BAB 1 PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, adalah untuk melindungi segenap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus


DEFINISI KASUS MALARIA

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

Malaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.

kematian, terutama pada kelompok yang berisiko tinggi seperti bayi, balita dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium.

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KOTA LANGSA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

ANALISIS MODEL PENYEBARAN MALARIA YANG BERGANTUNG PADA POPULASI MANUSIA DAN NYAMUK SKRIPSI. Oleh : Renny Dwi Prastiwi J2A

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

GAMBARAN CAKUPAN PROGRAM KELAMBUNISASI DALAM MENCEGAH KEJADIAN MALARIA DI DESA TUNGGULO KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2012.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu perhatian global karena kasus malaria yang tinggi dapat berdampak luas

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terkena malaria. World Health Organization (WHO) mencatat setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA. Prof dr Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP &PL

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil pembangunan kesehatan saat ini adalah derajat kesehatan masyarakat semakin meningkat secara bermakna, namun

I. PENDAHULUAN. dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja (Dinkes

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kejadian kematian ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

Penyakit Endemis di Kalbar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

PERINGATAN HARI MALARIA SEDUNIA

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik WHO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 3,2 milyar

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium.

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan nasional bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, adalah untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut diselenggarakan pembangunan nasional secara berencana, meyeluruh, terpadu, terarah, dan berkesinambungan. Adapun tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkam masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Dalam mencapai tujuan pembangunan nasional tersebut dibutuhkan antara lain tersedianya sumber daya manusia yang tangguh dan ketersediaan sumber daya alam yang cukup dan berkelanjutan. Salah satu sumber daya alam di Indonesia adalah hutan. 1

2 Hutan mempunyai jasa yang sangat besar bagi kelangsungan makhluk hidup terutama manusia. Hutan berfungsi mengambil karbon dioksida dari udara dan menggantikannya dengan oksigen yang diperlukan makhluk lain. Sehingga hutan disebut paru-paru dunia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, yang dimaksud dengan hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Pemanfaatan hutan menyebabkan deforestasi, Laju deforestasi hutan di Indonesia paling besar disumbang oleh kegiatan industri, terutama industri kayu, yang telah menyalahgunakan HPH yang diberikan sehingga mengarah pada pembalakan liar. Penyebab deforestasi terbesar kedua di Indonesia, disumbang oleh pengalihan fungsi hutan (konversi hutan) menjadi perkebunan. Konversi hutan menjadi area perkebunan seperti kelapa sawit. Deforestasi memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat dan lingkungan alam di Indonesia. Kegiatan penebangan yang mengesampingkan konversi hutan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Dampak buruk lain akibat kerusakan hutan adalah terancamnya kelestarian satwa dan flora di Indonesia utamanya flora dan fauna endemik. Satwa-satwa endemik yang semakin terancam kepunahan akibat deforestasi hutan.

3 Proses deforestasi menyebabkan rusaknya lokasi perkembangbiakan (breeding places) nyamuk anopheles, disamping itu kondisi hutan alami dengan kelembaban ideal untuk tempat peristirahatan (resting places) nyamuk juga menjadi rusak dengan adanya proses penebangan hutan, sehingga dapat menyebabkan terjadinya perpindahan breeding places dan resting places nyamuk anopheles yang tadinya berkembang biak di hutan pindah mendekati lingkungan pemukiman penduduk yang ada di sekitar lokasi hutan di lokasi deforestasi. Pengembangan komoditi kelapa sawit yang dilakukan pihak swasta maupun pemerintah Indonesia secara masif menyisakan banyak persoalan. Karena seiring dengan pembukaan lahan sawit secara besar-besaran, akan menimbulkan berbagai persoalan lingkungan terkait musnahnya hutan hujan tropis Indonesia serta musnahnya berbagai spesies endemik baik flora maupun fauna asli di daerah tersebut. Selain itu, pembukaan perkebunan sawit tak jarang memicu munculnya persoalan serius yang dialami oleh masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi perkebunan berupa penyebaran penyakit yang sebelumnya jarang atau tidak pernah terjadi di daerah itu. Malaria adalah penyakit infeksi utama di dunia yang menginfeksi sekitar 170-300 juta orang dengan angka kematian sekitar 1 juta orang pertahun di seluruh dunia. Sebagian besar kematian terjadi pada anak-anak dan orang dewasa non-imun di daerah endemis di afrika dan asia. Keluhan dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosa malaria. Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/strain Plasmodium, imunitas tubuh dan jumlah parasit

