan ditandai dengan adanya geram sebagai material sisa produksi. Proses-proses yang akan dialami oleh benda kerja yaitu: 1. Proses Bubut Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan mesin bubut. Pada proses bubut gerak potong dilakukan oleh benda kerja yang melakukan gerak rotasi sedangkan gerak makan dilakukan oleh pahat yang melakukan gerak translasi. Perancangan Fixture pada Proses Skrap...(M. Ikhsan et al) 59

Selain itu mesin bubut ini menggunakan pahat bermata potong tunggal, jenis mata pahat yang digunakan adalah pahat HSS, dengan kecepatan potong (Vc) yang optimum adalah 20 m/min. 2. Proses Freis (milling) Proses freis adalah suatu proses permesinan yang digunakan untuk membuat produk dengan bentuk prismatik, spie dan roda gigi. Mesin freis merupakan mesin yang paling mampu melakukan banyak kerja dari semua mesin perkakas. Pahat freis mempunyai jumlah mata potong banyak (jamak) sama dengan jumlah gigi freis. Pada mesin freis pahat bergerak rotasi dan benda kerja bergerak translasi. Secara umum mesin freis dapat dikelompokan berdasarkan posisi spindel mesin tersebut antara lain : a. Freis tegak/muka (face milling) b. Freis datar/ periperal (slab milling) 3. Proses Sekrap (Shaping/Planing) Proses sekrap hampir sama dengan proses membubut, tapi gerak potongnya tidak merupakan gerak rotasi melainkan gerak translasi yang dilakukan oleh pahat (pada mesin sekrap) atau oleh benda kerja (pada mesin sekrap meja) dengan arah gerak tegak lurus. Benda kerja dipasang pada meja dan pahat (mirip dengan pahat bubut) dipasangkan pada pemegangnya. 4. Proses Freis Proses freis dilakukan untuk membentuk permukaan perismatik. Pahat yang digunakan adalah pahat bermata potong jamak. Setelah silinder pejal dilakukan proses penyekrapan, maka selanjutnya dilakukan proses dengan menggunakan mesin freis, bagian yang di potong adalah sejauh 30 mm dari sisi kanan. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pemilihan Jenis Lokator dan Penempatannya Lokator berfungsi untuk menjamin posisi peletakan benda kerja, menjamin kemudahan proses loading dan unloading dan menjamin kondisi foolproof (mencegah kesalahan pemasangan). Gambar 1. Peta Proses Operasi Gambar 2. Arah Gaya Lokator Prinsip pembuatan komponen Poros Idler ini adalah tanpa menggunakan lokator. Keputusan ini telah melalui analisis berdasarkan bentuk permukaan benda kerja yang tidak tidak datar, yaitu berbentuk silindris. Sebagai pengganti, maka digunakan clamping sebagai penahan benda kerja selama proses pemesinan berlangsung. Untuk menguji penempatan clamping, maka dilakukan perhitungan clamping berdasarkan perhitungan lokator yang dianggap imajiner. Penempatan lokator imajiner dibagi atas 3 bagian yaitu sebagai berikut: 1. Lokator Primer, terdiri atas tiga titik lokator pada posisi XY benda kerja. 2. Lokator Sekunder, terdiri atas dua titik lokator pada posisi XZ benda kerja. 3. Lokator Tersier, terdiri atas satu titik locator pada posisi ZY benda kerja. 60 Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol.9, No.2, Oktober 2010:59-64

