ANALISIS KUALITAS AIR PADA TANAMAN KAYUPUTIH DI MIKRO DAS GUBAH, NGLIPAR, KAB.GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Oleh : Ugro Hari Murtiono

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN KETERSEDIAAN AIR PERMUKAAN PADA TANAMAN KAYUPUTIH 1 Oleh : Ugro Hari Murtiono 2 dan Rahardyan NA 3


BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu-satunya tanaman pangan yang dapat tumbuh pada tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

RPPI-10 KUALITAS LINGKUNGAN UNTUK IKLH DAN ISTM

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

SEMINAR NASIONAL ke-8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Oleh / by Agung B. Supangat, Sukresno dan C. Nugroho S. Priyono ABSTRACT. Key Words : Teak Forest, Watershed, Water Quality, Standar of Evaluation

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mewujudkan tujuan penelitian yang ingin dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

III. METODE PENELITIAN

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Ir. Salundik, MSi. Pembimbing Anggota : Dr. 11. Hj. Sri Supraptini Mansjoer.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI POTENSI BEBAN PENCEMARAN KUALITAS AIR DI DAS BENGAWAN SOLO. Oleh : Rhenny Ratnawati *)

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

METODOLOGI PENELITIAN. pengambilan sampel pada masing-masing 3 lokasi sampel yang berbeda

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

MONITORING DAN EVALUASI TATA AIR

ANALISA STATUS MUTU AIR DAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN SUNGAI WANGGU KOTA KENDARI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

Bab V Hasil dan Pembahasan

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

BAB I PENDAHULUAN. kendala utama dalam kegiatan pengelolaannya. Dalam rangka memudahkan. pengelolaan DAS maka dikembangkan Model DAS Mikro menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

KUALITAS LINGKUNGAN UNTUK IKLH DAN ISTM (RPPI-10)

JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

TINGKAT PENCEMARAN AIR PERMUKAAN DI KODYA YOGYAKARTA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

Kualitas Air Waduk Manggar Sebagai Sumber Air Baku Kota Balikpapan Ira Tri Susanti 1*, Setia Budi Sasongko 2, Sudarno 2

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KUALITAS AIR SUNGAI KONTENG SEBAGAI SUMBER AIR BAKU PDAM TIRTA DARMA UNIT GAMPING, KABUPATEN SLEMAN. Yuyun Hanifah

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Pengaturan air yang

BAB I PENDAHULUAN. usaha dari laundry di dalam perkembangan aktivitas masyarakat saat ini (Antara dkk.

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

Oleh. lpdstltut PERTANIAN BOGOR IRMA PUDRI4RII R. F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAM

No. Permasalahan Solusi 3. Belum adanya peraturan daerah yang mengatur tentang mekanisme pengajuan izin lingkungan Telah diterbitkan peraturan Bupati

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

1.5. Lingkup Daerah Penelitian Lokasi, Letak, Luas dan Kesampaian Daerah Penelitian Lokasi dan Letak Daerah Penelitian...

BAB 5. Status Kualitas Perairan Sungai Ciliwung Segmen 1 dan 2 Berdasarkan Metoda Storet

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 1. Peta Tititk Pemantauan DAS Citarum

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI PAAL 4 KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

6/14/2013. Pendahuluan. Pohon mati Kekeringan Banjir. Ekspose Hasil Penelitian dan Pengembangan Kehutanan BPTKPDAS, Th. 2013

MODEL MATEMATIS PERUBAHAN KUALITAS AIR SUNGAI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CISADANE. Oleh NURLEYLA HATALA F

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya

HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging

Pengawasan dan penyimpanan serta pemanfaatan data kualitas air

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara kita semakin hari semakin pesat. Pesatnya laju

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hujan atau presipitasi merupakan jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LING KUNGAN MODUL IV ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI) KELOMPOK IV

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan

5 NH3 (Tabel 11) perairan DAS Ciliwung di wilayah hulu ter-

BAB X KONDISI KUALITAS SUMBER DAYA AIR DAS CISADANE


STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

ARAH PENELITIAN MONITORING DAN EVALUASI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Transkripsi:

ANALISIS KUALITAS AIR PADA TANAMAN KAYUPUTIH DI MIKRO DAS GUBAH, NGLIPAR, KAB.GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh : Ugro Hari Murtiono

