BAB I PENDAHULUAN. I.1 Judul "Permukiman Tumbuh di atas Lahan Bencana Lumpur Lapindo Dengan Prinsip Metabolisme"

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Banjir lumpur panas Sidoarjo, dikenal dengan sebutan Lumpur Lapindo atau

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1 : Peta Area Terdampak

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Geografi dan Demografi Kabupaten Sidoarjo

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PERMUKIMAN TUMBUH DIATAS LAHAN BENCANA LUMPUR LAPINDO

CLUB HOUSE Di kawasan perumahan kompleks VI PKT Bontang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Banjir lumpur panas Sidoarjo atau beberapa menyebut Lumpur

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

lebih dahulu pengertian atau definisi dari masing-masing komponen kata yang digunakan dalam menyusun judul tersebut :

Bencana Baru di Kali Porong

BSD INTERMODAL TRANSPORT FACILITY M. BARRY BUDI PRIMA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

CIREBON SHOPPING MALL PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Marina Central Place di Jakarta Utara (Sebagai Lokasi Sentral Bisnis dan Wisata Berbasis Mixed Use Area)

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Percepatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dampak Sosial Ekonomi Lumpur Lapindo

BAB III METODE PERANCANGAN

LUPSI PERUBAHAN ANTAR WAKTU, BEDAH BUKU DR. BASUKI HADIMULJONO 127

BAB. I PENDAHULUAN. lift, eskalator maupun lainnya. Di lingkungan masyarakat luar akses banyak sekali

BAB 1 PENDAHULUAN. Relokasi Stasiun Merak 1

TUGAS AKHIR PERIODE 36 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TERMINAL BUS TIPE A KOTA TEGAL

REDESAIN PELABUHAN ULEE LHEUE SEBAGAI PELABUHAN FERRY INTERNASIONAL DI BANDA ACEH

PELABUHAN PERIKANAN PANTAI REMBANG

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. ibid 3 Profil Universitas Darussalam Gontor, Jawa Timur Dalam Angka 2013, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang BAB I PENDAHULUAN. commit to user

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI ANAK-ANAK PUTUS SEKOLAH di Sidoarjo BAB III. Metodelogi Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY

BAB I PENDAHULUAN TA 29

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Amalia H.J BAB 1 PENDAHULUAN

DESAIN PENELITIAN MYRNA SUKMARATRI ST., MT Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Container (Peti Kemas) Apartement

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG

Dukuh Atas Interchange Station BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

tahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISA TRIP DISTRIBUTION DAN TRIP ASSIGNMENT PADA JALAN ARTERI RELOKASI PORONG SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

fungsional, pendekatan kontekstual, pendekatan aspek pencitraan, pendekatan aspek teknis dan kinerja, serta pendekatan lokasi dan tapak.

Organisasi merupakan suatu wadah yang memiliki dimensi sistem sosial dan. kepentingan bersama, karena terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai

BAB III METODE PERANCANGAN. atas permasalahan dan potensi yang bersumber dari dari data data dan isu-isu

SOLO COMMAND CENTER DENGAN PENERAPAN GREENSHIP NEW BUILDING VERSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENATAAN KORIDOR JALAN KASONGAN DI BANTUL

Perumahan Golf Residence 2 Graha Candi Golf Semarang (dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis)

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

KOMPLEK GEDUNG KESENIAN SOETEDJA PURWOKERTO

1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

REST AREA TOL KANCI-PEJAGAN

BAB I PENDAHULUAN. Feri Susanty Spesial, Tahun 2007, 6). Populasi dan permintaan penduduk terhadap hunian yang semakin

BAB I PENDAHULUAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERKEBUNAN KAMPOENG BAWEN MENJADI PUSAT AGRO WISATA JAWA TENGAH.

BAB III METODE PERANCANGAN

RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK di CENGKARENG JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir Lolita Maharani ( ) Redesain Terminal Terboyo 1

BAB III. Metode Perancangan. Perancangan sentra industri batu marmer di Kabupaten Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB III METODE PERANCANGAN

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI

Gigih Juangdita

BAB III DESKRIPSI PENGGANTIAN HARTA BENDA WAKAF

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Judul "Permukiman Tumbuh di atas Lahan Bencana Lumpur Lapindo Dengan Prinsip Metabolisme" I.2 Esensi Judul I.2.1 Permukiman Pengertian dasar permukiman dalam UU No.1 tahun 2011 adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sumaatmaja (1988), "Permukiman adalah bagian permukaan bumi yang dihuni manusia meliputi segala sarana dan prasarana yang menunjang kehidupannya yang menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan". I.2.2 Bencana Lumpur Lapindo Sebuah ledakan semburan lumpur panas terjadi pada 29 Mei 2006 yang tidak diperhitungkan terjadi, semburan terus menerus terjadi tak terbendung hingga yang awalnya hanya menggenangi area pertambangan Lapindo kini menyeruak membanjiri kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, berpusat di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun Balongnongo, Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, kejadian ini merupakan bencana akibat manusia dalam skala yang sangat masif dan mempengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur. 1