Tabel 1. Koordinat Lokator Imajiner X Y Z Titik 1 56,7 0 12,5 Titik 2 113,4 0 12,5 Titik 3 0 12,5 12,5 Titik 4 28,3 18,7 0 Titik 5 112,3 18,7 0 Titik 6 84 6,25 0 Untuk letak lokator, perhatikan gambar di bawah ini : Gambar 3. Koordinat Lokator Sumbu x dan z Gambar 4. Koordinat Lokator Sumbu z dan y Gambar 5. Koordinat Lokator Sumbu x dan y Setelah ditentukan koordinat penempatan locator imajiner, selanjutnya yaitu ditentukan posisi lokator tersebut sudah layak atau belum dengan melihat Fp (nilai matriks gaya pada lokator) harus positif atau nonnegatif dengan rumus : Dengan: Wp = Matriks arah gaya yang bekerja pada lokator wl.fl = Gaya peletakkan Rumus sperhitungan clamping yaitu : Fp = -Wp -1 x Wa x Fa (2) 1. Cukup kuat untuk memegang benda kerja dan menahan pergeseran benda kerja 2. Tidak merusak/mendeformasi benda kerja 3. Menjamin loading dan unloading benda kerja dengan cepat Aturan dasar clamping adalah sebagai berikut: 1. Posisi klem a. Selalu bersentuhan dengan benda kerja pada posisi yang rigid (kaku) b. Untuk menghindari defleksi benda kerja harus ditahan menggunakan alat bantu c. Klem harus diletakkan sedemikian sehingga tidak mengganggu pergerakan pahat d. Klem harus diletakkan sedemikian sehingga operator dapat bekerja dengan mudah dan aman. 2. Gaya pemotongan a. Manfaatkan gaya pemotongan untuk membantu pencekaman b. Resultan gaya pemotongan diarahkan ke lokator sehingga mengurangi gaya pencekaman yang dibutuhkan. 3. Gaya pencekaman a. Gaya pencekaman adalah gaya yang dibutuhkan untuk menjaga posisi benda kerja selama proses pemesinan. b. Besarnya gaya pencekaman tergantung dari besarnya gaya pemotongan dan cara peletakan benda kerja relatif terhadap pahat. c. Gaya pencekaman hanya cukup untuk menahan benda kerja ke lokator. Gaya total harus ditahan oleh lokator. Jenis clamping yang digunakan adalah screw clamping. Clamping ini lebih sederhana daripada yang lainnya, karena clamping ini hanya menggunakan baut sehingga biaya yang digunakan juga tidak besar,namun kekurangannya lebih membutuhkan waktu pemasangan yang lebih lama karena harus memutar baut (1) untuk mencekam benda ( kerja. 3.2 Pemilihan Jenis Clamping dan Penempatannya Gambar 6. Clamping Kondisi yang harus dipenuhi dalam clamping sebagai berikut : 61 Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol. 9 No. 2, Oktober 2010:59-64

Gambar 7. Clamping Tampak Depan Gambar 8. Clamping Tampak Kanan 3.3 Kontruksi Jig dan Fixture Keseluruhan Secara umum konstruksi alat bantu terdiri atas 4 bagian yaitu : 1. Tool Body ( Landasan) Tool Body berfungsi sebagai landasan yang rigid untuk meletakkan lokator, support, clamp, dan bagian lain yang dibutuhkan. Pada pembuatan alat bantu ini, landasan yang dibuat menggunakan bahan dasar baja, karena disesuaikan dengan bahan dasar komponen poros idler yaitu baja. Apabila bahan dasar landasan lebih lunak dari bahan dasar komponen, maka akn menyebabkan alat bantu tersebut akan cepat rusak dan proses pemesinan yang dilakukan akan terganggu. 2. Clamping Clamping merupakan bagian jig/fixture yang berfungsi mencekam benda kerja sehingga posisi benda kerja tidak berubah selama proses pemesinan. Clamping yang digunakan adalah screw clamping. 3. Fastening Device (Pengencang) Pengencang berfungsi untuk menyatukan berbagai bagian jig/fixture. Terdiri dari baut, mur, pasak, dan pengencang lain dalam berbagai bentuk. Dalam perancangan jig dan fixture ini pengencang yang digunakan adalah baut. 3.4 Prinsip Kerja Jig dan Fixture Pada pembuatan poros idler ini, prinsip kerja dari masing-masing jig dan fixture adalah sebagai berikut : 1. Setelah alat bantu selesai dirancang sesuai dengan ukuran dan dimensi yang digunakan, maka alat bantu tersebut dipasangkan pada mesin freis untuk membuat alur sepanjang 30 cm pada poros idler. 2. Sebelum benda kerja diletakkan di atas lokator, maka clamping pada alat bantu dilonggarkan dahulu agar pada saat memasukkan komponen lebih mudah. 