KASUS FENOMENA ASFIKSIA PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) (Di RSUD Kota Semarang Tahun )

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF BBL PADA BY I DENGAN BBLR HARI KE-2 DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN Ida Susila* Dini Novia Sari**

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

HUBUNGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DENGAN DERAJAT LASERASI JALAN LAHIR PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

Hubungan Antara Partus Lama Dan Kondisi Air Ketuban Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir (Stady Kasus Di Rsud Kota Salatiga Tahun 2012)

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

UMUR DAN PENDIDIKAN IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BBLR

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

Hardiana 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

FAKTOR MATERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN BBLR

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan

I. PENDAHULUAN. terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU. LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN Husin :: Eka Dewi Susanti

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk pada ibu yang mengandung dan melahirkan bayi BBLR (Berat

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di Indonesia, dari

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia yaitu World

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI. NY. N DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI KAMAR BAYI RESIKO TINGGI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

Laila Rahmi Stikes Syedza Saintika Padang ABSTRAK

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : HUBUNGAN RIWAYAT PERSALINAN PADA IBU MULTIPARA DENGAN

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : YOLANDA KOLO

HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD WATES KULON PROGO

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

Susi Akper YPSBR Bulian Korespondensi Penulis :

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSU RA KARTINI JEPARA. Gunawan, Anik Sholikah, Aunur Rofiq INTISARI

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Maolinda et al.,persalinan Tindakan...

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 3 Oktober 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan dan pertumbuhan bayi selanjutnya. Salah satu masalah

Prevalensi Kejadian Asfiksia Neonatorum Ditinjau Dari Faktor Risiko Intrapartum Di PONEK RSUD Jombang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA PERIODE NASKAH PUBLIKASI

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL YANG MENJALANI PERSALINAN SPONTAN DENGAN ANGKA KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD SRAGEN TAHUN

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN 2010

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN NILAI APGAR BAYI BARU LAHIR DI RSUD SUKOHARJO

PENGARUH PERAWATAN BAYI LEKAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

HUBUNGAN RIWAYAT BBLR DENGAN RETARDASI MENTAL DI SLB YPPLB NGAWI Erwin Kurniasih Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

PENGARUH UMUR KEHAMILAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KOMPLIKASI PASSENGER PADA IBU BERSALIN DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK. Yayuk Norazizah, Ristitiati, Ummu Latifah

Kata kunci : persalinan preterm dan aterm, apgar score, berat badan, panjang badan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

Volume 08 No. 02. November 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN STANDART PELAYANAN KEHAMILAN TERHADAP KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2011

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DAN PERDARAHAN POSTPARTUM

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

GAMBARAN PENERAPAN METODE KANGURU DALAM PENCEGAHAN HIPOTERMI PADA BBLR DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN Oleh

HUBUNGAN PREEKLAMSIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RSD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA BERAT DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA NEONATUS DENGAN IBU PASCA SECTIO CAESAREA DI RUANG MAWAR RSUD dr.doris SYLVANUS, PALANGKA RAYA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. S DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR ) DI BANGSAL KBRT RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

Transkripsi:

KASUS FENOMENA ASFIKSIA PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) Vivin Supinah Dosen Tetap Akbid Nadira Bandar Lampung ABSTRAK Latar Belakang: Salah satu masalah nutrisi makro yang masih membutuhkan perhatian adalah masalah BBLR Bayi (BBLR). Tingkat kematian yang tinggi bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang yang akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak-anak, dan mempengaruhi penurunan kecerdasan. Di rumah sakit semarang jumlah bayi yang baru lahir pada tahun 2009 sebesar 604 bayi, 139 bayi yang memiliki berat badan lahir rendah (23,01%), dan bayi BBLR dengan asfiksia 121 (87.05%). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan BBLR Bayi dengan asfiksia di RSUD Kota Semarang 2009-2010. Metode Penelitian adalah deskriptif analitik, dengan pendekatan waktu retrospektif. Populasi dalam penelitian iniadalah bayi yang baru lahir di RSUD Kota Semarang 2009-2261 2010, yaitu sebanyak bayi, 96 bayi. Hasil penelitian: frekuensi bayi BBLR sebanyak 33 bayi (34,4%), dan yang tidak rendah berat lahir adalah 63 (65,6%), dan BBLR yang sesak napas sebanyak 22 bayi (22,9%), dan berat lahir rendah yang tidak sesak napas sebanyak 19 bayi(19,8%). Setelah dilakukan penelitian didapatkan hasil ada hubungan antara bayi berat lahir rendah dengan asfiksia kejadian di Rumah Sakit Kota Semarang tahun 2009-2010 (p value <0,05) Kesimpulan: ada hubungan bayi berat lahir rendah dengan kejadian asfiksia di Rumah Sakit Kota Semarang tahun 2009-2010 (p value <0,05). Dengan semua hasil ini diharapkan terus meningkatkan kesadaran kejadian bayi berat lahir rendah juga paling Sesak napas sehingga sehingga masih bisa mengurangi morbiditas. Kata kunci : Bayi berat lahir rendah, kejadian asfiksia Page 15

Pendahuluan Salah satu masalah gizi makro yang masih memerlukan perhatian adalah masalah Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang yaitu akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak, serta berpengaruh terhadap penurunan kecerdasan. Menurut organisasi kesehatan dunia Angka Kematian Bayi (AKB) sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal (usia di bawah 1 bulan). Setiap 5 menit terdapat satu neonatus yang meninggal. Penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, neonatorum, infeksi, dan kelainan congenital (Depkes, 2000). Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 AKB khususnya angka kematian bayi baru lahir tercatat 26 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian neonatal 0-6 hari adalah gangguan pernafasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), kelainan darah/ikterus (6%), postmatur(3%) dan kelainan congenital (1%). (SDKI, 2009). Penyebab utama morbiditas dan mortalitas BBLR dinegara berkembang adalah asfiksia, sindrom gangguan nafas, infeksi serta komplikasi hipotermia dapat menimbulkan penyulit infeksi, gagal ginjal, serangan apnea dan lain-lain yang dapat mengakibatkan kematian. Di negara Indonesia sendiri tingginya mortalitas dan morbiditas BBLR masih menjadi masalah utama (Adam malik, 2001). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah kematian Bayi tahun 2006 menurut survey kesehatan daerah mencapai 8,3 per 1000 kelahiran hidup atau terjadi penurunan bila dibanding AKB tahun 2005 sebesar 23,71 per 1000 kelahiran hidup dan angka kejadian bayi dengan BBLR terus meningkat dari tahun 2004 sebesar 74,45% menjadi 90,86% pada tahun 2005, menjadi 93,54% pada tahun 2006 dan 96,34% tahun 2007(Dinkes Jateng). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang, Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2008 sebanyak 94 orang (7,15%), penyebabnya yaitu BBLR : 38 orang (39,17%), asfiksia : 46 orang (47,42%) dan lain-lain : 12 orang (12,37%) (DinKes Kota Semarang, 2008). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara petugas yang bertugas diruang kebidanan, bahwa penyebab kematian di RSUD Kota Semarang ini adalah BBLR dengan,yaitu sebanyak 12 bayi meninggal pada tahun 2009, dan 10 bayi meninggal pada tahun 2010. Jumlah bayi baru lahir tahun 2009 berjumlah 604 bayi, yang mengalami BBLR 139 bayi (23,01%), dan BBLR dengan asfiksia 121 bayi (87,05%), dan yang meninggal 12 bayi (9,91%), BBLR yang mengalami infeksi 22 bayi (15,83%), sedangkan BBLR yang mengalami hipotermi 95 bayi (68,34%). Sedangkan pada tahun 2010 bayi baru lahir berjumlah 548, yang mengalami BBLR berjumlah 161 bayi (29,37%). Dan BBLR dengan asfiksia 141 bayi (87,57%), dan yang meninggal 10 bayi (7,09%), BBLR yang mengalami infeksi 63 bayi (39,13%), sedangkan BBLR yang mengalami hipotermi 66 bayi (40,99%) (buku register kelahiran tahun 2009-2010). Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan berat badan lahir rendah dengan kejadian asfiksia di RSUD Kota Semarang, karena dari tahun 2009-2010 kejadian bayi BBLR di RSUD Kota Semarang semakin meningkat. Salah satu faktor penyebab asfiksia tersebut adalah bayi BBLR. Oleh karena itu, saya tertarik melakukan penelitian ini yang berjudul Kasus Fenomena Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RSUD Kota Semarang Tahun 2009-2010. Page 16

