KONJUNGSI SUBORDINATIF BAHASA MINANGKABAU DI KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Afrima Yosi 1, Puspawati 2, Iman Laili 2 1 Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta E-mail : Afrimayosi@yahoo.co.id 2 Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta Abstract Subordinate Conjunction in Minangkabau Language at Kambang Regency Pesisir Selatan Subordinate conjunction is conjunction that connect equal parts, connect one clause to others clause in sentence. This reserch have purpose to describe form and meaning of subordinate conjunction in Minangkabau Language at Kambang Regency Pesisir Selatan. In analysing form and meaning of subordinate conjunction the writer used Alwi and Chaer theory. Method that used to collectiing data is observation method and elicitation technique. Next, to analyse data the writer used substitution technique and deletion technique. Subordinate conjunction that found in Minangkabau Language at Kambang Regency Pesisir Selatan are in form of monomorphemic and polymorphemic, meanwhile meaning of subordinate conjunction are (1) time subordinate conjunction are: sajak sejak, samanjak semenjak, wakatu waktu, katiko ketika, samantaro sementara, baitu begitu, salamo selama, sasudah sesudah, sabalun sebelum, salasai selesai, dan sampai sampai ; (2) konjungsi subordinatif syarat, yaitu kalau kalau, dan asakan asalkan. (3) requirement subordinate conjunction are: saandainyo seandainya, dan umpamonyo umpamanya ; (4) purpose subordinate conjunction are: supayo supaya, dan bia biar ; (5) subordinate conjunction concesive are: walaupun walaupun, dan sunguahpun sungguhpun ; (6) comparison subordinate conjunction are: cando seperti, ibarek ibarat, dan dagipado daripada ; (7) cause subordinate conjunction is dek karena ; dan (8) result subordinate conjunction is sahinggo sehingga. Key words: subordinate conjunction, form, meaning Pendahuluan Kalimat adalah satuan bahasa yang terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut (Alwi, 1998:311). Kalimat merupakan suatu tataran yang menghubungkan kata dengan kata diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru. Keberadaan konjungsi dalam sebuah kalimat sangat diperlukan karena menjelaskan makna yang terkandung di dalam sebuah paragraf. Konjungsi berfungsi untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya. Alwi (2003:296) mengatakan bahwa konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang sederajat atau yang tidak sederajat. Konjungsi dapat menghubungkan kata dengan kata, frase dengan frase, dan klausa dengan klausa. Selain itu, Ayub Page 1
(1993:123) mengatakan bahwa konjungsi menghubungkan dua buah klausa atau lebih. Konjungsi juga dapat dibagi atas dua bentuk, yaitu konjungsi antarkalimat dan intrakalimat. Konjungsi antarkalimat ialah konjungsi yang menghubungkan satuan kalimat dengan kalimat lain, sedangkan konjungsi intrakalimat ialah konjungsi yang menghubungkan satuan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa. dan klausa dengan Konjungsi intrakalimat dibagi menjadi dua, yaitu konjungsi subordinatif dan konjungsi koordinatif. Konjungsi koordinatif ialah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya (Alwi, 1998:297). Konjungsi subordinatif merupakan konjungsi yang menghubungkan klausa yang satu dengan klausa lainnya, yang disebut juga dengan kalimat majemuk bertingkat. Pada pembahasan ini penulis lebih memfokuskan pembahasan pada konjungsi subordinatif dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan. Perhatikan contoh berikut. (1) Dek ka agi ayo banyak Karena akan hari raya banyak Karena hari raya sudah dekat banyak ugang mambuek kue. orang membuat kue. orang membuat kue. (2) Kalau lah ujan agi, sadionlah Kalau sudah hujan hari, sediakanlah Kalau hari hujan, sediakan payung. payuang lai. puyung lagi. payung. Pada contoh (1) dan (2), terdapat konjungsi subordinatif, yaitu dek karena (1) dan kalau kalau (2). Konjungsi dek dan kalau tersebut menghubungkan klausa satu dengan klausa yang lain. Berdasarkan contoh tersebut penulis tertarik untuk menganalisis konjungsi subordinatif dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan. Penelitian terhadap konjungsi subordinatif bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan belum pernah dilakukan sebelumnya. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sudaryanto (1992:62) deskriptif adalah penelitian yang dilakukan sematamata hanya berdasarkan pada fakta, yang memang secara empiris hidup pada penuturpenutur, sehingga yang dihasilkan atau dicatat berupa bahasa yang bersifat seperti gambar. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah metode simak. Menurut Sudaryanto (1993:133) metode simak adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan Page 2
menyimak penggunaan bahasa. Selanjutnya, teknik yang digunakan untuk pengumpulan data ialah teknik simak libat cakap. Teknik simak libat cakap merupakan kegiatan menyadap yang dilakukan dengan berpartisipasi sambil menyimak pembicaraan. Jadi, si peneliti terlibat langsung dalam dialog (Sudaryanto, 1993:133). Selain itu, peneliti juga menggunakan teknik rekam dan teknik catat. Teknik rekam pertama-tama dilakukan perekaman terhadap tuturan, setidaknya tujuan merekam itu cenderung perekaman dilakukan tanpa sepengetahuan informan dengan menggunakan handphone. Teknik catat dilakukan dengan pencatatan dalam kartu data sesudah teknik rekam selesai dilakukan (Sudaryanto, 1993:135). Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode agih. Menurut Sudaryanto (1993:15) metode agih merupakan alat penentunya justru bagian dari bahasa yang bersangkutan. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian adalah teknik ganti. Teknik ganti adalah untuk mengetahui kadar kesamaan atau unsur yang akan diganti, khususnya bila tataran pengganti sama dengan tataran terganti atau saling menggantikan kedua unsur. (Sudaryanto, 1993:48). Selain itu, penulis juga menggunakan teknik lesap. Menurut Sudaryanto (1993:41) teknik lesap merupakan penghilangan atau pelesapan unsur satuan lingual data. Data itu akan menghasilkan tuturan berupa bentuk ABCD unsur D dilesapkan sehingga menghasilkan ABC maka unsur D menjadi pokok perhatian (Sudaryanto, 1993:41). Penerapan teknik lesap pada penelitian ini dapat dilihat pada contoh berikut. (3) Kalau amak pai, jan Kalau ibu pergi, jangan Kalau ibu pergi, jangan menangis kau ndak. menangis kamu tidak menangis kamu. Pada data (3) terdapat konjungsi kalau kalau yang termasuk ke dalam konjungsi subordinatif syarat yang berbentuk monomerfemis. Bentuk kalau kalau dapat dilesapkan, seperti pada (3a) berikut. (3a) Amak pai, jan manangi Ibu pergi, jangan menangis Ibu pergi, kamu tidak kau ndak. kamu tidak boleh menang. Walaupun konjungsi kalau kalau pada data (3a) dilesapkan, kalimat tersebut tetap gramatikal dan makna yang ditimbulkan berubah menjadi pernyataan. Hal ini memperlihatkan bahwa pada data (3a) konjungsi kalau kalau tidak merupakan unsur yang wajib hadir atau tidak mutlak hadir. Konjungsi kalau tidak Page 3
dapat diganti dengan konjungsi asakan asalkan, seperti pada data (3b) berikut. (3b) *Asakan amak pai, jan Asalkan ibu pergi, jangan Asalkan ibu pergi, kamu tidak manangi kau ndak. menangis kamu tidak. boleh menangis. Pada data (3b) konjungsi kalau kalau tidak dapat diganti bentuknya dengan asakan asalkan. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi kalau kalau tidak dapat saling menggantikan dengan konjungsi asakan asalkan dan tidak memiliki makna yang sama. Hasil dan Pembahasan Pada bab ini penulis menganalisis konjungsi subordinatif bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan ditinjau dari segi bentuk dan makna. Bentuk dan makna ini akan dianalisis sekaligus. Konjungsi subordinatif yang ditemukan berbentuk monomorfemis dan polimorfemis. Sementara itu, makna konjungsi subordinatif bahasa Minangkabau yang ditemukan di Kambang Pesisir Selatan ada delapan macam, yaitu (1) konjungsi subordinatif waktu, (2) konjungsi subordinatif syarat, (3) konjungsi subordinatif pengandaian, (4) konjungsi subordinatif tujuan, (5) konjungsi subordinatif konsesif, (6) konjungsi subordinatif perbandingan, (7) konjungsi subordinatif sebab, subordinatif hasil. dan (8) konjungsi 1. Konjungsi Subordinatif Waktu Konjungsi subordinatif waktu yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan adalah sajak sejak, samanjak semenjak, wakatu waktu, katiko ketika, samantaro sementara, baitu begitu, salamo selama, sasudah sesudah, sabalun sebelum, salasai selesai, dan sampai sampai. Pemakaian konjungsi tersebut dapat diperhatikan datanya sebagai berikut. a. Konjungsi sajak sejak Pemakaian konjungsi sajak sejak dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada data berikut. (4) Ancak uma uni ti sajak Bagus rumah kakak itu sejak Rumah kakak itu bagus sejak diabean dek anake. diperbaiki oleh anaknya. diperbaiki oleh anaknya. Pada data (4) terdapat konjungsi sajak sejak. Bentuk konjungsi sajak sejak tersebut termasuk ke dalam konjungsi subordinatif waktu yang berbentuk monomorfemis. Konjungsi sajak terletak pada klausa bawahan yang berupa anak Page 4
kalimat. Konjungsi sajak sejak menghubungkan klausa bawahan diabean dek anake dengan klausa atasan ancak uma uni ti, Konjungsi sajak sejak pada kalimat (4) menyatakan bahwa peristiwa yang disebutkan pada klausa bawahan, yaitu diabean dek anake merupakan permulaan waktu terjadinya peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan, yaitu ancak uma uni ti. Konjungsi sajak sejak pada kalimat di atas dapat diganti dengan konjungsi samanjak semenjak, dan dek karena seperti kalimat (4a) dan (4b) berikut. (4a) Ancak uma uni ti Bagus rumah kakak itu Rumah kakak itu bagus samanjak diabean dek anake semenjak diperbaik oleh anaknya semenjak diperbaiki oleh anaknya. (4b) Ancak uma uni ti dek Bagus rumah kakak itu karena Rumah kakak itu bagus karena diabean dek anake. diperbaiki oleh anaknya. diperbaiki oleh anaknya. Setelah konjungsi sajak sejak diganti bentuknya dengan samanjak semenjak dan dek karena pada data (4a) dan (4b) kalimat tersebut tetap berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi sajak tersebut dapat saling menggantikan dengan konjungsi samanjak tanpa mengubah makna kalimat, tetapi jika diganti dengan dek karena, makna kalimat berubah. Makna yang dinyatakannya adalah makna sebab. Selain itu, konjungsi sajak sejak pada kalimat (4) dapat dilesapkan, seperti kalimat (4c) berikut. (4c) Ancak uma uni ti diabean Bagus rumah kakak itu diperbaiki Rumah kakak itu bagus diperbaiki dek anake. oleh anaknya. oleh anaknya. Kalimat (4c) tersebut masih berterima walaupun konjungsinya dilesapkan. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi sajak sejak pada kalimat tersebut tidak mutlak ada. Dengan kata lain, konjungsi sajak sejak tidak merupakan unsur inti dalam kalimat (4). Selain itu, kalimat (4c) tidak lagi menunjukkan hubungan waktu. Artinya hubungan makna yang muncul menjadi tidak jelas setelah konjungsinya dilesapkan. 2. Konjungsi Subordinatif Syarat Konjungsi subordinatif syarat dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan yang ditemukan adalah konjungsi kalau kalau dan asakan asalkan. a. Konjungsi kalau kalau Konjungsi kalau kalau yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisr Selatan dapat dilihat datanya sebagai berikut. (5) Jan mangeceke kau lai kalau indak ka tau Page 5
