GAMBARAN KEPATUHAN DOKTER PRAKTEK SWASTA (DPS) TERHADAP SPO (STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL) DI WILAYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PENEMPATAN DOKTER SPESIALIS/DOKTER GIGI SPESIALIS/DOKTER /DOKTER GIGI DAN BIDAN SEBAGAIPEGAWAI TIDAK TETAP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WALUYO YAKKUM SURAKARTA Nomor : 2347a/PW/Sekr/VIII/2014 TENTANG

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 512/MENKES/PER/IV/2007 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

Tugas tutorial Nama : Asri Indriyani Putri NIM :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dikeluarkan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN TERAPI OKUPASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PSIKOLOG KLINIS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR1438/MENKES/PER/IX/2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS KLINIK PRATAMA TABITA PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DUKUNGAN PEMERINTAH DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SURVEI HUBUNGAN DOKTER DENGAN PASIEN

MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN. BAB...

(dalam) layanan primer

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

BAB I PENDAHULUAN. terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa rumah. sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN PEREKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

2 1. Pelayanan Kesehatan Tradional Empiris adalah penerapan kesehatan tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris. 2. Pelayanan K

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 003/MENKES/PER/I/2010 TENTANG SAINTIFIKASI JAMU DALAM PENELITIAN BERBASIS PELAYANAN KESEHATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan RI. Surabaya, 5 Agustus 2010

IMPLEMENTAS I PERAWAT PRAKTEK MANDIRI. Ns. SIM SAYUTI, S.Kep NIRA : Beprofessional nurse Knowledge, skill, & attitude

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BUPATI BENER MERIAH RANCANGAN QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

ASPEK LEGAL PELAYANAN KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. nampaknya mulai timbul gugatan terhadap dokter dan rumah sakit (selanjutnya

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PRAKTEK KEDOKTERAN

PERAN BADAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN (BMPK) DALAM PENJAMINAN MUTU TENAGA DAN FASILITAS KESEHATAN DI DIY. Yogyakarta,25-26 februari 2013

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/148/I/2010 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PERAWAT

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pokok bahasan. Kesehatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Undang Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1 EFEKTIF TANGGAL 1 JANUARI 2018

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI

SKPD Penanggungjawab : DINAS KESEHATAN DAERAH. PERSYARATAN sebagai lampiran :

Oleh : Dr. Hj.AHYANI RAKSANAGARA, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung) 29 Agustus 2014

SEJARAH FILOSOFI DAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA. Disiapkan oleh: dr. FX. Suharto, M. Kes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS,

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dalam Dugaan Pelanggaran Disiplin Kedokteran

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN

Transkripsi:

GAMBARAN KEPATUHAN DOKTER PRAKTEK SWASTA (DPS) TERHADAP SPO (STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL) DI WILAYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 J. Nugrahaningtyas W. Utami Intisari Latar Belakang : Menurut Kementrian Kesehatan (2012) menyatakan bahwa mutu pelayanan kesehatan adalah kinerja yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan. Permenkes 2052/Menkes/Per/X/2011 menyatakan bahwa praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. Dalam menjalankan praktik sehari-hari tersebut di atas, maka memerlukan panduan yang berupa SPO, merupakan panduan yang mendasarkan ilmu pengetahuan yang terbaru, berisikan instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu yang memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi. Tujuan : Untuk dapat melihat kepatuhan dokter praktek swasta (DPS) terhadap SPO di wilayah kota Yogyakarta Metode Penelitian : Desain penelitian menggunakan deskripsi observasional. Teknik pengumpulan data menggunakan metode survey dan pengumpulan data dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan melalui wawancara dan observasi langsung terhadap responden. Sample responden adalah dokter praktek swasta yang melakukan pelayanan medis di wilayah Kota Yogyakarta yang bekerja di praktek mandiri/swasta, klinik maupun di apotek dan yang berizin maupun tidak berizin, sebanyak 181 responden. Hasil : Responden adalah dokter dan dokter gigi umum dan spesialis sebanyak 181 responden. Dari 181 responden, dijumpai 20 orang dokter yang tidak ditemukan tempat praktek dan tidak dijumpai keterangan yang jelas di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Untuk aspek identitas maka dijumpai lebih dari 80 % dokter dan dokter spesialis baik umum maupun gigi dalam menjalankan pratek kedokteran sudah memiliki persyaratan aspek identitas. Kepatuhan SPO pada dokter umum dan dokter spesialis menunjukkan untuk menerima rujuk balik, menggerakan masyarakat, dan memberikan pelayanan tindakan memberikan hasil kurang dari 80 % dan untuk dokter gigi dan dokter gigi spesialis menunjukkan pelayanan merujuk pasien, menerima rujuk balik, menggerakan masyarakat, memberikan surat keterangan kesehatan dan memberikan pelayanan tindakan memberikan hasil kurang dari 80 %. Kesimpulan : Kepemilikan SIP dijumpai dokter umum dan dokter spesialis yang memiliki SIP sebanyak 85 % dan dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang memiliki SIP dalam melakukan praktik kedokteran sebanyak 76 %. Masih dijumpai dokter dan dokter gigi yang praktik tidak sesuai dengan data di Dinkes Kota Yogyakarta. Kepatuhan SPO dijumpai dokter umum dan dokter spesialis merujuk pasien dalam memberikan surat keterangan kesehatan, memberikan penyuluhan dan konseling, memonitor pasien, pemberian resep, menjaga kerahasiaan, serta pemeriksaan pasien menunjukkan lebih dari 80% dokter telah melaksanakan SPO sesuai yang tercantum di dalam SPO. Sedangkan menerima rujuk balik, menggerakan masyarakat, dan memberikan pelayanan tindakan menunjukkan hasil kurang dari 80 % dan dokter gigi dan dokter gigi spesialis pelayanan yang diberikan dokter gigi dan dokter gigi spesialis nampak bahwa SPO pemberian resep, memberikan penyuluhan dan konseling, menjaga kerahasiaan, memonitor pasien, pemberian resep, pelayanan tindakan serta pemeriksaan pasien menunjukkan lebih dari 80 % dokter telah melaksanakan SPO sesuai yang tercantum di dalam SPO. sedangkan untuk merujuk pasien, menerima rujuk balik pasien, memberikan surat keterangan kesehatan, dan menggerakkan masyarakat masih di bawah 80%. Kata Kunci :Praktek dokter swasta, Kepatuhan SPO 54

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan yang bermutu merupakan suatu kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang. Keberhasilan melaksanakan pembangunan kesehatan sebagai upaya mewujudkan. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu didukung dengan peran aktif dari semua pelaku pelayanan kesehatan salah satunya organisasi profesi terkait. Menurut Kementrian Kesehatan (2012) menyatakan bahwa mutu pelayanan kesehatan adalah kinerja yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. Standar pelayanan kesehatan merupakan bagian dari pelayan kesehatan yang mempunyai peran dalam mengatasi masalah mutu pelayanan kesehatan (Pohan, 2007). Secara luas pengertian standar pelayanan kesehatan merupakan suatu pernyataan tentang mutu yang diharapkan, yaitu menyangkut masukan (input), proses (process) dan keluaran (outcome) sistem pelayanan kesehatan (Pohan, 2007). Menurut Pohan (2007), kepatuhan terhadap SPO adalah penerapan norma dan tingkat kinerja terhadap standar pelayanan yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Dengan menerapkan standar prosedur operasional, maka diharapkan akan melindungi masyarakat karena proses dan hasil pelayanan dapat dilakukan dengan benar dan dengan cara yang benar, sehingga masyarakat diharapkan mempunyai kepercayaan terhadap petugas kesehatan (dokter). B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud kegiatan ini adalah untuk melihat kepatuhan dokter praktek swasta (DPS) terhadap SPO di wilayah Kota Yogyakarta 2. Tujuan kegiatan ini secara umum adalah : mengetahui kepatuhan dokter terhadap standar pelayanan medis/standar prosedur operasional A. Sasaran Sasaran dalam penelitian ini adalah dokter yang melakukan pelayanan praktek mandiri di wilayah Kota Yogyakarta TINJAUAN PUSTAKA A. Praktik dokter Menurut UU no. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dinyatakan bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran yang merupakan inti dari berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh dokter dan dokter gigi yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian dan kewenangan yang secara terus-menerus harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, lisensi, serta pembinaan, pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan praktik kedokteran sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu di dalam UU no 29 tahun 2004 ini dinyatakan pula bahwa dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi mempunyai wewenang melakukan praktik kedokteran sesuai dengan pendidikan dan kompetensi yang dimiliki, yang terdiri atas: 1. mewawancarai pasien 2. memeriksa fisik dan mental pasien 3. menentukan pemeriksaan penunjang 4. menegakkan diagnosis 5. menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien; 55

6. melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi; 7. menulis resep obat dan alat kesehatan 8. menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi 9. menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan; dan 10. meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik di daerah terpencil yang tidak ada apotek. Permenkes 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang izin praktik dan pelaksanaan praktik kedokteran menyatakan bahwa praktek kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dokter dengan kewenangan tambahan adalah dokter dan dokter gigi dengan kewenangan klinis tambahan yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang diakui organisasi profesi untuk melakukan praktik kedokteran tertentu secara mandiri B. Hak dan kewajiban dokter Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak : 1. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional; 2. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional; 3. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya; dan 4. menerima imbalan jasa. Selain hak yang diberikan kepada dokter, dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban : 1. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien; 2. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan; 3. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia; 4. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali apabila yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya 5. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi. C. Pelayanan Permenkes no 2052/Menkes/Per/X/2011 menyatakan bahwa dalam melaksanakan praktik kedokteran harus sesuai dengan wenangan dan kompetensi yang dimiliki. Sehingga di dalam KKI tahun 2006 dinyatakan bahwa elemen kompetensi tersebut terdiri dari : 1. Landasan kepribadian 2. Penguasaan ilmu dan keterampilan 3. Kemampuan berkarya 4. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai 5. Pemahaman kaidah berkehidupan masyarakat sesuai dengan keahlian dalam berkarya. Sehingga seorang dokter dan dokter gigi apabila telah menguasai, maka akan mampu : 1. mengerjakan tugas atau pekerjaan profesinya 56

2. mengorganisasikan tugasnya agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan 3. Segera tanggap dan tahu apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula 4. Menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah di bidang profesinya 5. Melaksanakan tugas dengan kondisi berbeda Menurut KKI tahun 2006 yang maksud dengan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat hendaknya : 1. Pelayanan yang komprehensif dengan pendekatan holistik (Preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif serta memandang manusia sebagai manusia seutuhnya) 2. Pelayanan yang continue, merupakan pelayanan yang mempunyai rekam medis yang diisi dengan cermat serta menjalin kerjasama dengan profesi dan instansi lain untuk kepentingan pasien agar proses konsultasi dan rujukan berjalan lancar 3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan a. Mendiagnosis dan mengobati penyakit sedini mungkin b. Mengkonsultasikan atau merujuk pasien pada waktunya c. Mencegah kecatatan 4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif a. Kerjasama profesional dengan semua pengandil agar dicapai pelayanan bermutu dan kesembuhan optimal b. Memanfaatkan potensi pasien dan keluarganya seoptimal mungkin untuk penyembuhan. 5. Penanganan personal pasien sebagai bagian integral dari keluarga 6. Pelayanan yang mempertimbangkan faktor keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggal. a. Selalu mempertimbangkan pengaruh keluarga, komunitas, masyarakat dan lingkungannya yang dapat mempengaruhi penyakitnya. b. Memanfaatkan keluarga, komunitas, dan lingkungannya untuk membantu penyembuhan penyakitnya. 7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum 8. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu 9. Pelayanan yang dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan yang merupakan perwujudan dari adanya : a. Rekam medis b. Standar Pelayanan Medis c. Penggunaan evidence-based medicine untuk pengambilan keputusan d. Kesadaran akan keterbatasan kemampuan dan kewenangan e. Kesadaran untuk mengikuti perkembangan ilmu melalui belajar sepanjang hayat dan pengembangan profesi berkelanjutan. Di dalam menjalankan praktik sehari-hari, maka memerlukan panduan yang berupa SPO. SPO yang digunakan merupakan paduan yang mendasarkan ilmu pengetahuan yang terbaru. SPO berisikan instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu yang memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi dan SPO/SOP harus selalu ditinjau kembali dan diperbaharui sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun 57

