PEDOMAN PELAKSANAAN Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional Tahun 2014



dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGUATAN KESETIAKAWANAN SOSIAL

LINTAS BATAS KESETIAKAWANAN SOSIAL JAKARTA JAMBI KESETIAKAWANAN SOSIAL TANPA BATAS

PEDOMAN PENYELENGGARAAN BULAN BHAKTI KESETIAKAWANAN SOSIAL (BBKS)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KAUR PROPINSI BENGKULU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77 / HUK / 2010 TENTANG PEDOMAN DASAR KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI IBU (PHI) KE-89 TAHUN 2017

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN TEKNIS PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KELUARGA PADA SATUAN PENDIDIKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEDOMAN PELAKSANAAN HARI GURU NASIONAL TAHUN 2014 DAN HUT KE-69 PGRI

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

KATA PENGANTAR. hidayah-nya. Rencana Strategis (Renstra) Dinas Sosial Tenaga Kerja dan

BUPATI BANYUWANGI SALINAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEGIATAN SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN KELUARGA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2013 DAN HUT KE-68 PGRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

KARANG TARUNA BINTIM

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

PEDOMAN PELAKSANAAN PERINGATAN HUT KE-70 PGRI DAN HARI GURU NASIONAL TAHUN 2015

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PERINGATAN HUT KE-71 PGRI DAN HARI GURU NASIONAL TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 52 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tanggal 17 Agustus Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan Salam sejahtera bagi kita sekalian.

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2012 DAN HUT KE-67 PGRI

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

2017, No Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGUSULAN GELAR PAHLAWAN NASIONAL

Transkripsi:

KEMENTERIAN SOSIAL S. O. S S eba a Orang S t u r REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PELAKSANAAN Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional Tahun 2014 Alamat Sekretariat : Pusat : Direktorat K2KS Gedung Kementerian Sosial RI Lantai 5 Jl. Salemba Raya No. 28, Jakarta Pusat Telp./Fax. (021) 3100436 Daerah : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jambi Jl. M.T. Sugiono RT. 10 No.29 Telanaipura - Jambi Telp. 0741-63493 ha Sa Se tu One Day One Care ri Berbag i Panitia Pusat Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional dan Kementerian Sosial RI

KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Kesetiakawanan Sosial Dalam usaha untuk melakukan pengembangan nilai-nilai Kesetiakawanan Sosial digunakan strategi pendekatan melalui peringatan hari besar, yaitu Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional, adapun implementasi aksi disusun dalam bentuk rangkaian kegiatan HKSN yang di laksanakan di tingkat pusat dan di tingkat daerah. Buku ini dapat menjadi pedoman bagi pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk turut berperan aktif dalam rangkaian kegiatan HKSN. Momentum peringatan ini menjadi wadah aktualisasi nilai-nilai Kesetiakawanan Sosial untuk merintis jalan kearah terciptanya interaksi sosial masyarakat dengan semangat peduli dan berbagi. Rangkaian kegiatan HKSN tahun 2014 dan seterusnya, bertolak dari Piagam Makassar yang mengamanatkan tindak lanjut empat produk antara lain : a. Komite Kesetiakawanan Sosial Nasional, b. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial, c. Satuan Tugas Kesetiakawanan Sosial, d. Pos Komunikasi Sosial. dan bingkai rangkaian kegiatan HKSN tahun 2014 ini adalah Sehari Berbagi-Satu Orang Satu (Sebar-S.O.S). Buku pedoman ini dipersembahkan untuk seluruh masyarakat Indonesia, dan para penyelenggara kesejahteraan sosial dalam usaha untuk pengembangan nilai-nilai Kesetiakawanan Sosial, baik di Kabupaten, Kota dan Propinsi sesuai dengan kondisi setempat. Akhir kata, saya berharap, buku pedoman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi gerakan Kesetiakawanan Sosial di seluruh Indonesia. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Jakarta, Juli 2014 Direktur Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial Drs. Andi Hanindito, M.Si. NIP. 19630213 198703 1 002 Pedoman Pelaksanaan Peringatan HKSN 2014 1i

KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA JL. SALEMBA RAYA 28 JAKARTA PUSAT 10430 TELEPON (021) 3100436 LAMAN : HTTP://www.kemsos.go.id PERATURAN DIREKTUR JENDERALPEMBERDAYAAN SOSIAL DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN NOMOR : /DYS-PK.6/KPTS/07/2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERINGATAN HARI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL (HKSN) TAHUN 2014 DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN, Menimbang : a. bahwa kegiatan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) tahun 2014 dilaksanakan secara Nasional di tingkat Pusat dan tingkat daerah, maka dalam pelaksanaannya diperlukan adanya suatu Pedoman Pelaksanaan sebagai landasan dan acuan serta petunjuk sekaligus rambu-rambu bagi semua unsur yang terlibat; b. bahwa dalam melaksanakan kegiatan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) tahun 2014 perlu adanya kesamaan pemahaman, persepsi, sehingga kegiatan dapat dilaksanakan dengan benar, tepat waktu, tepat sasaran, transparan dan akuntabel; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan tentang Pedoman Pelaksanaan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) Tahun 2014; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa Dan Tanda Kehormatan (GTK); ii Pedoman Pelaksanaan Peringatan HKSN 2014

4. Undang-Undang Nomor 5 PRPS Tahun 1964 tentang Pemberian Penghargaan/Tunjangan kepada Perintis Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan; 5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235); 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun Anggaran 2014; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. 9. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405); 10. Keputusan Presiden RI No. 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan Keuangan Daerah; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578) 12. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Tugas Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Kabupaten/Kota; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/ Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738); Pedoman Pelaksanaan Peringatan HKSN 2014 iii

15. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294); 16. Keputusan Presiden RI No. 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara; 17. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 50/HUK/2007 tentang Pembentukan Tim Percepatan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan di Lingkungan Kementerian Sosial RI; 18. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial RI; 19. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 80/HUK/2014 Tentang Panitia Pusat Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional Tahun 2014. M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERINGATAN HARI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL (HKSN) TAHUN 2014. Pasal 1 Pedoman Pelaksanaan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) Tahun 2014 merupakan suatu acuan dan petunjuk sekaligus sebagai rambu-rambu bagi dinas sosial provinsi, kabupaten/kota dan para stake holder lainnya agar tercipta kesamaan persepsi dan pemahaman dalam melaksanakan rangkaian kegiatan Peringatan HKSN tahun 2014, dan kegiatan dapat terselenggara tepat waktu, tepat sasaran, transparan dan akuntabel. Pasal 2 Pedoman Pelaksanaan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) Tahun 2014, disusun dengan sistematika sebagai berikut: I. PENDAHULUAN II. SEJARAH HARI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL III. LANDASAN HUKUM IV. PENGERTIAN KESETIAKAWANAN SOSIAL V. TUJUAN PERINGATAN HKSN VI. TEMA HKSN VII. RANGKAIAN KEGIATAN HKSN 2014 VIII. KEPANITIAAN iv Pedoman Pelaksanaan Peringatan HKSN 2014

IX. TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB X. PELAPORAN XI. SUMBER DANA XII. PENUTUP Bersatu Untuk Sesama Pasal 3 Pedoman Pelaksanaan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) Tahun 2014 sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini. Pasal 4 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal, Juli 2014 DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN, HARTONO LARAS NIP. 19630306 198503 1 005 Pedoman Pelaksanaan Peringatan HKSN 2014 v

DAFTAR ISI Halaman I. PENDAHULUAN 1 II. SEJARAH HARI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL 2 III. LANDASAN HUKUM 5 IV. PENGERTIAN KESETIAKAWANAN SOSIAL 6 V. TUJUAN PERINGATAN HKSN 6 VI. TEMA HKSN TAHUN 2014 6 VII. RANGKAIAN KEGIATAN HKSN 2014 7 VIII. KEPANITIAAN 9 IX. TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB 10 X. PELAPORAN 10 XI SUMBER BIAYA 10 XII. PENUTUP 11 XIII. LAMPIRAN vi Pedoman Pelaksanaan Peringatan HKSN 2014