Pada Jangan berbicaranya kamu lagi kalau tidak kan mengerti Jangan bicara kamu kalau tidak mengerti kecek ugang. pembicaraan orang. pembicaraan orang. data (5) terdapat konjungsi kalau kalau. Bentuk konjungsi kalau termasuk ke dalam konjungsi subordinatif syarat yang berbentuk monomorfemis. Konjungsi kalau kalau terletak pada klausa bawahan yang berupa anak kalimat. Konjungsi kalau menghubungkan klausa atasan jan mangecek kau lai dengan klausa bawahan indak ka tau kecek ugang. Konjungsi kalau kalau pada kalimat (5) menyatakan makna bahwa peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan, yaitu jan mangecek kau lai menyatakan syarat terjadinya peristiwa yang disebutkan pada klausa bawahan, yaitu indak ka tau kecek ugang. Konjungsi kalau pada kalimat di atas tidak dapat dilesapkan seperti (5a) berikut. (5a) *Jan mangeceke kau lai Jangan berbicaranya kamu lagi Jangan berbicara kamu indak ka tidak kan tidak akan tau mengerti kecek ugang. perkataan orang. perkataan orang. Kalimat (5a) tersebut tidak berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi kalau pada kalimat tersebut mutlak ada. Dengan kata lain, konjungsi kalau merupakan unsur inti. Konjungsi kalau kalau setelah dilesapkan masih termasuk ke dalam konjungsi subordinatif syarat tetapi dari segi makna berubah. Konjungsi kalau kalau tidak dapat saling menggantikan dengan konjungsi asakan asalkan seperti pada (5b) berikut (5b) *Jan mangeceke kau lai Jangan bicara kamu lagi Jangan berbicara kamu asakan indak ka tau asalkan tidak akan mengerti asalkan tidak mengerti kecek ugang perkataan orang perkataan orang. Setelah konjungsi kalau kalau diganti dengan konjungsi asakan asalkan, kalimat tersebut tidak gramatikal. 3. Konjungsi Subordinatif Pengandaian Konjungsi subordinatif pengandaian dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan adalah konjungsi saandainyo seandainya dan umpamonyo umpamanya. a. Konjungsi saandainyo seandainya Konjungsi saandainyo seandainya yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat datanya sebagai berikut. Page 6
(6) Den ka badua di Saya akan bersyukuran di Saya akan bersyukuran di uma saandainyo anak den sehat rumah seandainya anak saya sehat rumah seandainya anak saya sehat dagi panyakike. dari penyakitnya. dari penyakit. Pada data (6) di atas terdapat konjungsi saandainyo seandainya yang terletak pada klausa bawahan yang berupa anak kalimat. Bentuk konjungsi saandainyo termasuk ke dalam konjungsi pengandaian yang berbentuk polimorfemis, yaitu saandai + nyo menjadi saandainyo. Konjungsi saandainyo menghubungkan klausa bawahan anak den sehat dagi panyakike dengan klausa atasan den ka badua di uma. Konjungsi saandainyo seandainya pada kalimat (6) menyatakan makna bahwa peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan, yaitu den ka badua di uma, menyatakan pengandaian terhadap peristiwa yang disebutkan pada klausa bawahan, yaitu anak den sehat dagi panyakike. Konjungsi saandainyo pada kalimat di atas tidak dapat dilesapkan, seperti (17a) berikut. (6a) *Den ka badua di Saya akan bersyukuran di Saya akan bersyukuran di uma anak den sehat dagi rumah anak saya sehat dari rumah anak saya sehat dari panyakike. penyakitnya penyakitnya. Kalimat (6a) tersebut tidak berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi saandainyo seandainya pada kalimat tersebut mutlak ada. Dengan kata lain, konjungsi saandainyo merupakan unsur inti. Konjungsi saandainyo seandainya dapat diganti dengan konjungsi umpamonyo umpamanya, seperti (6b) berikut. (6b) Den ka badua di uma Saya akan bersyukuran di rumah Saya akan bersyukuran di rumah umpamonyo anak den sehat umpamanya anak saya sehat umpamanya anak saya sehat dagi panyakike. dari penyakitnya. dari penyakitnya. Setelah konjungsi saandainyo seandainya diganti bentuknya dengan umpamonyo umpamanya pada data (6b) kalimat tersebut masih berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi saandainyo seandainya tersebut dapat saling menggantikan dengan konjungsi umpamonyo umpamanya tanpa mengubah makna kalimat. 4. Konjungsi Subordinatif Tujuan Konjungsi subordinatif tujuan yang terdapat dalam bahasa Minangkabau di Page 7