sekali sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran atau kedokteran gigi (Permenkes, 2010). D. Kepatuhan terhadap SPO/SOP Menurut Permenkes no 1438/Menkes/Per/I/2010 dinyatakan bahwa dokter dan dokter gigi serta tenaga kesehatan lainnya di fasilitas pelayanan kesehatan harus mematuhi SPO sesuai dengan keputusan klinis yang diambilnya. Kepatuhan kepada SPO akan menjamin pemberian pelayanan kesehatan dengan upaya terbaik di fasilitas pelayanan kesehatan, tetapi tidak menjamin keberhasilan upaya atau kesembuhan pasien; Modifikasi terhadap SPO hanya dapat dilakukan atas dasar keadaan yang memaksa untuk kepentingan pasien, antara lain keadaan khusus pasien, kedaruratan, dan keterbatasan sumber daya. Modifikasi SPO harus dicatat di dalam rekam medis. METODE PENELITAN Metodologi Pengumpulan Data dan Sampling Jenis penelitan adalah deskriptif observasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional.. Analis data dengan menggunakan analisis univariate Waktu dan Tempat penelitian Pengambilan data pada bulan Agustus, September dan Oktober 2013 responden adalah dokter yang praktek mandiri di wilayah Kota Yogyakarta. Populasi dan sampel Populasi adalah dokter praktek mandiri yang melakukan pelayanan medis di wilayah Kota Yogyakarta yang bekerja di praktek mandiri, klinik maupun di apotek dan yang berizin maupun tidak berizin sebanyak 330 dokter baik dokter umum dan dokter spesialis maupun dokter gigi dan dokter gigi spesialis. Penghitungan dokter yang akan dilakukan survey dengan menggunakan rumus yang telah dirumuskan oleh Slovin sebagai berikut. n = N/(1 + Ne 2 ) n = jumlah sampel N = jumlah seluruh anggota populasi e = taraf signifikansi; 0,05 (tingkat kesalahan 0,05) N = jumlah dokter yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta = 330 Sehingga jumlah sampel minimal yang akan diteliti adalah: n = 330/(1+(330 x 0,05 2 )) = 330/ (1+ (330x0,0025) = 330/1+0,825 = 330/1,825 n = 180,8 181 Jenis Data Jenis data yang diambil adalah data primer dan data data sekunder. Data primer adalah dokter/dokter gigi atau bagian administrasi sarana kesehatan (praktek mandiri, klinik dan apotek) dan catatan/register dokter yang menjadi responden sasaran serta hasil observasi lapangan. Data-data tersebut dikumpulkan dengan instrumen berupa kuesioner/checklist yang memenuhi kriteria jenisjenis data yang dibutuhkan. Data sekunder adalah data dokter yang praktik mandiri yang berpraktik mandiri yang terdaftar di Dinas Kesehatan Yogyakarta. Analisis Data Data yang sudah terkumpul diperiksa ulang kelengkapannya. Data juga akan divalidasi dan apabila dianggap meragukan akan dilakukan konfirmasi ulang kepada responden yang bersangkutan. Kemudian data yang terkumpul akan dianalisis menggunakan analisis univariate 58

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil survey yang diperoleh terhadap 181 responden di wilayah Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, terbagi menjadi 5 responden. Data diperoleh pada bulan Agustus, September dan Oktober 2013. Adapun responden diambil berdasarkan penghitungan metode Slovin data awal. Sehingga data yang di peroleh 181 responden dengan perincian sebagai berikut: 1. Dokter : 94 responden, 2. Dokter spesialis : 37 responden, 3. Dokter gigi : 18 responden 4. Dokter gigi spesialis : 12 responden, 5. Lain-lain : 20 responden Hasil Hasil dari masing-masing responden adalah: 1. Dokter dan dokter gigi yang tidak jelas identifikasi Dari 181 responden, dijumpai 20 orang dokter yang tidak ditemukan tempat praktek dan tidak dijumpai keterangan yang jelas di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Ketidakjelasan 20 dokter dan dokter gigi tersebut di atas dikarenakan : a. Alamat yang tidak ditemukan oleh peneliti. Alamat praktek dokter tersebut merupakan perbatasan wilayah kabupaten bantul dan Kota Yogyakarta namun terdaftar di wilayah Kota Yogyakarta b. Nama dokter dan atau dokter gigi yang tidak dikenal oleh orang lain 2. Dokter dan dokter gigi yang tidak terdaftar dalam data based Dinas kesehatan Kota Yogyakarta Sebanyak 12 responden dari total 181 responden dokter yang tidak terdaftar di dalam data based tenaga medis di dinas kesehatan kota Yogakarta. 3. Dokter yang menolak disurvey Dijumpai 1 orang dokter yang menolak untuk dilakukan survey. Adapun alasan yang dikemukakan oleh dokter tersebut dikarenakan : a. merupakan hak dokter dalam menolak atau menerima untuk dilakukan survey. b. Merasa repot untuk menjawab pertanyaan survey karena sudah sibuk di tempat lain 4. Aspek Identitas a. aspek identitas dokter dan dokter spesialis (umum) Di dalam diagram aspek identitas dokter umum dan dokter spesialis dapat dilihat di dalam diagram di bawah ini : Dari aspek identitas maka dijumpai bahwa sudah lebih dari 80 % dokter dan dokter spesialis dalam menjalankan pratek kedokteran sudah memiliki persyaratan aspek identitas b. Aspek Identitas Dokter Gigi dan Dokter Gigi Spesialis Di dalam diagram aspek identitas dokter gigi dan dokter gigi spesialis dapat dilihat di bawah ini: 59

