DRAFT STUDY LARAP PRESERVASI JALAN BIHA KRUI

dokumen-dokumen yang mirip
SFG2511. Agustus 2016 PT PLN (Persero) UNIT INDUK PEMBANGUNAN JAWA BAGIAN BARAT. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized

Maksud dan tujuan penyusunan studi RK-PTPKP adalah :

PERATURAN MENTRI PEKERJAAN UMUM TENTANG NOMOR 10/PRT/2006 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN DANA BADAN USAHA UNTUK PENGADAAN TANAH JALAN TOL

WALIKOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: /62/KEP/ /2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

LAMPIRAN 4 Petunjuk untuk Rapid Rural Appraisal Sederhana

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 01/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

5 Informasi Sosial-Ekonomi

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 30 TAHUN 2008

PROVINSI SULAWESI UTARA KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 194 TAHUN 2014

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL JALAN PATTIMURA NO. 20 KEBAYORAN BARU JAKARTA TELP. (021) , FAX (021)

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 66 SERI D

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 56 Tahun : 2015

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

ARTICLE PELEPASAN HAK ATAS TANAH DALAM PEMBANGUNAN JALAN MALALAK KABUPATEN AGAM. (Studi Kasus Pada Proyek Pembangunan Jalan Malalak

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

2 c. bahwa guna memberikan dasar dan tuntunan dalam pembentukan kelembagaan pengelolaan irigasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, diperlukan komisi i

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum da

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG

Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN 2015

LAPORAN FINAL RENCANA KERJA PENGADAAN TANAH DAN RELOKASI (RK-PTR) SUB PROYEK BUKAPITING APUI (EIPB-104)

2017, No untuk pembangunan bendungan serta sejalan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.06/2017 tentang Tata Cara Pendanaan Pengadaan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

I. PENDAHULUAN. peristirahatan terakhir dari seluruh kehidupan di muka bumi. Terkait kepemilikan atas tanah, Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DESA WATUGAJAH, KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 23 / PRT / M / 2009 TENTANG PEDOMAN FASILITASI PENYELENGGARAAN FORUM JASA KONSTRUKSI

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - BUPATI BANYUWANGI

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

Kerangka Kebijakan Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 34 TAHUN 2013 TENTANG

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 31 TAHUN 2008

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PENDAHULUAN. UU No. 30 Tahun 2009 (Pasal 2) tentang Ketenagalistrikkan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 80 TAHUN 2016

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

DIKLAT PENGADAAN TANAH KATA PENGANTAR

- 1 - BUPATI BANYUWANGI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENATAAN DAN RELOKASI PERUMAHAN MASYARAKAT

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 112 TAHUN 2015 SERI E.104 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 112 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

-1- BUPATI SINJAI PROPINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH

T E N T A N G PROSEDUR PERIZINAN PEMANFAATAN BAGIAN BAGIAN JALAN TOL S U R A T E D A R A N DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

DRAFT STUDY LARAP (Land Acquisition and Resettlement Action Plan) PRESERVASI JALAN BIHA KRUI KABUPATEN LAMPUNG BARAT PROVINSI LAMPUNG

DAFTAR ISI Hal I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.2. TUJUAN 1.3. METODE PENDEKATAN 1.4. LINGKUP STUDI 1.5. LOKASI PROYEK 1.6. DISKRIPSI PROYEK II. HASIL SURVEY 2.1. IDENTIFIKASI WARGA TERKENA PROYEK 2.2. KONDISI SOSIAL EKONOMI WARGA YANG TERKENA PROYEK 2.3. HASIL IDENTIFIKASI ASET TERKENA PROYEK 2.4. PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROYEK 2.5. INFORMASI HARGA PASAR TANAH 2.6. INFORMASI HARGA BANGUNAN 2.7. INFORMASI HARGA TANAMAN III. KEBIJAKAN RENCANA PENGADAAN TANAH, RELOKASI DAN PEMBERDAYAAN 3.1. DASAR PENYUSUNAN RENCANA PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI 3.2. DASAR DASAR PERHITUNGAN KOMPENSASI 3.3. KOMPENSASI 3.3.1. Estimasi kompensasi Lahan 3.3.2. Estimasi Kompensasi Bangunan 3.3.3. Estimasi Biaya Tanaman yang Terkena Proyek 3.3.4. Estimasi Biaya Aset Lainnya yang Terkena Proyek 3.3.5. Estimasi Biaya Pengamanan Lahan 3.3.6. Estimasi Kebutuhan Seluruh Biaya Pembebasan IV. KONSULTASI MASYARAKAT 4.1. PENDAHULUAN 4.2. MEKANISME SOSIALISASI DAN KONSULTASI 4.3. CAKUPAN SOSIALISASI DAN KONSULTASI 4.4. PRA PLENO RK PTP/LARAP 4.5. RAPAT PLENO RK PTKP/LARAP V. KELEMBAGAAN DAN PROSEDUR PENANGANAN KELUHAN 5.1. KELEMBAGAAN 5.1.1. Panitia Pengadaan Kabupaten 5.1.2. Lembaga/Tim Penilai Harga 5.1.3. Prosedur Penanganan Keluhan VI. PEMANTAUAN DAN PELAPORAN

6.1. PEMANTAUAN INTERNAL 6.2. PEMANTAUAN EKSTERNAL 6.3. PELAPORAN VII. JADWAL PELAKSANAAN DAN PEMBIAYAAN 7.1. JADWAL PELAKSANAAN 7.2. KEBIJAKSANAAN PENDANAAN

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Melalui UU Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan menjelaskan tujuan dari perlunya transportasi jalan itu sendiri yakni untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman cepat, lancer, tertib dan teratur serta nyaman dan efisien untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong dan penggerak serta menunjang pembangunan nasional. Untuk maksud tersebut maka Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pekerjaan Umum akan melaksakan proyek peningkatan kapasitas ruas jalan Biha Krui yang terletak di kabupaten Lampung Barat, provinsi Lampung. Adapun proyek ini akan dibiayai melalui pinjaman Bank Dunia (World Bank) West National Road Improvement Project. Ruas jalan Biha Krui tersebut akan di lebarkan mengikuti standart jalan nasional dengan lebar 7 m dengan total Rumija 14m sehingga diperlukan tambahan lahan di luar Rumija yang telah ada. Berdasarkan kesepakatan dalam Loan Agreement antara Bank Dunia dan Pemerintah Indonesia dimana bila jalan memerlukan tambahan / pengadaan lahan maka Rencana Pengadaan dan Pemukiman Kembali (Land Acquisition and Resetlement Plan) harus mengacu pada kebijakan pengadaan tanah dan pemukiman kembali yang dikeluarkan oleh Bank Dunia (IBRD). Melalui peningaktan jakan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat pengguna dan masyarakat sekitarnya. Bagi masyarakat yang terkena proyek peningkatan jalan ini dapat memberikan peningkatan dalam kehidupan social ekonominya. 1.2 TUJUAN Maksud dan tujuan dari pembentukan RK-PTPKP adalah : 1. Kegiatan ini mengumpulkan informasi tentang kondisi social ekonomi penduduk yang tanahnya atau asset lainnya terkena pelebaran jalan dan mengetahui persepsi dan aspirasi penduduk setempat atas kehadiran rencana proyek jalan tersebut.