I. PENDAHULUAN Kesetiakawanan Sosial adalah bagian dari nilai, sikap dan perilaku prososial yang berakar dalam konteks tata budaya nusantara dan masyarakat majemuk Indonesia berdasarkan Pancasila. Dilandasi pengertian, kesadaran dan tanggung jawab sosial seluruh komponen masyarakat, bangsa dan negara dalam kerangka mengekspresikan kebudayaan Pancasila. Dalam konteks itu, nilai kesetiakawanan sosial sebagai dimensi modal sosial memiliki posisi strategis untuk menumbuh kembangkan semangat kebersamaan, saling percaya dan menerima, integrasi dan keterikatan sosial, yang dinyatakan melalui kerelaan proaktif, serta kepedulian untuk berkorban bersama masyarakat yang membutuhkan dalam kerangka mewujudkan Indonesia Sejahtera berbudaya Pancasila. Indonesia sejahtera adalah cita-cita yang perlu segera diwujudkan dalam mengejawantahkan pembukaan UUD RI 1945 aline ke-iv yang menegaskan bahwa Negara melindungi segenap tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum serta ikut serta menciptakan perdamaian dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Kondisi tersebut akan menjamin (1) setiap warga Negara Indonesia terlindungi dari berbagai goncangan dan resiko (2) setiap warga Negara berhak untuk memenuhi kebutuhan dan hak dasarnya (3) setiap warga Negara Indonesia terbebas dari berbagai masalah kesejahteraan sosial (4) terbebasnya Indonesia dari kemiskinan, kebencanaan, keterasingan/ keterbelakangan, kecacatan dan ketunaan dan (5) kian kuatnya peran masyarakat dan Pemerintah sebagai mitra kesejajaran dalam penyelenggaraan pembangunan nasional pada umumnya dan kesejahteraan sosial pada khususnya. Bahwa untuk mempercepat tingkat pencapaian atas cita-cita yang perlu diwujudkan, maka kesetiakawanan sosial sangat efektif sebagai nilai dasar. Undang-undang nomor 11 tahun 2011 tentang Kesejahteraan Sosial pasal 2 huruf (a) yang menegaskan bahwa kesetiakawanan menjadi asas dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Kesetiakawanan Sosial Nasional hakekatnya merefleksikan budaya dan kearifan nasional (nilai-nilai Pancasila) serta budaya dan kearifan (masyarakat majemuk Indonesia) yang berujung pada solidaritas kebangsaan dan integrasi nasional karena kesamaan nasib, kesamaan kebangsaan, kesamaan nusantara, kesamaan kultural, dan bahasa sebagai modal sosial kebangsaan yang menempatkan konsepsi kekamian dan kekitaan secara strategis menjadi iklim kondusif bagi proteksi dan pegembangan konsepsi keakuan. Pendekatan ini sangat berakar kuat pada kultur dan kearifan komunal masyarakat Indonesia, dimana setiap anggota atau individu mendapatkan tempatnya dan mengembangkan potensi dirinya. Gestur tat twam asi dalam arti aku adalah engkau dan engkau adalah aku, selalu menjadi tradisi dan piranti sosial dalam setiap penyelesaian berbagai masalah di lingkungan masyarakat. Kultur yang mengakar kuat ini menjadi jati diri bangsa dan semangat yang mendasari setiap perilaku dalam kehidupan sehari-hari, hanya saja dewasa ini semangat kesetiakawanan sosial yang menjadi jati diri bangsa mulai dilupakan dan kurang dirasakan keberadaanya di tengah-tengah masyarakat. Di bidang ekonomi, nilai kesetiakawanan sosial belum sepenuhnya menjadi kesadaran nasional, baik di level struktural, institusional, maupun personal. Pedoman Pelaksanaan Peringatan HKSN 2014 1

