A. Dinamika Lingkungan Strategis, Permasalahan dan Peluang Pembangunan Perkebunan

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

KATA PENGANTAR. Samarinda, Juli 2016 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

V. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kinerja Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat 2015

Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, Januari 2017

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

Jakarta, Januari 2016 Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar. Dr.Ir. Dwi Praptomo Sudjatmiko, MS NIP

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

PENDAHULUAN Latar Belakang

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN STRATEGIS

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

Renstra BKP5K Tahun

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012

RENCANA AKSI DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KAB. BLITAR TH 2018

Tabel I.16. Program/Kegiatan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi D.I.Yogyakarta yang Dibiayai oleh APBD Tahun 2007

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

, ,56 99, , ,05 96,70

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN,

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

RENCANA KINERJA TAHUNAN ( R K T )

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II RENCANA STRATEJIK

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

STANDAR BAKU INDIKATOR KINERJA (SBIK) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TERKAIT INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

PENGANTAR. Ir. Suprapti

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah,

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB II RENCANA KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KARET. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BERDASARKAN RPJMD TAHUN 2017 DINAS PERKEBUNAN. Indikator

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL. OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr.

Program Pembangunan Perkebunan 2018

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

Transkripsi:

A. Dinamika Lingkungan Strategis, Permasalahan dan Peluang Pembangunan Perkebunan Perubahan lingkungan strategis baik di tingkat daerah, nasional bahkan internasional sangat berpengaruh terhadap gerak langkah pembangunan perkebunan termasuk di Provinsi Jambi. Unsur lingkungan strategis domestik yang mempunyai pengaruh dalam menentukan arah kebijakan pembangunan perkebunan adalah : Kepemimpinan daerah dan menajemen pembangunan, kualitas sumberdaya alam dan sumberdaya manusia serta ketersediaan finansial, sedangkan yang bersifat nasional mencakup; Kepemimpinan Nasional, pengembangan IPTEK dan permintaan terhadap sumber energi alternatif. Sementara itu pengaruh yang bersifat global antara lain sistim perdagangan internasional, kebijakan negara-negara tujuan ekspor, kualitas produk dan lain-lain. Pelaksanaan pembangunan perkebunan di Provinsi Jambi meskipun secara umum memperlihatkanan pertumbuhan yang cukup signifikan, baik dari segi luas areal maupun produksi, namun masih terdapat beberapa permasalahan yang harus diatasi untuk mempercepat pertumbuhannya dan pencapaian hasil yang optimal di masa 5 tahun kedepan terutama pada komoditas-komoditas unggulan. Permasalahan yang tengah dihadapi sangat bervariasi dan masing-masing komoditi memiliki permasalahan tersendiri. Permasalahan-permaslahan tersebut adalah; 1. Karet - Produktifitas masih rendah yaitu rata-rata 714 kg KKK /ha/th. Hal ini disebabkan antara lain karena sebagian besar bibit yang ditanam bukan berasal dari klon anjuran. 14

- Luas kebun karet tua hingga tahun 2005 mencapai 130.656 ha atau sekitar 23,45 % dari luas total, sehingga secara ekonomis sudah tidak produktif, sementara kemampuan finasial petani untuk meremajakan secara swadaya sangat rendah. - Infrastruktur (jalan produksi) pada perkebunan rakyat belum memadai - Kemampuan pemerintah untuk penyediaan bibit dari klon unggul masih sangat terbatas, sehingga apabila akan dilaksanakan peremajaan dalam skala besar, ketersediaan bibit menjadi kendala, dengan demikian perlu pembinaan penangkar dan pengawasan peredaran bibit secara ketat. - Masih banyak petani yang memasarkan produknya melalui pedagang perantara, sehingga harga yang diterima petani rendah, ditambah lagi dengan masih rendanya kualitas produk yang dihasilkan. - Belum tersedia skim kredit yang dapat dijangkau petani untuk mendanai peremajaan - SDM petani relatif belum optimal sehingga perlu pemberdayaan yang lebih intensif. Peningkatan produksi dan produktifitas karet di provinsi Jambi masih sangat mungkin dilakukan baik melalui peremajaan, intensifikasi maupun pengembangan areal baru. Hal ini mengingat peluang- peluang yang dimiliki antara lain kebutuhan akan karet alam akan semakin meningkat pada masa yang akan datang, sementara dari tiga negara penghasil utama karet, hanya Indonesia yang masih berpeluang untuk pengembangan luas areal dan peningkatan produksi. Di Indonesia Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah penghasil karet yang utama. 2. Kelapa sawit. - Masih tingginya penggunaan bibit yang tidak berkualitas oleh masyarakat terutama pada penanaman kelapa sawit secara swadaya. - Penghitungan indek K oleh perusahaan pembeli TBS dalam sistim perhitungan harga tandan buah segar kelapa sawit yang diproduksi petani, belum transparan. 15