2. Menyiapkan alternative kebijakan pengadaan tanah, relokasi dan pembinaan terhadap warga terkena proyek. 3. Menyusun sebuah rencana kerja pengadaan tanah, pemukiman kembali dan pembinaan sebagai pedoman dan upaya terencana bagi proses pelaksanaan pengadaan lahan, relokasi dan pemberdayaan bagi penduduk yang terkena proyek. Adapun keluaran yang diharapkan dari pekerjaan ini adalah Land Acquisition and Resetlement Action Plan (LARAP) atau Rencana Kerja Pengadaan, Pemukiman Kembali dan Pembinaan (RK-PTPKP). 1.3 METODE PENDEKATAN Setiap kegiatan yang akan dilakukan dalam studi LARAP / RK-PTPKP selalu disusun berdasarkan informasi langsung dari masyarakat yang terkena proyek baik itu melalui wawancara ataupun diskusi kelompok terfokus yang melibatkan kelompok kelompok masyarakat. Informasi ini diperoleh melalui survai social ekonomi yang penarikan sampelnya dilakukan dengan metode sensus terhadap seluruh keluarga terkena proyek yang akan di bebaskan. Suvai sosial ekonomi yang akan dilakukan terhadap WTP peningkatan kapasitas ruas jalan Biha Krui dilakukan dengan cara wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang terstruktur dan tidak tersetruktur yang dilakukan dari rumah ke rumah.. Data sekunder yang akan diperoleh dari beberapa institusi seperti Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lampung Barat, Bappeda Kabupaten Lampung Barat, BPN Kabupaten Lampung Barat, Kantor Pajak Prathama Kotabumi dan institusi lain bila diperlukan. Analisa data akan dilakukan dengan metode statistic deskriptif yang dilengkapi tabel. Uraian tentang persepsi masyarakat dan kebutuhan penduduk untuk meningkatkan kondisi lingkungan dan kehidupan social ekonominya disajikan dalam bentuk analisis kualitatif. Hasil analisis berserta temuan temuan di lapangan, kemudian dituangkan dalam Rencana Kerja Pengadaan Lahan, Pemukiman Kembali dan Pemberdayaan yang akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan pengadaan lahan. Rencana kerja ini disusun dalam sebuah matriks yang memuat jenis kegiatan / program, dana yang dibutuhkan, sumber pendanaan dan pelaksana serta penanggung jawab kegiatan tersebut. 1

1.4 RUANG LINGKUP STUDI Ruang lingkup kegiatan studi yang akan dilakukan : 1. Melakukan studi pendahuluan untuk memperoleh informasi tentang : 1.1 Jumlah dan nama KK yang terkena proyek, luas tanah dan jumlah rumah yang akan terkena proyek. 1.2 Penyebaran lokasi pemukiman padat warga 1.3 Jenis mata pencaharian, tingkat pendapatan dan pengaruh proyek terhadap mata pencaharian tersebut 1.4 Fasilitas umum, infrastruktur dan public utilities yang terkena proyek 1.5 Pandangan awal penduduk mengenai proyek, harapan dan bentuk serta besarnya ganti rugi. 1.6 Perkiraan kasar mengenai ganti rugi tanah, bangunan atau asset yang akan terkena proyek. 2. Melakukan survai social ekonomi dengan cara sensus untuk memperoleh informasi mengenai : 2.1 Kecocokan jumlah dan nama warga yang berhak mendapatkan kompensasi dalam pengadaan tanah berdasarkan informasi yang diperoleh dari suvai pendahuluan 2.2 Jumlah penduduk, rumah tangga yang terkena proyek serta yang harus dipeindahkan 2.3 Umur, pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat kehidupan dan biaya hidup penduduk. 2.4 Jumlah, jenis dan besaran usaha informal yang berada di lokasi 2.5 Ketersediaan dan penggunaan prasarana lingkungan dan utilitas 2.6 Jenis, besaran, kondisi dan status nilai tanah serta bangunan yang akan terkena proyek 2.7 Kemungkinan dampak positip dan negatip proyek terhadap warga melalui Persepsi warga terhadap manfaat dan dampak negative serta keinginan penduduk mengenai proses pelaksanaan proyek, kompensasi dan upaya untuk meminimalkan dampak negative proyek. 3. Akan melakukan diskusi dengan Pemda dan instansi terkait untuk memberikan alternative tentang bentuk, cara penilaian dan besatnya ganti rugi serta upaya upaya untuk mengatasi dampak negative yang ditimbulkan oleh proyek. 4. Bersama dengan Pemda akan melakukan konsultasi dengan warga dan sosialisasi mengenai rencana pengadaan tanah, pemukiman kembali dan pembinaan kepada warga. 1.5 LOKASI PROYEK Wilayah studi LARAP peningkatan jalan Biha Krui adalah sepanjang 25,040 km yang merupakan jalan Nasional yang menghubungkan 3 kecamatan di kabupaten 2

Lampung Barat yaitu kecamatan Pesisir Tengah, Kecamatan Krui Selatan dan Kecamatan Pesisir Selatan. Adapun peta lokasi lokasi proyek dapat dilihat pada Gambar 1 1.6 DISKRIPSI PROYEK Uraian rencana kegiatan peningkatan jalan Biha Krui di uraikan dalam Tabel 1.1 berikut : Tabel 1.1 Deskripsi Proyek Peningkatan Jalan Biha Krui Uraian Eksisting Rencana Kegiatan Panjang Ruas 25,040 km 25,040 km Lebar Perkerasan 4 6 m 7 m RUMIJA 4,0 4,5 11,000 17,724 Berdasarkan RUMIJA tersebut maka didapat kebutuhan lahan seluas +/-.829,01 m². 3

II. HASIL SURVEY 2.1 IDENTIFIKASI WARGA TERKENA PROYEK Berdasarkan pengamatan di lapangan dan wawancara kepada masyarakat di sekitar rencana lokasi proyek peningakatan jalan Biha Krui maka jumlah persil yang terkena sebanyak 34 persil yang dimiliki oleh perorangan dan 18 persil tanah yang dimiliki oleh institusi dengan luas tanah yang dibutuhkan yaitu 829,01 m². 2.2 KONDISI SOSIAL EKONOMI WARGA YANG TERKENA PROYEK Sebagian besar masyarakat yang ada di sekitar proyek jalan Biha Krui bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan dan sedikit dari mereka yang bekerja sebagai pegawai dan sebagai pedagang. Dari hasil pembicaraan dengan penduduk di sekitar rencana proyek, sebagain besar penduduk adalah tamatan SD yang di ikuti tamatan SLTP dan SLTA serta Perguruan Tinggi 2.3 HASIL IDENTIFIKASI ASET TERKENA PROYEK Melalui identifikasi dilapangan terhadap tanah dan asset yang ada yang akan terkena di proyek peningkatan jalan Biha Krui maka diperoleh data data antara lain : tanah, bangunan, tanaman dan asset lainnya. Adapun hasil identifikasi, bangunan, Tanaman dan Aset lainnya sebagai berikut : 4

Table 2-1 Perkiraan, Bangunan, Tanaman dan Aset Lainnya Yang Terkena Pembebasan No Uraian Luasan/Persil/ Uni t 1 Keterangan A yang akan dibebaskan 1 Luas 829,01 m² 2 Jumlah bidang tanah yg 52 persil akan di bebaskan : a. Milik Perorangan 34 persil b. Milik Negara/Umum 18 persil 3 Jumlah Pemilik tanah yg tanahnya a. Dibebaskan keseluruhan - b. Dibebaskan sebagian 52 persil (34 KK, 18 institusi) B Bangunan yg akan terkena I. Perorangan 59 unit a. Bangunan Permanen 49 unit Rumah b. Bangunan Semi - Tinggal, permanen Warung, c. Bangunan Kayu/non 10 unit Bengkel, permanen Kios d. Pagar kayu 28 unit e. Pagar Permanen 85 unit 2. Institusi a. Pagar Tembok/Permanen 16 unit b. Pagar Besi 1 unit c. Rambu Lalu Lintas 10 unit Pemerintah d. Batas / Tugu Desa 7 unit Desa, e. Tiang Listrik 73 unit Mesjid, f. Tiang telepon 31 unit PLN, g. Meteran PAM 1 unit Telkom dll h. Gardu Listrik 2 unit i. Gardu Telkom 1 unit C Tanaman 12 Tanaman Sumber: Hasil Survey Team LARAP, 2010 Selain lahan yang terkena pembebasan maka juga ada beberapa asset lain yang juga terkena pembebasan seperti pagar kayu ataupun pagar permanen seperti ditunjukkan pada Table 2-3 1 Perkiraan berdasarkan hasil survey Team LARAP, 2010 5