Kesenjangan terjadi antar wilayah, antara pusat dan daerah, antar pulau, antar etnik, dan antar golongan. Selain itu, revolusi globalisme di berbagai negara ditengarai tengah menetrasi berbagai modal sosial lokal, ditandai dengan sejumlah gejala antara lain menguatnya semangat individualis yang berujung pada proses penggerusan semangat kebersamaan, mencuatnya identitas komunal dan kedaerahan, melemahnya semangat kebangsaan dan nasionalisme serta makin memudarnya modal sosial masyarakat yang dilandasi oleh saling percaya, komitmen bersama, kesepakatan bersama dan aturan main dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara. Bahkan dalam beberapa hal, terjadi kanibal sosial (social cannibalism), yaitu sifat saling menghancurkan, saling membunuh karakter dan berujung pada saling mematikan.kesetiawakanan sosial nyaris terjadi pergulatan pemaknaan di tengah kehidupan masyarakat saat ini. Memudarnya perasaan empati dan peduli dan saling berbagi menjadi kepentingan individualis dan kolektif dari pada kepentingan sosial telah mendongkrak sistem perilaku sosial pro sosial dan altruistik bergeser kearah sistem perilaku prokolektif dan individualis di lingkungan masyarakat. Kohesi sosial makin bergeser menjadi kohesi kolektif berdasarkan kepentingan dan kesadaran kolektif. Makin jauhnya nilai keadilan, konflik suku, antar ras dan agama (SARA), kesenjangan ekonomi serta berbagai masalah sosial lainnya menunjukkan bahwa refleksi kesetiakawanan sosial kian menjadi isu nasional. Konflik sosial juga terjadi hampir disemua wilayah. Dalam catatan Kementerian Dalam Negeri, jumlah konflik sosial pada tahun 2012 meningkat menjadi 89 kasus dari semula 77 kasus di tahun 2011. Menurut mantan Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah (2006), ada tiga hal yang menggerus nilai kesetiakawanan sosial. Pertama, menguatnya semangat individualis karena globalisasi. Gelombang globalisasi dengan paradigma kebebasan langsung atau tidak berdampak pada lunturnya nilainilai kultural masyarakat. Kedua, menguatnya identitas komunal dan kedaerahan. Ketiga, lemahnya otoritas kepemimpinan. Hal ini terkait keteladanan para kepemimpinan yang kian memudar. Terkikisnya nilai kesetiakawanan menimbulkan ketidakpercayaan sosial, baik antara masyarakat dan pemerintah maupun antara masyarakat dan masyarakat, karena terpecah dalam aneka golongan. Kesenjangan-kesenjangan tersebut telah mengikis rasa kesetiakawan yang ada dan mengurangi semangat nasionalisme pada diri masyarakat Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut maka rasa nasionalisme harus dikembalikan pada diri masyarakat dengan mengingatkan kembali nilai-nilai kesetiakawanan sosial yang menjadi jati diri bangsa. Kesetiakawanan sosial hakekatnya merupakan kehendak untuk bersatu dalam solidaritas sosial, kesamaan nasib, dan keinginan menjadi pribadi anggota komunitas yang saling membangun persaudaraan sejati. Oleh karena itu, sebagai salah satu cara mengingatkan kembali bahwa kesetiakawanan sosial itu ada maka diselenggarakanlah peringatan hari kesetiakawanan sosial nasional yang selalu diperingati bersama setiap tanggal 20 Desember. II. SEJARAH HARI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL Perang mempertahankan kemerdekaan yang terjadi dari tahun 1945 hingga tahun 1948 mengakibatkan permasalah sosial semakin bertambah jumlahnya. Kementerian Sosial menyadari bahwa untuk menanggulangi dan mengatasi permasalahan sosial tersebut diperlukan dukungan menyeluruh dari unsur masyarakat. Oleh sebab itu, maka pada bulan Juli 1949 di kota Yogyakarta, Kementerian Sosial mengadakan Penyuluhan 2 Pedoman Pelaksanaan Peringatan HKSN 2014

Sosial bagi tokoh-tokoh masyarakat dan Kursus Bimbingan Sosial bagi Calon Sosiawan atau Pekerja Sosial, dengan harapan dapat menjadi mitra bagi pemerintah dalam menanggulangi dan mengatasi permasalahan sosial yang sedang terjadi. Para Sosiawan atau Pekerja Sosial telah bekerja dengan jiwa dan semangat kebersamaan, kegotongroyongan, kekeluargaan serta kerelaan berkorban tanpa pamrih yang tumbuh di dalam masyarakat dapat diperkokoh, sehingga masyarakat dapat menanggulangi dan mengatasi permasalahan sosial yang timbul saat itu dalam rangka mencapai kesejahteraan sosial bagi masyarakat. Nilai kesetiakawanan sosial yang telah tumbuh didalam masyarakat perlu dilestarikan dan diperkokoh. Begitu juga dengan kinerja dan persatuan para sosiawan atau pekerja sosial perlu ditingkatkan. Untuk hal tersebut, Kementerian Sosial berinisiatif membuat Lambang Pekerjaan Sosial dan Kode Etik atau Sikap Sosiawan. Lambang Pekerjaan Sosial dan Kode Etik Sosiawan diciptakan pada tanggal 20 Desember 1949, tanggal tersebut dipilih karena bertepatan dengan peristiwa bersejarah bersatunya seluruh lapisan masyarakat untuk mengatasi permasalahan dalam mempertahankan kedaulatan negara, yaitu pada tanggal 20 Desember 1948, sehari setelah tentara kolonial Belanda menyerbu dan menduduki ibukota negara Yogyakarta. Maka tanggal tersebut oleh Kementerian Sosial dijadikan sebagai HARI SOSIAL. Hari Sosial atau Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) diperingati pada tanggal 20 Desember setiap tahun sebagai rasa syukur dan hormat atas keberhasilan seluruh lapisan masyarakat Indonesia dalam menghadapi ancaman bangsa lain yang ingin menjajah kembali bangsa kita. Peringatan Hari Sosial atau Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) tersebut merupakan upaya untuk mengenang, menghayati dan melakukan aksi dengan semangat persatuan, kesatuan, kegotong-royongan dan kekeluargaan rakyat Indonesia bahu membahu mengatasi permasalahan dalam mempertahankan kedaulatan bangsa atas pendudukan kota Yogyakarta sebagai Ibu Kota Republik Indonesia oleh tentara Belanda pada tahun 1948. Adapun sejarah lahirnya Hari Sosial yang pada akhirnya berubah menjadi Hari Kebhaktian Sosial, dan berganti lagi menjadi Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional adalah sebagai berikut : 1. HARI SOSIAL ke I atau pertama kali diperingati pada tanggal 20 Desember 1958 dicetuskan oleh Menteri Sosial Bapak H. Moeljadi Djojomartono. 2. Pada Peringatan yang ke XIX tanggal 20 Desember 1976, oleh Menteri Sosial Bapak HMS. Mintardja, SH. Nama HARI SOSIAL diubah menjadi HARI KEBAKTIAN SOSIAL. 3. Pada Peringatan yang ke XXVI tanggal 20 Desember 1983, oleh Menteri Sosial Ibu Nani Soedarsono, SH. nama HARI KEBAKTIAN SOSIAL diubah lagi menjadi HARI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL. 4. Pada Peringatan yang ke LVI Tanggal 20 Desember 2013 di lapangan Karebosi Makassar dihasilkan PIAGAM MAKASSAR dengan 4 produk yaitu : a. Komite Kesetiakawanan Sosial Nasional b. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial c. Satuan Tugas Kesetiakawanan Sosial Pedoman Pelaksanaan Peringatan HKSN 2014 3