- Kualitas TBS yang dihasilkan petani masih relatif rendah, hal ini terkait dengan rotasi panen yang belum sesuai dan infrastruktur jalan produksi yang umumnya belum dilaksanakan pengerasan. - Kehadiran Pabrik Kelapa Sawit yang tidak memiliki kebun sendiri sering mempengaruhi ketidakstabilan harga TBS petani. - SDM petani belum optimal sehingga masih perlu pemberdayaan yang lebih intensif. Potensi sumberdaya yang dimiliki oleh Provinsi Jambi seperti ketersediaan lahan dan tenaga kerja merupakan peluang pengembangan agribisnis komoditas kelapa sawit yang cukup besar. Saat ini Provinsi Jambi termasuk salah satu dari 5 penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia. Ketersediaan teknologi, varietas unggul, tenaga ahli dan daya saing komoditas di pasaran dunia, merupakan prospek tersendiri bagi Indonesia dalam pengembangan kelapa sawit. Disamping itu harga minyak bumi terus melambung menyebabkan dunia melirik sumber energi baru yaitu bio fuel. 3. Kelapa. - Umumnya tanaman kelapa yang diusahakan petani adalah tanaman tua sehingga secara ekonomis kurang produktif. - Di daerah pasang surut, kondisi infrastruktur seperti tanggul dan saluran drainase banyak yang sudah rusak sehingga berpengaruh terhadap produktifitas kebun kelapa. - Harga jual kopra yang sangat tidak stabil, sementara kemampuan modal petani untuk melaksanakan diversifikasi produk olahan masih sangat terbatas. - SDM petani belum optimal sehingga masih perlu pemberdayaan yang lebih intensif. Meskipun pengembangan kelapa di Provinsi Jambi masih banyak menghadapi permasalahan, namun beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan 16

antara lain; Pangsa pasar yang masih terbuka luas, pengembangan divesifikasi produk olahan akan membuka segmen baru seperti Virgin Coconut Oil, gula kelapa, gula semut dan produk samping lainnya. Ketersediaan teknologi untuk pengolahan produk sampingan dan penggunaan bahan baku kelapa untuk industri rumah tangga akan meningkatkan permintaan pasar terhadap produksi kelapa di masa yang akan datang. 4. Cassiavera. - Mutu kulit kering yang dihasilkan masih rendah, karena pemanenan dilakukan pada usia muda. - Fluktuasi harga cukup tajam dan cenderung rendah karena didominasi oleh pedagang dari Sumatera Barat. - Akses pasar masih sangat kurang. - SDM petani yang belum optimal sehingga masih perlu pemberdayaan yang lebih intensif. Peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan komoditas cassiavera di Provinsi Jambi antara lain; Cassiavera yang dihasilkan dari Provinsi Jambi khususnya kabupaten Kerinci memiliki aroma dan rasa yang khas sehingga banyak diminati konsumen. Disamping itu ketersediaan lahan dan pangsa pasar yang cukup menjanjikan juga merupakan peluang tersendiri bagi pengembangan cassiavera di Provinsi Jambi. 5. Kopi. - Produktifitas masih sangat rendah yaitu rata-rata 372 kg/ha, sementara potensi produksi kopi dapat mencapai 1500 kg- 1800 kg/ha. Hal ini disebabkan karena kondisi kebun yang umumnya sudah tua/rusak, tingginya tingkat kehilangan hasil akibat gangguan hama penggerek buah (PBKo). - Harga yang tidak stabil dan cenderung rendah menyebabkan petani tidak memelihara kebunnya. - SDM petani masih perlu pemberdayaan yang lebih intensif. 17

