Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba

Distribusi komponen karkas sapi Brahman Cross (BX) hasil penggemukan pada umur pemotongan yang berbeda

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

S. Mawati, F. Warastuty, dan A. Purnomoadi Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

HUBUNGAN BUTT SHAPE KARKAS SAPI BRAHMAN CROSS TERHADAP PRODUKTIVITAS KARKAS PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

Hubungan Umur, Bobot dan Karkas Sapi Bali Betina yang Dipotong Di Rumah Potong Hewan Temesi

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN YANG MENDAPAT PAKAN LUMPUR LIMBAH FERMENTASI TETES TEBU (LFTT) DALAM KONSENTRAT DENGAN ARAS BERBEDA

Muhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

TUMBUH KEMBANG TUBUH TERNAK

PEMOTONGAN TERNAK (KAMBING)

PROPORSI KARKAS DAN KOMPONEN-KOMPONEN NONKARKAS SAPI JAWA DI RUMAH POTONG HEWAN SWASTA KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

Iskandar Sembiring, T. Marzuki Jacob, dan Rukia Sitinjak. Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU

PENGGUNAAN PELEPAH KELAPA SAWIT FERMENTASI DENGAN BERBAGAI LEVEL BIOMOL + PADA PAKAN TERHADAP KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008

PERSENTASE KARKAS, TEBAL LEMAK PUNGGUNG DAN INDEKS PERDAGINGAN SAPI BALI, PERANAKAN ONGOLE DAN AUSTRALIAN COMMERCIAL CROSS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRACT... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Korelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

HUBUNGAN BOBOT KARKAS DENGAN LUAS URAT DAGING MATA RUSUK PADA SAPI BRAHMAN CROSS JANTAN DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) LUBUK BUAYA PADANG SKRIPSI.

KARAKTERISTIK KARKAS SAPI JAWA (STUDI KASUS DI RPH BREBES, JAWA TENGAH)

KUALITAS FISIK DAGING LOIN SAPI BALI YANG DIPOTONG DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) MODEREN DAN TRADISIONAL

KARAKTERISTIK KARKAS DAN BAGIAN-BAGIAN KARKAS SAPI PERANAKAN ONGOLE JANTAN DAN BETINA PADA PETERNAKAN RAKYAT DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Domba

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

Hubungan antara Umur dengan Berat Karkas Depan (Fore Quarter) Ditinjau dari Potongan Primal Sapi Bali Jantan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

IV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

KAJIAN PERTUMBUHAN KARKAS DAN BAGIAN NON KARKAS KAMBING LOKAL JANTAN PASCA PEMBERIAN ASAM LEMAK TERPROTEKSI

PERSENTASE BAGIAN PANGAN DAN NONPANGAN ITIK MANDALUNG PADA BERBAGAI UMUR

Pendugaan Bobot Karkas, Persentase Karkas dan Tebal Lemak Punggung Babi Duroc Jantan Berdasarkan Umur Ternak

PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI.

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan setiap pukul WIB,

HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN DENGAN PROPORSI ORGAN PENCERNAAN SAPI JAWA PADA BERBAGAI UMUR SKRIPSI. Oleh NUR FITRI

Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman

STUDI KASUS TINGKAT PEMOTONGAN DOMBA BERDASARKAN JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR DAN BOBOT KARKAS DI TEMPAT PEMOTONGAN HEWAN WILAYAH MALANG

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN PERANTARA TERHADAP DAGING ITIK (Kasus Pedagang Olahan Daging Itik Di Kecamatan Coblong Kota Bandung)

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN

TINJAUAN PUSTAKA. : Artiodactyla. Bos indicus Bos sondaicus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat

POKOK BAHASAN VII VII. MANAJEMEN PEMASARAN. Mengetahui kelas dan grade ternak potong yang akan dipasarkan

