MENGAPA HANYA SEDIKIT AWAN KONVEKTIF YANG TUMBUH DI ATAS DAERAH BANDUNG PADA PERIODE 10 DESEMBER 1999 S.D 04 JANUARI 2000?

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS CUACA EKSTREM LOMBOK NTB HUJAN LEBAT (CH mm) DI LOMBOK TENGAH 15 SEPTEMBER 2016

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

Analisis Hujan Lebat pada tanggal 7 Mei 2016 di Pekanbaru

STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPANDAN

ANALISIS CUACA PADA SAAT PELAKSANAAN TMC PENANGGULANGAN BANJIR JAKARTA JANUARI FEBRUARI Abstract

TINJAUAN SECARA METEOROLOGI TERKAIT BENCANA BANJIR BANDANG SIBOLANGIT TANGGAL 15 MEI 2016

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS CUACA EKSTRIM TERKAIT KEJADIAN HUJAN LEBAT DAN BANJIR DI PULAU BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA - BELITUNG TANGGAL 11 MARET 2018

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

KEJADIAN POHON TUMBANG DI PANGKALAN BUN TANGGAL 5 APRIL 2017

ANALISIS KLIMATOLOGI HUJAN EKSTRIM BULAN JUNI DI NEGARA-BALI (Studi Khasus 26 Juni 2017)

ANALISIS KONDISI ATMOSFER PADA KEJADIAN BANJIR DI WILAYAH JAKARTA SELATAN (Studi kasus banjir, 27 dan 28 Agustus 2016) Abstrak

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM TERKAIT HUJAN LEBAT, BANJIR DAN TANAH LONGSOR DI KOTA BALIKPAPAN DAN PENAJAM PASIR UTARA (PPU) TANGGAL 17 MARET 2018

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Executive Summary Laporan Kondisi Cuaca di Wilayah Sumatera Barat dan Sekitarnya tanggal September 2009

SIKLON TROPIS YVETTE DAN DAMPAKNYA TERHADAP KONDISI CUACA DI INDONESIA (19 23 Desember 2016) Disusun oleh : Kiki, M. Res Rudy Hendriadi

ANALISIS CUACA KEJADIAN BANJIR DAN TANAH LONGSOR TANGGAL 7 MARET 2018 DI LEMBANG TUMBANG DATU SANGALLA UTARA KABUPATEN TANA TORAJA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA S STASIUN METEOROLOGI MARITIM KENDARI

ANALISIS CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI WILAYAH KAB. SUMBAWA TANGGAL 11 FEBRUARI 2017

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

KAJIAN METEOROLOGI TERKAIT HUJAN LEBAT MENGGUNAKAN SATELIT TRMM, SATELIT MT-SAT DAN DATA REANALISIS (Studi Kasus Banjir di Tanjungpandan)

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTREM SURABAYA DI SURABAYA TANGGAL 24 NOVEMBER 2017

ANALISIS KONDISI CUACA PULAU JAWA PADA TANGGAL 8 JANUARI 2009 BERDASARKAN PEMANFAATAN LUARAN MM5

ANALISIS EKSTRIM DI KECAMATAN ASAKOTA ( TANGGAL 4 dan 5 DESEMBER 2016 )

ANALISA CUACA TERKAIT BANJIR DI KABUPATEN TANGGAMUS LAMPUNG (26 OKTOBER 2017)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI NABIRE

ANALISA PERGERAKAN SIKLON TROPIS STAN DAN SIKLON TROPIS YVETTE DAN DAMPAKNYA TERHADAP CURAH HUJAN DI SUMBAWA BESAR

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KONDISI ATMOSFER TERKAIT HUJAN LEBAT DI WILAYAH PALANGKA RAYA (Studi Kasus Tanggal 11 November 2015)

IDENTIFIKASI MESOSCALE CONVECTIVE COMPLEX (MCC) DI SELAT KARIMATA. Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta

I. INFORMASI METEOROLOGI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KEJADIAN TANAH LONGSOR DI WILAYAH PEJAWARAN BANJARNEGARA

ANALISIS BANJIR DI WILAYAH BIREUEN TANGGAL 12 JUNI Oleh : Syahrir Stamet kelas 1 Blang bintang Banda Aceh

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KEJADIAN BANJIR BANDANG

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS CURAH HUJAN SAAT KEJADIAN BANJIR DI SEKITAR BEDUGUL BALI TANGGAL 21 DESEMBER 2016

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

I. INFORMASI METEOROLOGI

MONITORING DINAMIKA ATMOSFER DAN PRAKIRAAN CURAH HUJAN SEPTEMBER 2016 FEBRUARI 2017

ANALISIS KLIMATOLOGI BANJIR BANDANG BULAN NOVEMBER DI KAB. LANGKAT, SUMATERA UTARA (Studi Kasus 26 November 2017) (Sumber : Waspada.co.