d. Pos Komunikasi Sosial Keempat produk ini untuk selanjutnya menjadi garis kebijakan Nasional sebagai penggerak implementasi Kesetiakawanan Sosial Nasional (KSN) di seluruh Indonesia. Jiwa dan semangat kebersamaan, kegotongroyongan, kekeluargaan dan kerelaan berkorban tanpa pamrih yang tumbuh di dalam masyarakat tersebut harus dikembangkan, direvitalisasi, didayagunakan dalam kehidupan berbangsa. Pada saat ini bangsa Indonesia masih berhadapan dengan berbagai masalah kesejahteraan sosial yang meliputi kemiskinan, keterlantaran, ketunaan, keterpencilan dan kebencanaan yang jumlahnya tidak kecil. Sementara pemerintah memiliki kemampuan terbatas, sehingga diperlukan peran serta masyarakat. Kesetiakawanan sosial masa kini adalah instrumen menuju kesejahteraan masyarakat melalui gerakan peduli dan berbagi oleh, dari dan untuk masyarakat baik sendiri-sendiri maupun secara bersamaan berdasarkan nilai kemanusiaan, kebersamaan, kegotongroyongan dan kekeluargaan yang dilakukan secara terencana, terarah dan dan berkelanjutan menuju terwujudnya Indonesia Sejahtera (INDOTERA). Peringatan HKSN diharapkan dapat menjadi alat pengungkit untuk menggerakkan kembali nilai-nilai kesetiakawanan sosial yang ada dimasyarakat, yang dilaksanakan ditingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota dengan berdasarkan pada tiga prinsip, yaitu : 1. Prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat yang berarti bahwa kegiatan Peringatan HKSN memerlukan peran aktif seluruh unsur masyarakat, antara lain TNI dan Polri, organisasi sosial/ lembaga swadaya masyarakat, unsur generasi muda, lembaga pendidikan, dunia usaha, media massa, pemuka masyarakat dan agama, relawan sosial dan masyarakat secara umum yang didayagunakan untuk kepentingan masyarakat. 2. Prinsip Tri Daya, yaitu bahwa penyelenggaraan HKSN diharapkan dapat memberdayakan manusia, usaha, dan lingkungan sosial sebagai satu kesatuan. 3. Prinsip berkelanjutan, bahwa kegitan-kegiatan dalam rangka Kesetiakawanan Sosial Nasional hendaknya dilaksanakan secara terus menerus sepanjang tahun (No Day Without Solidarity) dengan berdasarkan pada kedua prinsip tersebut di atas. Peringatan Hari Kesetiakawanan sosial Nasional saat ini dilaksanakan dalam bentuk Bulan Bhakti Kesetikawanan Sosial yang dimaksudkan sebagai upaya mengarahkan percepatan gerakan Indonesia Peduli menuju terwujudnya Indonesia baru, dengan tujuan menumbuhkan kesadaran dan tanggungjawab sosial masyarakat untuk mengkristalisasikan kesetiakawanan sosial serta meningkatkan jumlah masyarakat peduli dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Peringatan HKSN diharapkan mampu mengatasi berbagai permasalahan sosial yang ada, dengan mengacu pada parameter kesejahteraan : 1. Terpenuhinya kebutuhan dasar setiap warga negara Indonesia (sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan). 2. Terlindungi hak sipil setiap warga negara (hak memperoleh KTP, Akte Kelahiran, hak berorganisasi, hak mengemukakan pendapat dll). 4 Pedoman Pelaksanaan Peringatan HKSN 2014

