BUPATI GAYO LUES PROVINSI ACEH

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

SALINAN BUPATI BULELENG, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 511 ayat (1),

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 2 Tahun 2018 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR : 04 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 20

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RAPERDA PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB IV PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 88 TAHUN 2016

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950) Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH TENGGARA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2008 NOMOR : 4

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

SALINAN NO : 14 / LD/2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/ DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2009 NOMOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 3

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

WALIKOTA PALANGKA RAYA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

KEBIJAKAN UMUM PERMENDAGRI 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

1 BUPATI GAYO LUES PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI GAYO LUES NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK KABUPATEN GAYO LUES BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI GAYO LUES, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Pasal 105 Qanun Kabupaten Gayo Lues Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Barang Milik Kabupaten Gayo Lues, perlu ditetapkan Pedoman Pengelolaan Barang Milik Kabupaten Gayo Lues; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, ditetapkan Peraturan Bupati Gayo Lues. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4179); 3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 549 ); 5. Undang-Undang./2

2 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah dirubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4745); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2014 tentang Penjualan Barang Milik Negara/Daerah Berupa Kendaraan Perorangan Dinas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 305, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5610); 10. Qanun Kabupaten Gayo Lues Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Gayo Lues Tahun 2008 Nomor 2), sebagaimana telah di ubah dengan Qanun Kabupaten Gayo Lues Nomor 5 Tahun 2013 tentang Perubahan Qanun Kabupaten Gayo Lues Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Gayo Lues Tahun 2013 Nomor 55). 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 547). MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI GAYO LUES TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK KABUPATEN GAYO LUES. BAB I./3

3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Gayo Lues; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Gayo Lues; 3. Bupati adalah Bupati Gayo Lues; 4. Pengelola Barang Milik Kabupaten Gayo Lues yang selanjutnya disebut Pengelola-BMK adalah Pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab melakukan koordinasi pengelolaan Barang Milik Kabupaten Gayo Lues. 5. Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Gayo Lues selanjutnya disingkat DPKD adalah satuan kerja yang mempunyai fungsi pengelolaan barang milik Kabupaten Gayo Lues. 6. Pejabat Penatausahaan Barang Milik Kabupaten Gayo Lues yang selanjutnya dapat disebut PPUB adalah Kepala DPKD selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). 7. Pengurus Barang Pengelola-BMK yang selanjutnya disebut Pengurus-Barang-Kabupaten adalah Pejabat yang diserahi tugas menerima, menyimpan, mengeluarkan, dan menatausahakan Barang Milik Kabupaten Gayo Lues pada PPUB. 8. Pembantu Pengurus Barang Pengelola-BMK yang selanjutnya disebut Pembantu-Pengurus-Barang- Kabupaten adalah Pengurus Barang yang membantu dalam penyiapan administrasi maupun teknis penatausahaan Barang Milik Kabupaten Gayo Lues pada Pengelola-BMK. 9. Satuan Kerja Perangkat Kabupaten Gayo Lues yang selanjutnya dapat disingkat SKPK atau Satuan Kerja adalah unsur pembantu Bupati dan DPRK dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten Gayo Lues. 10. Pengguna Barang Milik Kabupaten Gayo Lues yang selanjutnya dapat disebut Pengguna-BMK atau PB adalah pejabat pemegang kewenangan pengelolaan BMK pada SKPK yang dipimpinnya. 11. Unit kerja adalah bagian SKPK yang melaksanakan satu atau beberapa program. 12. Kuasa Pengguna Barang Milik Kabupaten Gayo Lues yang selanjutnya dapat disebut Kuasa-Pengguna-BMK atau KPB adalah kepala unit kerja atau pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna-BMK untuk mengelola Barang Milik Kabupaten Gayo Lues yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya. 13. Pejabat.../4

4 13. Pejabat Penatausahaan Pengguna-BMK yang selanjutnya dapat disingkat PPB adalah Pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha Barang Milik Kabupaten Gayo Lues pada Pengguna-BMK. 14. Pengurus Barang Pengguna-BMK yang selanjutnya disebut Pengurus-Barang-SKPK adalah Jabatan Fungsional Umum yang diserahi tugas menerima, menyimpan, mengeluarkan, menatausahakan Barang Milik Kabupaten Gayo Lues pada Pengguna-BMK. 15. Pembantu Pengurus Barang Pengguna-BMK yang selanjutnya disebut Pembantu-Pengurus-Barang-SKPK adalah pengurus barang yang membantu dalam penyiapan administrasi maupun teknis penatausahaan Barang Milik Kabupaten Gayo Lues pada Pengguna-BMK. 16. Pengurus Barang Pembantu yang selanjutnya disebut Pengurus-Barang-Unit adalah pengurus barang yang diserahi tugas menerima, menyimpan, mengeluarkan, menatausahakan dan mempertanggung jawabkan Barang Milik Kabupaten Gayo Lues pada Kuasa-Pengguna-BMK. 17. Barang Milik Kabupaten Gayo Lues selanjutnya dapat disingkat BMK adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBK atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. 18. Penilai adalah pihak yang melakukan penilaian secara independen berdasarkan kompetensi yang dimilikinya. 19. Penilaian adalah proses kegiatan untuk memberikan suatu opini nilai atas suatu objek penilaian berupa BMK pada saat tertentu. 20. Penilai Pemerintah adalah Penilai Pemerintah Pusat dan Penilai Pemerintah Kabupaten Gayo Lues. 21. Pengelolaan BMK adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan, penatausahaan dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian. 22. Perencanaan Kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan BMK untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang. 23. Rencana Kebutuhan Barang Milik Kabupaten Gayo Lues, yang selanjutnya disingkat RKBMK, adalah dokumen perencanaan kebutuhan untuk periode 1 (satu) tahun yang terdiri dari rencana kebutuhan pengadaan, pemeliharaan/perawatan, pemanfaatan, pemindahtanganan dan penghapusan. 24. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna-BMK dalam mengelola dan menatausahakan BMK yang sesuai dengan tugas dan fungsi SKPK yang bersangkutan. 25. Pemanfaatan./2