KOMPOSISI NON KARKAS DOMBA EKOR GEMUK YANG DIGEMUKKAN DENGAN PENAMBAHAN AMPAS TAHU DAN PENCUKURAN WOL DHENI MEIGYANTOKO

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1

KARAKTERISTIK KARKAS KERBAU RAWA DI KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN

(Utililization of The Rice Straw with Feed Processing Technology For Non Carcass and Boneless Percentage on Local Rams

POTONGAN KOMERSIAL KARKAS KAMBING KACANG JANTAN DAN DOMBA LOKAL JANTAN TERHADAP KOMPOSISI FISIK KARKAS, SIFAT FISIK DAN NILAI GIZI DAGING

ANALISIS TUMBUH KEMBANG KARKAS SAPI BALI JANTAN DAN BETINA DARI POLA PEMELIHARAAN EKSTENSIF DI SULAWESI TENGGARA. Oleh: Nuraini dan Harapin Hafid 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

KARAKTERISTIK KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN KOMPLIT BERKADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan

EVALUASI POTENSI GENETIK GALUR MURNI BOER

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA)

SELISIH PROPORSI DAGING, LEMAK DAN TULANG DOMBA EKOR TIPIS YANG DIBERI PAKAN UNTUK HIDUP POKOK DAN PRODUKSI

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

STUDI PERBANDKNGAN MIKROBA RUMEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

PENAMPILAN KARKAS DAN KOMPONEN KARKAS TERNAK RUMINANSIA KECIL

PROFIL KARKAS TERNAK DOMBA DAN KAMBING

Transkripsi:

PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL EFFECT OF SEX AND SLAUGHTER WEIGHT ON THE MEAT PRODUCTION OF LOCAL SHEEP Endah Subekti Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid hasyim Abstract The research was conducted to determine the effect of sex and slaughter weight on the meat production. Increasing slaughter weight of male sheep and female sheep always was followed increasing carcass weight. At the same slaughter weight, male sheep had weight and percentage carcass were higher than female sheep. The statistical analysis resulted showed that sex was very significant effect, and slaughter weight was no significant effect, but there were interaction between sex and slaughter weight on fat, percentage fat, pelvic, kidney fat and yield grade number. Key words : sex, slaughter weight, meat production, local sheep Pendahuluan Ternak domba merupakan ternak ruminansia kecil yang memiliki kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim dan jenis pakan. Jika dibanding dengan sapi, domba lebih menguntungkan, karena domba mempunyai sifat alamiah yang menguntungkan yaitu dapat beranak 3 kali dalam 2 tahun dengan kelahiran kembar dan tidak memilih pakan jika dibanding dengan kambing (Dwiyanto,1994). Keuntungan lain dari pemeliharaan domba antara lain cepat berkembang biak, pemeliharaannya mudah dan sederhana, modal yang digunakan relatif kecil, cepat dewasa, produksi tiap tahun tinggi dan mudah dijual (Chaniago, 1993). Menurut Devedra dan Burns (1994) bahwa pemeliharaan ternak domba di Indonesia umumnya diarahkan untuk produksi daging dan uang tunai bagi peternak di pedesaan, disamping hasil lain berupa kulit, bulu, dan kotorannya. Potensi ternak domba semakin baik dengan adanya peluang ekspor domba ke Timur Tengah terutama dalam rangka memenuhi MEDIAGRO 59 VOL. 3. NO. 1, 2007: HAL 59-66

