BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL PERUSAHAAN. 2) Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 OBYEK PENELITIAN

BAB I fpendahuluan Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha Bentuk Usaha. Adapun Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) :

BAB II PROFIL PT PERTAMINA (PERSERO)

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. surat keputusan Gubernur Militer Sumatra Tengah pada tanggal 9 November 1948

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. tahun Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai.

BAB II PT PERTAMINA (PERSERO) MOR I MEDAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) Tbk. Wilayah Pemasaran I Medan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan adalah yang mampu menggelola segala sumberdaya (resources)

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan melalui proses pengilangan minyak mentah. Saat ini BBM telah

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dapat bersaing di pasar global. Perluasan produksi yang sangat pesat telah terjadi,

BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT WORKSHOP. 2.1 Gambaran Umum PT. Pertamina (Persero) PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO)

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. Langkat, Sumatera Utara ketika Aeilko Janszoon Zijlker berhasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. kerja, dan 20 item angket kinerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin bertambah pesat,

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produsen BBM untuk menyediakan BBM ramah lingkungan. Produk

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sistem dan teknologi di Indonesia sudah mengalami. kemajuan yang pesat. Di era informasi dan globalisasi menyebabkan

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT Pertamina (Persero)

BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV. penjelasan fase-fase yang telah dilalui oleh PT.Pertamina (Persero) :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aspek kunci ketahanan negara, kemampuan untuk memenuhi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN PERUBAHAN DAN INOVASI PT. PERTAMINA (PERSERO)

DIREKTORAT PEMBINAAN USAHA HILIR MIGAS

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri harus mampu bersaing dengan perusahaan asing yang memasuki

BAB II DESKRIPSI PT PERTAMINA PERSERO MARKETING OPERATIONREGION II PALEMBANG

ANALISIS MASALAH BBM

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era perdagangan bebas setiap perusahaan menghadapi persaingan yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, PT Pertamina (Persero) atau yang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 169 TAHUN 2000 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III OBJEK PENELITIAN

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin menarik untuk dicermati, karena terjadi fluktuasi harga BBM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

Gambar 3.1. Struktur Perusahaan

TUGAS ETIKA BISNIS CSR (Coporate Social Responsibility) PT PERTAMINA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH

BAB I PENDAHULLUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran.

TUJUAN DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA

KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang sampai saat ini masih terus dijalankan dan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah

LATAR BELAKANG PASAR DOMESTIK GAS BUMI TERBESAR ADA DI PULAU JAWA YANG MEMILIKI CADANGAN GAS BUMI RELATIF KECIL;

BAB II EKSPLORASI ISU BIS IS

BAB I PENDAHULUAN. telah memasuki fase yang lebih menantang dimana harga minyak dunia

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kilometer 3.5 lingkar timur Sidoarjo dengan daerah seluas hektar. PT. Karya

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

KEPPRES 31/1997, PEMBANGUNAN DAN PENGUSAHAAN KILANG MINYAK DAN GAS BUMI OLEH BADAN USAHA SWASTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembara Negara

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan akan mengalami beberapa fase perkembangan

2015 ANALISIS TATA LETAK DI STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UNTUK UMUM PERTAMINA CABANG

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak.

BAB I PENDAHULUAN. sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Oleh karena minyak dan gas

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja.

Transkripsi:

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN 2.1 Proses Bisnis Utama Dalam proses bisnis utamanya, Pertamina merupakan keseluruhan rantai kegiatan utama perusahaan yang terdiri dari beberapa proses bisnis yang bersifat pencarian (eksplorasi), perencanaan pengembangan, produksi, pengiriman/ penyaluran, dengan dukungan pelayanan serta mempertimbangkan interaksi antara pemasok maupun pelanggan (internal dan eksternal) serta stakeholder lainnya yang saling terkait dan berkesinambungan. Kegiatan PERTAMINA dalam menyelenggarakan usaha di bidang energi dan petrokimia, terbagi ke dalam dua sector, yaitu Hulu dan Hilir, serta ditunjang oleh kegiatan Anak Anak Perusahaan dan Perusahaan Patungan. Saat ini Pertamina sedang menuju pada penguatan kembali retailnya. Memperkuat brand di hilir. Saat ini Pertamina memasarkan dan mendistribusikan produk usaha hilirnya, yaitu : Bahan Bakar Minyak (BBM), Bahan Bakar Khusus (BBK), Non BBM dan Petrokimia, Gas, produk kilang lainnya, serta Pelumas. Untuk urusan SPBU, PT Pertamina selain membangun SPBU milik sendiridan dioperasikan sendiri, juga melakukan kerjasama dengan pemilik SPBU. PT Pertamina banyak melakukan investasi SPBU SPBU milik swasta. Misalnya dalam melakukan up grading SPBU. 14