Dalam pengembangan komoditas kopi di Provinsi Jambi masih terdapat beberapa peluang yang bisa dimanfaatkan antara lain ketersediaan lahan dengan agroklimat yang cukup mendukung, adanya potensi melaksanakan diversifikasi usahatani melalui produk spesial dan organik serta agrowisata berbasis kopi. Disamping itu akhir akhir ini terjadi peningkatan harga kopi, sehingga petani mulai melirik kembali untuk melaksanakan intensifikasi. 6. Aneka Tanaman Lainnya Tanaman perkebunan lainnya yang dikembangkan di Provinsi Jambi namun dalam skala yang masih terbatas antara lain adalah : lada, pinang, kemiri, aren, cengkeh, kakao, kapok, kapulaga, vanili. Sedangkan untuk tanaman semusim antara lain; tebu, tembakau nilam dan rami. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan aneka komoditi seperti tersebut diatas antara lain adalah belum ada pangsa pasar yang menjanjikan untuk pemasaran dari komoditi tersebut, sehingga pada umumnya ditanam dalam skala kecil, yakni masih dibawah batas minimal usaha. Disamping itu ada beberapa komoditi membutuhkan syarat tumbuh yang lebih spesifik, sehingga tidak semua lokasi dapat dikembangkan. Komoditi lain yang mulai mempunyai prospek pasar yang cukup menjanjikan adalah pinang dan tebu. Tanaman pinang meskipun diusahakan secara sampingan oleh masyarakat, ternyata memberikan andil dalam ekspor. Sementara pada komoditi tebu rakyat, mempunyai peluang pasar yang cukup baik untuk hasil olahan dalam bentuk gula tebu. B. Kondisi Yang Ingin Dicapai dan Proyeksi Kedepan. Dinas perkebunan Provinsi Jambi telah menetapkan suatu kondisi yang ingin dicapai secara bertahap hingga tahun 2010 terhadap pengembangan 5 komoditas unggulan, yang mencakup aspek produksi, produktifitas, sarana dan prasarana perkebunan serta pengolahan dan pemasaran hasil. 18

Secara umum Kondisi yang diinginkan kedepan dari komoditi unggulan dan aneka tanaman lainnya di Provinsi Jambi adalah sebagai berikut: 1. Karet Untuk komoditas karet, luas areal pada tahun 2010 ditargetkan mencapai 581.676 ha, dengan areal produktif sekitar 360.409 ha. Proyeksi produksi sekitar 242.190 ton, dengan produktifitas 825 kg /ha/thn. Kondisi lain yang diinginkan adalah semakin sadarnya masyarakat terhadap manfaat penggunaan bibit unggul karet. Disamping itu terjadi peningkatan mutu BOKAR (Bahan Olah Karet) produksi petani, dan sistim pemasaran langsung kepada prosessor. Tingkat kehilangan hasil akibat serangan OPT saat ini berkisar 20 %, untuk tahun 2010 diharapkan adanya penurunan sehingga serangan OPT yang dapat ditolerir maksimal 7,5 %. Luas kekeringan, kebakaran kebun/lahan maksimal 0.02 % dan fasilitasi penyelesaian gangguan usaha perkebunan diharapkan dapat mencapai 96 %. Kedepan diharapkan jalan kebun dan jembatan telah memenuhi standart, sehingga pengangkutan saprodi dan peralatan mesin menjadi lancar dan pada ahirnya dapat menekan biaya produksi. Dari segi sumberdaya manusia dan kelembagaan petani, diharapkan petugas dan petani berada pada kondisi yang betul-betul siap melaksanakan kegiatan. Oleh karena itu kegiatan pemberdayaan petani dan pendampingan akan dilaksanakan secara terus-menerus. 2. Kelapa Sawit Untuk komoditas kelapa sawit, diharapkan luas areal mencapai 588.441 ha dengan luas areal produktif sekitar 441.031 ha. Proyeksi produksi 2.854.103 ton TBS, dengan produktifitas 4800 kg (CPO) /ha/thn pada tahun 2010, dan kesadaran masyarakat terhadap manfaat penggunaan bibit unggul kelapa sawit semakin tinggi. 19