kebutuhan daging. Daging merupakan produk yang diperoleh dari karkas ternak yang telah dipotong. Komposisi kimiawi daging adalah air 75% dengan kisaran 65-80%, protein sekitar 19% (16-22%), substansisubstansi non protein yang larut 3,5%, serta lemak sekitar 2,5% (1,5-13,0%) dan sangat bervariasi. Produksi karkas, komposisi fisik dan kimia daging berhubungan erat dengan jenis kelamin dan berat potong (Soeparno, 2005). Landasan Teori Ternak ruminansia kecil domba dan kambing merupakan sumber penghasil daging atau sumber protein hewani asal ternak untuk kebutuhan manusia. Konsumen membutuhkan daging dalam jumlah dan mutu yang memadai dan baik. Jumlah dan mutu daging yang diperoleh berasal dari karkas atau bagian bagian karkas seekor ternak yang telah dipotong. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi karkas dan kualitas daging adalah jenis kelamin dan bobot potong (Soeparno, 2005). Perbedaan komposisi karkas karena jenis kelamin, terutama disebabkan oleh steroid kelamin serta status dari ternak tersebut misalnya kastrasi, dapat mengubah sistem hormonal ternak jantan, sehingga dapat mengakibatkan perubahan komposisi tubuh dan karkas. Pada berat tubuh yang sama dapat terjadi komposisi karkas yang berbeda antara jenis kelamin misalnya pada domba, jumlah lemak domba betina lebih besar daripada domba jantan muda kastrasi dan keduanya lebih besar daripada domba pejantan (Soeparno, 2005). Berat tubuh mempunyai hubungan yang erat dengan komposisi karkas. Variasi komposisi tubuh atau karkas sebagian besar didominasi oleh variasi berat tubuh dan sebagian kecil dipengaruhi oleh umur (Soeparno, 2005). Pada domba dengan berat tubuh lebih dari 10 kg, jenis kelamin dapat mempengaruhi komposisi karkas dan pada berat tubuh atau pada berat karkas yang sama, domba jantan mengandung lebih banyak otot dan tulang dan lebih sedikit lemak daripada domba betina (Soeparno, 2005). Dengan pengaturan bobot potong dan jenis kelamin diharapkan dapat diperoleh jumlah dan mutu daging yang lebih baik yang sesuai dengan selera dan kebutuhan konsumen. Jurnal ilmu ilmu pertanian 60

Pembahasan Bobot Karkas dan Persentase Karkas Kinerja produksi dari seekor ternak antara lain dapat dicerminkan oleh besarnya bobot dan persentase karkas serta kualitas hasil yield grade yang dicapai oleh ternak tersebut berdasarkan bobot potong dan dari setiap jenis kelamin. Bobot karkas segar digunakan untuk menghitung persentase karkas yang dicapai oleh ternak domba lokal jantan dan betina berdasarkan bobot potong yang sama. Kenaikan bobot potong selalu diikuti dengan kenaikan bobot karkas baik pada domba lokal jantan maupun pada domba betina yang berarti bahwa kenaikan bobot potong berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan dari bagian-bagian tubuh atau karkas. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeparno (2005) yang menyatakan bahwa perubahan bobot tubuh disebabkan karena terjadi perubahan ukuran komposisi tubuh atau karkas termasuk otot, tulang dan lemak. Hasil penelitian menunjukkan kenaikan bobot karkas sejalan dengan kenaikan bobot potong. Hal ini sesuai dengan pendapat (Soeparno, 2005), yang menyatakan bahwa bobot hidup ternak berkorelasi positif dengan bobot karkas dan setiap peningkatan bobot hidup selalu diikuti dengan kenaikan bobot karkas. Variasi berat karkas maupun komposisi karkas sebagian besar didominasi oleh berat tubuh (Soeparno, 2005) Komposisi fisik karkas seekor ternak lebih berkorelasi terhadap beratnya daripada umur dan pakan, sehingga bila ternak mengalami kehilangan berat badan, maka semua jaringan tubuhnya juga akan mengalami penurunan berat. Menurut Judge et al (1989) disamping tingkat kegemukan dan isi saluran pencernakan, perototan juga ikut berpengaruh terhadap persentase karkas, semakin kompak perototan seekor ternak, maka persentase karkas semakin baik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa peningkatan bobot potong dapat meningkatkan bobot karkas, akan tetapi persentase karkas tidak selamanya ikut meningkat disebabkan karena lemak internal meningkat. Perbedaan bobot karkas dan persentase karkas yang terjadi antara jenis kelamin disebabkan karena domba lokal jantan memiliki tulang dan perototan yang lebih besar daripada domba betina sedangkan domba betina memiliki lemak tubuh dan lemak internal yang lebih banyak daripada domba jantan. Pada bobot potong yang sama dapat terjadi perbedaan bobot dan persentase karkas antara ternak jantan dan betina dan biasanya bobot dan persentase karkas jantan lebih tinggi dari ternak MEDIAGRO 59 VOL. 3. NO. 1, 2007: HAL 59-66