3. Terlindunginya setiap warga negara dari berbagai resiko yang bertautan dengan siklus hidup, ketidakpastian ekonomi, resiko kerusakan lingkungan dan resiko sosial maupun politik (kecacatan, konflik, bencana, pengangguran). 4. Terdapatnya kemudahan memperoleh berbagai akses pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan, ekonomi/keuangan, politik dll). 5. Terpenuhinya jaminan keberlangsungan hidup bagi setiap warga negara (asuransi, jaring pengamanan sosial, bantuan sosial dan lain-lain). III. LANDASAN HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa Dan Tanda Kehormatan (GTK); 4. Undang-Undang Nomor 5 PRPS Tahun 1964 tentang Pemberian Penghargaan/ Tunjangan kepada Perintis Pergerakan Kebangsaan/ Kemerdekaan; 5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235); 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun Anggaran 2014; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405); 10. Keputusan Presiden RI No. 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan Keuangan Daerah; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan; Pedoman Pelaksanaan Peringatan HKSN 2014 5

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Tugas Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Kabupaten/Kota; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/ Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294); 16. Keputusan Presiden RI No. 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara; 17. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 50/HUK/2007 tentang Pembentukan Tim Percepatan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan di Lingkungan Kementerian Sosial RI; 18. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial RI; 19. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 80/HUK/2014 Tentang Panitia Pusat Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional Tahun 2014; IV. PENGERTIAN KESETIAKAWANAN SOSIAL Kesetiakawanan Sosial adalah nilai, sikap dan perilaku sosial yang mengatur hubungan sosial antara warga satu dengan lainnya dengan menumbuhkan sikap dan tindakan saling peduli dan berbagi yang dilandasi oleh altruistik, kerelaan, kesetiaan, kebersamaan, toleransi, dan kesetaraan guna meningkatkan harkat, martabat dan harga diri setiap warga negara Indonesia. Filosofi Kesetiakawanan Sosial adalah kepekaan rasa ingin menjadi bagian atau terlibat dari suatu keadaan sehingga muncul keinginan untuk menolong secara sukarela/ tanpa pamrih apapun. Esensi dari Peringatan HKSN adalah untuk menggugah perasaan, empati terhadap kesulitan orang lain secara bersama-sama melalui aksi nyata (togetherness for willingness / menggugah kesadaran bersama untuk kebaikan semua). V. TUJUAN PERINGATAN HKSN 1. Menjadi gerak dasar untuk memudahkan dan memperlancar penyelenggaraan Gerakan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial secara terkoordinasi, sinergis, terencana, terarah dan berkelanjutan. 2. Terwujudnya tata kehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilandasi oleh kesetiakawanan sosial 3. Terciptanya kondisi sosial yang menjamin kesetiakawanan sosial mampu menjadi pilar dasar dalam mewujudkan Indonesia sejahtera. VI. TEMA HKSN "BERSATU UNTUK SESAMA" 6 Pedoman Pelaksanaan Peringatan HKSN 2014