2 Lokasi semburan lumpur tersebut merupakan kawasan permukiman dan di sekitarnya merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Tak jauh dari lokasi semburan terdapat jalan tol Surabaya- Gempol, jalan raya Surabaya-Malang dan Surabaya-Pasuruan- Banyuwangi (jalur pantura timur), serta jalur kereta api lintas timur Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi. Lokasi semburan lumpur ini berada di Porong, yakni kecamatan di bagian selatan Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan Kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Gempol (Kabupaten Pasuruan) di sebelah selatan. I.2.3 Metabolisme Arsitektur Kata Metabolisme menjelaskan proses menjaga sel-sel hidup. Para arsitek muda Jepang setelah Perang Dunia II menggunakan kata ini untuk menggambarkan keyakinan mereka tentang bagaimana bangunan dan kota harus dirancang. Arsitek Metabolisme dan desainer percaya bahwa kota dan bangunan bukan merupakan entitas statis, tetapi merupakan makhluk organik yang selalu tumbuh bahkan berubah. Pokok yang mendasar dari Metabolisme adalah merupakan kelanjutan dari dialog tentang penyatuan dalam satu bahasa antara unsur publik atau umum dengan ruang yang bersifat pribadi. Metabolisme bermakna koeksistensi dari berbagai elemen oleh karena itu berarti bahwa ada yang tetap di mana terjadi perubahan. Dalam berbagai hal Metabolisme menjadi analogi biologis, ditujukan untuk mengganti analogi mekanik dalam arsitektur moderen sebelumnya yang memisahkan secara fungsional, arti kiasan dari mesin, bentuk-bentuk geometri yang kaku. I.3 Latar Belakang Sebagai sebuah upaya penyelesaian masalah dengan desain, permukiman ini dilandasi atas beberapa keresahan dan persoalan yang muncul kemudian disusun untuk dijadikan pondasi masalah dan persoalan.

3 I.3.1 Evolusi Bermukim Kajian pembelajaran mengenai bagaimana manusia bermukim telah berevolusi dari masa ke masa, dimulai ketika manusia dikenal sebagai makhluk pengembara (nomaden) yang berpindah-pindah sebagai sebuah kelompok kecil, kemudian dengan perkembangan keterampilan dan kemampuan manusia untuk beradaptasi maka sedikit demi sedikit kebutuhan yang tidak terdapat dalam suatu lingkungan bisa diciptakan sehingga manusia pada akhirnya mampu bertahan dan menetap dalam suatu wilayah, saat itulah perkembangan tempat tinggal dari unit-unit berkembang menjadi sebuah permukiman hingga sampai kita mengenal sebuah titik tertinggi sebuah peradaban saat ini, kota. Dalam perjalanan perubahan tersebut, manusia telah teruji sanggup untuk hidup dalam kondisi alam yang berbeda-beda, mulai dari gurun pasir, ditengah hutan, di atas gunung, pesisir pantai, hingga dataran es sekalipun. Waktu pun memberi manusia kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya tidak hanya beradaptasi tetapi juga untuk mengembangkan teknologi dalam membantu mereka mengatasi masalah-masalah yang ditemui. Kini manusia tidak hanya tinggal didalam rumah sederhana, namun telah mampu membangun gedung pencakar langit yang juga mampu difungsikan sebagai ruang hidup yang modern, bahkan kini gedung apartemen sebagai tempat tinggal diciptakan lengkap dengan fasilitas-fasilitas penunjang kebutuhan dasar manusia, seperti pusat perdagangan dari barang-barang yang merupakan kebutuhan primer, sekunder, hingga tersier. Seolah rangkaian bangunan ini adalah lingkaran kehidupan yang mampu mewadahi segala kebutuhan manusia tanpa henti. Namun segala bentuk gerak kehidupan manusia kini masih berada dalam zona aman alam, manusia masih memiliki ruang untuk membangun di atas lahan yang ideal untuk hidup dan tumbuh.