Table 2-3 Data Luasan Aset yang terkena Pembebasan 2 No Jenis Aset Luas (m²) Keterangan A Perorangan 1 Bangunan Permanen 185,00 2. Bangunan Kayu 36,25 3 Pagar Kayu 354,95 4 Pagar Tembok/Permanen 926,97 B Institusi 1 Pagar Tembok/Permanen 432,2 2 Pagar Besi 7,5 Selain itu juga ada jenis asset lain yang terkena pembebasan lahan seperti dilihat pada Table 2-4 Table 2-4 Data Aset Lain yang terkena Pembebasan 3 No Jenis Aset Satuan Keterangan Institusi 1 Rambu lalu lintas 10 buah 2 Batas/Tugu Desa 7 pasang 3 Tiang Listrik 73 tiang 4 Tiang Telepon 31 tiang 5 Meteran PAM 1 unit 6 Gardu Listrik 2 buah 7 Gardu Telkom 1 buah Asset lain yang terkena yaitu tanaman yang dapat dilihat pada Tabel 2-5 Table 2-5 Data Aset Tanaman yang terkena Pembebasan 4 No Jenis Tanaman Jumlah Keterangan 1 Mangga 1 2 Kelapa 9 3 Nangka 1 4 Tangkil 1 2 Perkiraan berdasarkan hasil survey Team LARAP, 2010 3 Perkiraan berdasarkan hasil survey Team LARAP, 2010 4 Perkiraan berdasarkan hasil survey Team LARAP, 2010 6

2.4 PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROYEK Berdasarkan wawancara melalui kepala desa yang ada di sekitar proyek maka seluruh kepala desa dan kecamatan mendukung proyek ini agar terlaksana. Pernyataan kepala desa dan kecamatan tersebut terlampir (lihat lampiran 1). Sebagian besar masyarakat telah mengetahui aka nada peningkatan jalan Biha Krui, namun belum pernah mendapatkan informasi yang akurat tentang pelaksanaannya. 2.5 INFORMASI HARGA PASAR TANAH Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala desa (pratin) / lurah (lihat lampiran 2)yang terkena proyek dan berdasarkan harga yang tertinggi dan terendah menurut kepala desa (pratin)/ lurah yakni. : (Lihat Tabel 2-6) Table 2-6 Harga Pasar Rata rata menurut informasi Desa No Nama Desa Harga (Rp/²) Terendah Tertinggi A. Kec. Pesisir Tengah 1 Kelurahan Pasar Krui 2 Pekon Kampung Barat 150.000 300.000 3. Pekon Seray 20.000 100.000 4. Pekon Way Redak 20.000 100.000 B. Kec. Krui Selatan 1 Pekon Pemerihan 30.000 40.000 2 Pekon Sukajadi 75.000 75.000 3 Pekon Lintik 20.000 100.000 4 Pekon Padang Haluan 34.000 42.000 5 Pekon Way Napal 34.000 50.000 6 Pekon Padang Raya 34.000 42.000 7 Pekon Way Suluh 100.000 150.000 8 Pekon Mandiri Sejati 34.000 42.000 9 Pekon Balai Kencana 100.000 150.000 C Kec. Pesisir Selatan 1 Pekon Tulung Bamban 70.000 70.000 2 Pekon NR Tenembang 35.000 50.000 3 Pekon Sukarame 40.000 60.000 4 Pekon Pelita Jaya 35.000 55.000 5 Pekon Sumur Jaya 60.000 60.000 6 Pekon Pagar Dalam 75.000 95.000 7 Pekon Tanjung Setia 50.000 60.000 8 Pekon Biha 40.000 60.000 7

2.6 INFORMASI HARGA BANGUNAN berdasarkan informasi dari masyarakat setempat yakni : Table 2-7 Harga Pasar Rata rata menurut informasi Desa No Keterangan Nilai (Rp) Satuan 1 Bangunan Permanen 1.700.000,-- Per m² 2 Bangunan Kayu 800.000,-- Per m² 3 Pagar Tembok 500.000,-- Per m² 4 Pagar Kayu 75.000,-- Per m² 5 Pagar Besi 550.000,-- Per m² 2.9 INFORMASI HARGA ASET LAIN Berdasarkan informasi dari berbagai sumber asset lain yang ada di bawah ini mempunyai nilai Table 2-8 Harga Pasar Rata rata menurut informasi Desa No Keterangan Nilai (Rp) Satuan 1 Tiang Listrik 1.500.000,-- Per unit 2 Tiang Telepon 1.500.000,-- Per unit 3 Rambu Lalu lintas 500.000,-- Per buah 4 Batas Tugu Desa 3.000.000,-- Per pasang 5 Gardu PLN 25.000.000,-- Per unit 6 Gardu Telepon 25.000.000,-- Per unit 7 Meteran PAM 5.000.000,-- Per unit 2.7 INFORMASI HARGA TANAMAN Atas hasil pelacakan informasi harga tanaman maka di dapat harga untuk tanaman itu sebagai berikut Table 2-8 Harga Pasar Rata rata menurut informasi Desa No Keterangan Nilai (Rp) Satuan 1 Pohon Mangga 450.000,-- Per pohon 2 Pohon kelapa 25.000,-- Per pohon 3 Pohon Nangka 150.000,-- Per pohon 4 Pohon Tangkil 100.000,-- Per pohon 8

III. KEBIJAKAN RENCANA PENGADAAN TANAH, RELOKASI DAN PEMBERDAYAAN 3.1 DASAR PENYUSUNAN RENCANA PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI Pembuatan kebijakan rencana kerja pengadaan tanah dan pemukiman kembali ini didasarkan pada kesepakatan antara pemerintah Republik Indonesia dan Bank Dunia yang berhubungan dengan pengadaan tanah dan pemukiman kembali. Dimana kesepakatan tersebut tertuang dalam Guideline for Implementation of Environmental and Social Safeguards (IESS). Adapun prinsip dasar kebijakan tersebut adalah : 1. Pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali harus sedapat mungkin harus dihindari atau diminimalkan. Pada saat pembuatan desain jalan, optimasi dari segi teknik harus dilakukan dahulu untuk meminimalkan tambahan lahan diluar rumija yang ada. 2. Jika pengadaan lahan tidak bisa dihindari, kompensasi yang diberikan dan pemindahan warga terkena dampak harus disertai dengan upaya pembinaan sehingga taraf kehidupannya minimal sama dengan sebelum terkena proyek. 3. Warga Terkena Proyek (WTP) akan menerima kompensasi yang sesuai berdasarkan perhitungan biaya penggantian asset yang terkena atau berdasarkan pertimbangan harga pasar dan NJOP. 4. Dalam menetapkan besarnya nilai kompensasi harus beradasarkan pada konsultasi dan diskusi dengan WTP dan harus menerima informasi tentang hak hak mereka, dan diberi kesempatan untuk ikut serta perencanaan dan pelaksanaan pengadaan tanah dan pemukiman kembali jika mereka mau dan mampu. 3.2 DASAR DASAR PERHITUNGAN KOMPENSASI Dasar perhitungan kompensasi lahan Besarnya kompensasi yang akan diberikan pada warga haruslah di musyawarahkan antara Warga Terkena Proyek (WTP) dengan Pemerintah Daerah dengan mempertimbangkan harga NJOP tahun berjalan dan harga pasar yang berlaku pada saat ini dibagi 2 dengan mempertimbangkan juga kemampuan Pemda Kabupaten Lampung Barat. Harga pasar yang akan dipergunakan dalam laporan ini dengan melihat harga pasar terendah dan harga pasar tertinggi yang pernah terjadi di desa desa yang terlewati oleh proyek lalu mendapatkan harga rata rata 9