Analisis Korelasi Suhu Muka Laut dan Curah Hujan di Stasiun Meteorologi Maritim Kelas II Kendari Tahun

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

Stasiun Meteorologi Klas I Sultan Iskandar Muda Banda Aceh

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

MEMPRAKIRAKAN KEDATANGAN FENOMENA EL-NINO TAHUN 2002~2003

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

I. INFORMASI METEOROLOGI

VARIASI SPASIAL DAN TEMPORAL HUJAN KONVEKTIF DI PULAU JAWA BERDASARKAN CITRA SATELIT GMS-6 (MTSAT-1R) YETTI KUSUMAYANTI

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA

Variasi Iklim Musiman dan Non Musiman di Indonesia *)

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SANGAT LEBAT DI CURUG (Studi Kasus Tanggal 9 Februari 2015)

BMKG BMKG I. INFORMASI KEJADIAN

STASIUN METEOROLOGI NABIRE

STASIUN METEOROLOGI KLAS I SERANG

STASIUN METEOROLOGI PATTIMURA AMBON

ANALISIS CUACA KEJADIAN BANJIR TANGGAL 26 OKTOBER 2017 DI BANDARA PONGTIKU KABUPATEN TANA TORAJA

ANALISIS KEJADIAN HUJAN ES DI DUSUN SORIUTU KECAMATAN MANGGALEWA KABUPATEN DOMPU ( TANGGAL 14 NOVEMBER 2016 )

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Analisis Pola Distribusi Unsur-Unsur Cuaca di Lapisan Atas Atmosfer pada Bulan Januari dan Agustus di Manado

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KEJADIAN BANJIR DAN LONGSOR

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN ANGIN PUTING BELIUNG DI ARJASA SUMENEP TANGGAL 03 APRIL mm Nihil

ANALISIS KEJADIAN EL-NINO DAN PENGARUHNYA TERHADAP INTENSITAS CURAH HUJAN DI WILAYAH JABODETABEK SELAMA PERIODE PUNCAK MUSIM HUJAN TAHUN 2015/2016

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :

ANALISIS CUACA EKSTREM NTB HUJAN LEBAT DI SAMBELIA LOMBOK TIMUR TANGGAL 08 FEBRUARI 2017

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

I. INFORMASI METEOROLOGI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR

IDENTIFIKASI CUACA TERKAIT KEJADIAN BANJIR DI WILAYAH ACEH PIDIE PROPINSI ACEH, TANGGAL 01 JANUARI

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN ANGIN KENCANG DI PRAMBON SIDOARJO TANGGAL 02 APRIL 2018

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

LAPORAN ANALISIS HUJAN DI WILAYAH DKI JAKARTA TANGGAL 04 OKTOBER 2009

ANALISIS CUACA EKSTREM NTB HUJAN LEBAT DI STASIUN METEOROLOGI BANDARA INTERNASIONAL LOMBOK TANGGAL 11 FEBRUARI 2017

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT; ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN DASARIAN I FEBRUARI 2018

ANALISIS CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTRIM DI SUMATERA BARAT MENGAKIBATKAN BANJIR DAN GENANGAN AIR DI KOTA PADANG TANGGAL 16 JUNI 2016

ANALISA CUACA PADA SAAT KEJADIAN ROBOHNYA JEMBATAN DI PULAU BERHALA TANGGAL 7 JULI 2016

ANALISIS CUACA EKSTRIM NTB HUJAN LEBAT TANGGAL 31 JANUARI 2018 LOMBOK BARAT, LOMBOK UTARA, DAN LOMBOK TENGAH Oleh : Joko Raharjo, dkk