4 Bagaimana ketika zona aman ini sudah tidak memadai? Ketika bumi dirundung kesal dan memberikan berbagai bencananya? Studi ini adalah untuk mempersiapkan sebuah bentuk evolusi bermukim yang baru, sebuah upaya menciptakan ruang untuk manusia agar mampu hidup dan tumbuh tidak hanya pada zona aman alam, namun juga pada wilayah wilayah ekstreme seperti pada wilayah bencana. Penulis mencoba mengangkat isu luapan lumpur yang terjadi di Porong, Sidoarjo, sebagai contoh kasus untuk dipelajari bagaimana jika di atas lahan terdampak diciptakan ruang untuk manusia tinggal dan hidup. I.3.2 Tragedi Lumpur Lapindo Luapan lumpur tidak hanya memberikan dampak secara fisik kepada alam, namun juga telah melumpuhkan gerak kehidupan yang pernah ada disana sebelum tragedi ini. Dampak ini tidak hanya dirasakan didalam wilayah tanggul, namun juga wilayah sekitar yang sedikit banyak terkena dampak. Beberapa keluarga kini dengan terpaksa hidup dalam rumah beralaskan lumpur karena ketidakmampuan mereka untuk pindah dan memulai kehidupan baru ditempat yang lain. Selain permukiman, adapula sawah sawah yang dahulu produktif kini sudah tidak terlihat lagi jejaknya. Banyak upaya yang dilakukan warga korban untuk melanjutkan kehidupannya namun masih dalam wilayah terdampak lumpur, seperti menjadi ojek yang mengantar keliling wilayah tanggul, membuka kios kecil di atas tanggul, adapula yang bekerja untuk korporasi mengeruk lumpur yang nantinya dialirkan ke laut melalui kali porong. Masih dibutuhkannya lahan ini untuk mereka adalah sebuah masalah dan juga tantangan yang besar.

5 I.3.3 Metabolisme Sebagai Sistem Permukiman Tumbuh Metabolisme arsitektur memiliki sejarah yang menarik jika dilihat dari sudut pandang sebuah bangunan yang berkembang. Sebagai sebuah gerakan, gagasan yang diangkat metabolisme adalah untuk menjawab tantangan zaman yang bergerak cepat, seperti ide mengenai evolusi sebuah permukiman manusia. Kiyonori Kikutake dalam karyanya Sky House, dengan melihat pola hidup yang terus berkembang, Sky House didesain untuk tetap mampu mewadahi segala kebutuhan ruang sebuah keluarga. Dalam sudut pandang bencana, metabolisme pernah digunakan sebagai sebuah gagasan untuk mempertahankan Jepang yang telah lumpuh oleh serangan sekutu melalui sistem perkotaannya. Ketika Sky House merupakan gagasan tumbuh secara individu, Kikutake menggagas proyek bernama Pear City. Pear City merupakan gagasan kota secara holistik yang pertumbuhannya telah direncakan. Terdapat sebuah tower utama, kemudian bangunan sekitarnya akan tumbuh dan berkembang untuk berbagai fungsi. Kemudian dalam kasus di wilayah ekstrem, Kikutake pernah menggagas Marine City, sebuah kota di atas air. Dengan menggunakan prinsip metabolisme inilah sistem permukiman tumbuh diciptakan, dua bagian penting yang digunakan adalah struktur masif dan sistem adaptif dari metabolisme. I.4 Permasalahan dan Persoalan I.4.1 Rumusan Permasalahan Studi ini untuk menjawab tantangan agar manusia mampu tinggal dan hidup dalam kondisi berdampingan dengan lingkungan ekstrim, kembali tinggal di tempat yang kini telah terkena luapan lumpur, desain permukiman tumbuh yang mampu mewadahi aktifitas hidup di atas lahan bencana lumpur lapindo ini.

6 I.4.2 Rumusan Persoalan Desain permukiman untuk menciptakan ruang tumbuh yang ideal di lahan bencana perlu memiliki beberapa strategi penyelesaian, meliputi : a. Permukiman percontohan yang ideal untuk tumbuh di atas lahan bencana Lumpur Lapindo berdasarkan penelitian tentang cara bermukim masyarakat sebelum bencana terjadi. b. Pemahaman sistem permukiman yang akan tumbuh, karena merupakan sebuah rangkaian jaringan tumbuh yang tidak hanya berdiri sendiri namun memiliki visi untuk kemudian berkembang menjadi sebuah rangkaian kompleks. I.5 Tujuan dan Sasaran I.5.1 Tujuan Tujuan dari studi ini adalah untuk mendapatkan konsep tinggal dan tumbuh di lahan bencana lumpur lapindo, mendesain komplek bangunan yang berfungsi dan mampu mewadahi kegiatan manusia selayaknya tinggal pada lingkungan yang mapan. Menerapkan metabolisme dengan mengambil desain struktur masif dan prinsip pengembangan yang adaptif. I.5.2 Sasaran Sasaran yang ditetapkan untuk memperoleh konsep perencanaan dan perancangan dari permukiman tumbuh di atas lahan bencana lumpur lapindo, antara lain : a. Tercapainya konsep Permukiman Tumbuh di atas Lahan Bencana Lumpur Lapindo. b. Tercapainya struktur bangunan yang mudah dikembangkan dan di duplikasi pada wilayah lumpur. I.6 Lingkup Batasan Lingkup yang dibahas adalah hal-hal arsitektural dan non-arsitektural yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan permukiman tumbuh di atas lahan bencana. Pembahasan bertujuan untuk menjawab permasalahan-