Dari aspek identitas maka dijumpai bahwa sudah lebih dari 80 % dokter gigi dan dokter gigi spesialis dalam menjalankan pratek kedokteran sudah memiliki persyaratan aspek identitas STR, izin gangguan (HO) serta nama/papan nama, namun untuk SIP sebanyak 76 % dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang telah memiliki SIP. b. Aspek Pelayanan ditunjukkan dengan kepatuhan terhadap SPO 1. Dokter umum dan dokter spesialis Pelayanan kesehatan yang ditunjukkan di dalam kepatuhan terhadap SPO dokter umum dan dokter spesialis dapat dilihat di dalam diagram di bawah ini Diagram pelayanan yang diberikan dokter umum dan dokter spesialis nampak bahwa merujuk pasien, memberikan surat keterangan kesehatan, memberikan penyuluhan dan konseling, memonitor pasien, pemberian resep, menjaga kerahasiaan, serta pemeriksaan pasien menunjukkan lebih dari 80 % dokter telah melaksanakan SPO sesuai yang tercantum di dalam SPO. Sedangkan menerima rujuk balik, menggerakan masyarakat, dan memberikan pelayanan tindakan memberikan hasil kurang dari 80 % 1) dokter gigi dan dokter gigi spesialis Pelayanan kesehatan yang ditunjukkan di dalam kepatuhan terhadap SPO dokter gigi dan dokter gigi spesialis dapat dilihat di dalam diagram di bawah ini Diagram pelayanan yang diberikan dokter gigi dan dokter gigi spesialis nampak bahwa SPO pemberian resep, memberikan penyuluhan dan konseling, menjaga kerahasiaan, memonitor pasien, pemberian resep, pelayanan tindakan serta pemeriksaan pasien menunjukkan lebih dari 80 % dokter telah melaksanakan SPO sesuai yang tercantum di dalam SPO. Sedangkan pelayanan merujuk pasien, menerima rujuk balik, menggerakan masyarakat, memberikan surat keterangan kesehatan dan memberikan pelayanan tindakan memberikan hasil kurang dari 80 %. Pembahasan 1. Aspek Identitas dokter umum/gigi dan dokter spesialis/dokter gigi spesialis Di dalam UU no 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran pasal 36 dinyatakan bahwa setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia 60