betina, disebabkan ternak betina mempunyai lemak internal yang lebih tinggi daripada ternak jantan. Bobot potong dan jenis kelamin berpengaruh sangat nyata terhadap bobot dan persentase karkas, berarti bahwa setiap perubahan bobot potong baik pada ternak jantan maupun ternak betina akan terjadi perubahan bobot dan persentase karkas. Pada peningkatan berat terdapat indikasi kegemukan, persentase lemak, lemak ginjal, dan lemak pelvis meningkat dan pada bobot potong yang sama domba betina mempunyai persentase lemak yang lebih tinggi daripada domba jantan. Persentase karkas juga dipengaruhi oleh bobot non karkas, semakin tinggi bobot non karkas, maka akan menurunkan persentase karkas. Bagian-bagian yang termasuk non karkas antara lain yaitu paruparu, trachea, jantung, hati, limpa, saluran pencernaan (esophagus, usus, rumen, reticulum, omasum dan abomasum) bagian-bagian tersebut mewakili non karkas internal sedangkan non karkas eksternal antara lain adalah kepala termasuk lidah dan otak, kulit termasuk bulu serta kaki dari karpus dan tarsus kebawah. Pada non karkas internal, bobot organ dalam yaitu paru-paru, trachea, jantung, hati dan limpa kenaikannya tidak seiring dengan meningkatnya bobot potong, akan tetapi bobot saluran pencernaan meningkat seiring dengan meningkatnya bobot potong. Bobot non karkas eksternal yaitu kenaikan termasuk lidah dan otak, kulit termasuk bulu serta kaki dari karpus dan tarsus ke bawah meningkat sejalan dengan meningkatnya bobot potong. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin berpengaruh sangat nyata terhadap bobot non karkas internal yaitu paruparu dan trachea, hati, saluran pencernaan dan lemak omental. Demikian juga terhadap bobot non karkas eksternal serta berpengaruh nyata terhadap bobot jantung dan bobot limpa. Bobot potong berpengaruh sangat nyata terhadap bobot non karkas internal dan eksternal secara keseluruhan (Soeparno, 2005) Berat non karkas dipengaruhi oleh pertumbuhan dan berat tubuh serta jenis kelamin. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat interaksi yang sangat nyata antara jenis kelamin dan bobot potong terhadap paruparu, trakhea, jantung, limpa, saluran pencernaan, lemak omental, dan bobot kulit termasuk bulu, serta interaksi nyata terhadap bobot hati dan tidak nyata terhadap bobot kepala termasuk lidah dan otak serta bobot kaki mulai dari karpus dan tarsus. Interaksi yang terjadi dikarenakan terdapat perbedaan yang nyata pada bobot paru-paru, jantung, hati, limpa, saluran pencernaan, lemak Jurnal ilmu ilmu pertanian 62