Kambang Kabupaten Pesisir Selatan adalah supayo supaya dan bia biar. a. Konjungsi supayo supaya Konjungsi supayo supaya yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Kamabang Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat datanya sebagai berikut. (7) Supayo mangga ko labek Supaya mangga ini banyak Supaya mangga ini banyak bua, agia pupuak. buah, beri pupuk. buahnya, beri pupuk. Pada data (7) terdapat konjungsi supayo supaya yang terletak pada klausa bawahan yang berupa anak kalimat. Bentuk konjungsi supayo supaya termasuk ke dalam konjungsi subordinatif tujuan yang berbentuk monomorfemis. Konjungsi supayo supaya menghubungkan klausa bawahan mangga ko labek bua dengan klausa atasan agia pupuak. Konjungsi supayo supaya pada kalimat (7) menyatakan makna bahwa peristiwa yang disebutkan pada klausa bawahan, yaitu mangga ko labek bua menyatakan tujuan terjadinya peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan, yaitu agia pupuak. Konjungsi supayo supaya pada kalimat (7) tidak dapat dilesapkan, seperti (7a) berikut. (7a) *Mangga ko labek bua Mangga ini banyak buah Mangga ini banyak buah agia pupuak. kasih pupuk. kasih pupuk. Kalimat (7a) tersebut tidak berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi supayo supaya tersebut mutlak ada. Dengan kata lain, konjungsi supayo supaya merupakan unsur yang wajib ada pada data (7). 5. Konjungsi Subordinatif Konsesif Konjungsi subordinatif konsesif terdapat dalam bahasa Minangkabau Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu walaupun walaupun dan sungguahpun sungguhpun. a. Konjungsi walaupun walaupun Pemakaian konjungsi walaupun walaupun yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat datanya sebagai berikut. (8) Walaupun inyo ala Walaupun dia telah Walaupun dia telah mempunyai babini, inyo tetap mempunyai istri, dia tetap mempunyai istri, dia tetap muagia memberi memberi amake piti balanjo. ibunya uang belanja. ibunya uang belanja. Page 8
Pada data (8) terdapat konjungsi walaupun yang terletak pada klausa bawahan yang berupa anak kalimat. Bentuk konjungsi walaupun termasuk ke dalam konjungsi subordinatif konsesif yang berbentuk polimorfemis, yaitu walau + pun menjadi walaupun. Konjungsi walaupun menghubungkan klausa bawahan inyo ala babini dengan klausa atasan inyo tetap muagia amake piti balanjo. Konjungsi walaupun pada kalimat (8) menyatakan makna bahwa peristiwa yang disebutkan pada klausa bawahan, yaitu inyo ala babini menyatakan konsesif dengan peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan, yaitu inyo tetap muagia amake piti balanjo. Konjungsi walaupun pada kalimat di atas dilesapkan, seperti (8a) berikut. (8a) Inyo ala babini, inyo Dia telah mempunyai istri, dia Dia telah mempunyai istri, dia tetap muagia tetap meberi tetap member amake piti balanjo. ibunya uang belanja. ibunya uang belanja. dapat Kalimat (8a) tersebut berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi walaupun pada kalimat tersebut tidak mutlak ada. Dengan kata lain, konjungsi walaupun walaupun tidak merupakan unsur inti. 6. Konjungsi Subordinatif Perbandingan Konjungsi subordinatif perbandingan yang terdapat dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan adalah, konjungsi cando seperti, ibarek ibarat, dan dagipado daripada. a. Konjungsi cando seperti Pemakaian konjungsi cando seperti yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat berikut ini. (9) Unang ti sayang pado Ifa, Kakak itu sayang pada Ifa, Kakak sayang pada Ifa, cando nyo sayang ka adiake. seperti dia sayang kepada adiknya seperti dia sayang kepada adiknya. Pada data (9) terdapat konjungsi cando seperti. Bentuk konjungsi cando seperti termasuk ke dalam konjungsi subordinatif perbandingan yang berbentuk monomorfemis. Konjungsi cando seperti menghubungkan klausa bawahan nyo sayang ka adiake dengan klausa atasan unang sayang kapado Ifa. Konjungsi cando seperti pada kalimat (9) menyatakan bahwa peristiwa yang disebutkan pada klausa bawahan, yaitu nyo sayang ka adiake merupakan pembanding dengan peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan, yaitu unang ti sayang pado Ifa. Konjungsi cando seperti tidak dapat dilesapkan, seperti (9a) berikut. (9a) *Unang ti sayang pado Ifa, Page 9