wajib memiliki surat izin praktik. Sehingga apabila dilihat grafik identitas di atas dijumpai sebesar 10 % dari jumlah dokter umum dan dokter spesialis yang belum mendokumentasikan SIP dan sebesar 5 % dokter dan dokter spesialis yang disurvey menyatakan SIP sedang dalam proses kepengurusan. Dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang telah memiliki SIP yang masih berlaku sebesar 76%, sedangkan sejumlah 7% responden memiliki SIP namun tidak sesuai ketentuan diantaranya karena SIP sudah tidak berlaku, sedangkan 17% responden tidak memiliki SIP. Ketidaktersediaan SIP ini menurut responden disebabkan karena : sedang proses perpanjangan, masih menunggu STR, menunggu surat rekomendasi organisasi profesi. Sedangkan pasal 38 dinyatakan bahwa untuk mendapatkan SIP harus menyertakan STR, sehingga apabila dilihat diagram di atas nampak bahwa sebanyak 88 % dokter dan dokter spesialis yang disurvey telah memiliki STR dan sebanyak 2 % dokter dan dokter spesialis yang disurvey belum memiliki STR dikarenakan masih dalam proses kepengurusan. Sedangkan sebanyak 9 % dokter dan dokter spesialis yang disurvey dan hal ini tidak sesuai dengan UU no 29 tahun 2004 serta permenkes no 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang izin praktik dan pelaksanaan praktik kedokteran dinyatakan bahwa setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi. Izin gangguan (HO) di dalam peraturan Walikota Yogyakarta no 33 tahun 2008 tentang penyelenggaraan perizinan pada pemerintah kota Yogyakarta Bab IV pasal 5 dinyatakan bahwa praktik dokter dan dokter gigi baik perorangan maupun berkelompok diwajibkan memiliki izin gangguan dari dinas perizinan. Sehingga apabila dilihat diagram aspek identitas di atas maka sebanyak 80 % dokter dan dokter spesialis telah memiliki izin gangguan dan sebanyak 2 % sedang dalam proses dan sebanyak 18 % tidak memiliki izin gangguan. Kepemilikan STR bagi dokter gigi dan dokter gigi spesialis sejumlah 93% responden dapat menunjukkan ketersediaan dokumen HO, dan 7% responden tidak dapat menunjukkan keteresediaan HO. Sedangkan tentang ketersediaan Nama 100% responden menunjukkan identitas nama sebagai dokter. hal ini sudah sesuai dengan UU no 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran. 2. Aspek Pelayanan ditunjukkan dengan kepatuhan terhadap SPO a. Dokter umum dan dokter spesialis Permenkes no 1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran dinyatakan bahwa standar pelayanan kedokteran adalah pedoman yang harus diikuti oleh dokter dan dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran. pergub DIY no 59 tahun 2012 dinyatakan bahwa rujukan balik adalah rujukan atas kasus yang dirujuk, fasilitas penerima rujukan akan merujuk balik pasien setelah memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhannya, sehingga rujukan berjalan menurut alur/spo yang ditetapkan. Demikian juga dengan merujuk pasien adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah kesehatan dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik vertikal maupun horisontal maupun struktural dan fungsional terhadap kasus 61

penyakit, masalah penyakit, atau permasalahan kesehatan. Dalam pemberian resep dijumpai telah mencapai 92 %. Di dalam KKI tahun 2006 tentang komunikasi efektif dokter-pasein dinyatakan bahwa setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi tidak terlepas dari komunikasi efektif dokterpasien. Komunikasi dokter-pasien merupakan hubungan yang berlangsung antara dokter/dokter gigi dengan pasiennya selama proses pemeriksaan/pengobatan/perawatan yang terjadi di ruang dokter-pasien, praktik perorangan, poliklinik, rumah sakit, dan puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan masalah kesehatan pasien. komunikasi dokter-pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai dokter. Sehingga apabila dilihat dari diagram di atas maka terkait komunikasi efektif dokter pasien harus seuai dengan prosedur/spo yang berlaku. Sedangkan di dalam keputusan konsil kedokteran Indonesia no 18/KKI/IX/2006 tentang buku penyelenggaraan Praktik Kedokteran yang baik dinyatakan bahwa setiap dokter dan dokter gigi wajib menjaga kerahasiaan. Sehingga apabila dilihat di dalam diagram di atas nampak bahwa untuk menjaga kerahasiaan pasien sebesar 84%. b. Dokter gigi dan dokter gigi spesialisf Pemberian aspek pelayanan dokter gigi dan dokter gigi spesialis dalam rangk, pemenuhan layanan sudah mencapai hingga lebih dari 80% aspek pelayanan. Hal ini sejalan dengan Permenkes no 1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran yang menyatakan bahwa standar pelayanan kedokteran adalah pedoman yang harus diikuti dan dipatuhi oleh dokter dan dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran. Aspek pelayanan menjaga kerahasiaan pasien, salah satu yang diamati adalah penyimpanan berkas Rekam Medik milik pasien (RM). Hal ini sesuai dengan 1438/Menkes/Per/I/2010 yang menyatakan bahwa dokter dan dokter gigi serta tenaga kesehatan lainnya di fasilitas pelayanan kesehatan harus mematuhi SPO sesuai dengan keputusan klinis yang diambilnya dan harus dicatat di dalam rekam medis. Permenkes 2052 / Menkes / Per / X / 2011 tentang izin praktik dan pelaksanaan praktik kedokteran menyatakan bahwa praktek kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan juga mencantumkan kewajiban dokter dalam merujuk pasien. Hal ini juga sejalan dengan Pergub DIY no 59 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan. Aspek pelayanan dalam hal menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dengan bentukbentuk kegiatan berupa penyuluhan/ UKS/baksos di lingkungan sekitar sebagai bagian dari tugas edukasi kepada masyaraat, dari hasil survey ini 55% responden menyatakan ikut terlibat dalam proses ini, dan 45% tidak terlibat. Bentuk keterlibatan pada umumnya adalah permintaan untuk mengisi acara dalam kegiatan sosial kemasyarakatan seperti pertemuan arisan, pertemuan lansia, posyandu dll, serta dalam bentuk bakti sosial yang diselenggarakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan di mana dokter tersebut praktek. Namun 45% responden menyatakan tidak terlibat dalam kegiatan edukasi untuk masyarakat ini dikarenakan tidak ada permintaan dari masyarakat dan belum ada kegiatan yang difasilitasi oleh fasyankes setempat. 62