5 25. Pemanfaatan adalah pendayagunaan BMK yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPK dan/atau optimalisasi BMK dengan tidak mengubah status kepemilikan. 26. Sewa adalah pemanfaatan BMK oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai. 27. Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan barang antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten Gayo Lues atau antar Pemerintah Daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkan kembali kepada pemilik barang. 28. Kerja Sama Pemanfaatan yang selanjutnya disingkat KSP adalah pendayagunaan BMK oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan pendapatan Kabupaten Gayo Lues atau sumber pembiayaan lainnya. 29. Bangun Guna Serah yang selanjutnya disingkat BGS adalah pemanfaatan BMK berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu. 30. Bangun Serah Guna yang selanjutnya disingkat BSG adalah pemanfaatan BMK berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati. 31. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur yang selanjutnya disingkat KSPI adalah kerjasama antara pemerintah dan badan usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 32. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama yang selanjutnya disingkat PJPK adalah Bupati, atau badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah sebagai penyedia atau penyelenggara infrastruktur berdasarkan peraturan perundang-undangan. 33. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan BMK. 34. Penjualan adalah pengalihan kepemilikan BMK kepada pihak lain dengan menerima penggantian dalam bentuk uang. 35. Tukar Menukar adalah pengalihan kepemilikan BMK yang dilakukan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Kabupaten Gayo Lues, antara Pemerintah Kabupaten Gayo Lues dengan Pemerintah Daerah lainnya, atau antara Pemerintah Kabupaten Gayo Lues Dengan.../6

6 dengan pihak lain, dengan menerima penggantian utama dalam bentuk barang, paling sedikit dengan nilai seimbang. 36. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Kabupaten Gayo Lues, antara Pemerintah Kabupaten Gayo Lues dengan Pemerintah Daerah lainnya, atau dari Pemerintah Kabupaten Gayo Lues kepada pihak lain, tanpa memperoleh penggantian. 37. Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Gayo Lues adalah pengalihan kepemilikan BMK yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham Pemerintah Kabupaten Gayo Lues pada badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara. 38. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan BMK. 39. Penghapusan adalah tindakan menghapus BMK dari Daftar Barang dengan menerbitkan keputusan dari Pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengelola- BMK, Pengguna-BMK dan/atau Kuasa-Pengguna-BMK dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas BMK yang berada dalam penguasaannya. 40. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan BMK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 41. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan BMK. 42. Dokumen kepemilikan adalah dokumen sah yang merupakan bukti kepemilikan atas BMK. 43. Daftar Barang Milik Kabupaten Gayo Lues (DBMK) adalah daftar yang memuat data seluruh Barang Milik Pemerintah Kabupaten Gayo Lues. 44. Daftar Barang Pengelola-BMK (DBPB) adalah daftar yang memuat data seluruh BMK yang berada pada Pengelola- BMK. 45. Daftar Barang Pengguna-BMK (DBP) adalah daftar yang memuat data seluruh BMK yang digunakan oleh masingmasing Pengguna-BMK. 46. Daftar Barang Kuasa-Pengguna-BMK (DBK) adalah daftar yang memuat data seluruh BMK yang dimiliki oleh masing-masing Kuasa-Pengguna-BMK. 47. Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Gayo Lues dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta menunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri sipil Pemerintah Kabupaten Gayo Lues yang bersangkutan. 48. Pihak./7

7 48. Pihak lain adalah pihak-pihak selain Pemerintah Kabupaten Gayo Lues. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup Perbup ini adalah: a. pejabat pengelola BMK; b. perencanaan kebutuhan dan penganggaran; c. pengadaan; d. penggunaan; e. pemanfaatan; f. pengamanan dan pemeliharaan; g. penilaian; h. pemindahtanganan; i. pemusnahan; j. penghapusan; k. penatausahaan; l. pembinaan, pengawasan dan pengendalian; m. pengelolaan BMK pada SKPK yang menggunakan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah: n. BMK berupa rumah negara; dan o. ganti rugi dan sanksi. Pasal 3 Barang Milik Kabupaten (BMK) meliputi: a. BMK yang dibeli atau diperoleh atas beban APBK; atau b. BMK yang berasal dari perolehan lainnya yang sah. Pasal 4 (1) BMK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilarang digadaikan/dijaminkan untuk mendapatkan pinjaman atau diserahkan kepada pihak lain sebagai pembayaran atas tagihan kepada Pemerintah Kabupaten. (2) BMK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 tidak dapat disita sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 5 (1) BMK yang dibeli atau diperoleh atas beban APBK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, dilengkapi dokumen pengadaan. (2) BMK yang berasal dari perolehan lainnya yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, dilengkapi dokumen perolehan. (3) BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bersifat berwujud maupun tidak berwujud. Pasal 6./8

8 Pasal 6 BMK yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, meliputi: a. BMK yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis; b. BMK yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak; c. BMK yang diperoleh berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; d. BMK yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau e. BMK yang diperoleh kembali dari hasil divestasi atas Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten. Pasal 7 BMK yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau sejenis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a meliputi hibah/sumbangan atau yang sejenis dari negara/lembaga internasional/daerah lainnya sesuai peraturan perundangundangan. Pasal 8 BMK yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b antara lain berasal dari: a. kontrak karya; b. kontrak bagi hasil; c. kontrak kerjasama; d. perjanjian dengan negara lain/lembaga internasional/ daerah lainnya; dan e. kerja sama Pemerintah Kabupaten dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. BAB III PEJABAT YANG MELAKSANAKAN PENGELOLAAN BMK Bagian Kesatu Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Barang Milik Kabupaten (PKP-BMK) Pasal 9 (1) Bupati adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Barang Milik Kabupaten (PKP-BMK). (2) PKP-BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwenang dan bertanggung jawab: a. menetapkan kebijakan pengelolaan BMK; b. menetapkan penggunaan, pemanfaatan, atau pemindahtanganan BMK; c. menetapkan kebijakan pengamanan dan pemeliharaan BMK; d. menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan BMK; e. mengajukan./9