2.1.1 Usaha Hulu Kegiatan usaha PT Pertamina hulu meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas, dan panas bumi. Untuk kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas dilakukan di beberapa wilayah Indonesia maupun di luar negeri. Pengusahaan di dalam negeri dikerjakan oleh Pertamina hulu dan melalui kerjasama dengan mitra sedangkan untuk pengusahaan di luar negeri dilakukan melalui aliansi strategis bersama dengan mitra. Untuk mendukung kegiatan intinya, Pertamina hulu juga memiliki usaha di bidang pemboran minyak dan gas. Aktivitas eksplorasi dan produksi dilakukan melalui operasi sendiri dan konsep kemitraan dengan pihak ketiga. Pola kemitraan dalam bidang minyak dan gas berupa JOB EOR (Joint Operating Body for Enhanced Oil Recovery), JOB PSC (Joint Operating Body for Production Sharing Contract), TAC (Technical Assistance Contract), BOB (Badan Operasi Bersama), penyertaan berupa IP (Indonesian Participation) dan PPI (Pertamina Participating Interest), serta proyek pinjaman; sedangkan pengusahaan panas bumi berbentuk JOC (Joint Operating Contract). Dalam hal pengembangan usaha, Pertamina telah mulai mengembangkan usahanya baik di dalam dan luar negeri melalui aliansi strategis dengan mitra. Pertumbuhan usaha hulu terutama akan dihasilkan melalui : Peningkatan usaha dengan exploration campaign untuk perluasan resource base dan reserve replacement Meningkatkan laba melalui peningkatan volume dan penurunan biaya produksi Melakukan ekspansi ke dalam dan luar negeri Meningkatkan penyertaan usaha melalui akuisisi, farm in, IP (Indonesian Participation)/PPI (Pertamina Participating Interest) 15

2.1.2 Usaha Hilir Usaha hilir merupakan integrasi Usaha Pengolahan (Pertamina memiliki tujuh Unit Pengolahan BBM, dua unit kilang LPG, dan dua unit kilang LNG & LPG, beberapa Unit Pengolahan BBM juga menghasilkan produk NBBM dan Petrokimia), Usaha Pemasaran dan Niaga (Kegiatan utama bidang pemasaran BBM, pelumas, LPG, LNG, aviasi, petrokimia, dan produk Non BBM lainnya di dalam negeri) dan Usaha Perkapalan (Pertamina memiliki armada angkatan laut untuk mengangkut minyak dan gas bumi, serta mendistribusikan produk BBM, non BBM, dan Petrokimia, baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor. Kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan kapal milik sendiri maupun kapal charter. Bidang Perkapalan juga melakukan kegiatan brokerage, ship agency, penyediaan crew kapal (crewing), dan lain lain), serta distribusi produk hilir baik didalam maupun keluar negeri yang berasal dari kilang Pertamina maupun impor yang didukung oleh sarana transportasi darat dan laut. Pengembangan usaha hilir akan terus memegang peranan yang sangat penting bagi kesinambungan dan pertumbuhan Pertamina. Ini akan dihasilkan melalui strategi strategi sebagai berikut : Mengintegrasikan proses bisnis Kilang Pemasaran yang didukung oleh kegiatan perkapalan untuk memperoleh optimalisasi, efisiensi dan efektivitas pengolahan, pemasaran, distribusi dan transportasi, sehingga secara keseluruhan tercapai biaya terendah atau sebagai cost leadership. Meningkatkan kompetensi, kehandalan dan daya saing kilang melalui peningkatan mutu, ketepatan delivery, dan pelayanan sehingga memuaskan stakeholders. 16

Mengembangkan Brand Pertamina yang didukung oleh peningkatan kompetensi produksi dan pemasaran. Melakukan upaya aliansi dengan mitra strategis dalam dan luar negeri. 2.1.3 Produk PT.Pertamina Bahan bakar minyak : Premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, minyak bakar. Bahan bakar khusus : Aviation Gasoline (Avgas), Aviation Turbine Fuel (Avtul), Bio Solar, Pertamax, Pertamax Plus, Pertamax Dex. Non BBM : Aspal, Lube Base Oil, Solvent, Green Coke, Calcined Coke, Paraffin Wax, Slack Wax, Heavy Aromate, Sulphur. Gas : Liquid Petroleum Gas, BBG, Musicool. Petrokimia : Polytam, Purified Terephthalic Acid, Paraxylene, Benzene, Propylene. Pelumas : Pelumas Kendaraan Penumpang, Pelumas Mesin Bensin 2 Tak, Pelumas Mesin Diesel Tugas Berat, Pelumas Mesin Diesel Industri, Pelumas Transmisi dan Roda Gigi, Pelumas Bantalan Industri, Pelumas Roda Gigi Industri & Pelumas Transmisi & hidrolik, Refrigerating Oils (Grease). 17