Kakak itu sayang pada Ifa, Kakak sayang pada Ifa, nyo sayang ka dia sayang kepada dia sayang kepada adiake. adiknya. adiknya. Kalimat (9a) tersebut tidak berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi cando seperti pada kalimat tersebut mutlak ada. Dengan kata lain, konjungsi cando seperti merupakan unsur yang wajib ada. 7. Konjungsi Subordinatif Sebab Konjungsi subordinatif sebab yang terdapat dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan adalah dek karano dan karano karena. Pemakaian konjungsi dek karano dan karano karena pada bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat datanya sebagai berikut. (10) Dek karyawan buanti, Yuni Karena karyawan berhenti, Yuni Karena karyawan berhenti, Yuni tapaso bajaga sugang. terpaksa jualan sendiri terpaksa berjualan sendiri. Pada data (10) di atas terdapat konjungsi dek karena. Bentuk konjungsi dek karena termasuk ke dalam konjungsi subordinatif sebab yang berbentuk monomorfemis. Konjungsi dek karena menghubungkan klausa bawahan karyawan buanti dengan klausa atasan Yuni tapaso bajaga sugang, dan menghubungkan klausa atasan ugang ti ndak picayo samo uda de dengan klausa bawahan uda ti pancalia bana. Konjungsi dek karena pada kalimat (10) menyatakan makna bahwa peristiwa yang disebutkan pada klausa bawahan, yaitu karyawan buanti menyatakan sebab terjadinya peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan, yaitu Yuni tapaso bajaga sugang, Konjungsi dek pada kalimat di atas dapat dilesapkan, seperti (10a) berikut. (10a) Karyawan buanti, Yuni Karyawan berhenti, Yuni Karyawan berhenti, yuni tapaso bajaga surang. terpaksa jualan sendiri terpaksa berjualan sendiri. Kalimat (10a) tersebut dapat berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi dek karena pada kalimat tersebut tidak mutlak ada. Dengan kata lain, konjungsi dek dan karano karena tidak merupakan unsur inti. 8. Konjungsi Subordinatif Hasil Konjungsi subordinatif hasil yang terdapat dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan adalah sahinggo sehingga. Pemakaian konjungsi sahinggo sehingga pada bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Page 10
Pesisir Selatan dapat dilihat datanya sebagai berikut. (11) Adiak yo unang bacakak Adik dengan kakak berkelahi Adik dengan kakak berkelahi Adik dengan kakak berkelahi Adik dengan kakak berkelahi terus tarui, indak ado terus, tidak ada hingga tidak ada tarui sahinggo indak ado terus sehingga tidak ada terus sehingga tidak ada aman di dalam uma kedamaian di dalam rumah kedamaian di dalam rumah. ti. Itu. Pada data (11) di atas terdapat konjungsi sahinggo sehingga yang terletak pada klausa bawahan yang berupa anak kalimat. Bentuk konjungsi sahinggo sehingga termasuk ke dalam konjungsi subordinatif hasil yang berbentuk monomorfemis. Konjungsi sahinggo sehingga menghubungkan klausa bawahan indak ado aman di dalam uma ti dengan klausa atasan adiak yo unang bacakak tarui. Konjungsi sahinggo sehingga pada kalimat (11) menyatakan bahwa peristiwa yang disebutkan pada klausa bawahan, yaitu indak ado aman di dalam uma ti menyatakan hasil dari peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan yaitu adiak yo unang bacakak tarui. Konjungsi sahinggo sehingga dapat dilesapkan, seperti (11a) berikut. (11a) Adiak yo unang bacakak aman di dalam umah ti. kedamaian di dalam rumah itu. kedamaian di dalam rumah. Kalimat (11a) tersebut berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi sahinggo sehingga pada kalimat tersebut tidak mutlak ada. Dengan kata lain, konjungsi sahinggo sehingga tidak merupakan unsur inti. Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang sudah ditemukan pada bab IV, dapat disimpulkan: (1) Berdasarkan bentuk konjungsi subordinatif dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu berbentuk monomorfemis dan polimorfemis. (2) Berdasarkan makna, konjungsi subordinatif dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan ditemukan delapan macam, yaitu (a) konjungsi subordinatif waktu, (b) konjungsi subordinatif syarat, (c) konjungsi subordinatif pengandaian, (d) Page 11