9 e. mengajukan usul pemindahtanganan BMK yang memerlukan persetujuan DPRK; f. menyetujui usul pemindahtanganan, pemusnahan, dan penghapusan BMK sesuai batas kewenangannya; g. menyetujui usul pemanfaatan BMK selain tanah dan/atau bangunan; dan h. menyetujui usul pemanfaatan BMK dalam bentuk kerjasama penyediaan infrastruktur. Bagian Kedua Pengelola-BMK Pasal 10 (1) Sekretaris Daerah Kabupaten adalah Pengelola-BMK. (2) Selaku Pengelola-BMK, Sekretaris Daerah Kabupaten berwenang dan bertanggung jawab: a. meneliti dan menyetujui RKBMK; b. mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan BMK yang memerlukan persetujuan Bupati; c. mengatur pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, pemusnahan, dan penghapusan BMK; d. mengatur pelaksanaan pemindahtanganan BMK yang telah disetujui oleh Bupati atau DPRK; e. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi BMK; dan f. melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan BMK. Bagian Ketiga Pejabat Penatausahaan Barang Milik Kabupaten Pasal 11 (1) Kepala DPKD adalah Pejabat Penatausahaan BMK PPUB. (2) PPUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (3) Selaku PPUB, Kepala DPKD mempunyai wewenang dan tanggungjawab: a. membantu meneliti dan memberikan pertimbangan persetujuan dalam penyusunan RKBMK kepada Pengelola-BMK; b. memberikan pertimbangan kepada Pengelola-BMK atas pengajuan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan BMK yang memerlukan persetujuan Bupati; c. memberikan pertimbangan kepada Pengelola-BMK untuk mengatur pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, pemusnahan, dan penghapusan BMK; d. memberikan pertimbangan kepada Pengelola-BMK atas pelaksanaan pemindahtanganan BMK yang telah disetujui oleh Bupati atau DPRK; e. membantu Pengelola-BMK dalam pelaksanaan koordinasi inventarisasi BMK; f. Melakukan./10

10 f. melakukan pencatatan BMK berupa tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan dari Pengguna-BMK yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPK dan sedang tidak dimanfaatkan pihak lain kepada Bupati melalui Pengelola-BMK, serta BMK yang berada pada Pengelola-BMK; g. mengamankan dan memelihara BMK sebagaimana dimaksud pada huruf f; h. membantu Pengelola-BMK dalam pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan BMK; dan i. menyusun LBMKS dan LBMK. Bagian Keempat Pengguna-BMK/Kuasa-Pengguna-BMK Pasal 12 (1) Kepala SKPK adalah selaku Pengguna-BMK (PB). (2) PB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (3) PB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwenang dan bertanggung jawab: a. mengajukan rencana kebutuhan dan penganggaran BMK bagi SKPK yang dipimpinnya; b. mengajukan permohonan penetapan status penggunaan BMK yang diperoleh dari beban APBK dan perolehan lainnya yang sah; c. melakukan pencatatan dan inventarisasi BMK yang berada dalam penguasaannya; d. menggunakan BMK yang berada dalam penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPK yang dipimpinnya; e. mengamankan dan memelihara BMK yang berada dalam penguasaannya; f. mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan BMK berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRK dan BMK selain tanah dan/atau bangunan; g. menyerahkan BMK berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPK yang dipimpinnya dan sedang tidak dimanfaatkan pihak lain, kepada Bupati melalui Pengelola-BMK; h. mengajukan usul pemusnahan dan penghapusan BMK; i. melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian atas penggunaan BMK yang ada dalam penguasaannya; dan j. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Semesteran Pengguna-BMK (LBS-PB) dan Laporan Barang Tahunan Pengguna-BMK (LBT-PB) yang berada dalam penguasaannya kepada Pengelola-BMK. Pasal 13./11

11 Pasal 13 (1) Pengguna-BMK dapat melimpahkan sebagian kewenangan dan tanggung jawab kepada Kuasa-Pengguna-BMK (KPB). (2) Pelimpahan sebagian wewenang dan tanggungjawab kepada KPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati atas usul Pengguna-BMK. (3) Penetapan KPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan jumlah BMK yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi, dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya. Bagian Kelima Pejabat Penatausahaan Pengguna-BMK (PPB) Pasal 14 (1) Pengguna-BMK dibantu oleh Pejabat Penatausahaan Pengguna-BMK (PPB). (2) PPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati atas usul Pengguna-BMK. (3) PPB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yaitu pejabat yang membidangi fungsi pengelolaan BMK pada Pengguna-BMK. (4) PPB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang dan bertanggung jawab: a. menyiapkan rencana kebutuhan dan penganggaran BMK pada Pengguna-BMK; b. meneliti usulan permohonan penetapan status penggunaan BMK yang diperoleh dari beban APBK dan perolehan lainnya yang sah; c. meneliti pencatatan dan inventarisasi BMK yang dilaksanakan oleh Pengurus-Barang-SKPK dan/atau Pengurus-Barang-Unit; d. menyusun pengajuan usulan pemanfaatan dan pemindahtanganan BMK berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRK dan BMK selain tanah dan/atau bangunan; e. mengusulkan rencana penyerahan BMK berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna-BMK dan sedang tidak dimanfaatkan oleh pihak lain; f. menyiapkan usulan pemusnahan dan penghapusan BMK; g. meneliti LBS-PB dan LBT-PB yang dilaksanakan oleh Pengurus-Barang-SKPK dan/atau Pengurus-Barang- Unit; h. memberikan persetujuan atas Surat Permintaan Barang (SPB) dengan menerbitkan Surat Perintah Penyaluran Barang (SPPB) untuk mengeluarkan barang dari gudang penyimpanan; I meneliti./13