LATAR BELAKANG Saat ini, penurunan kualitas air sungai tidak hanya terjadi di daerah hilir, tetapi juga didaerah hulu. Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian dan pemukiman merupakan faktor utama penyebab terjadinya penurunan kualitas air sungai di daerah hulu melalui sedimentasi, penumpukan hara dan pencemaran bahan bahan kimia pestisida. Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi : kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domistik yang semakin menurun. Pengelolaan sumber daya air sangat penting, agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan yang dilakukan adalah pemantauan data kualitas air

METODOLOGI Lokasi Lokasi kegiatan berada pada mikro DAS Gubah secara administrasi terletak di Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi DIY. Lokasi mikro DAS berada di areal Kebun Pangkas Dinas Kehutanan Propinsi DIY di Petak 38. Metode Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan contoh air sungai, contoh air sungai diambil pada satu titik di tengah sungai pada 0,5 x kedalaman sungai, karena sungai pada lokasi penelitian mempunyai debit kurang dari 5 m3/dt. Penelitian di laboratorium ditujukan untuk melihat unsur-unsur kimiawi yang terkandung di dalamnya.

Analisa Contoh air dianalisis di laboratorium yaitu kadar kimia air sungai meliputi : ph, kekeruhan, Total Dissolved Solids (TDS), daya hantar listrik (DHL), Nitrat (NO 3 ), Klorida (CL), phosphat (PO 4 ), Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Natrium (Na), dan Sulfat (SO 4 )

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Air Kualitas air adalah mutu air yang memenuhi standart untuk tujuan tertentu, Syarat yang ditetapkan sebagai standar mutu berbeda-beda tergantung tujuan Klasifikasi dan kriteria Kualitas Air di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Berdasarkan Peraturan tersebut, kualitas air diklassifikasikan menjadi 4 kelas yaitu: (1). Kelas I : Air yang dapat digunakan sebagai air minum atau untuk keperluan komsumsi lainnya; (2). Kelas II : Air yang dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan mengairi tanaman; (3). Kelas III: Air yang dapat digunakan untuk keperluan pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan mengairi tanaman; (4). Kelas IV: Air yang dapat digunakan untuk mengairi tanaman. penggunaan.

Sebelumnya terdapat Peraturan Pemerintah RI No 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air. Berdasarkan peraturan tersebut, kualitas air dikriteriakan menjadi 4 (empat) golongan yaitu : (1). Golongan A: Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu; (2). Golongan B: Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum; (3). Golongan C: Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan; (4). Golongan D: Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian serta usaha perkotaan, industri, dan pembangkit tenaga listrik.

Parameter Satuan Hasil Analisa Kualitas Air ph Kekeruhan Total Dissolved Solids (TDS) Daya Hantar Listrk (DHL) Nitrat (NO 3 ) Klorida (CL) Fospat (PO 4 ) Biochemical Oxygen Demand (BOD) Chemical Oxygen Demand (COD) Natrium (Na) Sulfat (SO 4 ) Hasil Analisa Kualitas Air (-) NTU mg/l µ mhos/cm mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l 7,5 1 326 502 < 0,61 < 0,6 1,1089 6,6 32 3 3

Derajat keasaman (ph) Mikro DAS Gubah mempunyai ph lebih besar 7,0 jadi menunjukkan sifat basa, yaitu ph 7,5. Berdasarkan PP No.82 Tahun 2001, Parameter ph tersebut memenuhi salah satu persyaratan kriteria dalam penentuan kualitas air kelas : I (6-9), II (6-9), III (6-9), dan IV (5-9).

Kekeruhan Mikro DAS Gubah mempunyai nilai kekeruhan 1NTU. Berdasarkan PP No.82 Tahun 2001 Parameter kekeruhan ini tidak termasuk dalam penentuan klassifikasi dan kriteria Kualitas Air. Berdasarkan Kriteria Kualitas Air menurut PP No.20 Tahun 1990. Parameter kekeruhan memenuhi salah satu persyaratan kriteria dalam penentuan kualitas air golongan : A (kadar maksimum 5 NTU).

Total Dissolved Solids (Total Padatan Terlarut/TDS) Mikro DAS Gubah mempunyai total padatan terlarut 326 mg/lt. Berdasarkan PP RI No.82 Tahun 2001 Parameter TDS ini tidak termasuk dalam penentuan klassifikasi dan kriteria Kualitas Air. Berdasarkan PP No.20 Tahun 1990. Parameter TDS tersebut memenuhi salah satu persyaratan kriteria dalam penentuan kualitas air golongan : A (kadar maksimum 1000 mg/lt), B (kadar maksimum 1000 mg/lt), dan D (kadar maksimum 2000 mg/lt).

