BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal.

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memiliki keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Jurnal Anisah: 2015.) menyebutkan bahwa siswa SMA berada pada masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

EKSPLORASI KESIAPAN SISWA MEMASUKI DUNIA KERJA PADA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tingkat pekerjaan yang sesuai. Serta mengimplementasikan pilihan karir

BAB I PENDAHULUAN. perkuliahan. Selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. siswa agar memiliki kesiapan untuk memasuki dunia kerja. Para siswa SMK

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja tingakat SMP termasuk dalam periode remaja awal. Pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diselenggarakan. Kaum muda diharapkan memiliki bekal

BAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan kejuruan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan

GAMBARAN KEMATANGAN KARIR SISWA DI SMK MUSIK PERGURUAN CIKINI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. Pada Bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK AHMAD YANI JABUNG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga

PERBEDAAN PERENCANAAN KARIR SISWA SMK DAN SMU SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. hakekatnya merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembentukan konsep diri anak menurut (Burns, 1993). bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

2016 ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan. remaja merupakan pengembangan dan perluasan kemampuan-kemampuan

UPAYA PENINGKATAN KEMATANGAN KARIR MELALUI METODE CAREER PORTFOLIO PADA SISWA KELAS X MIA 1 DI SMA N 1 BOYOLALI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hadi Wiguna Kurniawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, persaingan yang sangat ketat terjadi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius.

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak (Monks, 2006). Selama masa transisi, remaja dituntut untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan (developmental tasks) terkait dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan (perbuatan dan tingkah laku) yang seharusnya dimiliki oleh seorang remaja sesuai dengan fase perkembangannya sebelum akhirnya menjadi dewasa (Yusuf, 2009). Individu yang mampu menuntaskan tugas-tugas perkembangannya pada suatu fase maka akan memperoleh keberhasilan untuk menuntaskan tugas perkembangan pada fase perkembangan berikutnya. Selama rentang fase-fase perkembangan yang dilaluinya tersebut, konsep mengenai diri terbentuk. Konsep mengenai diri bukan suatu pembawaan sejak lahir namun berkembang sejalan dengan berbagai pengalaman yang membentuk pemahaman diri (Burns, 1993). Felker (Burns, 1993:293) juga menyatakan konsep diri menentukan sesuatu yang diharapkan terjadi oleh individu, sehingga konsep diri akan turut berpengaruh terhadap perilakunya. Masa remaja merupakan waktu seseorang mengevaluasi kembali dirinya sendiri secara fisik, sosial, dan emosional di dalam hubungannya dengan orangorang yang dekat dengannya dan terhadap masyarakat pada umumnya (Burns, 1993). Evaluasi diri ditujukan untuk memperluas kesadaran akan perbedaan dirinya dengan orang lain. Evaluasi diri yang telah dialami tersebut mengarahkan seorang remaja pada suatu penangguhan psikososial ketika pilihan-pilihan harus dibuat, seperti pilihan-pilihan karir, tentang nilai-nilai, tentang gaya hidup, serta tentang hubungan-hubungan pribadi. Pada masa ini, konsep diri mulai

