A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH

dokumen-dokumen yang mirip
MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB II. PERJANJIAN KINERJA

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

PENGUKURAN KINERJA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR CAPAIAN TUJUAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Bab 4 P E T E R N A K A N

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1977 TENTANG USAHA PETERNAKAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

PENJABARAN KKNI JENJANG KUALIFIKASI V KE DALAM LEARNING OUTCOMES DAN KURIKULUM PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TERNAK

SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

Nomor 162 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2009 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 162 TAHUN 2009

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

PENDAHULUAN. akan protein hewani berangsur-angsur dapat ditanggulangi. Beberapa sumber

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1977 TENTANG USAHA PETERNAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

tentang Prinsip-prinsip Pembuatan Kandang dan Kegiatan Belajar 2 membahas tentang Macam-macam Kandang. Modul empat, membahas materi Sanitasi dan

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 1 Tahun : 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1977 TENTANG USAHA PETERNAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN PENDAFTARAN USAHA PETERNAKAN DI KABUPATEN KUTAI

A. Luas potensi lahan sumber pakan ternak (Ha) Luas Potensi Hijauan (Ha) No Kabupaten/Kota Tanaman Padang. Pangan Rumput

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

PEMERINTAH KOTA MAGELANG

POTENSI PERIKANAN DAN PETERNAKAN PURABALINGGA. Jumat 8 Agustus 2014

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1977 TENTANG USAHA PETERNAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 17

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*)

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 6 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 1 NOMOR 3 TAHUN 2003 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH

MATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR : 2 TAHUN 2000 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 22 TAHUN 2000 T E N T A N G

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ayam broiler merupakan komoditi ternak yang mempunyai prospek

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PETERNAKAN DAN PENDAFTARAN PETERNAKAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian

IV. METODOLOGI PENELITIAN

PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN INOVASI TEKNOLOGI MEKANISASI PERTANIAN PADA PASCA PANEN DAN PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PERJANJIAN KINERJA, PENGUKURAN KINERJA, INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS TERNAK DAN ATAU BAHAN ASAL TERNAK BUPATI SUMBAWA,

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Mutu karkas dan daging ayam

I. PENDAHULUAN. Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

FORUM KOMUNIKASI STATISTIK DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN 2016

BUKU SAKU DATA PETERNAKAN DAN PERIKANAN 2014

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN JUMLAH PEMBELIAN AYAM PEDAGING DI KOTA MAKASSAR

I. PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan merupakan salah satu sumber protein hewani yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

Hubungi Kami : Studi Potensi Bisnis dan Pelaku Utama Industri PETERNAKAN di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms)

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014

PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN INOVASI TEKNOLOGI MEKANISASI PETERNAKAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani merupakan salah satu nutrisi yang sangat dibutuhkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1983 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

Transkripsi:

ix Tinjauan Mata Kuliah A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH Mata kuliah PENANGANAN DAN PENGOLAHAN HASIL PETERNAKAN ditujukan: (1) untuk mengenal dan memahami macammacam sumber hasil peternakan dan cara pemanenannya, dan (2) untuk memahami dan menguasai cara-cara menangani dan menjaga mutu hasil ternak mulai dari pemanenan dan sesudah panen sampai dengan menjadi komoditas yang siap jual. Pada akhir belajar diharapkan Anda menguasai kompetensi sebagai berikut. 1. Mengetahui berbagai jenis hasil peternakan dan kegunaannya. 2. Mengenal berbagai sumber hasil peternakan. 3. Memahami berbagai istilah dan nama-nama jenis komoditas hasil peternakan. 4. Memahami cara panen dan produksi komoditas hasil ternak serta sarana dan peralatan yang digunakan. 5. Memahami cara penanganan hasil ternak sejak panen sampai siap jual, termasuk kebutuhan wadah, pengemasan, penyimpanan dan sarana angkutan. 6. Memahami cara menjaga sanitasi lingkungan produk dan mutu produk. 7. Memahami cara menghitung rendemen atau konversi hasil pemotongan hewan. 8. Memahami kelas-kelas mutu dan cara memeriksa mutu hasil ternak. B. ISI POKOK MATERI KESELURUHAN Modul PENANGANAN DAN PENGOLAHAN HASIL PETERNAKAN memberikan pengetahuan secara menyeluruh tentang dasar-dasar cara penanganan hasil ternak berupa daging, telur dan susu. Di samping itu juga diulas hasil samping pemotongan hewan seperti kulit dan bulu serta hasil limbah berupa limbah padat dan limbah cair.