12 i. meneliti dan memverifikasi Kartu Inventaris Ruangan (KIR) setiap semester dan setiap tahun; j. melakukan verifikasi sebagai dasar memberikan persetujuan atas perubahan kondisi fisik BMK; dan k. meneliti laporan mutasi BMK setiap bulan yang disampaikan oleh Pengurus-Barang-SKPK dan/atau Pengurus-Barang-Unit. Bagian Keenam Pengurus Barang Pengelola-BMK (Pengurus-Barang-Kabupaten) Pasal 15 (1) Pengurus Barang Pengelola-BMK (Pengurus-Barang- Kabupaten) ditetapkan oleh Bupati atas usul PPUB. (2) Pengurus-Barang-Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat yang membidangi fungsi pengelolaan BMK pada PPUB. (3) Pengurus-Barang-Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang dan bertanggungjawab: a. membantu meneliti dan menyiapkan bahan pertimbangan persetujuan dalam penyusunan RKBMK kepada PPUB; b. menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemanfaatan dan pemindahtanganan BMK yang memerlukan persetujuan Bupati; c. meneliti dokumen usulan penggunaan, pemanfaatan, pemusnahan, dan penghapusan dari Pengguna-BMK, sebagai bahan pertimbangan oleh PPUB dalam pengaturan pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, pemusnahan, dan penghapusan BMK; d. menyiapkan bahan pencatatan BMK berupa tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan dari Pengguna-BMK yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPK dan sedang tidak dimanfaatkan pihak lain kepada Bupati melalui Pengelola-BMK; e. menyimpan dokumen asli kepemilikan BMK; f. menyimpan salinan dokumen Laporan BMK dari Pengguna-BMK/Kuasa-Pengguna-BMK; g. melakukan rekonsiliasi dalam rangka penyusunan LBMKS dan LBMK; dan h. merekapitulasi dan menghimpun Laporan Barang Semesteran dan Laporan Barang Tahunan serta Laporan Barang Pengelola-BMK sebagai bahan penyusunan LBMK. (4) Pengurus-Barang-Kabupaten secara administratif dan secara fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Pengelola-BMK melalui PPUB. (5) Dalam hal melaksanakan tugas dan fungsi administrasi Pengurus-Barang-Kabupaten dapat dibantu oleh Pembantu-Pengurus-Barang-Kabupaten yang ditetapkan oleh PPUB. (6) Pengurus./13

13 (6) Pengurus-Barang-Kabupaten dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/ penjualan tersebut yang anggarannya dibebankan pada APBK. Bagian Ketujuh Pengurus Barang Pengguna-BMK (Pengurus-Barang-SKPK) Pasal 16 (1) Pengurus Barang Pengguna-BMK (Pengurus-Barang-SKPK) ditetapkan oleh Bupati atas usul Pengguna-BMK. (2) Pengurus-Barang-SKPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwenang dan bertanggungjawab: a. membantu menyiapkan dokumen rencana kebutuhan dan penganggaran BMK; b. menyiapkan usulan permohonan penetapan status penggunaan BMK yang diperoleh dari beban APBK dan perolehan lainnya yang sah; c. melaksanakan pencatatan dan inventarisasi BMK; d. membantu mengamankan BMK yang berada pada Pengguna-BMK; e. menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemanfaatan dan pemindahtanganan BMK berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRK dan BMK selain tanah dan/atau bangunan; f. menyiapkan dokumen penyerahan BMK berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna-BMK dan sedang tidak dimanfaatkan pihak lain; g. menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemusnahan dan penghapusan BMK; h. menyusun LBS-PB dan LBT-PB; i. menyiapkan Surat Permintaan Barang (SPB) berdasarkan Nota Permintaan Barang; j. mengajukan Surat Permintaan Barang (SPB) kepada PPB; k. menyerahkan barang berdasarkan Surat Perintah Penyaluran Barang (SPPB) yang dituangkan dalam Berita Acara Penyerahan Barang; l. membuat Kartu Inventaris Ruangan (KIR) semesteran dan tahunan; m. memberi label BMK; n. mengajukan permohonan persetujuan kepada PPB atas perubahan kondisi fisik BMK berdasarkan pengecekan fisik BMK; o. melakukan stock opname barang persediaan; p. menyimpan dokumen, antara lain: fotokopi/salinan dokumen kepemilikan BMK dan menyimpan asli/fotokopi/salinan dokumen penatausahaan; q. melakukan./14

14 q. melakukan rekonsiliasi dalam rangka penyusunan Laporan Barang Pengguna-BMK dan LBMK; dan r. membuat laporan mutasi BMK setiap bulan yang disampaikan kepada Pengelola-BMK melalui Pengguna-BMK setelah diteliti oleh PPB. (3) Pengurus-Barang-SKPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) secara administratif bertanggung jawab kepada Pengguna-BMK dan secara fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Penggelola-BMK melalui PPUB. (4) Dalam hal melaksanakan tugas dan fungsi administrasi Pengurus-Barang-SKPK dapat dibantu oleh Pembantu- Pengurus-Barang-SKPK yang ditetapkan oleh Pengguna- BMK. (5) Pengurus-Barang-SKPK dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/ pekerjaan/penjualan tersebut yang anggarannya dibebankan pada APBK. Bagian Kedelapan Pengurus Barang Pembantu (Pengurus-Barang-Unit) Pasal 17 (1) Bupati menetapkan Pengurus Barang Pembantu (Pengurus-Barang-Unit) atas usul Kuasa-Pengguna-BMK melalui Pengguna-BMK. (2) Pembentukan Pengurus-Barang-Unit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan pertimbangan jumlah BMK yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya. (3) Pengurus-Barang-Unit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang dan bertanggungjawab: a. menyiapkan dokumen rencana kebutuhan dan penganggaran BMK; b. menyiapkan usulan permohonan penetapan status penggunaan BMK yang diperoleh dari beban APBK dan perolehan lainnya yang sah; c. melaksanakan pencatatan dan inventarisasi BMK; d. membantu mengamankan BMK yang berada pada Kuasa-Pengguna-BMK; e. menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemanfaatan dan pemindahtanganan BMK berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRK dan BMK selain tanah dan/atau bangunan; f. menyiapkan dokumen penyerahan BMK berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Kuasa-Pengguna-BMK dan sedang tidak dimanfaatkan pihak lain; g. menyiapkan./15