dari harga pasar tersebut. Dimana informasi tersebut berdasarkan pernyataan kepala desa / pratin yang desanya terkena proyek. Pertimbangan lain tentang penentuan harga semestinya juga diambil dari harga NJOP terendah dan NJOP tertinggi dari masing masing desa lalu membuatnya menjadi harga rata rata dari NJOP. Selain itu juga seharusnya mendapatkan informasi tentang harga pasar terendah dan harga pasar tertinggi dari independent appraisal di kabupaten Lampung Barat. Namun mengingat sampai dengan laporan ini dibuat pertimbangan yang diambil dari Kantor Pelayanan Pajak Prathama di Kotabumi dan Bank Daerah belum di dapatkan maka pertimbangan harga untuk sementara ini berdasarkan informasi dari Kepala desa. Pertimbangan penentuan harga ini mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005 tentang Pengadaan bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Berikut ini harga untuk Penggantian Lahan yang didapat dari Kepala Desa dengan menentukan harga terendah, harga tertinggi dan harga rata rata sebagai berikut Tabel 3.1 Dasar Harga Penggantian Lahan Berdasarkan Harga Pasar terendan dan tertinggi Untuk Jenis Darat 5 No Nama Desa Harga (Rp/m²) Harga Rata Terendah Tertinggi (Rp/m²) A. Kec. Pesisir Tengah 1 Kelurahan Pasar Krui 150.000 500.000 325.000, 2 Pekon Kampung Barat 150.000 300.000 225.000 3. Pekon Seray 20.000 100.000 60.000 4. Pekon Way Redak 20.000 100.000 60.000 B. Kec. Krui Selatan 1 Pekon Pemerihan 30.000 40.000 35.000 2 Pekon Sukajadi 75.000 75.000 75.000 3 Pekon Lintik 20.000 100.000 60.000 4 Pekon Padang Haluan 34.000 42.000 38.000 5 Pekon Way Napal 34.000 50.000 42.000 6 Pekon Padang Raya 34.000 42.000 38.000 7 Pekon Way Suluh 100.000 150.000 125.000 8 Pekon Mandiri Sejati 34.000 42.000 38.000 9 Pekon Balai Kencana 100.000 150.000 125.000 5 Informasi dan data harga berdasarkan wawancara dan questioner kepala desa/peratin 10

C Kec. Pesisir Selatan 1 Pekon Tulung Bamban 70.000 70.000 70.000 2 Pekon NR Tenembang 35.000 50.000 42.500 3 Pekon Sukarame 40.000 60.000 50.000 4 Pekon Pelita Jaya 35.000 55.000 45.000 5 Pekon Sumur Jaya 60.000 60.000 60.000 6 Pekon Pagar Dalam 75.000 95.000 85.000 7 Pekon Tanjung Setia 50.000 60.000 55.000 8 Pekon Biha 40.000 60.000 50.000 Harga Rata rata 76.919 (77.000) Sumber: Hasil Survey/Questioner Team LARAP, 2010 Untuk informasi harga pasar dari kepala desa yang behubungan dengan tanah sawah sebagai berikut Tabel 3.2 Dasar Harga Penggantian Lahan Berdasarkan Harga Pasar terendan dan tertinggi Untuk Jenis Sawah 6 No Nama Desa Harga ((Rp/m²) Harga Terendah Tertinggi Rata (Rp/m²) A. Kec. Pesisir Tengah 1 Kelurahan Pasar Krui 150.000 500.000 325.000 2 Pekon Kampung Jawa 10.000 20.000 15.000 3. Pekon Seray 25.000 150.000 87.500 4. Pekon Way Redak 25.000 150.000 87.500 B. Kec. Krui Selatan 1 Pekon Pemerihan 50.000 75.000 62.500 2 Pekon Sukajadi 80.000 80.000 80.000 3 Pekon Lintik 25.000 150.000 87.500 4 Pekon Padang Haluan 45.000 75.000 60.000 5 Pekon Way Napal 50.000 80.000 65.000 6 Pekon Padang Raya 45.000 75.000 60.000 7 Pekon Way Suluh 150.000 200.000 175.000 8 Pekon Mandiri Sejati 45.000 75.000 60.000 9 Pekon Balai Kencana 150.000 200.000 175.000 C Kec. Pesisir Selatan 1 Pekon Tulung Bamban 90.000 90.000 90.000 2 Pekon NR Tenembang 45.000 60.000 55.500 3 Pekon Sukarame 60.000 90.000 75.000 6 Informasi dan data harga berdasarkan wawancara dan questioner kepala desa/peratin 11

4 Pekon Pelita Jaya 55.000 85.000 70.000 5 Pekon Sumur Jaya 90.000 90.000 90.000 6 Pekon Pagar Dalam 85.000 115.000 100.000 7 Pekon Tanjung Setia 50.000 60.000 55.000 8 Pekon Biha 60.000 90.000 75.000 Harga Rata rata 92.857 (93.000) Dasar harga tersebut diatas dapat digunakan sementara untuk perhitungan besar dana yang dibutuhkan untuk membebaskan kebutuhan lahan yang diperlukan untuk proyek. Dasar Perhitungan kompensasi bangunan Untuk perhitungan kompensasi harga bangunan yang ada di kabupaten Lampung Barat di lakukan oleh Tim Penilai. Namun sejauh ini belum ditemukan harga standart khusus yang dikeluarkan oleh Kabupaten Lampung Barat untuk hal tersebut. Untuk itu melalui beberapa wawancara sepintas dengan warga di Lampung Barat yang melaksanakan kegiatan pembangunan untuk dirinya sendiri maka dapat di perkirakan harga standart bangunan yaitu Tabel 3.3 Perkiraan Harga Bangunan dan asset lain 7 No Keterangan Nilai (Rp) Satuan 1 Bangunan Permanen 1.700.000,-- Per m² 2 Bangunan Kayu 800.000,-- Per m² 3 Pagar Tembok 500.000,-- Per m² 4 Pagar Kayu 75.000,-- Per m² 5 Pagar Besi 550.000,-- Per m² Sumber :Hasil survey/wawancara team LARAP dengan warga setempat, 2010 Dasar Perhitungan Kompensasi Tanaman Berdasarkan hasil survai maka jenis jenis tanaman yang terkena proyek dan belum di didapatnya informasi harga yang d keluarkan secara resmi oleh pemerintah Kabupaten Lampung Barat maka informasi yang diambil berdasarkan hasil investigasi dengan beberapa penduduk setempat yang sedikit tahu tentang harga harga tanaman didapat : 7 Informasi harga dari wawancara dengan warga setempat. 12

Tabel 3.4 Perkiraan Harga Tanaman dan Asset Lain Yang Akan Terkena Pembebasan 8 No Keterangan Nilai (Rp) Satuan 1 Pohon Mangga 1.700.000,-- Per pohon 2 Pohon Kelapa 800.000,-- Per pohon 3 Pagar Nangka 500.000,-- Per pohon 4 Pagar Tangkil 75.000,-- Per pohon Sumber :Hasil survey/wawancara team LARAP dengan warga setempat, 2010 3.3 KOMPENSASI 3.3.1 Estimasi Kompensasi lahan Luas lahan yang diperlukan untuk membangun ruas jalan Biha Krui ini seluas 829,01 m². Harga rata rata untuk seluruh desa berdasarkan harga terendah dan harga tertinggi untuk harga pasar yang ada di semua desa yang terlewatkan oleh proyek ini sebesar Rp 77.000,-- (untuk tanah darat). Untuk tanah sawah yaitu 93.000,-- Untuk itu diperkirakan besar dana yang di butuhkan untuk membebaskan lahan adalah sebesar lebih kurang Rp 63.833.770,-- 3.3.2 Estimasi Kompensasi Bangunan Sedangkan untuk estimasi jumlah biaya kompensasi yang akan diberikan untuk penggantian asset yang terkena proyek privasi jalan Biha Krui yakni :. No Tabel 3-5 Estimasi Biaya Penggantian Bangunan Jalan Biha Krui, Lampung Barat, Provinsi Lampung Jenis Asset Jumlah Luas Yg Terkena (m²) Harga satuan (Rp) Total (Rp) A Perorangan 1. Bangunan Permanen 185,00 1.700.000 314.500.000 2. Bangunan Semi Permanen - - 3. Bangunan Non Permanen 36,25 800.000 29.000.000 4. Pagar Permanen 926.97 500.000 463.485.000 5. Pagar Semi Permanen - - 6 Pagar Non Permanen/Kayu 354,95 75.000 26.621.250 B Institusi 1 Pagar Tembok/Permanen 432,2 500.000 648.300.000 2 Pagar Besi 7,5 550.000 4.125.000 Total 1.486.031.250 8 Informasi harga dari wawancara dengan warga setempat. 13