konjungsi subordinatif tujuan, (e) konjungsi subordinatif konsensif, (f) konjungsi subordinatif perbandingan, (g) konjungsi subordinatif sebab, dan (h) konjungsi subordinatif hasil. (3) Konjungsi subordinatif sajak sejak, wakatu waktu, katiko ketika, samantaro sementara, baitu begitu, asakan asalkan, bia biar, walaupun walaupun, dan sahinggo sehingga, dapat dilesapkan, maknanya tetap gramatikal. (4) Konjungsi subordinatif samanjak semenjak, salamo selama, sasuda sesudah, sabalun sebelum, salasai selesai, sampai sampai, kalau kalau, saandainyo seandainya, umpamonyo umpamanya, supayo supaya, sungguahpun sungguhpun, cando seperti, ibarek ibarat, dan dagipado daripada, tidak dapat dilesapkan maknanya tidak gramatikal (5) Konjungsi subordinatif yang dapat diganti dengan makna yang sama, yaitu sajak sejak dengan samanjak samanjak dan dek karena ; samanjak semenjak dapat diganti dengan sajak sejak ; katiko ketika dapat diganti dengan wakatu waktu ; wakatu waktu dapat diganti dengan katiko ketika, samantaro sementara, dan salamo selama ; baitu begitu dapat diganti dengan sasuda sesudah ; sasuda sesudah dapat diganti dengan salasai selesai ; salasai selesai dapat diganti dengan sasuda sesudah ; asakan asalkan dapat diganti dengan kalau kalau ; saandainyo seandainya dapat diganti dengan umpamonyo umpamanya ; umpamonyo umpamanya dapat diganti dengan saandainyo seandainya. (6) Konjungsi subordinatif yang tidak dapat diganti, yaitu salamo selama; sabalun sebelum ; sampai sampai ; kalau kalau ; supayo supaya ; bia biar ; walaupun walaupun ; sungguahpun sungguhpun ; cando seperti ; ibarek ibarat ; dagipado daripada ; dek, karano karena ; dan sahinggo sehingga. Ucapan Terima Kasih Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah swt karena hanya dengan rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Konjungsi Subordinatif Bahasa Minangkabau di Kambang Pesisir Selatan. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta Padang. Page 12
Dalam melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: Ibu Dra. Hj. Puspawati, M. S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Bung Hatta dan Ibu Tienn Immerry, S.S., M. Hum. selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Bung Hatta, yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini; Ibu Dra. Hj. Puspawati, M. S. selaku pembimbing I dan Ibu Dra. Iman Laili, M. Hum. selaku pembimbing II, yang telah memberikan arahan, motivasi, ide-ide, saran, dan kritik kepada penulis, serta memberikan waktu untuk kelancaran penulisan skripsi; Ibu Dra. Elvina A. Saibi, M. Hum. selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia dan Ibu Dra. Aimifrina, M. Hum. selaku Sekretaris Jurusan Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan kepada penulis; Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen khususnya Jurusan Sastra Indonesia Universitas Bung Hatta yang telah memberikan ilmu dan seluruh staf karyawan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Bung Hatta yang telah membantu penulis dalam urusan akademik; Kepada ibunda, ayahnda, dan seluruh keluarga tersayang dan tercinta yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran serta memberikan dukungan moral dan materil, terima kasih atas semua pengorbanan, kepercayaan, dan dorongan serta kasih sayang yang diberikan; Teman-teman Sastra Indonesia seperjuangan yang selalu memberikan bantuan, dorongan, saran, dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini; Akhir kata, dengan ketulusan hati penulisan senantiasa menerima masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan.dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ayub, Asni. dkk. 1993. Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Pusat Pembimbing dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Page 13
Triyani, Silvie. 2010. Ketepatan Penggunaan Konjungsi Antar kalimat dalam Karangan Narasi Siswa Kelas X SMA Negeri 6 Padang. Skripsi. Padang: Universitas Bung Hatta. Page 14