15 g. menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemusnahan dan penghapusan BMK; h. menyusun Laporan Barang Semesteran Kuasa- Pengguna-BMK (LBS-KPB) dan Laporan Barang Tahunan Kuasa-Pengguna-BMK (LBT-KPB); i. menyiapkan Surat Permintaan Barang (SPB) berdasarkan Nota Permintaan Barang; j. mengajukan Surat Permintaan Barang (SPB) kepada Kuasa-Pengguna-BMK (KPB); k. menyerahkan barang berdasarkan Surat Perintah Penyaluran Barang (SPPB) yang dituangkan dalam Berita Acara Penyerahan Barang; l. membuat Kartu Inventaris Ruangan (KIR) semesteran dan tahunan; m. memberi label BMK; n. mengajukan permohonan persetujuan kepada PPB melalui Kuasa-Pengguna-BMK atas perubahan kondisi fisik BMK berdasarkan pengecekan fisik BMK; o. melakukan stock opname barang persediaan; p. menyimpan dokumen, antara lain: fotokopi/salinan dokumen kepemilikan BMK dan menyimpan asli/fotokopi/salinan dokumen penatausahaan; q. melakukan rekonsiliasi dalam rangka penyusunan Laporan Barang Kuasa-Pengguna-BMK dan LBMK; dan r. membuat laporan mutasi BMK setiap bulan yang disampaikan pada Pengguna-BMK melalui Kuasa- Pengguna-BMK setelah diteliti oleh PPB dan Pengurus- Barang-SKPK. (4) Pengurus-Barang-Unit baik secara langsung maupun tidak langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan tersebut yang anggarannya dibebankan pada APBK. BAB IV PERENCANAAN KEBUTUHAN BMK Bagian Kesatu Prinsip Umum Pasal 18 (1) Perencanaan kebutuhan BMK disusun dengan memperhatikan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi SKPK serta ketersediaan BMK yang ada. (2) Ketersediaan BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan BMK yang ada pada Pengelola-BMK dan/atau Pengguna-BMK. (3) Perencanaan BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus dapat mencerminkan kebutuhan riil BMK pada SKPK sehingga dapat dijadikan dasar dalam penyusunan RKBMK. Pasal 19./16

16 Pasal 19 (1) Perencanaan kebutuhan BMK dilaksanakan setiap tahun setelah Rencana Kerja (Renja) SKPK ditetapkan. (2) Perencanaan Kebutuhan sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan salah satu dasar bagi SKPK dalam pengusulan penyediaan anggaran untuk kebutuhan baru (new initiative) dan angka dasar (baseline) serta penyusunan RKA (Rencana Kerja dan Anggaran). Pasal 20 (1) Perencanaan kebutuhan BMK mengacu pada Rencana Kerja (Renja) SKPK. (2) Perencanaan kebutuhan BMK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), kecuali untuk penghapusan, berpedoman pada: a. standar barang; b. standar kebutuhan; dan/atau c. standar harga. (3) Standar barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a adalah spesifikasi barang yang ditetapkan sebagai acuan penghitungan pengadaan BMK dalam perencanaan kebutuhan. (4) Standar kebutuhan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah satuan jumlah barang yang dibutuhkan sebagai acuan perhitungan pengadaan dan penggunaan BMK dalam perencanaan kebutuhan BMK pada SKPK. (5) Standar harga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c adalah besaran harga yang ditetapkan sebagai acuan pengadaan BMK dalam perencanaan kebutuhan. (6) Standar barang, standar kebutuhan dan standar harga sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) ditetapkan oleh Bupati. Pasal 21 (1) Penetapan standar kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) huruf b mempedomani peraturan perundang-undangan. (2) Penetapan standar barang dan standar kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) huruf a dan huruf b dilakukan setelah berkoordinasi dengan dinas teknis terkait. Pasal 22 Pengguna-BMK dan/atau Kuasa-Pengguna-BMK mengusulkan Rencana Kebutuhan Pengadaan BMK mempedomani standar barang dan standar kebutuhan. Pasal 23.../17

17 Pasal 23 (1) Pengguna-BMK menghimpun usulan Rencana Kebutuhan Pengadaan BMK (RK-Pengadaan-BMK) yang diajukan oleh Kuasa-Pengguna-BMK yang berada di lingkungan SKPK yang dipimpinnya. (2) Pengguna-BMK menyampaikan usulan RK-Pengadaan- BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pengelola-BMK. (3) Pengelola-BMK melakukan penelaahan atas usulan RK-Pengadaan-BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersama Pengguna-BMK dengan memperhatikan data BMK pada Pengguna-BMK dan/atau Pengelola-BMK. (4) Data BMK pada Pengguna-BMK dan/atau Pengelola-BMK, sebagaimana dimaksud pada ayat (3) antara lain: a. laporan Daftar Barang Pengguna bulanan; b. laporan Daftar Barang Pengguna semesteran; c. laporan Daftar Barang Pengguna tahunan; d. laporan Daftar Barang Pengelola bulanan; e. laporan Daftar Barang Pengelola semesteran; f. laporan Daftar Barang Pengelola tahunan; g. laporan Daftar BMK semesteran; dan h. laporan Daftar BMK tahunan. (5) Pengelola-BMK dalam melakukan penelaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibantu PPUB dan Pengurus-Barang-Kabupaten. (6) PPUB sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan anggota TAPK (Tim Anggaran Pemerintah Kabupaten). (7) Hasil penelaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan dasar penyusunan RK-Pengadaan-BMK. Pasal 24 RK-Pengadaan-BMK yang telah ditetapkan oleh Pengelola-BMK digunakan oleh Pengguna-BMK sebagai dasar penyusunan RKA (Rencana Kerja dan Anggaran) SKPK. Pasal 25 (1) Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Kabupaten Gayo Lues (RK-Pemeliharaan-BMK) tidak dapat diusulkan oleh Pengguna-BMK dan/atau Kuasa-Pengguna- BMK terhadap: a. BMK yang berada dalam kondisi rusak berat; b. BMK yang sedang dalam status penggunaan sementara; c. BMK yang sedang dalam status untuk dioperasikan oleh pihak lain; dan/atau d. BMK yang sedang menjadi objek pemanfaatan. (2) RK-Pemeliharaan-BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diusulkan oleh Pengguna-BMK yang menggunakan sementara BMK dimaksud. (3) RK-Pemeliharaan.../15