EVALUASI HASIL PENELITIAN PENGUJIAN EFEK BAHAN SEMAI CaO UNTUK MENGURANGI CURAH HUJAN DI DAS SAGULING JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 1999/

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

ANALISIS ANGIN ZONAL DI INDONESIA SELAMA PERIODE ENSO

ANALISIS KEJADIAN KABUPATEN SEKADAU, KALIMANTAN BARAT TANGGAL 19 FEBRUARI 2017

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

ANALISIS CURAH HUJAN DASARIAN III MEI 2017 DI PROVINSI NTB

Transkripsi:

Mengapa Hanya Sedikit Awan Konvektif..(Seto) 61 MENGAPA HANYA SEDIKIT AWAN KONVEKTIF YANG TUMBUH DI ATAS DAERAH BANDUNG PADA PERIODE 10 DESEMBER 1999 S.D 04 JANUARI 2000? Tri Handoko Seto 1 Intisari Dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara ekstensif, Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan BPPT melakukan penelitian teknologi modifikasi cuaca untuk antisipasi banjir. Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu musim basah (10 Desember s.d. 04 Januari 2000) di Bandung Jawa Barat dengan harapan dapat diperoleh data yang cukup banyak mengingat setiap data harus memenuhi criteria adanya awan konvektif dengan syarat-syarat tertentu. Akan tetapi dalam kenyataannya, dari 25 hari kerja efektif hanya diperoleh 6 (enam) data yang berarti hanya ada 6 (enam) hari yang dijumpai adanya pertumbuhan awan yang konvektif sesuai persyaratan minimal. Hal ini tentu menjadi pertanyaan yang perlu dijawab secara saintifik. Berdasarkan kajian data meteorology secara Synoptic nampak bahwa sebenarnya massa udara yang masuk kedaerah target adalah massa udara basah setelah sebelumnya melewati Samudera Hindia. Massa udara ini memasuki wilayah Indonesia dengan membentuk konvergensi untuk kemudian bergerak menuju tekanan rendah di Utara dan Selatan Wilayah Indonesia. Awan-awan konvektif tumbuh didaerah target ketika terdapat depresi-depresi kecil disekitar Pulau Jawa. Abstracts To develop its technology capability extensively, weather Modification Technical Service Unit (UPT Hujan Buatan) BPPT has done weather modification research for flood anticipation. This research was done on the wet season (December 10 1999 until January 04 2000) in Bandung West Java with hopefully that it be able to be gotten many data because every data has to require criteria existence of convective clouds with many requirements. But in the fact, from 25 effective days, there was only 6 (six) days that were met convective cloud growth according to minimum requirement s. The question is what happened at that period? This article tries to answer that question scientifically. Synoptic meteorological data shown that wet air mass come into target area after blow through Hindia Ocean. Those wet air masses come into Indonesia region and form convergence and than blow to low pressure in both of North and South of Indonesia region. Convective clouds grew on the target when there were little depressions around Java Island. Kata kunci: Awan konvektif, depresi, konvergensi. 1 UPT Hujan Buatan BPP Teknologi, Jl. M.H.Thamrin No. 08 Jakarta 10340