3.3.3 Estimasi Biaya Tanaman yang terkena Proyek Mengenai perkiraan biaya sehubungan dengan kompensasi yang diberikan untuk tanaman yang terkena proyek sebagai berikut : Tabel 3-6 Estimasi Biaya Tanaman yang terkena proyek Privasi jalan Biha Krui, Kabupaten Lmpung barat Provinsi Lampung No Nama Pohon Jumlah Harga Satuan (Rp) Total (Rp) 1 Mangga 1 450.000 450.000 2 Kelapa 9 25.000 225.000 3 Nangka 1 150.000 150.000 4 Tangki 1 10.000 10.000 Jumlah 835.000 3.3.4 Estimasi Biaya Aset Lainnya yang terkena proyek Estimasi asset lain yang terkena proyek seperti tiang listrik, tiang telepon dan lain lain yakni : Tabel 3-7 Estimasi Biaya Aset Lain yang terkena proyek Privasi jalan Biha Krui, Kabupaten Lampung barat Provinsi Lampung No Nama Pohon Jumlah Harga Total (Rp) Satuan (Rp) 1 Rambu Lalu Lintas 10 500.000 5.000.000 2 Batas/Tugu Desa 7 3.000.000 21.000.000 3 Tiang Listrik 73 1.500.000 109.500.000 4 Tiang Telepon 31 1.500.000 46.500.000 5 Meteran PAM 1 5.000.000 5.000.000 6 Gardu Listrik 2 25.000.000 50.000.000 7 Gardu Telepon 1 25.000.000 25.000.000 Jumlah 262.000.000 3.3.5 Estimasi Biaya Pengamanan Lahan Untuk pengamanan lahan yang sudah di bebaskan maka perlu di pasang papan larangan di sepanjang ruas jalan Biha Krui yang akan di bangun. Pemasangan di lakukan di setiap tempat yang strategis dengan jumlah 25 papan nama dengan harga perkiraan setiap satu set papan nama yaitu Rp 600.000,--. Atau seluruhnya berjumlah Rp 15.000.000,-- 14

3.3.6 Estimasi Kebutuhan seluruh biaya Pembebasan Jumlah seluruh biaya untuk pembebasan lahan itu sendiri di perkirakan dalam rangkuman dibawah ini Tabel 3-8 Estimasi Biaya Pembebasan Lahan Privasi jalan Biha Krui, Kabupaten lampung barat Provinsi lampung No Keterangan Jumlah (Rp) 1 Kompensasi Lahan 63.833.770. 2 Kompensasi Bangunan 1.486.031.250 3 Kompensasi Tanaman 835.000 4 Kompensasi Aset Lain 262.000.000 Total 1.812.700.020 Adapun detail dari rencana kerja, jadwal, penanggung jawab kegiatan dan rincian biaya dapat dilihat pada Tabel 7-2 15

IV. KONSULTASI MASYARAKAT 4.1 PENDAHULUAN Ikut terlibatnya masyarakat yang terkena proyek preservasi jalan Biha Krui dalam proses perencanaan dan pelaksanaan rencana penanganan (action plan), untuk mengetahui bagaimana persepsi dan penerimaan mereka terhadap rencana penaganan dampak akibat adanya proyek. Ketika saja warga yang terkena asetnya berupa bangunan atau asset lainnya akan timbul perubahan dan menimbulkan keluhan / complain. Oleh karena itu sangat di perlukan suatu usaha untuk meminimalkan dampak dan efektiviutas penyampaian keluhan dengan melibatkan warga terkena proyek dalam setiap proses konsultasi. Dirjen Binamarga juga menjamin bahwa informasi tentang proyek akan di informasikan kepada masyarakat khususnya pada warga yang terkena proyek dan stakeholder lainnya sebelum pelaksanaan proyek. Sosialisasi sangatlah penting dan perlu dilakukan secara intensif kepada masyarakat yang terkena proyek mengingat situasi saat ini sudah sedemikian demokratisnya. Kesemuanya itu akan memberikan dampak mudah dalam upaya mencapai kesepakatan yang pada akhirnya juga akan memperlancar pelaksanaan proyek preservasi jalan Biha Krui. 4.2 MEKANISME SOSIALISASI DAN KONSULTASI Mekanisme konsultasi dapat dilakukan dengan cara datang langsung kepada perorangan atau secara berkelompok melalui focus group discussion (FGD). Sistim ini akan memebrikan banyak keuntungan karena informasi yang di sampaikan akan mendapatkan respon balik dari warga yang terkena proyek. Ketika acara ini dilaksanakan maka masyarakat dapat menyampaikan keluhan, pertanyaan atau keberatan tentang rencana proyek. Cara lain yang dapat membantu proses tersebut. cara lain yang juga dapat dipakai yakni melalui pemasangan papan pengumuman atau majalah dinding yang dipsang pada papan informasi disekitar proyek, surat kabar atau brosur brosur yang memuat informasi proyek dan situasi di masyarakat akibat rencana proyek. Proses sosialisasi yang informal awal telah dilakukan ketika Team LARAP menentukan batas ruang milik jalan (Rumija) yang dibutuhkan berdasarkan rencana desain dilakukan bersama survai awal pada tanggal 23 27 November 2010. Juga hal tersebut secara tidak langsung telah dilakukan oleh pejabat setempat khususnya pada kepala desa (pratin) di lokasi proyek 16

yang terkena pembebasan dimana meminta kepala desa / kelurahan untuk mendukung program ini. Khusus untuk peningkatan jalan Biha Krui ini maka akan dilakukan pada kelurahan Pasar Krui dengan melakukan sosialisasi yang lebih banyak dari pada desa lain dikarenakan padat. Sehingga kemungkinan alot dalam negosiasi akan terjadi. 4.3 CAKUPAN SOSIALISASI DAN KONSULTASI Pertemuan / sosialisasi akan menginformasikan kepada Warga Terkena Proyek (WTP) tentang detail dari : Deskripsi rencana pembebasan lahan dan jadwal pelaksanaannya. Detail kompensasi yang akan diberikan sesuai yang tercantum dalam dokumen LARAP dan bagaimana WTP akan menerima kompensasi mereka. Garis besar proses negosiasi untuk mencapai kesepakatan nilai kompensasi. Penjelasan tentang proses penerimaan kompensasi dan waktu penerimaannya. Penjelasan tentang procedur penyampaian keluhan dan complain. Ringkasan dokumen Pengadaan dan Pemukiman Kembali juga akan di tempelkan di papan pengumuman kantor desa atau tempat lain yang bisa di akses langsung oleh WTP selama satu bulan untuk memberikan kesempatan kepada WTP untuk mengajukan keberatan. 4.4 PRA PLENO RK-PTP / LARAP Kegiatan konsultasi dan pembahasan Rencana Kerja Pembebasan tanah dan Pemukiman Kembali di tingkat Pemerintah daerah dengan melibatkan semua stake holder terkait termasuk WTP merupakan salah satu factor penentu bagi keberlanjutan proses pembebasan tanah. Bentuk kegiatan pembahasan awal berupa pra-pleno ditingkat pemerintah daerah kabupaten yang nantinya dilanjutkan dengan pelaksanaan pleno untuk penyepakatan dan penandatanganan RK-PTP / LARAP. Melalui kegiatan ini diharapkan akan dihasilkan masukan masukan serta kesepakatan bersama terhadap langkah langkah yang akan dilakukan untuk pembebasan tanah yang terkena proyek. Maksud pertemuan ini tidak lain adalah untuk memperoleh masukan serta saran terkait dengan studi LARAP yang telah dilakukan serta untuk memperoleh kesepahaman bersama mengenai rencana program dan 17

kegiatan yang tertuang dalam Rencana Kerja Pengadaan dan Pemukiman Kembali paket jalan Biha Krui. 4.5 RAPAT PLENO RK-PTKP / LARAP Menindaklanjuti rapat pra-pleno yang telah dilakukan di tringkat kabupaten, maka hasil hasil masukan yang telah disampaikan akan menjadi masukan untuk penyempurnaan dokumen RK-PTPKP / LARAP. Setelah dilakukan penyempurnaan terhadap dokumen tersebut lalu dibawa kedalam forum pleno yang bertujuan untuk membuat kesepahaman bersama terhadap rencana kerja yang tertuang dalam dokumen PTPKP / LARAP. Dokumen Rencana Kerja yang telah disepakati harus di tandatangani oleh Bupati Kabupaten Lampung Barat sebagai bentuk persetujuan dan kesanggupan dari Pemkab. Dokumen Rencana Kerja yang telah disyahkan ini akan menjadi pedoman kerja dalam pelaksanaan pembebasan tanah dan pemukiman kembali pada lokasi rencana proyek. 18