2 berproses untuk menjadi stabil, seorang individu mulai menyadari gambaran dirinya dan mulai menentukan langkah untuk merencanakan karirnya. Jika dikaitkan dengan pernyataan Felker (Burns, 1993:293) sebelumnya, maka diasumsikan bahwa konsep diri juga akan memengaruhi cara berpikir remaja mengenai sesuatu yang harus dipilihnya dalam hidup. Menurut Havighurst (Yusuf, 2010:83) memilih dan mempersiapkan diri untuk berkarir adalah salah satu tugas yang harus dipenuhi pada masa remaja. Super (Santrock, 2003) percaya bahwa masa remaja merupakan saat seseorang membangun konsep diri tentang karir. Karir seseorang dalam kehidupannya mengalami perkembangan. Super (Dillard, 1985: 19-20) mengemukakan perkembangan karir terdiri atas lima tahapan, yaitu: growth (pertumbuhan), exploratory (eksplorasi), establishment (pemantapan), maintenance (pemeliharaan), decline (penurunan). Masa remaja berada pada tahap eksplorasi yang dimulai pada usia 15-24 tahun. Tahap ini terbagi menjadi 3 subtahap, yaitu tentatif (usia 15-17 tahun), transisi (usia 18-21 tahun), dan percobaan (usia 22-24 tahun). Masa remaja khususnya siswa menengah berada di tahap eksplorasi pada sub tahap tentatif yaitu masa yang telah memiliki kesadaran dan penggunaan sumber daya yang tepat, pengetahuan tentang partisipasi dalam dunia kerja dan kemampuan untuk mengintegrasikan dan melaksanakan keputusan karir (Onivehu, 1992). Pada sub tahap tentatif terdapat tugas perkembangan karir yaitu mengkristalisasikan preferensi karir (crystallizing a career preference). Kristalisasi preferensi karir merupakan proses memperoleh informasi yang lengkap dan akurat, penetapan perencanaan dan pertimbangan individu untuk menentukan pilihan pekerjaan dan pendidikan lanjutan yang relevan dengan kemampuan diri (Dillard, 1985). Super berpendapat bahwa penyelesaian tugas-tugas yang sesuai pada masing-masing tahapan merupakan indikasi kematangan karir (career maturity). Menurut Sharf (1992:155) kematangan karir merupakan kesiapan individu untuk membuat keputusan karir dan kesiapan individu membuat pilihan yang tepat.

3 Super (Santrock, 2002:94) mengungkapkan dalam pemilihan karir, konsep diri seorang individu memainkan peran yang pokok. Pada masa remaja dan dewasa, perkembangan konsep diri tentang karir banyak terjadi perubahan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Anna Freud (Sarwono, 2006), bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan salah satunya perubahan-perubahan yang berhubungan dengan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depannya. Perubahan yang terjadi menunjukkan adanya kemampuan remaja untuk menjaga kestabilan konsep diri dan kemampuan untuk memilih karir semakin berkembang. Masa sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja. Hal ini berarti siswa sekolah menengah memiliki tugas untuk memilih dan mempersiapkan diri untuk berkarir. Pada masa sekolah menengah, terutama siswa di SMK perlu memastikan pilihannya untuk memasuki suatu perguruan tinggi atau meneruskan ke dunia pekerjaan setelah mereka lulus. Dalam hal ini, pengetahuan siswa mengenai gambaran tentang dirinya berperan penting. Oleh karena itu, siswa seharusnya telah memiliki pengetahuan yang luas dan bermacam-macam mengenai gambaran tentang diri, kelebihan maupun kelemahannya, serta suatu bidang yang diminati agar dapat menyesuaikan antara gambaran ideal dengan gambaran aktual yang ada pada dirinya untuk memudahkan siswa dalam memilih karir yang akan ditekuninya nanti. Pada kenyataannya, saat ini remaja belum sepenuhnya mencapai tugas perkembangan karir dengan baik. Kadangkala remaja memilih suatu jurusan pendidikan tanpa disertai pertimbangan akan kelebihan, kelemahan serta bidang yang diminati. Mereka cenderung mengikuti harapan atau pilihan orangtua, pengaruh teman sebaya dan sekolah. Mengingat usia perkembangannya, remaja yang berada di jenjang pendidikan menengah memiliki kerisauan umum yaitu berkenaan dengan pendidikannya (keberhasilan belajar, kelanjutan studi) dan pekerjaannya kelak setamat dari sekolah (Munandir, 1996). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Yusuf (2009:33) yang menemukan beberapa masalah