18 (3) RK-Pemeliharaan-BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d tidak termasuk pemanfaatan dalam bentuk pinjam pakai dengan jangka waktu kurang dari 6 (enam) bulan. Bagian Kedua Lingkup Perencanaan Kebutuhan BMK Pasal 26 (1) Perencanaan kebutuhan BMK meliputi: a. Perencanaan Pengadaan BMK; b. Perencanaan Pemeliharaan BMK; c. Perencanaan Pemanfaatan BMK; d. Perencanaan Pemindahtanganan BMK; dan e. Perencanaan Penghapusan BMK. (2) Perencanaan Pengadaan BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dituangkan dalam dokumen Rencana Kebutuhan Pengadaan BMK (RK-Pengadaan-BMK). (3) Perencanaan Pemeliharaan BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dituangkan dalam dokumen Rencana Kebutuhan Pemeliharaan BMK (RK-Pemeliharaan-BMK). (4) Perencanaan Pemanfaatan BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dituangkan dalam dokumen Rencana Kebutuhan Pemanfaatan BMK (RK-Pemanfaatan-BMK). (5) Perencanaan Pemindahtanganan BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dituangkan dalam dokumen Rencana Kebutuhan Pemindahtanganan BMK (RK-Pemindahtanganan-BMK). (6) Perencanaan Penghapusan BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dituangkan dalam dokumen Rencana Kebutuhan Penghapusan BMK (RK-Penghapusan-BMK). Bagian Ketiga Tata Cara Penyusunan RK-Pengadaan-BMK pada tingkat Pengguna-BMK Pasal 27 (1) Kuasa-Pengguna-BMK (KPB) menyusun usulan RK-Pengadaan-BMK di lingkungan Unit Kerja yang dipimpinnya. (2) KPB menyampaikan usulan RK-Pengadaan-BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pengguna- BMK selambat-lambatnya minggu kedua bulan Mei. Pasal 28 (1) Pengguna-BMK (PB) melakukan penelaahan atas usulan RK-Pengadaan-BMK yang disampaikan oleh Kuasa- Pengguna-BMK (KPB) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) pada minggu ketiga bulan Mei. (2) Dalam.../19

19 (2) Dalam penelaahan usulan RK-Pengadaan-BMK yang disampaikan oleh KPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PB mengikutsertakan PPB dan Pengurus-Barang SKPK untuk melakukan review terhadap kebenaran dan kelengkapan usulan RK-Pengadaan-BMK. (3) Penelaahan atas usulan RK-Pengadaan-BMK yang disampaikan oleh KPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan untuk memastikan kebenaran data masukan (input) penyusunan usulan RK-Pengadaan-BMK yang sekurang-kurangnya mempertimbangkan: a. kesesuaian program perencanaan dan standar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2); dan b. ketersediaan BMK di lingkungan Pengguna-BMK. (4) Hasil penelaahan atas usulan RK-Pengadaan-BMK yang disampaikan oleh KPB sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan oleh Pengguna-BMK dalam menyusun RK-Pengadaan-BMK pada tingkat Pengguna-BMK yang sekurang-kurangnya memuat informasi: a. nama Kuasa-Pengguna-BMK; b. nama Pengguna-BMK; c. program; d. kegiatan; e. data Daftar Barang pada Pengguna-BMK dan/atau Daftar Barang pada Kuasa-Pengguna-BMK; dan f. RK-Pengadaan-BMK yang disetujui. Pasal 29 (1) Hasil penelaahan Pengguna-BMK atas usulan RK-Pengadaan-BMK yang disampaikan oleh Kuasa- Pengguna-BMK (KPB) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (4) ditandatangani Pengguna-BMK. (2) KPB menyusun RK-Pengadaan-BMK berdasarkan hasil penelaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk disampaikan kepada Pengguna-BMK paling lambat minggu keempat bulan Mei. Bagian Keempat Tata Cara Penyusunan RK-Pemeliharaan-BMK pada tingkat Pengguna-BMK Pasal 30 (1) Kuasa-Pengguna-BMK (KPB) menyusun usulan RK- Pemeliharaan-BMK di lingkungan Unit Kerja yang dipimpinnya. (2) KPB menyampaikan usulan RK-Pemeliharaan-BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pengguna- BMK selambat-lambatnya minggu kedua bulan Mei. Pasal 31.../20

20 Pasal 31 (1) Pengguna-BMK melakukan penelaahan atas usulan RK-Pemeliharaan-BMK yang disampaikan oleh Kuasa- Pengguna-BMK (KPB) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) pada minggu ketiga bulan Mei. (2) Dalam penelaahan usulan RK-Pemeliharaan-BMK yang disampaikan oleh KPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengguna-BMK mengikutsertakan PPB dan Pengurus- Barang-Unit untuk melakukan penelitian terhadap kebenaran dan kelengkapan usulan RK-Pemeliharaan- BMK. (3) Penelaahan atas usulan RK-Pemeliharaan-BMK yang disampaikan oleh KPB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diutamakan untuk memastikan kebenaran data masukan (input) penyusunan RK-Pemeliharaan-BMK yang sekurang-kurangnya mengacu pada Daftar Barang Kuasa- Pengguna-BMK yang memuat informasi mengenai BMK yang dipelihara. (4) Hasil penelaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan oleh Pengguna-BMK dalam menyusun RK-Pemeliharaan-BMK tingkat Pengguna-BMK yang sekurang-kurangnya memuat informasi: a. nama Kuasa-Pengguna-BMK; b. nama Pengguna-BMK; c. nama BMK yang dipelihara; d. usulan kebutuhan pemeliharaan; dan e. RK-Pemeliharaan-BMK yang disetujui. Pasal 32 (1) Hasil penelaahan Pengguna-BMK atas usulan RK- Pemeliharaan-BMK yang disampaikan oleh Kuasa- Pengguna-BMK (KPB) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (4) ditandatangani Pengguna-BMK. (2) KPB menyusun RK-Pemeliharaan-BMK berdasarkan hasil penelaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk disampaikan kepada Pengguna-BMK paling lambat minggu keempat bulan Mei. Pasal 33 (1) Pengguna-BMK menghimpun RK-Pengadaan-BMK dan RK- Pemeliharaan- BMK dari Kuasa- Pengguna- BMK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) dan Pasal 32 ayat (2) untuk disampaikan kepada Pengelola-BMK. (2) Penyampaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi surat pengantar Rencana Kebutuhan yang ditandatangani oleh Pengguna-BMK dan Data Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (4). (3) Penyampaian RK-Pengadaan-BMK dan RK-Pemeliharaan- BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh Pengguna-BMK kepada Pengelola-BMK dilakukan selambat- lambatnya minggu kesatu bulan Juni. Bagian.../21