Kondisi lain yang diharapkan adalah transparansi perusahaan pembeli TBS kepada petani dalam hal penghitungan indek K, yang merupakan komponen penting dalam sistim penetapan harga pembelian TBS kelapa sawit. Aspek lain yang ingin dicapai pada tahun 2010 dalam pengembangan komoditas kelapa sawit antara lain peningkatan kualitas TBS petani, tingkat kehilangan hasil akibat OPT yang saat ini masih berkisar 15 % maka pada tahun 2010 maksimal yang dapat ditolerir maksimal 7,5 %; Luas kekeringan, kebakaran kebun/lahan maksimal 0,02 %; fasilitasi penyelesaian gangguan usaha mencapai 90 %. 3. Kelapa Untuk komoditas kelapa, proyeksi luas areal hingga 2010 adalah 126.808 ha dengan areal produktif seluas 98.365 ha. Perkiraan produksi sekitar 138.670 ton, dengan produktifitas per ha/thn berkisar 1500 kg. Dalam rangka memperluas segmen pasar diperlukan diversifikasi hasil olahan dan pameran. Tingkat kehilangan hasil akibat gangguan OPT yang saat ini masih berkisar 20 %, maka pada tahun 2010 maksimal yang dapat ditolerir sekitar 11 % ; luas kekeringan dan kebakaran kebun/lahan maksimal 0,02 %. 4. Kopi Pada komoditas kopi, luas areal hingga tahun 2010 adalah diperkirakan 22.423 ha dengan produksi 5.935 ton dan produktifitas /ha/thn berkisar 600 kg. Disamping itu dari aspek pengolahan diharapkan telah dilakukan penanganan pasca panen sehingga terjadi peningkatan kualitas produk. Untuk hal tersebut diperlukan ketersediaan sarana penanganan pasca panen seperti lantai jemur alat dan mesin pengolah dan lain-lain. Tingkat kehilangan hasil akibat gangguan OPT yang masih dapat ditolerir maksimal 11 %. Sedangkan pada saat ini masih berkisar 20 %. 20

5. Cassiavera Luas komoditi cassiavera pada tahun 2010 diproyeksikan sekitar 51.619 ha dengan produksi 100.225 ton dan produktifitas 2266 kg/ha/thn. Dari aspek pengolahan diharapkan adanya diversifikasi hasil olahan yang makin berkembang. Tingkat kehilangan hasil akibat gangguan OPT saat ini masih berkisar 25 %, maka pada tahun 2010 maksimal 11 %. 6. Aneka Tanaman Lainnya Disamping komoditas unggulan seperti tersebut diatas, diharapkan pada tahun 2010 telah berkembang komoditas lain yang mempunyai prospek pasar yang cukup menjanjikan seperti jarak pagar, pinang, nilam dan kakao dalam skala ekonomis. Tanaman Jarak Pagar yang sekarang mulai dirintis pengembangannya di Provinsi Jambi kedepan diharapkan dapat menjadi pasokan bagi sumber bahan energi alternatif bio fuel. 21

A. Visi dan Misi Pada periode pembangunan 2005-2010, Provinsi Jambi menetapkan Visi Pembangunan yaitu Jambi Mampu, Maju dan Mandiri. Selanjutnya berdasarkan visi tersebut ditetapkan 5 (lima) Misi Pembangunan Provinsi Jambi yaitu ; 1. Peningkatan Kesejahteraan dan kualitas kehidupan masyarakat. 2. Peningkatan daya saing dan kemandirian daerah. 3. Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana dasar. 4. Peningkatan kualitas pelayanan publik. 5. Peningkatan perlindungan masyarakat. Dalam mendukung terwujudnya visi dan misi pembangunan tersebut diatas, didukung oleh 3 (tiga) pilar utama yaitu; 1. Pemerintah yang berwibawa dan bersih dari KKN 2. Sumberdaya manusia sebagai penggerak pembangunan. 3. Potensi Sumberdaya alam daerah yang siap untuk digali dalam mengakselerasikan roda pembangunan. Berdasarkan Visi, Misi dan Strategi Pembangunan Provinsi Jambi diatas, maka disusun 3 (tiga) Agenda Pembangunan Provinsi Jambi Tahun 2005-2010, menurut prioritasnya Yaitu: 1. Mewujudkan Peningkatan Kemandirian Daerah dan Daya Saing. 2. Mewujudkan Pembangunan yang berkeadilan dan demokratis. 3. Mewujudkan peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Revitalisasi Pertanian, termasuk dalam prioritas utama dalam pembangunan Provinsi Jambi, yang didalamnya menyangkut pembangunan perkebunan. 22