7 permasalahan desain yang mampu mewadahi aktivitas dalam bangunan. Beberapa hal utama yang dibahas antara lain adalah : a. Struktur yang relevan digunakan berdasar kondisi bencana. b. Menciptkana model sistem untuk membangun permukiman yang mampu tumbuh berjejaring berdasarkan konsep metabolisme. I.7 Alur Perencanaan Perencanaan dilakukan dengan menggabungkan antara data yang diperoleh dari kajian literatur dan hasil pengamatan dan pengumpulan data di lapangan (survey). Pengolahan dilakukan dengan transkripsi, seleksi, pengelompokan, dan penyusunan data. Sedangkan metode pemaparan data berkaitan dengan media atau cara yang digunakan. I.7.1 Metode Pengumpulan Data I.7.1.1 Studi Literatur Studi Literatur dilakukan dengan melakukan kajian pada berbagai sumber pustaka, yaitu : a. Metabolism Talk (Koolhaas, 2011) b. From Tradition to Utopia (Kikutake, 1997) c. Teknik Fondasi (Hardiyatmo, 2008) d. Shaping Neighbourhoods (Barton, 2003) I.7.1.2 Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan dengan: (1) observasi; (2) wawancara; (3) dokumentasi. Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data tentang: (1) kependudukan; (2) kondisi wilayah terdampak saat ini; (3) kemungkinan pembangunan rumah tumbuh; (4) menanggapi bencana dalam kacamata arsitektur.

8 I.7.2 Metode Pengolahan Data I.7.2.1 Transkripsi Data Transkripsi data tidak terbatas pada data wawancara dan data yang diperoleh melalui pendengaran (bunyi). Transkripsi data juga dilakukan pada data-data yang diperoleh dalam bentuk tulisan, gambar, diagram, dan tabel. Data ditranskripsikan atau ditulis ulang untuk mempermudah proses pengolahan selanjutnya, yaitu proses seleksi data. I.7.2.2 Seleksi Data Seleksi data dilakukan pada data-data yang telah dikumpulkan dan ditranskripsi menurut sumber dan waktu perolehannya. Seleksi data bertujuan untuk memilih data yang berkaitan dan mengeliminasi data yang tidak berkaitan. Seleksi juga bertujuan untuk menghindari terjadinya kesamaan data yang dapat mengakibatkan tidak efisiennya tulisan. I.7.2.3 Pengelompokan dan Penyusunan Data Pada proses ini, data dari berbagai sumber dikelompokan kemudian disusun menurut skala prioritasnya untuk saling menjelaskan dan memperkuat. Sumber data tetap dipertahankan untuk menjaga keautentikan tulisan. Kelompok data adalah antara lain: (1) kependudukan; (2) kondisi wilayah terdampak; (3) pola permukiman. I.8 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Pendahuluan berisi tentang judul dan pemahaman judul "Permukiman Tumbuh di atas Lahan Bencana". Kemudian tentang latar belakang dijelaskan dalam jejak sejarah, mengenal jenis bencana, kondisi Sidoarjo kini, penyebab semburan lumpur,

9 dampak semburan lumpur, mengenal lumpur, titik semburan lumpur. Dari latar belakang tersebut, dirumuskan permasalahan dan persoalan untuk menetapkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Pada pendahuluan juga dijelaskan tentang metode perencanaan (pengumpulan data, pengolahan data, dan penyampaian data) dan sistematika penulisan. BAB II BAB III BAB IV BAB V : TINJAUAN TEORI Tinjauan pustaka tentang: (1) arsitektur metabolisme; (2) penelitian bencana lumpur Sidoarjo; (3) struktur fondasi. Tinjauan pustaka diperoleh melalui studi literatur, studi lapangan, dan studi preseden. : TINJAUAN LOKASI Tinjauan Sidoarjo sebagai lokasi terpilih. Membahas Sidoarjo secara umum, kemudian membahas wilayah terdampak yang terpilih sebagai lokasi desain. Pembahasan umum tentang: (1) letak dan kondisi geografis Sidoarjo; (2) kependudukan Sidoarjo paska bencana semburan lumpur; (3) potensi kondisi saat ini; (4) upaya perealisasian permukiman tumbuh. Tinjauan tentang site terpilih antara lain tentang: (1) kestabilan kondisi site; (2) ketersediaan energi. : ANALISIS PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Menganalisa konsep perencanaan dan perancangan permukiman tumbuh di lahan bencana lumpur Sidoarjo. Analisis konsep bertumbuh dengan penekanan arsitektur metabolisme. : KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Pemaparan konsep perencanaan dan perancangan permukiman tumbuh di atas lahan bencana lumpur Sidoarjo.

I.9 Pola Pikir 10