62 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 1, No. 1, 2000: 61-66 1. PENDAHULUAN Sebagai lembaga riset dan teknologi, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Hujan Buatan terus menerus melakukan pengembangan kemampuannya baik secara intensif maupun ekstensif. Pengembangan secara intensif dilakukan dengan menajamkan kemampuan dalam menambah curah hujan melalui teknologi yang dikenal di kalangan luas dengan hujan buatan. Penajaman dilakukan dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi teknologi. Pengembangan secara ekstensif dilakukan dengan menambah kemampuan yang keperluannya berbeda, bahkan sering dikatakan bertentangan dengan tujuan hujan buatan, yaitu mengurangi intensitas curah hujan. Untuk keperluan pengembangan teknologi secara ekstensif ini telah dilakukan penelitian yang mensyaratkan adanya data berupa awan dengan criteria tertentu sehingga perlakuan yang diberikan pada awan akan dapat berperan dalam aktivitas dinamika awan. Rentang waktu yang dipilih adalah 10 Desember s.d 04 Januari 2000 karena pada kurun waktu itu diharapkan dijumpai banyak awan konvektif sehingga diperoleh jumlah data yang banyak, meskipun teknik yang digunakan adalah teknik random. Banyaknya data yang didapat akan meningkatkan akurasi analisis yang masih menggunakan metode statistik. Akan tetapi dalam kenyataannya, selama kurun watu tersebut hanya diperoleh 6 (enam) data (UPT Hujan Buatan, 2000). Artinya dalam 25 hari efektif hanya didapatkan 6 (enam) hari yang dijumpai adanya pertumbuhan awan konvektif. Angka yang sangat jauh dari yang diharapkan karena pada saat rancangan penelitian dibuat, diperkirakan akan diperoleh data sebanyak sekitar 80 %. Hal ini tentu saja menjadi pertanyaan yang harus dijawab secara saintifik. Tulisan ini berusaha memberikan jawaban saintifik akan kejadian yang menjadi tanda tanya di atas. 2. METODE KAJIAN Dalam kajian ini digunkan data meteorologi skala sinoptik yang berhasil dikoleksi selama kegiatan penelitian teknologi modifikasi cuaca untuk melihat pengaruh bahan semai kapur tohor (CaO) terhadap awan di Bandung Jawa Barat tanggal 10 Desember 1999 s.d 04 Januari 2000. Data tersebut terdiri dari data citra satelit baik infra red maupun citra visible yang di akses setiap jam melalui internet, dan data meteorologi skala sinoptik lainnya yang berupa arah dan kecepatan angin pada level 850 mb, 700 mb, dan 500 mb, data vortisitas, data angin gradien, data TML (temperatur muka laut, SST= sea surface temperature), data kelembaban level 850 mb, 700 mb, dan 500 mb, dan data prediksi presipitasi yang dikeluarkan oleh Bureau of meteorology (BoM) Australia. Data ini sudah biasa dipakai sebagai penduga peluang pertumbuhan awan dalam setiap kegiatan modifikasi cuaca. Dengan kajian data meteorologi skala sinoptik maka diharapkan diperoleh gambaran secara umum kondisi atmosfer pada tempat dan waktu dilaksanakannya penelitian. Citra satelit memberikan gambaran kondisi perawanan near real time di daerah target. Dari beberapa citra dapat diketahui pula tendensi perubahan distribusi awan. Tekanan udara level muka laut dapat memberikan prakiraan pergerakan masa udara dan titik-titik konsentarsi awan (Iribane J.V. and Godson W.L., 1981). Data ini dilengkapi dengan data angin gradien yang menggambarkan masuknya massa udara ke daerah target (Robert A. Houze, Jr., 1993). Massa udara yang masuk bisa basah atau kering tergantung asal massa