omental dan kulit antara tingkat bobot potong pada jenis kelamin yang sama serta antara jenis kelamin pada bobot potong yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan dari masing-masing organ dan jaringan berbeda-beda sesuai dengan fungsinya (Swatland,1994). Kualitas Hasil ( Yield Grade) Karkas Kualitas hasil (yield grade) karkas adalah nilai karkas yang dihasilkan oleh ternak yang meliputi karkas, jumlah daging yang dihasilkan dan kualitas daging dari karkas yang bersangkutan. Menurut USDA : United States Department of Agricultura (Departemen Pertanian Amerika Serikat) yield grade digunakan untuk mengestimasi jumlah daging yang diperoleh dari suatu pemotongan tertentu. Nilai yield grade terbaik adalah 1 dan yang terburuk adalah 5 (Judge et al, 1989) Faktor yang dipergunakan untuk menentukan yield grade pada domba adalah tebal lemak subkutan, persentase lemak pelvik dan lemak ginjal serta skor konformasi paha dengan nilai yang tertinggi adalah 15 dan seterusnya sampai yang terendah adalah 1 (Soeparno, 2005). Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa jenis kelamin berpengaruh sangat nyata, sedangkan bobot potong berpengaruh tidak nyata namun terdapat interaksi yang nyata antara jenis kelamin dan bobot terhadap ketebalan lemak, persentase lemak, pelvik dan lemak ginjal serta angka yield grade. Ketebalan lemak dan angka yield grade pada domba jantan berbeda tidak nyata antara tingkat bobot potong, sedangkan pada domba betina, terjadi perbedaan yang nyata baik ketebalan lemak, persentase lemak pelvik dan lemak ginjal maupun angka yield grade antara tingkat bobot potong. Jadi angka yield grade lebih dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin jika dibanding dengan pengaruh bobot potong. Kenyataan demikian menunjukkan bahwa perubahan bobot potong tidak menyebabkan perubahan pada angka yield grade. Peningkatan bobot potong yang diikuti dengan peningkatan bobot karkas memperbaiki nilai yield grade lebih dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin jika dibanding dengan pengaruh bobot potong. Peningkatan bobot potong yang diikuti dengan peningkatan bobot karkas memperbaiki nilai yield grade dalam arti bahwa semakin kecil angka yield grade maka semakin baik kualitas karkas atau semakin besar angka yield grade, maka semakin sedikit jumlah daging yang diperoleh dari karkas tersebut. Persentase lemak pelvik dan lemak ginjal yang tinggi serta ketebalan lemak subkutan yang besar dapat menaikkan angka yield grade Jurnal ilmu ilmu pertanian 63

sehingga akan menyebabkan rendahnya jumlah daging yang diperoleh dari sebuah karkas. Setiyono (1987) menyatakan bahwa lemak pelvik dan lemak ginjal serta ketebalam lemak subkutan dapat mempengaruhi nilai yield grade sebab sejalan dengan peningkatan bobot tubuh jumlah lemak dalam tubuh juga meningkat dan jika bobot tubuh menurun, maka bobot karkas, bobot lemak ginjal dan lemak pelvik juga menurun (Black, 1983). Rerata nilai yield grade yang diperoleh pada domba jantan dan betina pada bobot potong yang sama menunjukkan nilai yang berbeda nyata. Perbedaan tersebut disebabkan karena persentase lemak pelvik dan lemak ginjal serta ketebalan lemak subkutan pada domba betina lebih tinggi daripada domba jantan. Swatland (1994) menyatakan bahwa ternak dengan persentase lemak pelvik dan lemak ginjal serta ketebalan lemak subkutan yang lebih tinggi akan memiliki angka yield grade yang lebih tinggi dan akan menyebabkan jumlah daging yang diperoleh sedikit. Menurut Setiyono (1987) menyatakan bahwa ternak domba lokal dengan bobot potong diatas 14 kg akan diperoleh nilai yield grade yang baik. Berat optimal ternak domba untuk memperoleh persentase karkas dan angka yield grade yang optimal sangat bervariasi. Snowder et al (1994) melaporkan bahwa pada domba dengan bobot potong 52,3; 53,3; 53,7 dan 53,9 kg memperoleh angka yield grade 3,5; 3,9; 2,9 dan 3,3. Peningkatan bobot potong dari bobot karkas tidak selamanya memperbaiki angka yield grade apabila diikuti dengan peningkatan persentase lemak pelvik dan lemak ginjal maupun ketebalan lemak subkutan. Domba dengan bobot potong 31,8; 45,4; 58,6 dan 72,2 kg memperoleh angka yield grade 2,9; 33,3; 3,7; dan 4,1. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan bobot potong menyebabkan perubahan pada angka yield grade, semakin tinggi bobot potong angka yield grade semakin tinggi pula, karena persentase lemak pelvik dan lemak ginjal serta ketebalan lemak subkutan meningkat. Dari rerata nilai yield grade yang diperoleh berdasarkan bobot potong menunjukkan bahwa peningkatan bobot potong yang disertai dengan peningkatan bobot karkas pada domba lokal tidak diikuti dengan peningkatan persentase lemak pelvis dan lemak ginjal serta ketebalan lemak yang berarti, dengan demikian nilai yield grade semakin baik dan akan mempengaruhi jumlah daging yang akan diperoleh dari karkas. Berat karkas tidak secara langsung memperoleh angka yield grade tetapi dengan berat karkas yang diperoleh dapat diestimasikan jumlah daging yang akan dihasilkan dari suatu bobot potong ternak yaitu dengan memperhatikan persentase lemak ginjal dan lemak pelvik dan Jurnal ilmu ilmu pertanian 64