V. KELEMBAGAAN DAN PROSEDUR 5.1 KELEMBAGAAN PENANGANAN KELUHAN Direktorat Jenderal Binamarga adlah Institusi Pelaksana untuk West Improvement National Road Improvement Project. Semua bentuk koordinasi dan administrasi yang terkait dengan WINRIP, termasuk didalamnya masalah pengadaan tanah dan pemukiman kembali juga menjadi tanggung jawab Ditjen Binamarga selaku institusi pelaksana. Sementara itu, sesuai dengan Undang Undang Pemerintah daerah Tingkat II bertanggung jawab menjadi pelaksana pengadaan tanah dan pemukiman kembali. Ditjen Bina Marga melalui Project Management Unit (PMU) yang dibentuk khusus untuk WINRIP, bertanggung jawab atas semua kegiatan pengadaan tanah, ekternal monitoring dan semua hal yang perlu dilaporkan ke World Bank. Pelaksanaan sub proyek menjadi tanggung jawab satuan kerja (Satker) Pembangunan Jalan dan jembatan Propinsi Lampung. Dalam pelaksanaan pengawasan sub proyek, PMU dan Satker akan dibantu oleh Konsultan. Sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagai mana telah di ubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, maka Pemerintah Kabupaten Lampung Barat telah memiliki Panitia Pengadaan (PPT) yang telah di bentuk berdasarkan SK Bupati Lampung Barat Nomor : B / 23/KPTS/01/2010 tentang Panitia Pengadaan bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum Kabupaten lampung Barat. PPT tersebut telah menetapkan Lembaga Penilai Harga (terlampir) 5.5.1 Panitia Pengadaan Kabupaten Kenaggotaan Panitia Pengadaan Kabupaten Lampung Barat terdiri dari 9 (Sembilan) orang dengan susunan sebagai berikut : a. Sekretaris Daerah sebagai Ketua merangkap Anggota b. Asisten Bidang Pemerintahan Setdakab Lampung barat sebagai wakil ketua merangkan Anggota. 19

c. Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional kabupaten Lampung Barat sebagai Sekretaris merangkap Anggota d. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lampung Barat sebagai Anggota e. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten lampung Barat sebagai Anggota f. Kepala Bagian Hukum dan Organisasi Setdakab. Lampung Barat sebagai Anggota g. Camat yang wilayahnya meliputi bidang tanah dimana rencana dan pelaksanaan pembangunan akan berlangsung sebagai Anggota h. Peratin atau Lurah yang wilayahnya meliputi bidang tanah dimana rencana dan pelaksanaan pembangunan akan berlangsung sebagai Anggota. Sesuai dengan pasal 7 Peraturan Presiden No 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, adapun Tugas Pokok dan fungsi Panitia Pengadaan (PPT) adalah sebagai berikut : 1. Mengadakan penelitian dan inventarisasi atas tanah, bangunan, tanaman dan benda benda lain yang ada kaitannya dengan tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan. 2. Mengadakan penelitian status hokum tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan dan dokumen yang mendukungnya. 3. Menetapkan besarnya ganti rugi atas tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan. 4. Memberikan penjelasan atau penyuluhan kepada masya rakat yang terkena rencana pembangunan dan/atau pemegang hak atas tanah mengenai rencana dan tujuan pengadaan tanah tersebut dalam bentuk konsultasi public baik melalui tatap muka, media cetak, maupun media e;lektronik agar dapat diketahui oleh seluruh masyarakat yang terkena rencana pembangunan dan/atau pemegang hak atas tanah. 5. Mengadakan musyawarah dengan para pemegang hak atas tanah dan instansi pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang memerlukan tanah dalam rangka menetapkan bentuk dan/atau besarnya ganti rugi. 6. Menyaksikan pelaksanaan penyerahan ganti rugi kepada para pemegang hak atas tanah, bangunan, tanaman dan benda benda lain yang ada diatas tanah. 7. Membuat berita acara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah. 8. Mengadministrasikan dan mendokumentasikan semua berkas pengadaan tanah dan menyerahkan kepada pihak yang berkompeten. Selain tugas tugas tersebut diatas, Panitia Pengadaan (PPT) Kabupaten lampung Barat perlu juga melaksanakan kegiatan meliputi : 1. Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan perubahan status hokum atas tanah dan bangunan terkena. 20

2. Menampung setiap keluhan, keberatan dan usulan dari WTP untuk kemudian dimusyawarahkan upaya pemecahannya serta hasilnya dipublikasikan. 3. Membuat laporan pelaksanaan RK-PTPK setiap akhir bulan selama masa kerja. 4. Menyerahkan laporan pelaksanaan RK-PTPK kepada Bupati dan Tim Monitoring Pengadaan. 5.1.2 Lembaga / Tim Penilai Harga Lembaga / Tim Penilai Harga bertugas untuk melakukan penilaian harga tanah yang terkena proyek peningkatan jalan Biha Krui. Keanggotaan Tim Penilai harga yang telah di bentuk di Kabupaten Lampung Barat terdiri atas : a. Advokat LBH Lampung Barat sebagai Ketua b. kasubsi Tematik dan Potensi Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Barat sebagai Sekretaris c. Notaris PPAT Kabupaten Lampung Barat sebagai Anggota d. Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten lampung Barat sebagai Anggota e. Staff Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten lampung Barat sebagai Anggota 5.2 PROSEDUR PENANGANAN KELUHAN Tujuan utama dari prosedur penyampaian keluhan adalah untuk memberi kesempatan kepada WTP untuk menyeuarakan ketidakpuasannya, menyampaikan complain dan mengekspresikan keluhannya secara verbal atau tertulis. Sosialisasi dan konsultasi public seharusnya bisa meminimalkan adanya complain yang mendasar. Keluhan dapat berisikan ketidakpuasan terhadap semua aspek pengadaan tanah dan pemukiman kembali termasuk keabsahan, besarnya kompensasi dan kemudahan bagi WTP dalam menerima kompensasi yang ditawarkan. Mekanisme penanganan keluhan, keberatan ataupun usulan terhadap pelaksanaan LARAP diproses melalui tahapan sebagai berikut : Semua keluhan pertama kali harus disampaikan kepada Tim Monitoring Internal / Bappeda / Pimpro atau dapat juga disampaikan ke PMU WINRIP tentang semua aspek LARAP termasuk proses penyusunannya. Pengaduan secara tertulis dapat disampaikan dalam waktu 14 hari setelah menerima pengumuman ganti rugi. 21

Berdasarkan keluhan, keberatan dan usulan yang disampaikan WTP, maka Pemerintah Daerah dan PMU-WINRIP melalui Ketua Bapedda, Kepala SNVT Pembangunan Jalan dan Jembatan Provinsi Lampung dan Tim Monotoring dan Evaluasi untuk melakukan penelitian. Hasil penelitian atau investigasi tersebut akan diinformasikan kepada Warga terkena Proyek (WTP) paling lambat dalam jangka waktu 12 hari untuk kemudian dimusyawarahkan dengan WTP untuk diupayakan pemecahannya berdasarkan prinsip win-win solution. Penyelesaian masalah atau penanganan atas keluhan, keberatan dan usulan akan didokumentasikan dan dapat diakses secara terbuka oleh masyarakat. Sedangkan mekanisme penyelesaian apabila belum tercapai kesepakatan mengenai besaran kompensasi maka akan diproses sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2006 tentang Pengadaan Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dan Undang undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan hak hak atas tanah dan Benda benda yang ada diatasnya. Diagram alir mekanisme penyampaian keluhan ditunjukkan dalam diagram berikut ini (Gambar 2)/ Lampiran 22