Bahan Dan Cara Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel. penelitian akan dilaksanakan pada bulan april sampai dengan bulan mei tahun 2011. Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah semua bayi baru lahir di RSUD Kota Semarang Tahun 2009-2010. Dalam penelitian ini populasi yang diambil 2261 bayi baru lahir di RSUD Kota Semarang tahun 2009-2010. Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan dokumentasi. Alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu rekam medik. Hasil Penelitian 1. Berat Badan Bayi Lahir Tabel 1 Distribusi Frekwensi Berat Badan Bayi Lahir di RSUD Kota Semarang Tahun 2011 BBLR Frekwensi Persentase Tidak BBLR 63 65,6% 34,4% BBLR 33 Jumlah 96 100% Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat di RSUD kota Semarang mempunyai berat badan lahir tidak BBLR sebanyak 63 bayi (65,6%) dan sebagian kecil mempunyai berat badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 33 bayi (34,4%). 2. Kejadian Tabel 2 Distribusi Frekwensi Kejadian di RSUD Kota Semarang Tahun 2011 Kejadian Frekwensi Persent ase Tidak asfiksia 55 41 57,3% 42,7% Jumlah 96 100% 3. Hubungan Berat Badan Bayi Lahir dengan Kejadian di RSUD Kota Semarang Berdasarkan Tabel 2. diatas, maka dapat di RSUD Kota Semarang tidak mengalami sebanyak 55 bayi (57,3%) dan sebagian kecil mengalami asfiksia sebanyak 41 bayi (42,7%). Berat badan Bayi Lahir Tidak BBLR Tabel 5.3. Tabel Silang Berat Badan Lahir dengan Kejadian di RSUD Kota Semarang Tahun 2011 Tidak asfiksia 44 45,8% BBLR 11 11,5% Jumlah 55 57,3% Kejadian Total X 2 P Value 19 19,8% 22 22,9% 41 42,7% 63 11,797 0,001 65,6% 33 34,4% 96 100% Berdasarkan tabel silang diatas, dapat diketahui bahwa bayi yang lahir dengan tidak BBLR sebagian besar tidak mengalami asfiksia sebanyak 44 bayi Page 17