dibandingkan dengan bobot karkas segar dikalikan 100%. Lemak, baik lemak subkutan, lemak ginjal dan lemak pelvik serta lemak pada permukaan paha mempunyai pengaruh yang lebih besar pada proporsi urat daging dalam karkas karena jumlah dan penyebaran lemak akan mempengaruhi bobot karkas tersebut termasuk angka yield grade. Kesimpulan Bobot karkas meningkat seiring dengan peningkatan bobot potong pada kisaran bobot potong 15-24,5 kg, akan tetapi persentase karkas cenderung menurun. Bobot dan persentase karkas domba jantan lebih tinggi daripada domba betina pada bobot potong yang sama. Ketebalan lemak, persentase lemak pelvik dan lemak ginjal serta angka yield grade karkas domba betina lebih tinggi dari domba jantan, sedangkan antara tingkat bobot potong tidak berbeda. Bobot non karkas meningkat dengan semakin tingginya bobot potong. Bobot non karkas domba jantan lebih tinggi daripada domba betina, kecuali bobot limpa, saluran pencernaan dan lemak omental domba betina lebih tinggi daripada domba jantan. Terdapat ineraksi yang sangat nyata antara jenis kelamin dan bobot potong terhadap variabel non karkas yaitu paru-paru dan trachea, jantung, limpa, saluran pencernaan dan lemak omental serta bobot kulit dan interaksi yang nyata terhadap bobot hati. Ineraksi yang nyata terhadap kualitas hasil dan yield grade karkas, ketebalan lemak, serta sangat nyata terhadap persentase lemak pelvik dan lemak ginjal. Jurnal ilmu ilmu pertanian 65

Daftar Pustaka Black, J. L. 1983. Pada Sheep Production. Editor W. Haresign. Proc. 35th Easter School in aric. Sci. Univ. Nottingham. Butterworth, London. Chaniago, T. D.1993. sistem Manajemen (Pengelolaan) dewasa ini. Dalam : Produksi Kambing dan domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press, surakarta Devendra, C. Dan Burns, M. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Terjemahan. Penerbit ITB Bandung. Dwiyanto, M.1994. Penanganan Domba dan Kambing. Penebar Swadaya, Jakarta. Judge, M. D., E. D. Aberle, J. C. Forrest, H. B. Hedrick and R. A. Merkel. 1989. Principles of Meat Science. 2nd ed. Kendall/Hunt Publishing Company, Dubuque, Iowa. Soeparno.2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan keempat. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Swatland, h. J. 1994. Structure and Development of Meat Animals and Poultry. Technomic Publishing Company, Inc. New Holland avenue, Lancaster, Pennsylvania. Jurnal ilmu ilmu pertanian 66