BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
2015 UPAYA GURU D ALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Agustiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari membaca mempunyai makna yang. penting. Membaca bukan saja sekedar memandangi lambang-lambang tertulis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama

SLB TUNAGRAHITA KOTA CILEGON BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayu Dwi Sulistiyo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. abad kedua puluh satu ini. Dimana didalamnya sarat dengan kompetisi. yang pemenangnya sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan bagian dari anak berkebutuhan khusus, anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN A. Latar belakang Penelitian Lina Rahmawati,2013

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian dari perjalanan seorang manusia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

warga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

BAB I PENDAHULUAN. khusus karena anak tersebut menandakan adanya kelainan khusus. Mereka

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana komunikasi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Galih Wiguna, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya mendapatkan perlakuan yang sama seperti siswa normal. Siswa SLB

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling. akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DALAM BIDANG BERHITUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

ARTIKEL ILMIAH DESKRIPSI PROSES RECALL SISWA TUNAGRAHITA RINGAN PADA MATERI TABUNG DI KELAS IX (INKLUSI) SMP N 6 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya.

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Permeneg PP & PA no.05 Tahun 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN !"#$%&'

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya. Segala bentuk kebiasaan yang terjadi pada proses belajar harus. terhadap kemajuan dalam bidang pendidikan mendatang.

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. Kelancaran proses pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia kearah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendidikan dan yang ditegaskan dalam Undang-Undang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan manusia diciptakan Tuhan salah satunya adalah untuk menjadi seorang pemimpin atau khalifah di muka bumi, khususnya adalah menjadi seorang yang mampu memimpin dirinya sendiri. Salah satu hal yang dapat menjadikan manusia seorang pemimpin di dunia ini adalah kecapakan manusia dalam memanfaatkan serta menemukan segala sumberdaya alam yang ada di dunia. Hal tersebut tidak akan tercapai tanpa adanya pengetahuan luas yang dimiliki oleh manusia. Tidak setiap manusia dikaruniai fisik dan mental yang sempurna untuk menjalankan tugas sebagai seorang pemimpin. Diantara banyaknya manusia yang diciptakan Tuhan dengan sempurna, ada sebagian manusia yang diciptakan dengan keterbatasan atau hambatan yang dapat mempengaruhi manusia tersebut untuk menjadi seorang pemimpin. Salah satu keterbatasan yang terjadi pada sebagian orang yaitu memiliki keterbatasan mental maupun fisik. Hal ini bisa kita lihat pada seorang anak penderita Tunagrahita. Anak Tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas berada dibawah rata-rata. Disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan (Amin Moh, 1995, hlm.11). Sedangkan menurut PP No. 72 Tahun 1991 menuliskan bahwa Anak Tunagrahita adalah keterbelakangan mental, termasuk disini yang keterbelakangan mental ringan dan keterbelakangan mental sedang. (PP No. 72, 1991, Pasal 3 ayat 3). Sebagaimana dikemukakan oleh Maria (2007, hlm. 10) bahwa Anak yang termasuk dalam kategori tunagrahita adalah memiliki intelegensi di bawah rata- Rini Putri Pertiwi, 2014 Meningkatkan kemampuan membaca bagi anak berkebutuhan khusu tunagrahita ringan dengan pendekatan berbasis multimedia untuk sekolah luar biasa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