(45,8%) dan sebagian kecil mengalami asfiksia sebanyak 19 bayi (19,8%). Pada bayi yang lahir dengan BBLR sebagian besar mengalami asfiksia sebanyak 22 bayi (22,9%) dan sebagian kecil tidak mengalami asfiksia sebanyak 11 bayi (11,5%). Hasil analisa data dengan menggunakan Chi Square antara berat badan lahir bayi di RSUD Kota Semarang dengan kejadian asfiksia didapatkan nilai Chi square sebesar 11,797, dengan nilai p value sebesar 0,001 (< 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara BBLR dengan kejadian asfiksia di RSUD Kota Semarang tahun 2011. Pembahasan 1. Berat Badan Lahir Berdasarkan hasil penelitian dapat di RSUD Kota Semarang mempunyai berat badan lahir tidak BBLR sebanyak 63 bayi (65,6%) dan sebagian kecil mempunyai berat badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 33 bayi (34,4%). Bayi baru lahir atau neonatus adalah bayi yang berusia 0 1 bulan. Ditinjau dari perkembangan dan pertumbuhan bayi, periode perinatal merupakan periode yang paling kritis. Pencegahan asfiksia mempertahankan suhu tubuh bayi, terutama pada BBLR, pemberian ASI dalam usaha menurunkan angka kematian karena diare, pecegahan infeksi, pemantauan kenaikan berat badan dan stimulasi psikologi merupakan tugas pokok bagi pemantau kesehatan bayi dan anak. Menurut Sarwono Prawirohardjo (2006) pengertian berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram). Berat bayi lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat yang ditimbang dalam 1jam setelah lahir. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi lahir di RSUD Kota Semarang adalah tidak BBLR, namun tingginya angka BBLR di RSUD Kota Semarang yang mencapai 34,4% perlu mendapatkan perhatian yang serius dari dinas kesehatan kota Semarang agar kelahiran dengan BBLR dapat ditekan serendah mungkin sehingga dapat menambah angka harapan hidup bayi baru lahir dan dapat mencegah timbulnya penyakit akibat bayi lahir rendah. Dalam hal ini faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR dilihat dari karakteristik sosial ekonomi (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status ekonomi), biomedis dan riwayat persalinan ibu (umur ibu, urutan anak, keguguran/ lahir mati) pelayanan antenatal (frekuensi periksa hamil, umur kandungan saat memeriksa kehamilannya) 2. Kejadian Berdasarkan hasil penelitian dapat di RSUD Kota Semarang tidak mengalami asfiksia sebanyak 55 bayi (57,3%) dan sebagian kecil mengalami asfiksia sebanyak 41 bayi (42,7%). neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segaera setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh karena hipoksia janin yang terjadi dalam kandungan yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Umumnya asfiksia neonatorum merupakan kelanjutan dari hipoksia/ anoksia janin (Rustam Moctar, 2000). Sedangkan Manuaba (2000) mendefinisikan asfiksia sebagai keadaan bayi tidak bernafas spontan dan teratur sehingga dapat menurunkan O2 dan meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi lahir di RSUD Kota Semarag tidak mengalami asfiksia namun angka kejadian asfiksia juga masih tinggi (42,7%) sehingga perlu dilakukan langkah langkah penanggulangan terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir. Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi saat janin intra uterin Page 18

karena gangguan pertukaran gas serta transport O 2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O 2 dan dalam menghilangkan CO 2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selain kehamilan, secara mendadak karena hal- hal yang diderita ibu selama persalinan. 3. Hubungan BBLR dengan Kejadian Hasil analisa data dengan menggunakan Chi Square antara berat badan lahir bayi di RSUD Kota Semarang dengan kejadian asfiksia didapatkan nilai Chi square sebesar 11,797, dengan nilai p value sebesar 0,001 (< 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara BBLR dengan kejadian asfiksia di RSUD Kota Semarang tahun 2011. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (Budjang Rachma, 2005). Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm masa gestasi < 37 minggu. Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak sub kutan kurang, sering tampak peristaltik usus, tangisannya lemah dan jarang, pernafasannya sering tidak teratur dan sering timbul apnea, otot masih hipotonik, sehingga sikap dalam keadaan kedua tungkai dalam abduksi sendi lutut dan sensi lutut dalam fleksi dan kepala mengarah kesatu sisi. Penyulit bayi dengan berat badan lahir rendah mempunyai penyulit sebagai berikut :Umur hamil saat persalinan; makin muda kehamilan makin sulit beradaptasi dengan keadaan luar rahim sehingga terjadi komplikasi yang makin besar, asfiksia/ iskemia otak; dapat terjadi nekrosis dan perdarahan, gangguan metabolisme; menimbulkan asidosis, hipoglisemia, dan hiperbilirubinemia, mudah terjadi infeksi; mudah terjadi sepsis dan meningitis, bila bayi dengan berat badan lahir rendah dapat mengatasi masih perlupertimbangkan kelanjuan penyulit yaitu gangguan pasca indra, gangguan motorik saraf pusat, dapat terjadi hidrosefalus, cerebral palsy (Manuaba, 2000). neonatorum dapat diartikan sebagai kegagalan bernafas bayi baru lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukan oksigen dan mengeluarkan zat asam arang dari tubuh bayi. Menurut (Pusdinakes, 2001) derajat kliniksnya, asfiksia terbagi menjadi 2 yaitu asfiksia ringan sedang (livida) dan asfiksia berat (palida).(pusdinakes, 2001) Kekurangan O 2 pada janin intra uterin juga merangsang usus sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin asfiksia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara berat badan lahir rendah dengan kejadian asfiksia di RSUD Kota Semarang. Dengan hasil penelitian tersebut maka dapat dilakukan langkah langkah preventif guna mencegah terjadinya kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah seperti dengan pemeriksaan kehamilan yang rutin baik pada bidan maupun ke puskesmas atau tenaga kesehatan yang berkompeten sehingga dapat dideteksi perkembangan janin tersebut dari awal sehingga kejadian asfiksia pada bayi baru lahir dapat ditekan seminimal mungkin. Namun bila memang bayi lahir dengan berat badan lahir dapat dilakukan langkah langkah medis sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh rumah sakit sehingga angka mortalitas bayi dengan berat badan lahir rendah dapat ditekan seminim mungkin. Simpulan 1. Sebagian besar bayi lahir di RSUD Kota Semarang tidak menderita asfiksia sebanyak 55 bayi (57,3%). Hasil analisa data dengan menggunakan Chi Square antara berat badan lahir bayi di RSUD Kota Semarang dengan kejadian asfiksia Page 19