Mencermati arah pembaharuan pembangunan Provinsi Jambi, khususnya pada sub sektor perkebunan, dan sebagai pemantapan dari arah pembangunan yang telah ditempuh pada periode sebelumnya, maka Visi Dinas Perkebunan Provinsi Jambi adalah sebagai berikut; Terwujudnya Perkebunan yang tangguh Berbasis Kerakyatan dan Berwawasan Lingkungan Bagi Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan dan Berkelanjutan. Visi tersebut diatas mempunyai makna Mewujudkan Pembangunan perkebunan dalam suatu penataan wilayah yang berwawasan lingkungan melalui pengintegrasian kegiatan produksi, pengolahan, distribusi kegiatan on farm dan off farm dalam suatu sistem manajemen berdasarkan azas kebersamaan bagi kesejahteraan masyarakat/petani yang selaras, berkeadilan yang dapat menjamin pemantapan usaha yang harmonis dan berkesinambungan. Sebagai upaya nyata untuk mewujudkan visi tersebut, ditetapkan Misi Dinas Perkebunan Provinsi Jambi yaitu; 1. Meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha perkebunan yang berorientasi pada agribisnis melalui peremajaan komoditi unggulan dan pengembangan komoditi potensial lainnya. 2. Meningkatkan pengawasan peredaran dan penggunaan bibit unggul komoditi perkebunan, pupuk dan pestisida. 3. Meningkatkan an kualitas SDM aparat dan masyarakat perkebunan melaui pemberdayaan Sistim Kebersamaan Ekonomi. 4. Meningkatkan sarana dan prasarana pengembangan perkebunan (sarana produksi, pengolahan dan informasi). 5. Menumbuhkan iklim usaha yang kondusif untuk menarik minat investor dalam pengembangan perkebunan. 6. Mempertangguh usahatani perkebunan melalui kegiatan diversifikasi usahatani. 7. Meningkatkan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. 23

B. Tujuan Untuk mengukur sejauh mana visi dan misi telah dicapai maka diperlukan perumusan tujuan strategis. Dengan demikian maka tujuan strategis dari Dinas Perkebunan Provinsi Jambi adalah sebagai berikut; 1. Mengembangkan perwilayahan perkebunan yang terintegrasi untuk mempercepat penerapan teknologi dan manajemen dalam bidang teknis dan ekonomi. 2. Peningkatan kualitas SDM aparat dan masyarakat perkebunan. 3. Menyediakan sumber benih dan menjamin penyediaan benih bermutu. 4. Meningkatkan pendapatan petani melalui perbaikan mutu hasil, mewujudkankeutuhan sistim agribisnis dalam skala ekonomis di sentra pengembangan. 5. Menumbuhkan iklim usaha yang kondusif untuk menarik minat investor dalam mengembangkan kegiatan on farm dan off farm ditingkat petani. 6. Meningkatkan ketersediaan pangan nabati maupun hewani melalui diversifikasi usahatani wilayah perkebunan. C. Strategi Untuk mencapai visi dan misi tersebut disusunlah strategi pembangunan agribisnis perkebunan yang akan ditempuh yaitu: Meningkatkan kemapuan dan peran seluruh pelaku usaha agribisnis perkebunan dalam memanfaatkan peluang usaha secara efisien dan berdaya saing dengan tetap berpegang pada azas kebersamaan serta memperhatikan kelestarian sumberdaya dan lingkungan hidup. D. Kebijakan Kebijakan pembangunan perkebunan untuk mendukung terwujudnya visi, dan terlaksananya misi serta strategi adalah; Memberdayakan dihulu dan memperkuat dihilir guna menciptakan nilai 24