4 siswa di beberapa SMK di Jawa Barat, salah satunya adalah permasalahan karir, yaitu: 1) kurang mengetahui cara memilih program studi; 2) kurang mempunyai motivasi untuk mencari informasi tentang karir; 3) masih bingung memilih pekerjaan; 4) merasa cemas untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus; dan 5) belum memiliki pilihan perguruan tinggi tertentu, jika setelah lulus tidak masuk dunia kerja. Peraturan Pemerintah (PP) No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, pada Pasal 80 ayat 1 menjelaskan penjurusan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbentuk bidang studi keahlian. Kurikulum pembelajaran yang digunakan di SMK lebih mengutamakan praktik dibandingkan teori (Sirodjuddin, 2008) dan difokuskan pada bidang studi keahlian yang ditujukan untuk mempersiapkan peserta didik untuk dapat langsung terjun ke dalam dunia kerja. Dengan kata lain, siswa-siswi yang bersekolah di SMK telah lebih matang mempersiapkan diri dalam berkarir sejak duduk di bangku sekolah menengah. Mayoritas pelajar di Indonesia memilih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dikarenakan setelah tamat sekolah bisa langsung bekerja. Mahalnya biaya pendidikan di Indonesia juga merupakan salah satu alasan orangtua berpikir jauh kearah masa depan anaknya sehingga lebih memilih sasaran pendidikan SMK agar dapat langsung terjun ke dunia pekerjaan (Nias, 2013). Pada kenyataannya, berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di Indonesia pada periode Agustus 2012, mencapai 7,2 juta orang dan lulusan SMK menyumbang angka pengangguran tertinggi. Angka pengangguran ini merupakan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berdasarkan level kelulusan pendidikan (Rizki, 2012). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan persentase pengangguran tertinggi sebanyak 9,87%, Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 9,6%, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 7,76%, Diploma I/II/III sebanyak 6,21%, Universitas sebanyak 5,91%, dan persentase pengangguran terendah sebanyak 3,64% dengan lulusan pendidikan

5 SD ke bawah. Fenomena tersebut menunjukkan siswa SMK masih mengalami kerisauan dalam mempersiapkan diri untuk berkarir baik yang berkenaan dengan pendidikan ataupun pekerjaannya kelak setamat dari sekolah. Terdapat beberapa hasil penelitian yang terkait konsep diri dengan kematangan karir. Penelitian Elmiani (2008) kepada 206 orang siswa kelas XI SMA Negeri 10 Bandung Tahun Ajaran 2007/2008 diperoleh hasil bahwa konsep diri berkontribusi sebesar 27,3% terhadap kematangan karir, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Penelitian Salami (2008) menguji hubungan antara gender, status identitas (kesadaran akan identitas atau jati dirinya), dan kematangan karir remaja di sekolah menengah Southwest Nigeria yang dilakukan pada 581 remaja, dengan 275 laki-laki dan 306 perempuan. Hasil penelitiannya menunjukkan status identitas memiliki hubungan yang signifikan dengan kematangan karir, tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan antar gender dengan kematangan karir. Selain itu, tidak terdapat perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam kematangan karir dan status identitas mereka. Terkait dengan paparan penelitian di atas, Erikson (Yusuf, 2009:15) berpendapat bahwa remaja merupakan masa berkembangnya identitas. Anita E. Woolfolk (Yusuf, 2009:15) mengartikan identitas sebagai suatu pengorganisasian dorongan-dorongan (drives), kemampuan-kemampuan (abilities), keyakinankeyakinan (beliefs), dan pengalaman seseorang ke dalam citra diri (image of self) yang konsisten. Upaya pengorganisasian tersebut melibatkan kemampuan untuk memilih dan mengambil keputusan, terutama yang menyangkut pekerjaan, orientasi sekolah, dan falsafah kehidupan. Penelitian Dhillon & Kaur (2005), mempelajari hubungan antara kematangan karir dan konsep diri, motivasi berprestasi dan locus of control pada siswa sekolah umum dan pemerintah di Amristar. Sampel yang diteliti sebanyak 500 siswa, antara siswa laki-laki dan perempuan dibagi sama rata baik dari sekolah umum dan pemerintah. Penelitiannya menunjukkan terdapat interkorelasi