Mengapa Hanya Sedikit Awan Konvektif..(Seto) 63 udara apakah dari perairan yang luas atau dari daratan. Kandungan uap air diudara dapat diketahui dari data kelembaban relatif. Kelembaban relatif merupakan prosentase kandungan uap air relatif terhadap kandungan maksimal yang dapat dikandung uap air pada temperatur tercatat. Semakin tinggi temperaturnya maka semakin tinggi pula uap air yang dapat dikandung. Secara saintifik kelembaban relatif merupakan fungsi uap air dan fungsi temperature. Semakin tinggi kelembabannya maka semakin baik kondisi atmosfer untuk mendukung pertumbuhan awan (Rafi l S., 1995). Massa udara yang basah tersebut bisa jadi membentuk konvergensi yang menyebabkan terjadinya awan konvektif atau hanya sekedar berhembus saja diatas daerah target atau bahkan membentuk divergensi sehingga tidak berbentuk awan. Proses-proses tersebut dapat terdeteksi melalui data vortisitas. Vortisitas didefinisikan sebagai banyaknya vektor kecepatan yang berotasi disekitar suatu titik. Dalam konteks ini maka vektor kecepatan yang dimaksud adalah angin. Semakin tinggi nilai mutlak vortisitas maka semakin besar vektor angin yang berotasi. Untuk daerah Lintang Selatan, vortisitas negatif menunjukan adanya siklonik yang mengakibatkan terbentuknya awan konvektif. Hal sebaliknya berlaku untuk lintang Utara. Untuk melengkapi data sinoptik diatas maka digunakan juga prediksi presipitasi yang dikeluarkannya setiap hari oleh BoM. Kajian sinoptik ini sangat diperlukan mengingat apapun yang terjadi pada atmosfer lokal, jika tidak didukung oleh kondisi sinoptiknya maka proses pembentukan awan konvektif akan mengalami hambatan yang berarti. Ketika kondisi sinoptik sangat baik dalam memberikan kontribusi pembentukan awan konvektif maka kondisi atmosfer lokal tidak akan banyak berpengaruh bahkan biasanya atmosfer lokal juga akan memberikan konstribusi yang mendukung pertumbuhan awan konvektif. Akan tetapi ketika kondisi sinoptiknya tidak secara dominan menentukan terjadinya pertumbuhan awan maka pertumbuhan awan konvektif sangat ditentukan oleh kondisi atmosfer lokal. Kajian atmosfer lokal dapat dilakukan dengan analisis data radio sonde. Dari data radio sonde dapat diperoleh gambaran tentang kelabilan udara yang menentukan terjadinya proses konveksi. Proses ini dapat diketahui dengan menjalankan GPCM. Beberapa parameter dan indek dapat ditunjukan oleh program GPCM. Namun biasanya untuk meluncurkan radiosonde di daerah penelitian diperlukan biaya yang sangat mahal sehingga dalam penelitian ini peluncuran radioseonde tidak dilakukan setiap hari. Di lain pihak data skala sinoptik yang meliputi daerah penelitian dapat diakses dengan mudah melalui internet. Kedua alasan saintifik dan alasan ekonomik inilah yang dijadikan dasar metedologi penelitian ini. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Citra Satelit Citra satelit yang diakses setiap jam menunjukan bahwa tutupan awan diwilayah Indonesia pada umumnya cukup banyak. Tutupan awan sudah banyak terjadi pada pagi hari. Namun sangat disayangkan didaerah Jawa Barat yang menjadi daerah penelitian, tutpan awan konvektif muncul tidak disepanjang periode penelitian. Pada awal penelitian terdapat cukup banyak tutupan awan, terutama pada tanggal 12 Desember 1999, tetapi tutupan awan di Jawa Barat segera menghilang pada tanggal 19 Desember 1999. Gambar 1 menunjukan citra satelit tanggal 18 Desember 1999 jam 17.00 WIB. Dari gambar tersebut nampak bahwa tutupan awan di Jawa Barat hampir tidak ada meskipun secara

64 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 1, No. 1, 2000: 61-66 keseluruhan di wilayah Indonesia banyak terdapat tutupan awan. Sejak tanggal 20 Desember 1999 tutupan awan mengalami peningkatan yang sangat signifikan dan pada tanggal 24 Desember 1999 terdapat tutupan awan yang paling banyak untuk daerah Jawa Barat hingga berakhirnya tahun 1999. Kondisi seperti ini terus mengalami sedikit penurunan untuk kemudian meningkat lagi pada akhir penelitian yaitu pada tanggal 04 Januari 2000, sebagaimana tampak pada gambar 2. pola konvergensi disebelah Barat wilayah Indonesia. Dengan adanya tekanan rendah disebelah Selatan (Australia) dan Utara wilayah Indonesia maka awan yang terbetuk akibat konvergensi dipintu masuk sebelah Barat. Indonesia tersebut segera menyebar ke utara dan selatan untuk kemudian membentuk konvergensi di daerah-daerah tekanan rendah tersebut. Gambar 3. Angin Gradien tanggal 18 Desember 1999 jam 19.00 WIB. Gambar 1.Citra satelit tanggal 18 Desember 1999 jam 17.00 WIB (perhatikan Jawa Barat) Gambar 4. Angin Gradien tanggal 03 Januari 2000 jam 07.00 WIB. Gambar 2. Citra satelit tanggal 04 Januari 2000 jam 17.00 WIB (perhatikan Jawa Barat). 3.2. Angin Selama kegiatan penelitian ini massa udara yang masuk ke Jawa Barat adalah massa udara basah yang melewati Samudra Hindia. Massa udara tersebut pada umumnya masuk dengan Gambar 3 menunjukan pola angin gradien pada tanggal 18 Desember 1999. Pola angin serupa sangat mendominasi selama kegiatan penelitian. Pertumbuhan awan konvektif di Jawa Barat lebih banyak dipengaruhi oleh adanya depresi-depresi kecil disekitar Jawa. Pada tanggal 03 Januari 2000 misalnya, adanya depresi di selatan Jawa mengakibatkan awan-awan yang