Bersatu dimaksudkan agar segenap komponen bangsa dapat bekerjasama, saling membantu, peduli dan dapat menyelesaikan permasalahan "sosial" secara bersamasama. Sesama ini berarti kita memandang masyarakat Indonesia secara keseluruhan adalah sama, menciptakan keadilan sosial tanpa prasangka, tanpa diskriminasi, tidak membeda-bedakan dalam membantu. Tema ini merupakan wujud dari kesetiakawanan sosial itu sendiri sebagai kehendak/ cita-cita dan tindakan. VII. RANGKAIAN KEGIATAN HKSN 2014 1. Seminar Kesetiakawanan Sosial Nasional Kegiatan Seminar Kesetiakawanan Sosial dimaksudkan untuk, media sosialisasi kegiatan dan mewadahi masukan dan saran dari segenap komponen masyarakat tentang implementasi Rencana Aksi Nasional Kesetiakawanan Sosial Tahun 2014 yang lebih membumi dan dapat diterima oleh masyarakat luas. 2. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terarah, terencana, dan berkelanjutan dari oleh dan untuk masyarakat guna memperkokoh, memelihara, meningkatkan, serta mengembangkan kesetiakawanan sosial. Kegiatan-kegiatan ini dicerminkan dalam event Sehari Berbagi - Satu Orang Satu (SEBAR-S.O.S.) / One Day One Care, kegiatan ini dimaksudkan untuk membangun ingatan kolektif dan kesadaran tentang makna peduli dan berbagi sebagai nilai yang harus diperkuat untuk menjaga kelangsungan berbangsa dan bernegara sepanjang masa. Sehari menjadi framing waktu sebagai titik tolak untuk hari-hari berikutnya membiasakan aktifitas bernilai baik yaitu berbagi, dengan munculnya kesadaran, empati yang berasal dari individu "Satu Orang Satu..." kemudian terakumulasi dan menjadi usaha kolektif sehingga permasalahan sosial yang kompleks menjadi ringan dan sederhana untuk ditangani secara bersama. Kegiatan-kegiatan SEBAR-S.O.S. / One Day One Care ini antara lain dapat berupa : a. Donor Darah b. Ziarah wisata ke Taman Makam Pahlawan Nasional Utama kalibata dan Taman makam Pahlawana di wilayah setempat. c. Pengobatan Gratis d. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat e. Rehabilitasi Sosial Kawasan Kumuh f. Bantuan Sosial untuk ODK/Orang Dengan Kecacatan, (tangan palsu, kaki palsu, alat bantu dengar, kursi roda, tongkat Kruk dll.) g. Bantuan sosial untuk Lansia dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS lainnya h. Gerakan Kali Bersih i. Senam Sehat j. Jalan Sehat k. Pertandingan Persahabatan l. Lomba Cipta Lagu bertema Kesetiakawanan Sosial m. Lomba Menyanyi bertema Kesetiakwanan Sosial n. Lomba Theatrikal bertema Kesetiakawanan Sosial o. Lomba Kebersihan Pedoman Pelaksanaan Peringatan HKSN 2014 7

p. Lomba Desain Poster bertema Kesetiakawanan Sosial q. Nikah Massal r. Sunatan Massal s. Cerdas Cermat bertema Kesetiakawanan Sosial t. Penyuluhan Re-sosialisasi Panti Sosial u. Training Masalah Remaja v. Ajang Seni Budaya Lokal w. Penghargaan Tokoh Inspiratif Daerah x. Sesuai kreatifitas dan kebutuhan daerah. 3. Pengusulan Penghargaan bagi warga negara yang berjasa besar dibidang kemanusiaan, khususnya dibidang usaha kesejahteraan sosial, antara lain : a. Satyalancana Kebaktian Sosial adalah tanda kehormatan yang diberikan oleh Presiden sebagai penghargaan kepada Warga Negara Indonesia atau seseorang yang telah berjasa dalam lapangan perikemanusiaan pada umumnya atau dalam suatu bidang perikemanusiaan pada khususnya. b. Piagam Kesetiakawanan Sosial adalah penghargaan yang diberikan oleh Menteri Sosial sebagai bentuk pengakuan kepada Warga Negara Indonesia atau seseorang yang telah berjasa dalam bidang usaha kesejahteraan sosial. 4. Pembangungan Karakter Bangsa (Nation Character Buliding) Merupakan rangkaian kegiatan yang terencana dan berkesinambungan untuk menanamkan Karakter Kebangsaan pada generasi muda, dengan melakukan internalisasi nilai-nilai Kepahlawanan (esensi: Pengorbanan), Keperintisan (esensi : militansi) dan Kesetiakawanan sosial (esensi : Kepekaan/Sense of). 5. Pembentukan Satgas Kesetiakawanan Sosial Satuan Tugas Kesetiakawanan Sosial (Satga-KS) adalah tenaga inti penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial urusan kebangsaan di desa/ kelurahan, Satgas-KS juga merupakan representasi perwujudan individu pejuang, sebagai pejuang kemanusiaan masa kini, dalam usaha untuk mengangkat kaum marjinal melalui pendekatan rekayasa sosial, mereka diharapkan dapat menjadi aktor perubahan menuju Indonesia yang berkarakter dan menjadi lebih baik. 6. Pos Komunikasi Sosial Kegiatan pembentukan Pos Komunikasi Sosial sebagai tempat/ wadah komunikasi, informasi, edukasi, persuasi dan motivasi perhimpunan Satuan Tenaga Kesetiakawanan Sosial (Satgas KS) dalam rangka menggerakkan dan mengarahkan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial, pelaksanaan Rencana Aksi Nasional (RAN) dan internalisasi kesetiakawanan sosial di lingkungan masyarakat setempat. 7. Kampanye Sosial (Social Campaign) a. Pegelaran Seni Budaya Rakyat sebagai media integrasi dan penyuluhan sosial b. Kampanye sosial melalui media cetak, elektronik dan peragaan 8. Acara Puncak HKSN Pusat Acara Puncak Peringatan HKSN 2014 dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2014 di Kota Jambi, Provinsi Jambi yang merupakan puncak acara dari berbagai 8 Pedoman Pelaksanaan Peringatan HKSN 2014