tambah dan daya saing usaha perkebunan dengan meningkatkan peran dan partisipasi dari masyarakat perkebunan serta penerapan manajemen orgasnisasi yang baik berlandaskan pada penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebijakan tersebut dalam pelaksanaannya diimplementasikan melalui konsep Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN) di sentra-sentra produksi yang diselenggarakan dengan azas kebersamaan ekonomi, sehingga semua unsur kekuatan yang ada akan bersinergi satu sama lain. Arah kebijakan pembangunan perkebunan tahun 2006-2010 akan lebih difokuskan kepada pengembangan komoditas Karet yaitu dalam bentuk kegiatan peremajaan, dan kelapa sawit yaitu dalam bentuk kegiatan penyediaan benih/bibit yang berkualitas. Akan tetapi komoditas-komoditas lain tetap mendapat perhatian yang penting yang menyangkut beberapa aspek seperti : 1. Akselerasi peningkatan produksi dan produktifitas komoditi perkebunan. 2. Rintisan pengembangan komoditi potensial seperti nilam, lada, jarak pagar dan lain-lain. 3. Peningkatan penggunaan benih /bibit komoditi perkebunan yang sesuai standar. 4. Pengawasan peredaran dan penggunaan bibit/ benih tidak bermutu. 5. Peningkatan ketersediaan pupuk dan pestisida bermutu. 6. Menurunkan tingkat kerugian hasil akibat gangguan usaha perkebunan. 7. Meningkatkan mutu dan diversifikasi hasil olahan komoditi perkebunan guna meningkatkan nilai tambah dan daya saing. 8. Meningkatkan akses pasar dan permodalan petani pekebun. 9. Meningkatkan sarana dan prasarana pada areal perkebunan. 10. Peningkatan kualitas SDM masyarakat perkebunan melalui pelatihan, magang dan studi banding. 11. Peningkatan peran kelembagaan petani perkebunan. 12. Optimalisasi penggunaan lahan pada areal perkebunan. 25

A. Program Pembangunan Perkebunan Program pembangunan perkebunan Provinsi Jambi tahun 2006-2010 dititikberatkan pada Peremajaan Karet Rakyat dan Pengembangan Komoditi Kelapa sawit, akan tetapi tetap mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Jambi 2006-2010 dan Rencana Stratejik Pembangunan Perkebunan Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan Departemen Pertanian, yaitu; 1. Program Pengembangan Agribisnis Perkebunan. Program ini mencakup aspek produksi dan peningkatan mutu hasil hingga pemasaran, yang diimplementasikan melalui sub- sub program yaitu; a. Rehabilitasi, intensifikasi dan ekstensifiaksi komoditi perkebunan. b. Penyediaan bibit komoditi perkebunan yang bermutu c. Pengawasan peredaran dan penggunaan bibit komoditi perkebunan yang tidak bermutu. d. Pengawasan peredaran dan penggunaan pupuk dan pestisida. e. Peningkatan Usaha Perlindungan Perkebunan. f. Peningkatan mutu dan diversifikasi hasil olahan komoditi perkebunan. g. Peningkatan akses pasar petani perkebunan dan permodalan petani pekebun. h. Peningkatan sarana dan prasarana pada areal perkebunan. i. Peningkatan ketersediaan data dan informasi perkebunan. 26

2. Program Pemberdayaan Masyarakat Perkebunan. Program ini pada intinya merupakan upaya peningkatan Sumberdaya aparat perkebunan dan petani pekebun yang diimplementasikan melalui sub-sub program, yaitu; a. Pemberdayaan petani Sistim Kebersamaan Ekonomi. b. Pelatihan Teknis dan Fungsional. c. Pemberdayaan Assosiasi petani perkebunan. 3. Program Peningkatan Ketahanan Pangan. Program ini merupakan upaya untuk mendukung ketersediaan bahan pangan baik nabati maupun hewani dengan sub program Diversifikasi komoditi pada areal perkebunan. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan lahan pada areal perkebunan, guna meningkatkan pendapatan petani. B. Fokus Kegiatan Pembangunan Perkebunan. Fokus kegiatan pembangunan perkebunan Provinsi Jambi tahun 2006-2010 ditekankan pada kegiatan- kegiatan pokok, yaitu; 1. Peremajaan Komoditi unggulan perkebunan yang tidak produktif lagi. 2. Rintisan pengembangan komoditi-komoditi perkebunan potensial. 3. Eksplorasi dan pengembangan komoditi spesifik lokasi. 4. Penyediaan bibit komoditi perkebunan yang bermutu melalui pembangunan pembibitan sistim waralaba. 5. Pembinaan dan pemberdayaan penangkar bibit komoditi perkebunan. 6. Penyediaan sumber bibit bermutu melalui pembangunan kebun entres, penetapan Blok Penghasil Tinggi (BPT) dan pembangunan Kebun Induk komoditi perkebunan. 7. Sosialisasi penggunaan bibit komoditi perkebunan yang bermutu. 8. Pengawasan peredaran dan penggunaan bibit yang tidak bermutu. 9. Peningkatan peran petugas PPNS Perkebunan dalam melakukan pengawasan. 27