3. Kemudian, benda kerja diposisikan dengan tepat pada alat bantu. Benda kerja disorong dengan menggunakan clamping pada bagian depan benda kerja agar benda kerja berada pada posisi yang sesuai dengan alat bantu dan dalam kondisi yang kokoh. 4. Setelah itu, clamping yang berada disamping alat bantu dikencangkan untuk menjaga keakuratan dan kekencangan benda kerja pada saat melakukan proses pemesinan. 5. Setelah proses freis selesai dilakukan, maka clamping dilonggarkan. Benda kerja dikeluarkan dari alat bantu. 6. Selanjutnya, alat bantu dipasang pada mesin sekrap untuk membuat 2 alur pada poros idler. 7. Longgarkan kembali clamping, kemudian posisikan kembali benda kerja pada lokator. Benda kerja diposisikan dengan tepat pada alat bantu. Posisi porosnya adalah dirotasi 90 derajat dari posisi ketika proses freis. 8. Benda kerja didorong dengan menggunakan clamping. Clamping dikencangkan dengan mengguanakan baut untuk menjaga keakuratan dan kekencangan benda kerja pada saat melakukan proses sekrap. 9. Setelah alur yang pertama selesai, maka dilanjutkan dengan pembuatan alur yang kedua. Benda kerja dirotasi sejauh 180 derajat menurut porosnya. Proses selanjutnya sama dengan yang sebelumnya. Setelah proses sekrap selesai, maka clamping pada alat bantu kembali dilonggarkan. Benda kerja dikeluarkan dari alat bantu. 3.5 Estimasi Waktu Manufaktur Proses Produksi Terpilih Estimasi waktu yang digunakan adalah penggabungan dari waktu proses sekrap dan proses freis. Estimasi waktu juga dicari dengan menggunakan metode MOST, untuk waktu yang diperoleh di luar proses pemesinan secara teknik seperti gerakangerakan manusia. Kemudian, keduan metode tersebut ditambahkan. Sehingga, diperoleh waktu manufaktur terpilih. 62 Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol.9, No.2, Oktober 2010:59-64

3.6 Perawatan Alat Bantu Alat bantu untuk proses produksi secara massal digunakan secara berulang-ulang, sehingga diperlukan perawatan agar mutu dalam proses produksinya tetap terjamin. Perawatan juga perlu dilakukan terhadap permukaan alat bantu, karena permukaan alat bantu akan sangat berkontak langsung dengan udara serta mengalami gesekangesekan dengan material lain. Untuk mencegah terjadinya korosi tersebut, alat bantu harus diberti perlindungan. Seperti dengan mengoleskan alat bantu dengan gilingan gemuk, dengan mengecat, atau alat bantu tersebut. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut ini rekaptulasi perhitungan waktu baku proses sekrap dan proses freis : a. Proses Freis sepanjang 30 cm n = 297 rpm v f = 85 mm/min a = 0,4 mm w = 10 mm l n = 5 mm l t = 35 mm Kecepatan potong (V c ) π d n V c = m/min 3,14 10 297 = = 9,33 m/min Gerak makan pergigi (f z ) V f = f z z n f z = f z = V f z n 85 4 297 mm/put mm/put f z = 0,071 mm/put Waktu pemotongan (tc) t c = l t V f min m/min 35 = min 85 = 0,41 min = 24,6 detik Kecepatan menghasilkan geram Vf a w Z = cm 3 /min 85 0,4 10 = cm 3 /min = 0,34 cm 3 /mm Berdasarkan perhitungan elemen dasar proses permesinan freis diatas, maka dapat dihitung waktu total (t c ) secara teori : tc total = tc x banyak percobaan = 0,41 min x 10 = 4,1 min = 246 detik b. Proses Sekrap 2 alur Proses ini dilakukan untuk : n = 59 langkah/min a = 0,3 mm f = 0,2 mm/put R s = 0,5 mm Lt = 60 mm Kecepatan Potong rata-rata V = n p. lt(1+ Rs) 2000 mm/min = 59 x 60 x (1 + 0,5) 2000 = 2,65 mm/min Kecepatan Makan V