4 yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi sampai timbulnya gejala klinis dikenal sebagai waktu inkubasi, sedangkan waktu antaraterjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah. Di beberapa Negara termasuk Indonesia terjadi peningkatan kembali angka kejadian malaria terutama akibat peningkatan resistensi malaria serta vector nyamuk anopheles terhadap obat anti malaria dan insektisida, serta migrasi penduduk, dan diperkirakan akan diikuti pula dengan peningkatan angka kematian. Sebagian besar kematian pada malaria disebabkan oleh malaria berat karena infeksi plasmodium falcifarum. Angka Kematian karena malaria berat, meskipun sudah diobati dengan antiparasit dan pengobatan suportifyang adekuat masih sekitar 10-40%. Guna menurunkannya perlu pemahaman pathogenesis terjadinya malaria berat, supaya dapat merancang upaya pencegahan dan pengobatan penunjang yang rasional dan adekuat. (Agung Nugroho, 2012) Di Asia Tenggara malaria merupakan masalah kesehatan yang penting. Sepuluh dari sebelas Negara di Asia Tenggara merupakan daerah endemis malaria. Sekitar 40% penduduk dunia yang berisiko tertular malaria, hidup di daerah ASEAN, 15% dari kasus malaria dunia yang dilaporkan dan 2,7% penduduk dunia yang meninggal dunia akibat malaria berasal dari Negara-negara Asia Tenggara. (Soedarto 2011) Secara umum gejala malaria terdiri dari beberapa serangan demam dengan interval tertentu atau dikenal dengan istilah parokisme, juga diselingi oleh suatu periode yang penderitanya bebas sama sekali dari serangan demam yang

5 disebut periode laten. Gejala yang khas tersebut biasanya ditemukan pada penderita non imun. Sebelum timbulnya demam, biasanya penderita merasa lemah, mengeluh sakit kepala, kehilangan nafsu makan, merasa mual, di ulu hati, atau muntah semua gejala awal ini disebut gejala prodormal. Masa tunas malaria sangat tergantung pada spesies Plasmodium yang menginfeksi. Masa tunas paling pendek dijumpai pada malaria falciparum, dan terpanjang pada malaria kuartana (P.malariae). Pada malaria yang alami, yang penularannya melalui gigitan nyamuk, masa tunas adalah 12 hari (9-14) untuk malaria falciparum, 14 hari (8-17 hari) untuk malaria vivax, 28 hari (18-40 hari) untuk malaria kuartana dan 17 hari (16-18 hari) untuk malaria ovale. Malaria yang disebabkan oleh beberapa strain P.vivax tertentu mempunyai masa tunas yang lebih lama dari strain P.vivaxlainnya. Selain pengaruh spesies dan strain, masa tunas bisa menjadi lebih lama karena pemakaian obat anti malaria untuk pencegahan (kemoprofilaksis). (Andi Arsunan Arsin 2012) Di daerah Asia Tenggara 70% dari jumlah penduduknya atau sekitar 1216 jiwa, bertempat tinggal di daerah endemis malaria. Sekitar 96% dari penduduk yang berisiko tertular malaria di daerah Asia Tenggara tinggal di Bangladesh, India, Indonesia, Myanmar dan Thailand, hal ini menyebabkan 95% kasus-kasus malaria (baik yang sakit maupun yang meninggal dunia) di daerah tersebut. (Soedarto 2011) Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB

6 termasuk Indonesia sepakat untuk mengadopsi Deklarasi Milenium yang kemudian dijabarkan dalam kerangka praktis Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals atau MDGs). MDG s menempatkan pembangunan manusia sebagai fokus utama pembangunan, memiliki tenggat waktu (2015). Malaria merupakan salah satu indikator dari target Pembangunan Milenium (MDGs), dimana ditargetkan untuk menghentikan penyebaran dan mengurangi kejadian insiden malaria pada tahun 2015 yang dilihat dari indikator menurunnya angka kesakitan dan angka kematian akibat malaria. Global Malaria Programme (GMP) menyatakan bahwa malaria merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring dan evaluasi, serta diperlukan formulasi kebijakan dan strategi yang tepat. MDGs juga merupakan komitmen nasional dalam upaya lebih menyejahterakan masyarakat melalui pengurangan kemiskinan dan kelaparan, pendidikan, pemberdayaan perempuan, kesehatan dan lingkungan. Dari 8 tujuan MDGs yang menjadi tanggung-jawab Kementerian Kesehatan yaitu: MDG 1, 4, 5, 6 dan 7. Setiap tujuan memiliki satu atau beberapa target beserta indikatornya. Dari 8 tujuan MDGs pengendalian penyebaran penyakit malaria merupakan tujuan (goal) pada urutan ke 6 yaitu Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya. Dalam MDGs ini yang dimaksud dengan penduduk berisiko adalah penduduk yang tinggal di daerah endemis malaria atau ada penularan malaria. Daerah endemis malaria adalah