10. Meningkatkan peran IP2MB dalam pengawasan peredaran dan penggunaan bibit yang tidak bermutu. 11. Melaksanakan sertifikasi benih/bibit komoditi perkebunan. 12. Pengawasan peredaran dan penggunaan pupuk dan pestisida. 13. Meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait dalam hal ketersediaan pupuk bersubsidi bagi petani perkbunan. 14. Mengidentifikasi kebutuhan pupuk setiap tahun. 15. Pengamatan perkembangan dan pengendalian OPT Perkebunan. 16. Memfasilitasi penyelesaian gangguan usaha perkebunan untuk meningkatkan iklim usaha/investasi yang kondusif. 17. Pembinaan, monitoring dan pengendalian kebakaran kebun dan lahan. 18. Meningkatkan peran laboratorium lapangan, sub laboratorium hayati dan UPPT. 19. Meningkatkan peran dalam memfasilitasi penggunaan dana Community Development bagi petani sekitar perusahaan besar. 20. Peningkatan mutu dan diversifikasi produk komoditi perkebunan. 21. Peningkatan pengolahan hasil melalui bantuan peralatan pengolahan. 22. Pengawasan angkutan hasil komoditi perkebunan (kelapa sawit). 23. Meningkatkan kemitraan petani dengan pasar (prosesor, eksportir). 24. Peningkatan peran petugas informasi pasar (PIP). 25. Peningkatan pemasaran komoditi perkebunan melalui penjajakan pasar baik dalam maupun luar negeri. 26. Membangun iklim investasi yang kondusif melalui pengawasan pabrik kelapa sawit tanpa kebun. 27. Promosi produk hasil perkebunan melalui agroekspo pamern dan lainlain. 28. Meningkatkan sarana jalan dan jembatan pada areal perkebunan rakyat. 29. Meningkatkan sarana pengairan pada areal pasang surut (pintu air, saluran drainase dan jembatan). 30. Meningkatkan pengelolaan lahan bagi komoditi perkebunan. 31. Inventarisasi potensi dan ketersediaan lahan bagi pengembangan komoditi perkebunan. 28

32. Pemantapan penyusunan Statistik Perkebunan. 33. Pembuatan dan Pengelolaan Website Dinas. 34. Penyusunan dan pengelolaan database Perkebunan. 35. Pemantauan dan pembinaan aktifitas perusahaan perkebunan. 36. Pelatihan bagi petugas Fasilitator Daerah (FASDA). 37. Pelatiah Petani Sistim Kebersamaan Ekonomi. 38. Magang dan studi banding petani dan petugas pada daerah pengembangan perkebunan yang telah berhasil. 39. Pelatihan teknis bagi petugas dan petani perkebunan. 40. Pelatihan PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) Perkebunan. 41. Penguatan dan pengembangan fungsi kelompok tani. 42. Penguatan dan pengembangan peran asosiasi petani perkebunan. 43. Penanaman tumpangsari/sela pada areal perkebunan dengan komoditi pangan, kehutanan maupun ternak. 29

Keberhasilan pengembangan komoditas perkebunan akan dapat dilihat indikasinya dalam kurun waktu yang cukup lama setidaknya lebih dari 5 tahun. Oleh karena itu dalam kurun waktu tersebut diperlukan komitmen yang kuat dan konsistensi yang tinggi dari seluruh stakeholders yang ada di daerah ini, untuk mewujudkannya. Peran pemerintah yang bersifat regulasi, pelayanan, fasilitasi, pendampingan dan advokasi dalam penciptaaan iklim usaha yang kondusif adalah faktor penting dalam mendorong perubahan perilaku dan kesadaran petani serta tumbuh dan berkembangnya dunia usaha apabila dilakukan dengan konsisten. Pengembangan agribisnis perkebunan pada ahirnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani, taraf hidup dan kualitas kesejahteraannya. Hal tersebut dapat terwujud manakala peningkatan produksi dan produktivitas, diikuti dengan sistim pemasaran yang adil dan peningkatan sumberdaya manusia petani dan aparat perkebunan dapat berlangsung terus menerus. Disamping itu birokrasi dan sistim yang melahirkan kebijakan yang berpihak kepada petani, juga merupakan salah satu kunci menuju suksesnya pembangunan perkebunan dimasa yang akan datang. DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAMBI 30

31