21 Bagian Kelima Tata Cara Penelaahan RK-Pengadaan-BMK pada tingkat Pengelola-BMK Pasal 34 (1) Penelaahan atas RK-Pengadaan-BMK dilakukan terhadap: a. Relevansi program dengan rencana keluaran (output) Pengguna-BMK; b. Optimalisasi penggunaan BMK yang berada pada Pengguna-BMK; dan c. Efektivitas penggunaan BMK yang berada pada Pengguna-BMK telah sesuai peruntukannya dalam rangka menunjang tugas dan fungsi SKPK. (2) Penelaahan atas RK-Pengadaan-BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memperhatikan: a. Kesesuaian program perencanaan dan standar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2); dan b. data BMK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (4). (3) Penelaahan atas RK-Pengadaan-BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam Hasil Penelaahan RK-Pengadaan-BMK yang sekurang-kurangnya memuat: a. nama Pengguna-BMK; b. nama Kuasa-Pengguna-BMK; c. program; d. kegiatan; e. data Daftar BMK pada Pengguna-BMK dan/atau Daftar BMK pada Kuasa-Pengguna-BMK; dan f. RK-Pengadaan-BMK yang disetujui. (4) Dalam melaksanakan penelaahan RK-Pengadaan-BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengelola-BMK mengikutsertakan PPUB dan Pengurus-Barang-Kabupaten untuk menyiapkan dan memberikan pertimbangan terhadap kebenaran dan kelengkapan usulan RK-Pengadaan-BMK yang dilaksanakan selambatlambatnya minggu kedua bulan Juni. Pasal 35 (1) Hasil Penelaahan RK-Pengadaan-BMK dari Pengguna-BMK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (3) ditandatangani oleh Pengelola-BMK. (2) Pengguna-BMK menyusun RK-Pengadaan-BMK berdasarkan hasil penelaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) RK-Pengadaan-BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh Pengguna-BMK kepada Pengelola-BMK paling lambat minggu ketiga bulan Juni. Bagian.../22

22 Bagian Keenam Tata Cara Penelaahan RK-Pemeliharaan-BMK pada tingkat Pengelola-BMK Pasal 36 (1) Penelaahan atas RK-Pemeliharaan-BMK dilakukan untuk melakukan telaahan terhadap data BMK yang diusulkan rencana pemeliharaannya. (2) Penelaahan atas RK-Pemeliharaan-BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memperhatikan Daftar Barang pada Pengguna-BMK yang memuat informasi mengenai status BMK dan kondisi BMK. (3) Penelaahan atas RK-Pemeliharaan-BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam Hasil Penelaahan RK-Pemeliharaan-BMK yang sekurangkurangnya memuat: a. nama Pengguna-BMK; b. nama Kuasa-Pengguna-BMK; c. nama BMK yang dipelihara; d. usulan kebutuhan pemeliharaan; dan e. RK-Pemeliharaan-BMK yang disetujui. (4) Dalam melaksanakan penelaahan RK-Pemeliharaan-BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengelola-BMK mengikutsertakan PPUB dan Pengurus-Barang-Kabupaten untuk menyiapkan dan memberikan pertimbangan terhadap kebenaran dan kelengkapan usulan RK-Pemeliharaan-BMK yang dilaksanakan selambatlambatnya minggu kedua bulan Juni. Pasal 37 (1) Hasil Penelaahan RK-Pemeliharaan-BMK dari Pengguna- BMK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3) ditandatangani oleh Pengelola-BMK. (2) Pengguna-BMK menyusun RK-Pemeliharaan-BMK berdasarkan hasil penelaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) RK-Pemeliharaan-BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh Pengguna-BMK kepada Pengelola- BMK paling lambat minggu ketiga bulan Juni. Pasal 38 (1) RK-Pengadaan-BMK dan RK-Pemeliharaan-BMK dari Pengguna-BMK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3) dan Pasal 37 ayat (3) ditetapkan menjadi RKBMK- Pengadaan/Pemeliharaan oleh Pengelola-BMK. (2) RKBMK-Pengadaan dan RKBMK-Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan paling lambat minggu keempat bulan Juni. Bagian.../23

23 Bagian Ketujuh Penyusunan Perubahan RKBMK Pasal 39 (1) Pengguna-BMK dapat mengajukan Perubahan RKBMK. (2) Perubahan RKBMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sebelum penyusunan Perubahan APBK. (3) Penyusunan RKBMK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 sampai dengan Pasal 38 berlaku secara mutatis mutandis terhadap penyusunan RKBMK Perubahan. Bagian Kedelapan Penyusunan RKBMK Untuk Kondisi Darurat Pasal 40 (1) Dalam hal setelah batas akhir penyampaian RKBMK terdapat kondisi darurat, pengusulan penyediaan anggaran untuk kebutuhan baru (new initiative) dan penyediaan anggaran angka dasar (baseline) dalam rangka Rencana Pengadaan dan/atau Rencana Pemeliharaan BMK dilakukan berdasarkan mekanisme penganggaran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Kondisi darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bencana alam dan gangguan keamanan skala besar. (3) Hasil pengusulan penyediaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilaporkan oleh Pengguna-BMK kepada Pengelola-BMK bersamaan dengan penyampaian RKBMK Perubahan dan/atau RKBMK tahun berikutnya. (4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan oleh Pengelola-BMK sebagai bahan pertimbangan tambahan dalam penelaahan atas perubahan RKBMK yang disampaikan oleh Pengguna-BMK bersangkutan pada APBK Perubahan tahun anggaran berkenaan dan/atau APBK tahun anggaran berikutnya. BAB V PENGADAAN Pasal 41 (1) Pengadaan BMK dilaksanakan berdasarkan prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel. (2) Pelaksanaan pengadaan BMK dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 42 (1) Pengguna-BMK wajib menyampaikan Laporan Hasil Pengadaan BMK kepada Bupati melalui Pengelola-BMK untuk ditetapkan status penggunaannya. (2) Laporan.../24