2.2 PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran (Upms) III Cabang Bandung PT Pertamina memiliki 8 (delapan) Unit Pemasaran (Upms) yang mempunyai tugas untuk menyalurkan dan memasarkan produk Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Non Bahan Bakar Minyak (NBBM). Kedelapan UPms tersebut yaitu : UPms I : Sumatera Bagian Utara UPms II : Sumatera Bagian Selatan UPms III : Jawa Bagian Barat (merupakan lokasi penelitian) UPms IV : Jawa Bagian Tengah UPms V : Jawa Bagian Timur, Bali, NTB, NTT UPms VI : Kalimantan UPms VII : Sulawesi UPms VIII : Maluku, Papua Wilayah kerja UPms III sangat luas yaitu di DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Hal ini menyebabkan PT.Pertamina membuka cabangnya di Jawa Barat pada tahun 1985 dengan nama PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran III Cabang Bandung. PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran III Cabang Bandung pertama kali berlokasi di Samoja yang kemudian pada tahun 2000 berpindah lokasi ke Jalan Wirayudha No.1 dengan alasan kondisi gedung yang sudah tidak memungkinkan untuk ditempati. PT Pertamina UPms III Cabang Bandung memiliki dua wilayah kerja yaitu Kantor Cabang Bandung, DPPU Husein Sastranegara, dan memilki tiga depot di tiga wilayah yaitu Depot Ujung Berung, Depot Padalarang, dan Depot Tasikmalaya. 18

PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran III Cabang Bandung General Manager Unit Pemasaran III Manajer Penjualan Kepala Cabang Pemasaran Bandung Tata Usaha Wira Penjualan XII Bandung Wira Penjualan XIII Bandung Pengawas Ut. Administrasi Komandan Sekuriti Ast. Pemeliharaan Sarana Penunjang Pws Adm. Pemasaran Ast Adm. Pemasaran Ast. Adm. SDM & Umum Pws Adm. Keuangan Ast Adm. Keuangan Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran III Cabang Bandung Catatan : Koordinasi aspek penjualan 19

Dari struktur organisasi yang ada pada gambar 2.1 fungsi humas Pertamina (Hupmas) akan dijelaskan lebih lanjut karena fungsi ini terkait erat dengan topik dari tugas akhir ini. Humas Pertamina disebut Hupmas (Hubungan Pemerintah dan Masyarakat). Sebutan tersebut berdasarkan Keppres RI Nomor 11 Tahun 1990 tentang Pokok pokok Organisasi Pertamina. Adapun Hupmas dalam struktur organisasi PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran III Cabang Bandung berada di bawah Pengawas Utama Administrasi. Tugas pokok Hupmas UPms III Cabang Bandung adalah : 1.) Menjembatani terjalinnya hubungan kerjasama yang harmonis antara PT Pertamina (Persero) Upms III Cabang Bandung dengan intansi Pemerintah (Sipil atau Militer) dan masyarakat intern maupun ekstern perusahaan di wilayah Jawa Barat. 2.) Membantu manajemen PT Pertamina Upms III dalam : Menyampaikan kebijakan dan tujuan perusahaan yang hendak dicapai. Membina dan memelihara citra atau image yang baik serta pendapat khalayak (Public Opinion) yang menguntungkan bagi perusahaan. Menghilangkan atau mengurangi kendala sosial psikologis yang berpotensi menghambat kelancaran kegiatan operasional perusahaan. Sebagai narasumber sekaligus gerbang utama perusahaan dalam bidang pelayanan informasi kepada stakeholders. 3.) Tata Hubungan Meningkatkan kerjasama lintas fungsi internal PT Pertamina khusus Pertamina UPms III Cabang Bandung. 20

Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang kegiatan operasional perusahaan, khususnya dalam bidang penyediaan dan penyaluran Bahan Bakar Minyak atau Non Bahan Bakar Minyak. Memelihara dan meningkatkan hubungan kerjasama yang harmonis antara perusahaan dengan lembaga instansi, sipil atau militer, pejabat pemerintahan, mass media, dan seluruh lapisan masyarakat. Menjamin kelestarian lingkungan hidup, terutama yang berada di sekitar area kerja perusahaan. 4.) Pembinaan Lingkungan (Community Development) Mendorong kemandirian masyarakat dalam melaksanakan pembangunan terhadap kondisi lingkungan. Menumbuhkembangkan sikap sense of belonging masyarakat terhadap eksistensi industri migas. Menyadarkan masyarakat bahwa dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya, industri migas bukan merupakan lembaga pemberi hadiah. 5.) Pembinaan Komunikasi Internal Hupmas PT Pertamina Cabang Bandung melakukan komunikasi internal melalui pelaksanaan kegiatan sosial seperti olahraga, seni dan budaya antara pekerja dan keluarga, serta pembinaan generasi muda. Hupmas PT Pertamina Cabang Bandung juga bertugas menyalurkan buletin dan majalah dari Hupmas PT Pertamina korporat dan Unit Pemasaran III Jakarta kepada para pekerjanya dan instansi instansi yang terkait. 21

6.) Pembinaan Pers Pembinaan pers yang dilakukan PT Pertamina adalah dengan mengadakan silaturahmi atau tatap muka secara berkala antara pihak manajemen PT Pertamina dengan pimpinan redaksi. 22