7 daerah yang ditemukannya kasus malaria beberapa tahun (2-3 tahun) dan ada penularan setempat (daerah reseptif, terdapat vector). Upaya percepatan pencapaian target MDGs menjadi prioritas pembangunan nasional yang memerlukan sinergis kebijakan perencanaan dari tingkat Pusat hingga Daerah. Sesuai Inpres No 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota sebagai unsur pemerintahan diwajibkan untuk melaksanakan percepatan pencapaian MDG s yang tertuang dalam suatu Rencana Aksi Daerah (RAD). Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 293/MENKES/SK/IV/2009 tanggal 28 April 2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia maka dalam upaya mencapai tujuan Eliminasi Malaria pada tahun 2030 terdapat delapan kegiatan utama. Kegiatan pertama adalah peningkatan kualitas dan akses terhadap penemuan dini dan pengobatan malaria. Kedua, menjamin kualitas diagnosis malaria melalui pemeriksaan laboratorium maupun Rapid Diagnostic Test (RDT). Ketiga, perlindungan terhadap kelompok rentan terutama ibu hamil dan balita di daerah endemis tinggi. Keempat, penguatan penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans kasus malaria. Kelima,intervensi vektor termasuk surveilans vektor. Keenam, penguatan sistem pengelolaan logistik Malaria. Ketujuh, penguatan SDM. Kedelapan, penelitian operasional. Dana hibah Global Fund AIDS, Tuberkulosis dan Malaria (GF-ATM) Fund adalah lembaga keuangan internasional untuk mendukung pelaksanaan

8 Program Pengendalian AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.Melalui bantuan hibah GF ATM diagnosis dini dan pengobatan yang tepat melalui konfirmasi laboratorium telah mendukung perubahan dari indikator AMI (Annual Malaria Incidence) menjadi API. Selain itu dukungan terhadap perbaikan akses terhadap penemuan dan pengobatan penderita malaria, perbaikan pada kualitas pemeriksaan laboratorium dan perbaikan pada system surveilans termasuk sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) semakin kuat. Penyakit Malaria adalah penyakit endemis di Provinsi Kalimantan Tengah. Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit malaria di Kabupaten Barito Utara Provinsi Kaliamntan Tengah telah dilakukan melalui program pemberantasan malaria yang kegiatannya antara lain melakukan diagnosa dini, pengobatan cepat dan tepat, disamping melakukan surveilens, Penyemprotan lingkungan tempat tinggal dan pembunuhan jentik di tempat perindukan dilakukan sebagai pengendalian vektor melalui pemutusan rantai penularan malaria disekitar pemukiman. Dewasa ini untuk mengatasi malaria telah dikembangkan Pos Malaria Desa dan Gerakan Berantas Kembali Malaria (Gebrak Malaria) dengan bantuan Global Fund. Malaria merupakan penyakit utama di Kawasan Timur Indonesia. Sekitar 40 % penderita malaria klinis yang berobat ke Puskesmas adalah balita,sedangkan jumlah ibu hamil yang menderita malaria tidak diketahui. Masih kurangnya tenaga (bidan,perawat dan staf lain ) yang pernah mendapatkan training tentang malaria secara khusus, baik tentang

9 pencegahan, pengobatan maupun tentang cara pemeriksan laboratorium merupakan hambatan tersendiri dalam menegakkan diagnosis malaria. Pedoman pengobatan malaria yang digunakan mengikuti pedoman dari WHO dengan Algorithm clinic : panas dingin, sakit kepala, kadang-kadang diare tanpa ada infeksi lain. Tidak ada catatan yang lengkap menyulitkan perencanaan program. Data bumil yang menderita malaria tidak dapat ditelusuri,karena tidak ada catatan pada kartu status atau buku harian kunjungan pasien Puskesmas. Angka Kesakitan Malaria Kabupaten Barito Utara Tahun 2012 dari data yang ada menunjukan bahwa API (Annual Parasite Incidence) Kabupaten Barito Utara tergolong Endemis tinggi yaitu 13,69 % per 1000 penduduk sedangkan AMI (Annual Malaria Incidence) 20,58 % per 1000 penduduk untuk CFR (Case Fatality Rate) yang meninggal akibat malaria tidak ada Kematian dan jumlah penderita malaria semua (100%) sudah diobati Table di bawah ini : Gambar 1.1 Angka Kesakitan Malaria Di Kabupaten Barito Utara Tahun 2012

10 1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah perbedaan kejadian Malaria di daerah deforestasi dibandingkan dengan daerah non deforestasi di Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Menganalisis perbedaan kejadian malaria di daerah deforestasi dan non deforestasi di Kabupaten Barito Utara. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mempelajari faktor lingkungan dan faktor sosial di daerah deforestasi di Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah. 2. Menganalisis faktor lingkungan dan faktor sosial di daerah non deforestasi di Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah. 3. Menganalisis perbedaan kejadian penyakit malaria di daerah deforestasi dan di daerah non deforestasi di Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian terdahulu sehubungan dengan dampak deforestasi untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit

11 terhadap peningkatan kasus malaria dalam upaya mengurangi angka kejadian penyakit malaria. 2. Bagi para peneliti berikutnya Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dan masukan bagi penelitian selanjutnya. 3. Bagi instansi terkait Sebagai bahan informasi dalam menyusun perencanaan, kebijakan dan strategi dalam mengurangi dampak deforestasi untuk pengembangan perkebunan sawit sehingga bisa mengurangi angka kejadian penyakit malaria.