24 (2) Laporan Hasil Pengadaan BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari Laporan Hasil Pengadaan Bulanan, Semesteran dan Tahunan. BAB VI PENGGUNAAN Bagian Kesatu Prinsip Umum Pasal 43 (1) Bupati menetapkan Status Penggunaan BMK. (2) Bupati dapat mendelegasikan Penetapan Status Penggunaan atas BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain tanah dan/atau bangunan dengan kondisi tertentu kepada Pengelola-BMK. (3) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), antara lain adalah BMK yang tidak mempunyai bukti kepemilikan atau dengan nilai tertentu. (4) Nilai tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Bupati. (5) Penetapan Status Penggunaan BMK sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan secara tahunan. Pasal 44 (1) Penggunaan BMK meliputi: a. Penetapan Status Penggunaan BMK; b. Pengalihan Status Penggunaan BMK; c. Penggunaan Sementara BMK; dan d. Penetapan Status Penggunaan BMK Untuk Dioperasikan Oleh Pihak Lain. (2) Penetapan status penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk: a. penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPK; dan b. dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugas dan fungsi SKPK yang bersangkutan. Pasal 45 Penetapan status penggunaan tidak dilakukan terhadap: a. Barang Persediaan; b. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP); c. Barang yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk dihibahkan; dan d. Aset Tetap Renovasi (ATR). Pasal 46 (1) Penetapan Status Penggunaan BMK berupa tanah dan/atau bangunan dilakukan apabila diperlukan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna- BMK dan/atau Kuasa-Pengguna-BMK yang bersangkutan. (2) Pengguna.../25

25 (2) Pengguna-BMK wajib menyerahkan BMK berupa tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna-BMK kepada Bupati melalui Pengelola-BMK. (3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), apabila tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah direncanakan untuk digunakan atau dimanfaatkan dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh Bupati. (4) Bupati mencabut Status Penggunaan atas BMK berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna-BMK sebagaimana dimaksud ayat (2). (5) Dalam hal BMK berupa tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak diserahkan kepada Bupati, Pengguna-BMK dikenakan sanksi berupa pembekuan dana pemeliharaan atas BMK berkenaan. Pasal 47 (1) Bupati menetapkan BMK yang harus diserahkan oleh Pengguna-BMK karena tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna- BMK dan/atau Kuasa-Pengguna-BMK dan tidak dimanfaatkan oleh pihak lain. (2) Dalam menetapkan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bupati memperhatikan: a. standar kebutuhan BMK untuk menyelenggarakan dan menunjang tugas dan fungsi Pengguna-BMK; b. hasil audit atas penggunaan tanah dan/atau bangunan; dan/atau c. laporan, data, dan informasi yang diperoleh dari sumber lain. (3) Sumber lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c antara lain termasuk hasil pelaksanaan pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh Pengelola-BMK atau Bupati dan laporan dari masyarakat. (4) Tindak lanjut pengelolaan atas penyerahan BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Penetapan Status Penggunaan; b. Pemanfaatan; atau c. Pemindahtanganan. Bagian.../26

26 Bagian Kedua Penetapan Status Penggunaan BMK Paragraf Kesatu Penetapan Status Penggunaan BMK Oleh Bupati Pasal 48 (1) Pengguna-BMK mengajukan permohonan penetapan status penggunaan BMK yang diperoleh dari beban APBK dan perolehan lainnya yang sah kepada Bupati. (2) Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah diterimanya BMK berdasarkan dokumen penerimaan BMK pada tahun anggaran yang berkenaan. (3) Permohonan penetapan status penggunaan BMK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan secara tertulis oleh Pengguna-BMK kepada Bupati paling lambat pada akhir tahun berkenaan. (4) Bupati menerbitkan Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMK setiap tahun. Pasal 49 (1) Pengajuan permohonan penetapan status penggunaan BMK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2) disertai dokumen. (2) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk BMK berupa tanah yaitu fotokopi sertifikat. (3) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk BMK berupa bangunan yang diperoleh dari APBK yaitu: a. fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB); dan b. fotokopi dokumen perolehan. (4) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk BMK berupa bangunan yang diperoleh dari perolehan lainnya yang sah sekurang-kurangnya berupa dokumen Berita Acara Serah Terima (BAST). (5) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk BMK berupa tanah dan bangunan yang diperoleh dari APBK yaitu: a. fotokopi Sertifikat; b. fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB); dan c. fotokopi dokumen perolehan. (6) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk BMK berupa tanah dan bangunan dari perolehan lainnya yang sah sekurang-kurangnya berupa dokumen Berita Acara Serah Terima (BAST). (7) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk BMK selain tanah dan/atau bangunan yang memiliki dokumen yaitu: a. fotokopi dokumen kepemilikan; dan/atau b. fotokopi dokumen perolehan. (8) Dokumen../27

27 (8) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk BMK yang dari awal pengadaan direncanakan untuk dilakukan pemindahtanganan dengan cara penyertaan modal Pemerintah Kabupaten yaitu: a. fotokopi DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran); b. fotokopi dokumen kepemilikan, untuk BMK berupa tanah; c. fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB), untuk BMK berupa bangunan; dan/atau d. fotokopi dokumen perolehan. Pasal 50 (1) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) dan ayat (5) huruf a apabila BMK berupa tanah belum memiliki fotokopi sertifikat, maka dokumen dimaksud dapat diganti dengan: a. Akta Jual Beli; b. Girik; c. Letter C; d. Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah; e. Surat Pengulu Kampung jika ada; f. Berita Acara Penerimaan terkait perolehan barang; atau g. Dokumen lain yang setara dengan bukti kepemilikan. (2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (3) apabila BMK berupa bangunan belum memiliki IMB dan dokumen perolehan dapat diganti dengan Surat Pernyataan dari Pengguna-BMK yang menyatakan bahwa bangunan tersebut digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPK. (3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (5) apabila BMK berupa tanah dan bangunan yang diperoleh dari APBK belum memiliki sertifikat, IMB, dan dokumen perolehan dapat diganti dengan Surat Pernyataan dari Pengguna-BMK yang menyatakan bahwa tanah dan bangunan tersebut digunakan untuk penyelenggaran tugas dan fungsi SKPK. (4) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (7) apabila BMK berupa selain tanah dan bangunan yang diperoleh dari APBK belum memiliki dokumen kepemilikan, maka dokumen dimaksud dapat diganti dengan Surat Pernyataan dari Pengguna-BMK yang menyatakan bahwa BMK selain tanah dan/atau bangunan tersebut digunakan untuk penyelenggaran tugas dan fungsi SKPK. (5) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (8) huruf b, huruf c, dan huruf d belum ada, maka pengajuan usul permohonan penerbitan status penggunaan disertai Surat Pernyataan dari Pengguna-BMK bersangkutan yang menyatakan bahwa barang tersebut adalah BMK yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk dilakukan pemindahtanganan dengan cara Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten. (6) BMK.../28