2 rata, dan memiliki ciri-ciri tertentu sehingga tidak dapat memikirkan hal-hal yang abstrak, dan berbelit-belit. Menurut Bruce dalam jurnalnya yang berjudul mental retardation a primer tocopewithexperttestimony(2003, hlm. 1) mengatakan bahwa : karakteristik anak Tunagrahita dibagi menjadi tiga yaitu : 1) IQ sekitar 70 atau di bawah. 2) Kekurangan yang terjadi secara bersamaan dalam dua bidang keahlian (komunikasi, perawatan diri, rumah tinggal,keterampilan sosial/ interpersonal, penggunaan sumber daya komunitas, pengarahan diri sendiri, keterampilan akademik fungsional, pekerjaan, rekreasi, kesehatan, dan keselamatan). 3) Menyerang sebelum usia 18 tahun. Sedangkan Moh. Amin (1995, hlm.11) mengatakan bahwa Ada empat tingkatan ketunagrahitaan yang berbeda-beda yaitu : ada yang ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Hourcade dan Jack (2002, hlm. 3), mengemukakan pendapatnya didalam sebuah jurnal yang berjudul Mental Retardation, bahwa ada empat klasifikasi penggolongan terkait anak Tunagrahita, yaitu : 1. Tunagrahita Ringan, yaitu anak yang memiliki IQ antara 70 sampai 55/50. 2. Tunagrahita sedang, yaitu anak yang memiliki IQ antara 55/50 sampai 40/35. 3. Tunagrahita berat, yaitu anak yang memiliki IQ antara 40/35 sampai 25/20. 4. Tunagrahita sangat berat, yaitu anak yang memiliki IQ dibawah 25/20. Berdasarkan hasil uraian diatas dapat disimpulkan bahwa anak Tunagrahita yang mampu belajar hingga tingkat pendidikan SD dengan IQ 50-70 adalah anak Tunagrahita Ringan. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat dari Abdurrachman dan Sudjadi (1994, hlm. 15) yang mengatakan bahwa : Anak dengan IQ 50-70 mereka memiliki keterbatasan untuk mengikuti pembelajaran di sekolah reguler. Namun dengan keterbatasan tersebut,mereka masih memiliki potensi yang perlu dikembangkan seperti kemampuan untuk mengurus diri sendiri, membaca, menulis,dan berhitung yang sederhana serta keterampilan.

3 Di lingkungan masyarakat, anak tunagrahita harus diperlakukan seperti manusia normal atau sejajar tanpa adanya perbedaan serta anak tunagrahita tersebut tidak boleh dianggap remeh atau dikucilkan. Hal tersebut sering terjadi dikalangan masyarakat yang belum faham bagaimana memperlakukan anak berkebutuhan khusus tersebut. Pendapat tersebut dikuatkan dengan adanya kutipan yang dilansir dari artikel yang dimuat di halaman web KEMENSOS RI ( Kementerian Sosial Republik Indonesia), yang menyatakan Di dalam kehidupan sehari-hari Tunagrahita secara umum mengalami perlakuan diskriminatif (Robinson, 2012, hlm.1). Agar anak Tunagrahita tidak di diskriminasikan oleh masyarakat, anak Tunagrahita harus memiliki kemandirian dan kemampuan atau skillagar tidak dipandang sebelah mata oleh orang lain. Salah satu cara agar anak tunagrahita bisa mandiri dan memiliki kemampuan, anak tunagrahita tersebut harus mampu membaca sebagai gerbang awal untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Dari permasalahan di atas pemerintah menerbitkan peraturan untuk mengatasi permasalahan anak berkebutuhan khusus dalam proses belajar, dimana sekolah biasa bisa menerima anak berkebutuhan khusus tersebut agar dapat belajar bersama dan mendapatkan haknya sebagai warga negara Indonesia. Peraturan pemerintah tersebut terdapat pada UU RI Nomor 4 Tahun 1997 pasal 6 ayat 6 tentang penyandang cacat yang menyatakan bahwa : Setiap penyandang cacat berhak memperoleh hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampu-an, dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Peraturan pemerintah tersebut di sempurnakan dengan adanya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas) Nomor 70 Pasal 1 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa, yang menyatakan bahwa : Dalam peraturan ini, yang dimaksud dengan pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau

4 pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Kewajiban pihak sekolah menerima siswa yang mempunyai kebutuhan khusus, dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 70 Pasal 4 ayat 1 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa, yang menyatakan bahwa : Pemerintah kabupaten/kota menunjuk paling sedikit 1(satu) sekolah dasar, dan 1 (satu) sekolah menengah pertama pada setiap kecamatan dan 1(satu) satuan pendidikan menengah untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif yang wajib menerima peserta didik sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1). Pasal 3 ayat 1 yang dimaksud adalah : Setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Ketunagrahitaanmembawadampakpadaaspekperkembangan,salahsatunyaa spekperkembangankognitif. Salah satu contohaspekkognitif yang sangatpentingadalahkemampuanuntukmembaca. Seperti yang dikatakan oleh Sukirno dalam kesempatan wawancara beberapa waktu lalu, mengatakan bahwa memang anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam segala hal baik psikomotorik maupun kemampuan kognitif seperti membaca. Alasan anak tunagrahita ringan memerlukan pembelajaran membacakarenamembacamerupakantahapanpentingdalam proses perkembangananak, agar anak mampu mengatasi tantangan hidup sehari-hari seperti contohnya untuk masuk ke toilet umum yang terdapat tulisan pria atau wanita, dengan kemampuan membaca anak tunagrahita ringan akan lebih mudah menentukan harus masuk ke toilet yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Kemudian Sukirno menambahkah bahwa anak Tunagrahita ringan memang sama dengan anak normal pada umumnya bisa diajari membaca, namun yang

5 membedakannya adalah pada anak tunagrahita ringan membutuhkan proses atau waktu yang lama untuk anak tunagrahita ringan mampu membaca dengan baik. Namun mengajarkan membaca pada anak tunagrahita bukanlah pekerjaan yang mudah, hal ini dikeranakan adanya masalah yang dialami oleh anak tunagrahita. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dari Kemis dan Ati yang mengatakan bahwa Masalah masalah yang dihadapi mereka secara umum meliputi : masalah belajar, masalah penyesuaian diri terhadap lingkungan, masalah gangguan bicara, dan bahasa serta masalah kepribadian. Kemis dan Ati (2013, hlm. 21). Dari pernyataan tersebut penulis menyimpulkan bahwa anak tunagrahita mengalami masalah belajar. Menurut pendapat Hammill (dalam Yulinda, 2010, hlm. 33) mengatakan bahwa masalah belajar yaitu Beragam bentuk masalah yang nyata dalam aktivitas mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, dan/atau dalam berhitung. menurut pendapat Yulinda (2010, hlm. 39), mengatakan bahwa salah satu masalah belajar membaca adalah disleksia. Dimana disleksia merupakan : Disleksia adalah anak yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca, menulis, dan mengeja serta kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar segala sesuatu yang berkenaan dengan waktu,arah, dan masa (Sony, 2011, hlm. 16). Anak Tunagrahita ringan juga memiliki kemiripan dengan anak disleksia, Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa kesalahan yang sering terjadi pada saat anak tunagrahita ringan membaca, seperti dikemukakan oleh Sukadi yang mengatakan bahwa : Kesalahan yang sering dilakukan anak tunagrahita ringan dalam membaca antara lain sebagai berikut : Anak tidak mengetahui kata-kata, Menambahkan kata, Anak menghilangkan imbuhan atau tidak mengenalnya, dan Anak tidak mengenal bunyi-bunyi. (Sukadi, 2012, hlm. 18) Dari permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa harus ada alat bantu untuk mempermudah proses pembelajaran membaca bagi anak Tunagrahita ringan. Alat bantu yang

6 dimaksudkan oleh penulis adalah media pembelajaran berbasis Teknologi Multimedia, karena penulis beranggapan bahwa dewasa ini teknologi tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, tidak terkecuali oleh anak yang berkebutuhan khusus. Selain hal tersebut, yang menyebabkan anak tunagrahita ringan membutuhkan multimedia sebagai alat bantu untuk mempermudah proses belajarnya adalah IQ dibawah rata-rata berkisar 70 sampai 55/ 50,kemampuan membaca yang lambat,kemampuan pemahaman yang kurang, tingkat konsentrasi yang tendah,,daya ingat atau memori anak tunagrahita ringan yang rendah, serta kekurangan dalam visual, auditori, serta kekurangan dalam motoriknya. Diharapkan dengan adanya multimedia sebagai alat bantu belajar akan membuat anak lebih tertarik, meningkatkan konsentrasi serta daya ingat yang lebih baik atau lebih terlatih, serta merangsang psikomotorik anak.. Maka dari itu penulis ingin membantu anak Tunagrahita agar mampu menjadi manusia yang mandiri untuk memenuhi kebutuhannya sendiri baik dalam pelajaran maupun dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Jadi timbul pertanyaan, Multimedia seperti apa yang akan digunakan untuk membantu proses pembelajaran membaca bagi anak Tunagrahita? 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanapeningkatankemampuanmembacaanakberkebutuhankhu sus (Tunagrahita ringan) dalamberfikirabstrak? 2. Bagaimana merancang Multimedia untuk membantu pembelajaran membacabagianakberkebutuhankhusus (Tunagrahitaringan)? 3. Seberapabesar multimediadapatmemotivasianakberkebutuhankhusus ( Tunagrahitaringan)dalampelajaranmembaca?