VI. PEMANTAUAN DAN PELAPORAN Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengawasi pelaksanaan program pengadaan tanah sampai pemberdayaan agar di lakukan sesuai dengan rencana dan keluaran yang dihasilkan serta tujuan yang ingin dicapai. Berdasarlkan hasil monitoring maka dilakukan evaluasi dengan maksud untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan program program. Melalui kegiatan tersebut dimungkinkan adanya rekomendasi tindak lanjut yang perlu dilakukan serta akan menjadi masukan untuk kegiatan serupa dimasa mendatang Pada pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh tim secara internal dan eksternal. 6.1 PEMANTAUAN INTERNAL Secara internal Tim Monitoring dan Evaluasi internal akan dibentuk oleh Pemerintah kabuoaten Lampung Barat pada saat pelaksanaan Rencana Kerja (action plan) Pengadaan, Pemukiman Kembali dan Pemberdayaan akan dimulai Tim ini berjumlah terdiri dari unsure Pemerintah Kabupaten Lampung Barat, BAPPEDA, unsur masyarakat (WTP), unsur Perguruan Tinggi, atau unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Tim Monitoring dan Evaluasi akan dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih secara langsung oleh anggota tim, adapun tugas dari Tim tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Tim Monitoring dan Evaluasi, akan melakukan kegiatan pengawasan pelaksanaan program sebagaimana tercantum dalam rencana kerja (action plan) yang meliputi kegiatan sosialisasi, pengadaan tanah, persiapan dan pembangunan lokasi pemukiman kembali, termasuk kembali membangun fasum / fasos dan pengumpiulan apresiasi serta kegiatan pemberdayaan dalam upaya memulihkan tingkat kehidupan warga yang terkena pelebaran. b. Masa penugasan Tim Monitoring Internal adalah full time selama kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali berlangsung. Tim akan mempunyai satu kantor secretariat sehingga memudahkan WTP yang akan menyampaikan complain dan keluhan. Tim Monitoring dan Evaluasi, akan melakukan koordinasi setiap bulan dengan Panitia Pengadaan, Bappeda dan Proyek untuk mendiskusikan permasalahan dan kendala yang dihadapi khususnya yang terkait dengan penyelesaian keluhan / keberatan WTP. 23

Sedang beserta upaya penanggulangannya, menjadi tanggung jawab Panitia Pengadaan dan instansi terkait lainnya lingkup pemerintah daerah. c. Tim Monitoring dan Evaluasi akan menyusun Laporan Kemajuan pelaksanaan program setiap bulan dan pada akhir tahun anggaran pelaksanaan rencana kerja pengadaan tanah, akan dilakukan evaluasi akhir kegiatan untuk menilai tingkat pencapaian tujuan pengadaan tanah, khususnya untuk mengetahui apakah warga terkena proyek mengalami kesulitan akibat kegiatan proyek. Kebutuhan dana untuk keperluan pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi bersumber dari Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah (APBD), Kabupaten Lampung Barat. 6.2 PEMANTAUAN EKSTERNAL Sedangkan pemantauan secara eksternal menjadi tanggung jawab Proyek dan akan dilakukan oleh suatu lembaga yang independen. Kegiatan monitoring dilakukan dengan tujuan untuk mengawasi pelaksanaan program pengadaan tanah dan pemukiman kembali agar dilakukan sesuai dengan rencana, tujuan dan keluaran yang diharapkan. Adapun indicator pemantauan dan evaluasi antara lain meliputi : a. Tingkat Kepuasan WTP b. Efektivitas perencanaan c. Dampak lain yang timbul Pemantauan eksternal dilakukan 2 kali, yaitu pada saat sebelum konstruksi dimulai dan pada tahap awal pengoperasian jalan untuk lalu lintas umum. Adapun yang menjadi tugas tugas utama dari tim pemantau eksternal ini adlaah sebagai berikut : a. memeriksa hasil pemantauan internal b. Menilai apakah tujuan kegiatan pengadaan tanah, pemukiman kembali dan pembinaan telah tercapai, khsusnya apakah mata pencaharian dan taraf hidup WTP telah terpulih atau ditingkatkan. c. Menilai effisiensi, efektivitas, manfaat dan kesinambungan kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali, yang hasilnya akan menjadi acuan untuk pembuatan dan perencanaan kebijaksanaan dalam penyelenggaraan kegiatan pengadaan tanah dimasa mendatang. d. memastikan apakah kelayakan ganti rugi dan batuan yang diberikan telah memenuhi tujuan, dan apakah tujuan tersebut sesuai dengan kondisi WTP saat ini. 24

6.3 PELAPORAN Jenis laporan pemantauan internal terdiri dari bulanan dan laporan akhir kegiatan. a. Laporan Bulanan laporan bulanan akan memuat informasi tentang - Rincian data sosialisasi yang telah dilakukan termasuk lokasi, sejak persiapan dan pada saat pelaksanaan pengadaan tanah dan poemukiman kembali - Janis dan waktu penyerahan kompensasi dan pelaksanaan rehabilitasi sesuai yang telah ditetapkan dalam dokumen pengadaan tanah dan pemukiman kembali - Keluhan dan complain yang masuk dari WTP tentang semua aspek pelaksanaan pengadaan tanah dan pemukiman kembali - Kondisi social ekonomi WTP termasuk daftar nama nama WTP dan asset mereka yang tertera. Laporan bulanan ini dibuat oleh Ketua Tim Pemantauan dan disampaikan kepada PMU, Bupati dan Proyek. b. Laporan Akhir Kegiatan Laporan ini berisikan informasi tentang pencapaian target/sasaran fisik kegiatan, realisasi penyerapan (dan alokasi) anggaran, perkembangan kondisi social ekonomi WTP (khususnya juga yang terpindahkan), permasalahan / kendala yang dihadapi dan upaya / rencana tindak penyelesaian, serta rencana pelaksanaan kegiatan tahun berikutnya. Sedangkan laporan pemantauan eksternal akan dibuat pada awal dan akhir pelaksanaan konstruksi oleh tim yang akan dibentuk oleh Proyek.. 25

VII. JADWAL PELAKSANAAN DAN PEMBIAYAAN 7.1 JADWAL PELAKSANAAN Dalam Pedoman Pelaksanaan Penanganan Dampak Lingkungan dan Sosial (IESS) disebutkan bahwa pelaksanaan pekerjaan konstruksi akan dimulai setelah pelaksanaan pengadaan tanah dan pemukiman kembali selesai dilaksanakan. Jadwal pelaksanaan pengadaan tanah dan pemukiman kembali yakni : 1. Fungsionalisasi Panitia Pengadaan (PPT) Karena Panitia Pengadaan (PPT) telah terbentuk maka langkah pertama dalam kegiatan proyek adalah memfungsikan Panitia Pengadaan (PPT) untuk kepentingan proyek yakni peningkatan jalan Biha Krui.. Serta melakukan penyusunan rencana kerja pelaksanaan pengadaan tanah di semua desa yang terkena proyek jalan Biha Krui serta melakukan kegiatan yang telah direncanakan tersebut. Pelaksanaan kegiatan ini direncanakan pada bulan Mei 2011. 2. Sosialisasi Tujuan utama dari sosialisasi adalah memberi informasi kepada masyarakat, khususnya masyarakat terkena dampak dan institusi / stakeholder terkait lainnya tentang rencana proyek, mengetahui persepsi mereka dan untuk mendapatkan masukan dari WTP. Metode yang digunakan selama sosialisasi / konsultasi masyarakat antara lain adalah : pertemuan public, wawancara perorangan atau kelompok dan observasi lapangan. Sosialisasi kepada warga yang akan terkena proyek sudah mulai dilaksanakan sejak dilakukannya penentuan batas Rumija dan survey social ekonomi oleh penyusun dokumen LARAP. Kegiatan sosialisasi ini akan dilakukan lebih intensif dan terus menerus oleh PPT dan diharapkan melalui konsultasi dan sosialisasi yang intensif ini akan memperlancar proses sosialisasi. Proses sosialisasi akan dilakukan mulai antara bulan Juni Juli 2011 dimana kegiatan tersebut akan terdokumentasi dalam bentuk berita acara. Instansi yang bertanggung jawab adalh pihak Proyek dan Panitia Pengadaan tanah. Khusus untuk Kelurahan Pasar Krui akan di lakukan sosialisasi khusus mengingat tingkat kepadatan yang tinggi dilokasi ini serta mempunyai dampak yang besar terhadap kegiatan pembebasan karena harga lahan yang relative sangat bervariasi serta merupakan daerah pertokoan. 26