f = f x n p mm/put = 0,2 x 59 = 11,8 mm/put Waktu Pemotongan W t c = Vf 9 = 11,8 min = 0,76 min Kecepatan Penghasilan Geram Z = A x V cm 3 /min = (a x f) x V = (0,3x 0,2) x 2,65 = 0,159 cm 3 /min Proses sekrap terdiri atas dua sisi dan pada salah satu sisi terdiri dari 10 kali proses. Sehingga waktu total pemotongan yang dibutuhkan : T tot = t c x jumlah sisi x jumlah proses = 1 x 2 x 10 = 20 min = 1200 detik Waktu yang dibutuhkan untuk dua macam proses pemesinan pada poros idler, proses freis dan proses sekrap adalah, Waktu Total = 4,1 min + 20 min = 24,1 min Jadi, waktu yang dibutuhkan untuk proses freis dan proses sekrap adalah 24,1 menit. Waktu manufaktur terpilih adalah = 24,1 menit + 0,77 menit = 24,87 menit. Berikut ini konstruksi jig dan fixture keseluruhan : 63 Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol. 9 No. 2, Oktober 2010:59-64

Gambar 9. Konstruksi Fixture Keseluruhan Gambar 10. Fixture Tampak Samping Kanan Gambar 11. Fixture Tampak Samping Kiri 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari perancangan fixture untuk proses produksi poros idler maka dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya : 1. Prinsip perancangan fixture pada proses freis dan sekrap pada komponen poros idler tanpa menggunakan lokator, sehingga fungsi pemakaian prinsip lokator digantikan dengan penggunaan clamping. 2. Proses-proses yang digunakan dalam memproduksi poros idler yaitu proses freis dan sekrap. 3. Biaya produksi per unit yang dibutuhkan untuk produksi dengan menggunakan alat bantu sebesar Rp 6.137,54 /unit sedangkan produksi tanpa menggunakan alat bantu sebesar Rp 7.652,08 / unit. 4. Penggunaan alat bantu dapat memperbesar laju produksi. 5. Fixture yang dirancang mampu menahan gaya dari gerak makan pahat mesin sekrap, gerakan maju-mundur, dengan penggunaan sandaran bagian belakang dan clamping yang dibantu dengan pemakaian baut untuk mengencangkan. Sehingga benda kerja tetap dalam keadaan diam selama proses sekrap. 6. Rancangan fixture juga mampu menahan benda kerja agar tetap dalam keadaan diam selama proses freis. Sandaran yang berada di samping kanan akan berfungsi dalam menahan dorongan yang diberikan mesin freis yang hanya berupa gerak maju dalam melakukan gerak makan. 5.2 Rekomendasi Berdasarkan dari perancangan alat bantu yang telah dilakukan, ada beberapa rekomendasi yang harus diperhatikan, diantaranya : 1. Perancangan fixture untuk proses produksi sebaiknya memperhatikan prinsip-prinsip penetapan lokator dan clamping secara cermat. 2. Perancangan alat bantu sebaiknya dapat digunakan untuk komponen yang lainnya. 3. Perancangan alat bantu sebaiknya dirancang untuk semua proses produksi komponen tersebut. 4. Perawatan fixture sebaiknya menggunakan cara yang membuat kekuatan bahan fixture tetap terjaga mengingat fixture akan digunakan dalam pembuatan banyak komponen. 5. Pemilihan jenis baja sebagai bahan dasar fixture harus mempertimbangkan bahan dasar benda kerja, supaya fixture tidak merusak permukaan benda kerja atau pun membuat benda kerja retak. DAFTAR PUSTAKA [1] J. Sharpe. Shift Work and Long Hours : Risky Business, Rock Product.January, 2007. [2] B. N. B. Silalahi dan R. B. Silalahi.Manajemen Keselamatan Kerja dan Kesehatan. PT. Pustaka Binawan Pressindo : Jakarta, 1991. [3] T. Rochim. Teori dan Teknologi Proses Pemesinan. Intitut Teknologi Bandung: Bandung, 1993. 64 Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol.9, No.2, Oktober 2010:59-64