6 positif yang signifikan antara sikap kematangan karir, kompetensi kematangan karir, dan internal locus of control pada anak laki-laki di sekolah umum. Kompetensi kematangan karir juga signifikan berkorelasi dengan internal locus of control dan motivasi berprestasi. Lebih lanjut, pada kasus anak laki-laki di sekolah pemerintah, hasil penelitian menunjukkan sikap kematangan karir memiliki korelasi positif yang signifikan dengan kompetensi kematangan karir, motivasi berprestasi, dan konsep diri. Akan tetapi, locus of control memiliki korelasi negatif yang signifikan dengan sikap kematangan karir, yang berarti bahwa anak laki-laki pada sekolah pemerintah memiliki external locus of control. Hal ini menunjukkan kematangan karir dalam kelompok dipengaruhi oleh kesempatan, teman sebaya, dan faktor lingkungan lainnya. Demikian juga sikap mereka terhadap pekerjaan dipengaruhi oleh faktor eksternal. Oleh sebab itu, dalam penelitiannya disimpulkan bahwa murid-murid di sekolah pemerintah memiliki sikap dan kompetensi kematangan karir yang tinggi, memiliki konsep diri dan external locus of control yang tinggi, serta orientasi berprestasi yang lebih banyak. Pada anak perempuan di sekolah umum, hasil penelitian menunjukkan sikap kematangan karir memiliki korelasi positif yang signifikan dengan motivasi berprestasi dan konsep diri. Sementara pada kasus anak perempuan di sekolah pemerintah, kompetensi kematangan karir secara signifikan berkorelasi dengan motivasi berprestasi saja. Berdasarkan hasil penelitian Dhillon & Kaur (2005), dapat disimpulkan bahwa lingkungan pada sekolah umum cenderung mampu meningkatkan kedewasaan karir dan murid-murid di sekolah umum memperoleh informasi dengan lebih baik mengenai peluang-peluang karir. Sekolah umum mengajukan suatu lingkungan sehat yang tidak hanya menekankan pada kurikulum akademik tetapi juga bertujuan untuk mengembangkan keseluruhan kepribadian anak dengan mendorong murid-murid untuk berpartisipasi dalam diskusi, deklamasi, seminar, pertunjukan drama, permainan, dan lain-lain. Murid-murid dimotivasi

7 untuk ikut serta dalam aktivitas belajar untuk maju ke arah pencapaian tujuan dan sasaran hasil yang diinginkan, sebagaimana yang dicerminkan dalam sikap dan kompetensi kematangan karir. Di sisi lain, sekolah pemerintah cenderung kekurangan lingkungan pembelajaran yang efektif, yang perlu diperkuat lebih lanjut lagi. Terdapat dua sekolah menengah kejuruan negeri di Kota Cirebon, yaitu SMK Negeri 1 dan 2 Cirebon. SMK Negeri 1 merupakan sekolah menengah kejuruan favorit di kota Cirebon jika dibandingkan dengan SMK Negeri 2. Kedua SMK Negeri tersebut memiliki beberapa permasalahan karir yang dialami oleh siswa-siswinya. Fenomena permasalahan karir yang ada di SMK Negeri 2 Cirebon berdasarkan hasil wawancara terhadap guru BK, sebagian besar siswa Kelas XII masih bingung bila dituntut untuk memilih dan merencanakan karir, seperti meneruskan program studi lanjutan ke perguruan tinggi atau langsung bekerja. Menurut guru BK, hal tersebut dikarenakan faktor ekonomi keluarga yang berada pada kategori menengah ke bawah padahal keinginan untuk meneruskan studi ke perguruan tinggi sangat besar. Selain itu, banyak siswa pada awal masuk sekolah ingin mengambil jurusan yang mereka minati tetapi karena ketentuan dan persyaratan yang tidak dapat dipenuhi maka mereka mengambil jurusan yang lain. Adapun permasalahan karir yang ditemui di SMK Negeri 1 Cirebon tidak jauh berbeda dengan permsalahan karir yang ada di SMK Negeri 2 Cirebon. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru BK, siswa Kelas XII masih bingung untuk memutuskan langsung bekerja atau melanjutkan ke perguruan tinggi. Banyak siswa berminat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dengan pilihan jurusan kuliah yang berbeda dengan jurusan yang ditempuhnya selama bersekolah di SMK. Permasalahan lain yang ditemui yaitu, terdapat beberapa siswa masuk SMK dengan jurusan yang diambilnya sekarang didasarkan atas keinginan orangtuanya, dengan harapan mereka dapat meneruskan usaha yang