7 1.3 Tujuan Penelitian Dalam suatu penelitian tentunya harus ada tujuan yang jelas agar dapat mencapai hasil yang maksimal. Adapun tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan sasaran anak Tunagrahita Ringan ini antara lain : 1. Untuk mengetahui bentuk kemampuan anak berkebutuhan khusus (tunagrahita ringan) dalam berfikir abstrak. 2. Untuk mengetahui bagaimanamerancang Multimedia dalammembantu pembelajaran membacabagianakberkebutuhankhusus (tunagrahita ringan). 3. Untuk mengetahuiseberapabesarmotivasianakberkebutuhankhusus (tunagrahita ringan) dalampembelajaranmembacamenggunakan multimedia. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, dibagi menjadi tiga manfaat, antara lain manfaat bagi guru, manfaat bagi anak Tunagrahita ringan dan manfaat bagi peneliti yang akan dipaparkan dibawah ini : a. Manfaat Bagi Guru - Diharapkan program dapat mempermudah pembelajaran membaca di kelas. - Diharapkan mampu membantu kemampuan guru dalam penyampaian materi membaca. - Diharapkan Guru dapat memberikan pembelajaran yang lebih interaktif untuk mendorong motivasi anak Tunagrahita dalam pembelajaran membaca. b. Manfaat Bagi Anak Tunagrahita

8 - Diharapkan anak Tunagrahita yang belajar membaca menggunakan Multimedia ini akan lebih mudah menangkap pelajaran. - Diharapkan anak Tunagrahita tersebut mampu meningkatkan kemampuan berfikir abstrak. - Diharapkan anak Tunagrahita mampu membaca, menyimpulkan dan menerima informasi secara mandiri. c. Manfaat Bagi Peneliti - Dapat mengetahui keefektifan program yang telah dibuat. - Dapat mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada dalam media pembelajaran tersebut. - Dapat mengetahui sejauh mana Program tersebut bisa meningkatkan kemampuan anak Tunagrahita dalam membaca. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam suatu penelitian memiliki banyak fungsi untuk memberikan gambaran-gambaran mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini peneliti mengemukakan tentang : Latar belakang, Rumusan masalah,tujuan penelitian, Manfaat Penelitian serta Sistematika Penulisan. BAB IILANDASAN TEORI Pada bab ini peneliti mengemukakan tentang berbagai teori yang akan digunakan, seperti penjelasan mengenai : Multimedia,

9 Perancangan Multimedia, Tunagrahita Ringan, Membaca, Kesulitan belajar membaca, Metode Kata. BAB III METODELOGI PENELITIAN Pada bab ini peneliti mengemukakan tentang : 1) Metode penelitian, 2) Desain penelitian, 3) Populasi dan sampel, 4) Instrumen Penelitian, 5) Teknik pengumpulan dan pengolahan data, 6) Teknik Analisis, 7) Prosedur dan tahap-tahap Penelitian. BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti mengemukakan tentang : 1) Tahap Analisis, 2) Tahap Desain, 3) Tahap Pengembangan, 4) Tahap Ujicoba, 5) Tahap Penilaian. BAB VKESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini peneliti mengemukakan tentang : 1) Kesimpulan, 2) Saran.