Konduktivitas (Daya Hantar Listrik/DHL) Mikro DAS Gubah mempunyai nilai DHL 502 µ mhos/cm Berdasarkan PP No.82 Tahun 2001. Parameter DHL ini tidak termasuk dalam Penentuan klassifikasi dan kriteria Kualitas Air. Berdasarkan PP No.20 Tahun 1990. Parameter DHL tersebut memenuhi salah satu persyaratan kriteria dalam penentuan kualitas air golongan : D (kadar maksimum 2250 µ mhos/cm).

Nitrat (NO 3 ) Mikro DAS Gubah mempunyai nilai NO 3 < 0,61 mg/lt. Berdasarkan PP No.82 Tahun 2001 Parameter NO 3 tidak memenuhi salah satu persyaratan kriteria dalam penentuan kualitas air. Kelas : I (10 mg/lt), II(10 mg/lt), IV (20 mg/lt). III (20 mg/lt), dan

Klorida (CL) Mikro DAS Gubah mempunyai nilai CL < 0,60 mg/lt. Berdasarkan PP No.82 Tahun 2001 Parameter CL tersebut hanya kelas I yang dipersyaratkan yaitu 1 mg/lt. Kelas II - IV (tidak dipersyaratkan ). Dari nilai parameter CL tersebut tidak memenuhi persyaratan kriteria dalam penentuan kualitas air Kelas : I

Biochemical Oxygen Demand (Kebutuhan Oksigen Biokimiawi/BOD) Mikro DAS Gubah mempunyai nilai BOD sebesar 6,6 mg/lt. Berdasarkan PP No.82 Tahun 2001, Parameter BOD tersebut memenuhi salah satu persyaratan kriteria dalam penentuan kualitas air yaitu kelas : III (6 mg/lt), sedangkan kelas I ( 2 mg/lt), kelas II (3 mg/lt), dan IV (12 mg/lt).

Chemical Oxygen Demand (Kebutuhan Oksigen Kimiawi/COD) Mikro DAS Gubah mempunyai nilai COD sebesar 32 mg/lt. Berdasarkan PP No.82 Tahun 2001 Parameter COD tersebut memenuhi salah satu persyaratan kriteria dalam penentuan kualitas air yaitu kelas : III (50 mg/lt). sedangkan kelas I ( 10 mg/lt), kelas II (25 mg/lt), dan IV (100 mg/lt).

Natrium (Na) Mikro DAS Gubah mempunyai nilai Na 3 mg/lt. Berdasarkan PP No.82 Tahun 2001. Parameter Na ini Tidak termasuk dalam penentuan klassifikasi dan kriteria Kualitas Air, sedangkan berdasarkan PP No.20 Tahun 1990. Parameter Na tersebut memenuhi salah satu persyaratan kriteria dalam penentuan kualitas air golongan : A (kadar maksimum 200 mg/lt).

Sulfat (SO 4 ) Mikro DAS Gubah mempunyai nilai SO 4 3 mg/lt. sebesar Berdasarkan Plot Erosi PP No.82 Tahun 2001 Parameter SO 4 tersebut hanya kelas I yang dipersyaratkan yaitu 400 mg/lt, sedangkan untuk Kelas II IV tidak dipersyaratkan, Lisimeter dari nilai parameter SO 4 tersebut tidak memenuhi persyaratan kriteria dalam penentuan kualitas air kelas : I ( 400 mg/lt).

KESIMPULAN Berdasarkan PP No.82 Tahun 2001. Parameter kualitas air di daerah penelitian meliputi: ph, Nitrat (NO 3 ), Klorida (CL), BOD, COD, dan Sulfat (SO 4 ). Berdasarkan PP Nomor 20 Tahun 1990. Parameter kualitas air meliputi: Kekeruhan, TDS, DHL, dan Natrium (Na). Parameter-parameter yang memenuhi salah satu persyaratan dalam penentuan klasifikasi dan kriteria kualitas air di Indonesia berdasarkan PP No.82 Ta hun 2001 yaitu : ph kelas I IV, BOD kelas III, dan COD kelas III. Parameter-parameter yang tidak memenuhi salah satu persyaratan dalam penentuan klasifikasi dan kriteria kualitas air berdasarkan PP No.82 Tahun 2001 yaitu : Nitrat (NO 3 ), Klorida (CL), dan Sulfat (SO 4 ). Parameter-parameter yang memenuhi salah satu persyaratan dalam penentuan kriteria kualitas berdasarkan PP No 20 Tahun 1990, yaitu : kekeruhan adalah golongan A, TDS adalah golongan A, B, dan D, DHL adalah golongan D, dan Na adalah golongan A.