3. Identifikasi tanah, bangunan, tanaman dan asset lain Panitia Pengadaan akan melakukan pengukuran batas batas yang nantinya akan dibebaskan untuk proyek. Semua yang berkaitan dengan tanah, bangunan, tanaman dan utilitas lain yang akan terkena proyek di identifikasi berdasarkan detail desain jalan. Pengukuran dan identifikasi asset terkena pembebasan dilakukan bersama sama dengan masyarakat / institusi yang terkena dampak dan di saksikan aparat pemerintah desa / kecamatan. Pengukuran dan identifikasi kembali akan dilaksanakan oleh PPT pada bulan Juni Juli 2011. 4. Musyawarah Musyawarah atau negosiasi dilaksanakan setelah diperolehnya hasil pengukuran dan pematokan kepada warga yang lahannya akan terkena pelebaran jalan. Pada tahap ini juga akan di informasikan rencana pembangunan secara lengkap dan jelas termasuk jadwal pelaksanaannya. Demikian juga bila ada WTP sebagai pemilik bangunan kios atau asset lain yang akan dipindahkan atau dimundurkan juga akan di informasikan tentang rencana pemindahannya / pemunduran. Bertepatan dengan saat ini juga dilakukan musyawarah untuk menentukan bentuk dan nilai kompensasi serta mekanisme pelaksanaannya dalam bentuk kesepakatan kesepakatan yang akan di tuangkan dalam bentuk berita acara musyawarah / negosiasi. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Juli Agustus 2011. 5. Pembayaran Kompensasi Setelah ada kesepakatan mengenai besaran dan waktu pemberian kompensasi maka Pemerintah Kabupaten melalui PPT akan melaksanakan pemberian kompensasi baik itu tanah, bangunan atau asset lainnya baik itu berupa bentuk asset perorangan ataupun institusi. Pelaksanaan pemberian kompensasi akan berlangsung pada bulan September Oktober 2011 dan penanggung jawab kegiatan ini adalah PPT Kabupaten. 6. Pengamanan Lahan yang telah di bebaskan Setelah pelaksanaan pembongkaran dan pengosongan lahan Rumija, perlu dilakukan pengamanan terhadap lahan tersebut untuk menghindari terjadinya pemanfaatan kembali lahan Rumija oleh pihak pihak yang tidak berkepentingan. Hal ini dilakukan melalui pemasangan papan larangan pemanfatan lahan pada titik titik yang strategis. Kegiatan ini dilakukan pada Oktober November 2011. 27

7. Sertifikasi Lahan Untuk lahan yang terkena pembebasan yang sudah ber sertifikat, ketika setelah pemberian kompensasi maka hak kepemilikan warga atas asset yang dimiliki, khususnya tanah telah berkurang / hilang. Maka perlu dilakukan penyesuaian luas atas lahan warga tersebut pada sertifikat begitu juga untuk surat Bukti Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Kegiatan ini akan dilakukan pada Tahun 2012 dan penanggung jawab pelaksanaan adalah PPT, Proyek, Kantor Pelayanan Pajak PBB serta badan Pertanahan nasional Kabupaten Lampung Barat. 8. Pembongkaran asset yang terkena proyek Setelah dilakukan pembayaran kompensasi pada warga yang terkena proyek maka langkah selanjutnya yaitu melakukan pembongkaran atas asset warga yang lahannya telah di beri kompensasi, baik itu asset yang bersifat permanen maupun tidak permanen. Pelaksanaan kegiatannya akan berlangsung antara Oktober November 2011 9. Penyampaian Keluhan dan Komplain Setiap warga yang terkena dampak dari kegiatan pembebasan atas tanah mempunyai hak untuk bersuara bila terjadi ketidakpuasan. Penyampaian keluhan tersebut dapat dilakukan baik itu verbal maupun secara tertulis. Keluhan warga tersebut yakni semua aspek pengadaan tanah dan pemukiman kembali baik itu keabsahannya, besarnya kompensasi dan kemudahan dalam memperoleh / penerimaan kompensasi. Keluhan dan complain ini dapat disampaikan maksimal 15 hari setelah penerimaan kompensasi 10. Pemantauan dan Evaluasi Tim pemantau internal akan dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Barat bersamaan ketika pembentukan PPT sehingga proses pengadaan tanah dapat dipantau sejak proses sosialisasi. Salah satu tugas dari Tim ini adalah untuk menampung keluhan dan complain dari WTP dan bersama sama dengan PPT dan Proyek mencari jalan keluar terbaik serta mengevaluasi proses pengadaan lahan secara keseluruhan dari sosialisasi sampai dengan pembayaran kompensasi. Masa penugasan Tim Pemantauan Internal adalah Mei- November 2011. Ringkasan dari jadwal pelaksanaan pengadaan tanah dan pemukiman kembali dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : 28

Tabel 7-1 Jadwal Rencana Pelaksanaan Pengadaan dan Pemukiman Kembali No Aktivitas Jadwal 1. Persiapan penyusunan Dokumen LARAP, yaitu survey awal, survey social ekonomi, pembuatan rencana penanganan, diskusi Nov 2010 Mei 2011 dengan subdit Lingkungan/PMU, diskusi dengan Pemkab Lampung Barat sampai dengan rapat Pleno. 2 Fungsionalisasi Panitia Pengadaan Mei 2011 (PPT) 3 Sosialisasi Pengadaan dengan calon Jun- Jul 2011 WTP 4 Pengukutan dan pematokan bersama Jun Jul 2011 dengan calon WTP 5 Musyawarah Perhitungan Nilai Kompensasi Jul Agustus 2011 6 Pemberian Kompensasi Pengadaan Sep Oktober 2011 7 Pengurusan Sertifikasi WTP Tahun 2012 8 Pembongkaran Aset yang terkena Proyek Okt Nov 2011 9 Pemasangan Papan Nama Okt Nov 2011 10 Pelaporan Okt Nov 2011 11 Monitoring dan Pelaporan pelaksanaan Program Mei Nov 2011 7.2 KEBIJAKSANAAN PENDANAAN Kebutuhan dana untuk keperluan pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah untuk rencana kegiatan Peningkatan jalan Biha Krui, kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung diharapkan / diupayakan bersumber dari APBD Kabupaten Lampung Barat. Termasuk didalamnya biaya Pengadaan. Biaya ini sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 58/PMK.02/2008 tentang biaya Panitia Pengadaan bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, yang besarnya 4% dari total biaya pengadaan tanah. Biaya untuk Tim Monitoring Internal juga berasal dari APBD Kabupaten lampung Barat. Rencana Kerja Panitia Pengadaan, Pemukiman Kembali dan Pemberdayaan, secara rinci (program, kegiatan, perkiraan dana yang diperlukan, sumber pendanaan, pelaksanaan dan penanggung jawab) telah di uraikan dalam Tabel 7-2. (Lampiran) Rencana kerja tersebut akan dipakai sebagai acuan kerja Panitia Pembebasan dalam penanganan pengadaan tanah ini, tapi pada akhirnya kesepakatan harga kompensasi yang akan dipakai adalah berdasarkan kesepakatan / musyawarah dan mufakat dengan WTP 29