8 telah dirintis oleh orangtuanya. Menurut guru BK, hal tersebut menyebabkan mereka kurang memiliki motivasi dalam belajar, prestasi di kelasnya rendah, dan kadang-kadang mereka sering membolos. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa ekonomi keluarga dan keinginan orangtua merupakan salah satu faktor siswa memilih bersekolah di SMK. Siswa tersebut memilih bersekolah di SMK bukan karena kematangan karirnya, tetapi ia mengikuti yang diharapkan dari lingkungan (faktor eksternal) bukan didasarkan oleh keinginan di dalam dirinya (faktor internal) sehingga memungkinkan konsep diri yang dimiliki rendah. Oleh karena itu, siswa-siswi di SMK tidak selalu mencerminkan konsep diri dan kematangan karir yang tinggi. Pemaparan di atas menunjukkan penting bagi seorang siswa untuk berusaha mengambil langkah-langkah yang tepat untuk karirnya di kemudian hari dengan memahami gambaran baik tentang dirinya, kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, maupun kesempatan berkarir yang ada di lingkungannya. Artinya seorang siswa perlu memiliki konsep diri yang benar. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang kontribusi konsep diri terhadap kematangan karir siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan penelitian-penelitian terdahulu didapatkan bahwa konsep diri seorang siswa memainkan peran yang penting dalam pemilihan karir karena dengan mengetahui gambaran, potensi serta kelemahan diri akan memudahkan mereka untuk memilih karir yang akan ditekuninya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana gambaran umum konsep diri pada siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon?

9 2. Bagaimana gambaran umum kematangan karir pada siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon? 3. Seberapa besar kontribusi konsep diri terhadap kematangan karir pada siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. memperoleh data empirik mengenai gambaran umum konsep diri siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon; 2. memperoleh data empirik mengenai gambaran umum kematangan karir pada siswa Kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon; dan 3. mengetahui seberapa besar kontribusi konsep diri terhadap kematangan karir pada siswa kelas XII SMK Negeri di Kota Cirebon. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian terdiri dari manfaat teoretis dan praktis. 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis, hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan dan pengetahuan dalam pengembangan Ilmu Psikologi Pendidikan terutama tentang konsep diri yang berkaitan dengan kematangan karir. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi Sekolah Memberikan masukan dan informasi kepada pihak sekolah untuk lebih mengenal dan memahami konsep diri serta kematangan karir para siswanya. Dengan demikian pihak sekolah dapat mempertimbangkan upaya pemberian bimbingan yang berhubungan atau berkaitan dengan konsep diri dan kematangan karir bagi siswanya.

10 b. Manfaat bagi kalangan profesi Psikolog Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai landasan bagi psikolog untuk keperluan konseling dalam memahami kondisi siswa untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi khususnya yang berkaitan dengan konsep diri dan kematangan karir. c. Manfaat bagi peneliti selanjutnya Penelitian diharapkan dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berhubungan dengan konsep diri dan kematangan karir remaja. E. Struktur Organisasi Skripsi Skripsi dituangkan secara sistematis menjadi 5 bab. Bab I berisi pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi. Bab II merupakan kajian pustaka mengenai teori konsep diri dan kematangan karir, serta kerangka berpikir. Bab III berisi metode penelitian yang terdiri dari lokasi dan sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, kategori skala, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data penelitian. Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Bab V berisi kesimpulan dan saran.