Lokasi dan Tata Waktu A. Lokasi 1. Wonosobo Sengon, jartan 3 m x 2 m, th tantm 2005, KPH Keduselatan, BKPH Ngadisono, RPH Sapuran petak 33a dan 33c 2. Wonogiri Acasia mangium, jartan 3 x 2 m, th tanam 2002, KPH Surakarta, BKPH Wonogiri, RPH Pulosari petak 30a 3. Ngawi Mahoni, jartan 6 m x 2 m, th tanam 2000, KPH Ngawi, BKPH Walikukun, RPH Gendingan petak 72m dan 72n 1 4 2 3 4. Jumantono Nyamplung, jartan 3 m x 2 m, th tanam Des 2008.

A. Mangium di petak 30a, Wonogiri

Mahoni di petak 72m, Ngawi Plot Lisimeter Plot Erosi SPAS

Plot Lisimeter Sengon, petak 33a & 33c, Wonosobo SPAS Plot Erosi

Tata Waktu Th 2012 No Kegiatan B u l a n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Studi Pustaka & Penyusunan RPTP 2 Konsultasi & Persiapan lapangan 3 Pelaksanaan lapangan: - Studi literatur - Survei biofisik - Pemeliharaan plot (lisimeter, erosi, SPAS, SPH) 4 Pengamatan (erosi, ET, Q dan Qs, hujan 4 Pengolahan dan analisa data 5 Pembahasan dan Penyusunan laporan

No. KEGIATAN PROYEK Volume BIAYA SATUAN (Rp) JUMLAH BIAYA (Rp.) 1. Honor terkait output kegiatan 63,650,0000 - Kerjantara lapangan 153 HOK 50,000 7,650,000 - Honor pengamatan hujan 60 OB 200,000 12,000,000 - Honor pengamatan plot erosi 40 OB 200,000 8,000,000 - Honor pengamatan lisimeter 40 OB 200,000 8,000,000 - Honor pengamatan SPAS 60 OB 200,000 12,000,000 - Honor pengamatan evapotranspirasi 32 OB 200,000 6,400,000 - Honor pengamat stasiun klimatologi 48 HOK 200,000 9,600,000 2. Belanja barang operasional lainnya 35,500,000 - Analisa data 20 OH 50,000 1,000,000 - Analisa sampel tanah 95 Spl 200,000 19,000,000 - Analisa sampel air 90 Spl 100,000 9,000,000 - Analisa sampel biomas tanaman 65 Spl 100,000 6,500,000 3. Belanja Bahan 7,250,000 - ATK dan Operasional komputer 1 Pkt 1,500,000 1,500,000 - Fotocopy, & dokumentasi. : 1 Pkt 750,000 750,000 - Bahan operasional penelitian 1 Pkt 5,000,000 5,000,000 4. Belanja perjalanan biasa 91,000,000 - Perjaln dlm rangka konsultasi, koordinasi ke Bogor 2 OT 3,500,000 7,000,000 - Perjaln dlm rangka pelaksanaan ke Wonosobo, Wonogiri, Karanganyar, Ngawi, Tasikmalaya, GnKidul, Gundih, dan Ponorogo 29 OT 2,500,000 69,600,000 TOTAL BIAYA 183,000,000

Organisasi Neraca Air 2012 No Nama Jabatan Pendidikan Kepakaran Keterangan 1. Drs. Ugro Hari M., MSi Peneliti Muda 2. Uchu Heri P., Shut Peneliti Pertama 3. Edi Sulasmiko, SP Teknisi Litkayasa 4. Agus Sugiyanto, SP Calon Teknisi Litkayasa S-2 Hidrologi Air Permukaan Ketua Tim S-1 Silvikultur Anggota SKMA Teknisi KTA Anggota SKMA Teknisi KTA Anggota