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Kepemilikan SIP : a. dokter umum dan dokter spesialis yang memiliki SIP sebanyak 85 % b. dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang memiliki SIP dalam melakukan praktik kedokteran sebanyak 76 % 2. Masih dijumpai dokter dan dokter gigi yang praktik tidak sesuai dengan data di Dinkes Kota Yogyakarta 3. Kepatuhan SPO a. dokter umum dan dokter spesialis merujuk pasien dalam memberikan surat keterangan kesehatan, memberikan penyuluhan dan konseling, memonitor pasien, pemberian resep, menjaga kerahasiaan, serta pemeriksaan pasien menunjukkan lebih dari 80% dokter telah melaksanakan SPO sesuai yang tercantum di dalam SPO. Sedangkan menerima rujuk balik, menggerakan masyarakat, dan memberikan pelayanan tindakan menunjukkan hasil kurang dari 80 %. b. dokter gigi dan dokter gigi spesialis pelayanan yang diberikan dokter gigi dan dokter gigi spesialis nampak bahwa SPO pemberian resep, memberikan penyuluhan dan konseling, menjaga kerahasiaan, memonitor pasien, pemberian resep, pelayanan tindakan serta pemeriksaan pasien menunjukkan lebih dari 80 % dokter telah melaksanakan SPO sesuai yang tercantum di dalam SPO. sedangkan untuk merujuk pasien, menerima rujuk balik pasien, memberikan surat keterangan kesehatan, dan menggerakkan masyarakat masih di bawah 80%. B. Rekomendasi 1. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta melakukan pendataan ulang terhadap dokter dan doktger gigi yang praktik di wilayah dinkes kota yogyakarta 2. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mensosialisasi untuk melapor kembali dokter dan dokter gigi praktik apabila telah pindah tempat praktik atau sudah tidak praktik 3. Dinas Kesehetan Kota Yogyakarta melakukan sosialisasi akan perlunya SIP dalam menjalankan praktik kedokteran 4. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Mensosialisasi akan perlunya kepatuhan SPO dalam menjalankan praktik kedokteran DAFTAR PUSTAKA 1. Permenkes No. 36 Tahun 2012 tentang Kerahasiaan Kedokteran 2. UU No. 29 Tahun 2004 tentang pelaksanaan Praktik Kedokteran 3. Permenkes No. 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik 4. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta no 59 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan 5. Peraturan Walikota Yogyakarta No. 33 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Perizinan pada Pemerintah Kota Yogyakarta 6. Departemen Kesehatan RI, 2006,Manual Rekam Medik, Jakarta 7. Permenkes No. 269 Th. 2008 tentang Rekam Medis 8. Departemen Kesehatan RS, 2006 KKI, tentang Kompetensi Praktik Kedokteran 9. Permenkes No. 1438/Menkes/ Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran 10. Pohan, I.,S.,MPH.,MH.,Dr. 2007 Jaminan Mutu Layanan Kesehatan : Dasar-dasar Pengertian dan Penerapan EGC Jakarta 63