x Istilah Pascapanen berasal dari dua kata yaitu pasca yang berarti setelah atau sesudahnya dan panen yang berarti memetik hasil. Jadi secara harfiah penanganan pascapanen seolah-olah hanya menggarap hasil pertanian setelah dipanen. Karena kondisi saat panen sangat menentukan keragaan dan mutu produk, maka pengertian pascapanen selalu mencakup pemanenan yang meliputi yaitu: umur panen, tanda-tanda tepat panen, cara panen, peralatan panen, wadah untuk hasil panen, sanitasi lingkungan dan pekerja. Kondisi sebelum panen, yang juga disebut kondisi prapanen, lebih-lebih kondisi menjelang panen, sangat berpengaruh terhadap mutu dan keragaan hasil panen. Karenanya pengertian penanganan pascapanen hasil pertanian juga mencakup hal-hal prapanen yang langsung atau tidak langsung mempengaruhi mutu hasil panen. Hasil peternakan utama pada dasarnya terdiri atas daging, telur dan susu. Khususnya untuk produk telur dan susu, masing-masing secara terpisah dibahas dalam modul tersendiri. Mengenai daging yang sumber-sumbernya sangat beragam, di pasaran Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu sumber daging yang berasal dari (1) hewan besar, terutama sapi dan kerbau, (2) hewan kecil, terutama kambing, domba dan babi, dan (3) unggas, terutama ayam dan bebek. Masing-masing kelompok merupakan materi bahasan utama, dalam modul terpisah. Kelompok-kelompok tersebut menghasilkan berbagai jenis daging seperti daging sapi, daging kerbau, daging kambing, daging domba, daging babi, daging ayam, yang masing-masing telah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Daging mempunyai pengertian yang sangat kompleks. Ia hanya boleh dihasilkan dengan proses pemotongan dari hewan yang sehat. Hasil langsung dari proses pemotongan hewan ialah karkas, yaitu suatu bentuk komoditas daging yang masih utuh, belum dipotong-potong, masih berukuran besar, dan belum dapat dijual secara eceran. Kecuali ayam, yang karena berukuran kecil, karkasnya dapat langsung dijual sebagai komoditas eceran. Dari karkas utuh dapat dipotong-potong menjadi berbagai tingkat pemotongan. Hasil dari masing-masing tingkat pemotongan, menjadi

xi komoditas daging dengan nama-nama potongan daging tertentu serta sudah mempunyai golongan konsumen atau pembeli atau pelanggan tertentu pula. Khusus pada karkas sapi, kambing, domba dan babi karena berukuran besar agar dapat dipasarkan secara eceran perlu dipecah menjadi komoditas potongan karkas atau potongan daging. Di samping itu daging dari ke-empat jenis hewan itu telah dikenal secara global serta disenangi masyarakat secara universal. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dibahas tersendiri menjadi modul terpisah tentang pemecahan karkas dari hewan-hewan itu menjadi sejumlah komoditas potongan karkas dengan cara pemotongan khusus yang telah dibakukan. Hasilnya merupakan komoditas potongan daging yang telah dikenal secara internasional. Jadi materi kuliah keseluruhan dibagi menjadi 6 Modul sebagai berikut. Modul 1: Penanganan Pasca Panen Hasil Peternakan. Modul 2: Penanganan Pasca Panen Daging Ternak Kecil dan Babi. Modul 3: Penanganan Pasca Panen Daging Unggas. Modul 4: Penanganan Pasca Panen Telur Unggas. Modul 5: Penanganan Komoditas Daging. Modul 6: Penanganan Pasca Panen Susu. C. KETERKAITAN ANTAR MODUL Keterkaitan antarmodul hasil peternakan yang menjadi 6 modul itu dilukiskan pada gambar skema di bawah ini.

xii

xiii D. JUDUL DAN MATERI POKOK DI TIAP-TIAP MODUL Mata kuliah Penanganan Pascapanen Hasil Peternakan meliputi 6 modul. Modul 1. Modul 2. Modul 3. Modul 4. Modul 5. Penanganan Pasca Panen Hasil Peternakan Modul ini terdiri atas 4 Kegiatan Belajar. Kegiatan Belajar 1, membahas tentang sumber penghasil daging hewan besar; Kegiatan Belajar 2, tentang penanganan hewan sebelum dipotong; kegiatan Belajar 3, tentang pemotongan hewan besar dan Kegiatan Belajar 4, tentang penyimpanan daging dan penanganan hasil samping kulit hewan. Penanganan Pasca Panen Daging Ternak Kecil dan Babi Modul 2 terdiri atas 3 Kegiatan Belajar. Kegiatan Belajar 1, membahas tentang sumber penghasil daging hewan kecil dan babi; Kegiatan Belajar 2, tentang Pemotongan Domba dan Kambing; dan Kegiatan Belajar 3, tentang Pemotongan Babi. Penanganan Pasca Panen Daging Unggas Modul 3 terdiri atas 5 Kegiatan Belajar. Kegiatan Belajar 1, membahas tentang sumber penghasil daging unggas; Kegiatan Belajar 2, tentang pemotongan unggas; Kegiatan Belajar 3, tentang teknologi pemotongan ayam, Kegiatan Belajar 4, tentang Penanganan Jeroan dan hasil samping; dan Kegiatan Belajar 5, tentang komoditas daging unggas. Penanganan Pasca Panen Telur Unggas Modul 4 terdiri atas 4 Kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1, membahas tentang telur unggas; Kegiatan Belajar 2, tentang proses produksi telur; Kegiatan Belajar 3, tentang penanganan telur utuh; dan Kegiatan Belajar 4, tentang mutu telur. Penanganan Komoditas Daging Modul 4 terdiri atas 4 Kegiatan Belajar. Kegiatan Belajar 1, membahas tentang sistem klasifikasi komoditas daging; Kegiatan Belajar 2, tentang komoditas daging sapi; Kegiatan Belajar 3, tentang komoditas daging kambing dan domba; dan Kegiatan Belajar 4, tentang komoditas daging babi.

xiv Modul 6. Penanganan Pasca Panen Susu Modul 6 terdiri atas 5 Kegiatan Belajar. Kegiatan Belajar 1, membahas tentang jenis ternak perah; Kegiatan Belajar 2, tentang proses produksi susu; Kegiatan Belajar 3, tentang mutu susu segar; Kegiatan Belajar 4, tentang pemasaran susu segar; dan Kegiatan Belajar 5, tentang penanganan susu.