Kerangka Kerja Logis (KKL) Penelitian Erosi dan Neraca Air pada Berbaga Jenis Vegetasi tahun 2012 No Narasi Indikator Verifikasi Asumsi 1. Tujuan : Untuk mendapatkan informasi awal hasil kalibrasi nilai evapotranspirasi, erosi, limpasan, dan kualitas air dari berbagai jenis vegetasi hutan untuk tanaman sengon, mahoni, akasia, kayu putih, dan nyamplung. Informasi awal mengenai erosi dan neraca air jenis vegetasi sengon, mahoni, akasia, kayu putih, dan nyamplung, Laporan hasil penelitian Penelitian dilaksanakan dan tidak ada kendala biaya dan lapangan dengan jadwal sesuai. 2. Sasaran: 1) Diperolehnya informasi awal nilai evapotranspirasi dari tanaman sengon, mahoni, akasia, kayu putih, dan nyamplung. 2) Diperolehnya informasi awal nilai erosi dari tanaman sengon, mahoni, akasia, kayu putih, dan nyamplung. 3) Diperolehnya informasi awal nilai limpasan (runoff) dari tanaman sengon, mahoni, akasia, kayu putih, dan nyamplung. Kondisi biofisik lokasi dapat diketahui Terpantaunya nilai awal evapotranspirasi, erosi, limpasan, dan kualitas air dari vegetasi sengon, mahoni, akasia, kayu putih, dan nyamplung, Laporan hasil penelitian Kegiatan dilakukan sesuai jadwal 4) Diperolehnya informasi awal nilai kualitas air dari tanaman sengon, mahoni, akasia, kayu putih, dan nyamplung.

3. Luaran: 1) Informasi awal nilai evapotranspirasi dari tanaman sengon, mahoni, akasia, kayu putih, dan nyamplung. 2) Informasi awal nilai erosi dari tanaman sengon, mahoni, akasia, kayu putih, dan nyamplung. 3) Informasi awal nilai limpasan (runoff) dari tanaman sengon, mahoni, akasia, kayu putih, dan nyamplung. a. Diketahuinya kondisi vegetasi dan tanah di lokasi a. Diketahuiny a informasi awal nilai ET, erosi, limpasan tanaman sengon, mahoni, akasia, kayu putih dan nyamplung Laporan pelaksanaan kegiatan Laporan pelaksanaan kegiatan Kegiatan dilakukan sesuai jadwal 4) Informasi awal nilai kualitas air dari tanaman sengon, mahoni, akasia, kayu putih, dan nyamplung.

4. Kegiatan 1. Review hubungan jenis tanaman sengon, mahoni, akasia, kayu putih dan nyamplung thd evapotranspirasi 2. Pemeliharaan dan pengamatan evapotranspirasi 3. Pengamatan evapotranspirasi 4. Analisis data evapotranspirasi & pelaporan 1. Review hubungan jenis tanaman sengon, mahoni, akasia, kayu putih dan nyamplung thd erosi & limpasan 2. Pemeliharaan plot dan pengamatan erosi dan limpasan 3. Pengamatan erosi dan limpasan 4. Analisis data erosi-limpasan & pelaporan Terlaksananya Review Terpeliharanya plot evapotranspirasi Data evapotranspirasi Laporan hasil Terlaksananya Review Terpeliharanya plot erosi dan limpasan Data erosi dan limpasan Laporan hasil Laporan, RPTP, PPTP, SPJ Laporan, RPTP, PPTP, SPJ Kegiatan dilakukan sesuai jadwal Kegiatan dilakukan sesuai jadwal

1. Review hubungan tanaman sengon, mahoni, akasia, kayu putih dan nyamplung thd limpasan (Q, Qs) 2. Pemeliharaan & pengamatan SPAS 3. Pengamatan debit (Q, Qs) 4. Analisis data limpasan (Q,Qs) & pelaporan 1. Review hubungan jenis tanaman sengon, mahoni, akasia, kayu putih dan nyamplung thd kualitas air 2. Pemeliharaan plot dan SPAS 3. Pengamatan kualitas air 4. Analisis data kualitas air & pelaporan Terlaksananya Review Terpeliharanya SPAS Data limpasan (Q,Qs) Laporan hasil Terlaksananya Review Terpeliharanya plot dan SPAS Data kualitas air Laporan hasil Kegiatan dilakukan sesuai jadwal