didapatkan nilai Chi square sebesar 11,797, dengan nilai p value sebesar 0,001 (< 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara BBLR dengan kejadian asfiksia di RSUD Kota Semarang tahun 2009-2010. 2. Sebagian besar bayi lahir di RSUD Kota Semarang mempunyai berat badan lahir tidak BBLR sebanyak 63 bayi (65,6%). Saran Berdasarkan hasil penelitian ini semoga dapat berguna bagi masyarakat sebagai informasi dan pengetahuan tentang kesehatan agar masyarakat lebih memperhatikan asupan gizi yang di konsumsi setiap harinya khususnya pada ibu hamil, agar bayinya tidak lahir dengan berat badan rendah. Sehubungan dengan metode penelitian yang saya lakukan adalah menggunakan data skunder maka diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut dengan dengan menggunakan data primer sehingga diperoleh tentang kejadian asfiksia yang terjadi pada BBLR. Daftar Pustaka Amminulah, Asri. 2005. Asphyxia and multi organ dysfunction in prematurity. Jakarta: Departemen IKA FKUI/ RS. CM Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta : Jakarta. Bobak. 2005. Buku ajar keperawatan maternita. Jakarta:EGC David, Ty Liu. 2007. Manual persalinan. Jakarta: EGC Hidayat, A. Aziz alimun. 2008. Ilmu kesehatan anak, Jakarta: Salemba medika Hidayat, A. Aziz alimun. 2008. Penghantar ilmu keperawatan anak 1, Jakarta:Salemba medika Manuaba, I.B.G. 2000. Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan KB. Jakarta:EGC Manuaba, I.B.G. 2008.Gawat Darurat Obstetri Gynekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial untuk Bidan.EGC: Buku Kedokteran Maryunani. 2008, Buku saku asuhan bayi baru lahir normal, Jakarta: Trans info media jakarta Mochtar, Rustam.2000, Sinopsis Obstetri, Jakarta: EGC Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka apta: Jakarta Oxorn, Hary. 1996. Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta: Yayasan esentia medika Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. YPB: Jakarta Pusponegoro, Hardiona D. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Sarwono, Prawirohardjo. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Wiknjosastro, Gulardi H. 2005. Pencegah KelahiranBBLR. Jakarta: FKUI Jakarta Word, Health Organization. 2007. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC Ulfa Arum Puspita. 2006. Hubungan Antara Pre-eklamsi Pada Hamil Dengan Kejadian Neonatoru. STIKES Karya Husada Semarang Page 20