Mengapa Hanya Sedikit Awan Konvektif..(Seto) 65 terbentuk tidak bergerak menjauh ke sebelah selatan melainkan tetap berada disekitar pulau Jawa, sebagaimana ditunjukan pada gambar 4. 3.3. Vortisitas Sesuai dengan pola angin yang terjadi maka vortisitas didaerah penelitian selama kegiatan pada umumnya netral dan cenderung positif. Jika vortisitas netral maka massa udara yang masuk tidak membentuk konvergensi. Jika vortisitas positif maka massa udara yang masuk akan membentuk divergensi dan meninggalkan daerah target. Keduanya tidak menguntungkan dalam proses pembentukan awan. Yang terakhir bahkan tidak memungkinkan terjadinya pertumbuhan awan. Pertumbuhan awan akan dengan mudah terjadi jika vortisitas negatif, dimana massa udara yang masuk akan berkonvergensi dan tumbuhlah awan-awan konvektif. Gambar 5 menunjukan vortisitas pada tanggal 18 Desember 1999. Pola kelembaban seperti ini cukup sebenarnya cukup ideal untuk mendukung proses pembentukan awan. Udara yang cukup basah ini terjadi akibat massa udara yang masuk ke daerah penelitian sebelumnya telah melewati Samudra Hindia. 3.5. Prediksi Presipitasi Prediksi presipitasi yang dikeluarkan oleh bureau of meteorologi Australia selama penelitian cukup bervariasi dari 1 mm hingga 25 mm. Prediksi curah hujan yang cukup rendah ini didasarkan pada kurang mendukungnya parameter-parameter penduga peluang pertumbuhan awan. Gambar 6 menunjukan prediksi presipitasi 24 jam ke depan yang berlaku hingga jam 07.00 WIB tanggal 18 Desember 1999. Gambar 6. Prediksi presipitasi 24 H+ berlaku hingga jam 07.00 tanggal 18 Desember 1999. 4. Kesimpulan Gambar 5. Vortisitas tanggal 18 Desember 1999 jam 07.00 WIB. 3.4. Kelembaban Data kelembaban yang di dapat adalah kelembaban pada level 850 mb. Secara umum kelembaban pada setiap level selama kegiatan hampir sama yaitu 80%, 60%, dan 50%, masingmasing untuk level 850 mb, 700 mb, dan 500m. 1. Dari data cuaca skala sipnoptik nampak bahwa pada umumnya peluang pembentukan awan kecil. Kuatnya tekanan udara di wilayah Australia dan tidak adanya depresi-depresi kecil di katulistiwa menyebabkan massa udara yang menuju daerah target tidak membentuk konvergensi bahkan cenderung membentuk divergensi dan kemudian meninggalkan daerah target.

66 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 1, No. 1, 2000: 61-66 2. Munculnya awan-awan potensial didaerah target akibat adanya depresi-depresi kecil di sekitar pulau Jawa yang menyebabkan vortisitas di daerah target cenderung negatif. Kondisi seperti ini menyebabkan massa udara yang menuju daerah target membentuk konvergensi dan meyebabkan tumbuhnya awan-awan konvektif. Rafi l S., 1995, Meteorologi dan Klimatologi, Angkasa, Bandung Robert A. Houze, Jr., 1993, Cloud Dynamics, Academic press, inc., San Diego, Califormia UPT Hujan Buatan, 2000, Laporan Tolok Ukur Pengkajian dan Penerapan Modifikasi Cuaca Proyek Penelitian Wahana Kedirgantaraan T.A. 1999/2000 DAFTAR PUSTAKA IIribane J.V. and Godson W.L., 1981, Atmospheric Termodinamics, D. Reidel Publishing Company, Holland DATA PENULIS Tri Handoko Seto, lahir di Banyuwangi pada 12 Desember 1971, menyelesaikan sarjana fisika di Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Brawijaya Malang Agustus 1995 setelah menempuh studi selama 3 tahun 11 bulan. Bekerja di BPPT mulai Oktober 1996.