rangkaian kegiatan peringatan HKSN yang telah dilaksanakan sebelumnya. Kegiatan ini diselenggarakan dalam bentuk Upacara Peringatan diikuti kegiatan - kegiatan lainnya yang dihadiri oleh para pejabat pemerintah, TNI, dan Polri, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi sosial / lembaga swadaya masyarakat, unsur generasi muda, lembaga pendidikan, dunia usaha, media massa, relawan sosial maupun warga masyarakat lainnya. Susunan Acara Puncak HKSN sebagai berikut : a. Laporan Ketua Panitia Pusat HKSN b. Sambutan-sambutan c. Penyerahan Penghargaan (Satyalancana Kebhaktian Sosial, Piagam Kesetiakawanan Sosial, Satyalancana Karya Satya, Satyalancana Perintis Kemerdekaan dan sebagainya) d. Penyerahan bantuan - bantuan e. Amanat Presiden RI f. Atraksi seni budaya g. Peninjauan lokasi Karya Bhakti Sosial 9. Acara Puncak HKSN Daerah Acara Puncak Peringatan HKSN 2014 dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2014 di Provinsi yang merupakan puncak acara dari berbagai rangkaian kegiatan peringatan HKSN yang telah dilaksanakan sebelumnya. Kegiatan ini diselenggarakan dalam bentuk Upacara Peringatan diikuti kegiatan-kegiatan lainnya yang dihadiri oleh para pejabat pemerintah, TNI, dan Polri, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi sosial/ lembaga swadaya masyarakat, unsur generasi muda, lembaga pendidikan, dunia usaha, media massa, relawan sosial maupun warga masyarakat lainnya. Acara Puncak HKSN di Daerah dengan susunan acara sebagai berikut: a. Laporan Ketua Panitia HKSN Daerah b. Sambutan-sambutan c. Penyerahan Penghargaan (Gubernur Bupati, Walikota). d. Penyerahan bantuan - bantuan e. Amanat Gubernur/ Kepala daerah f. Atraksi seni budaya g. Peninjauan lokasi Karya Bhakti Sosial VIII. KEPANITIAAN. 1. Panitia Pusat HKSN Kepanitiaan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) Pusat Tahun 2014 dibentuk melalui Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 80/HUK/2014 tanggal 16 Juli 2014 tentang Panitia Pusat Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional. 2. Panitia HKSN Daerah Kepanitiaan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional di Daerah, di bentuk di daerah dengan melibatkan unsur masyarakat secara luas, melalui Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah di Provinsi setempat di seluruh Indonesia. 3. Panitia HKSN Kota/ Kabupaten Kepanitiaan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional di Kota/ Kabupaten, di bentuk Pedoman Pelaksanaan Peringatan HKSN 2014 9

di daerah dengan melibatkan unsur masyarakat secara luas, melalui Surat Keputusan Bupati/ Walikota Kepala Daerah di Kota/ Kabupaten setempat di seluruh Indonesia. IX. TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB A. Tingkat Pusat Menteri Sosial bertugas dan bertanggung jawab : 1. Menyusun dan merumuskan kebijakan Nasional dan pedoman Penyelenggaraan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) Tahun 2014. 2. Menyelenggarakan Peringatan HKSN di tingkat Nasional. 3. Melaksanakan Sosialisasi penyelenggaraan HKSN di tiap Provinsi. 4. Memantau, mengevaluasi dan melaporkan penyelenggaraan HKSN secara Nasional. B. Pada Tingkat Provinsi Gubernur bertugas dan bertanggung jawab : 1. Menyusun dan merumuskan kebijakan daerah/provinsi untuk penyelenggaraan HKSN di tingkat Provinsi. 2. Menyelenggarakan Peringatan HKSN Tahun 2014 di Tingkat Provinsi. 3. Melaksanakan koordinasi untuk Penyelenggaraan Peringatan HKSN tahun 2014 dengan Pusat dan Kabupaten/Kota. 4. Memantau, mengevaluasi dan melaporkan penyelenggaraan HKSN Tahun 2014 di tingkat Provinsi. C. Pada Tingkat Kabupaten/Kota Bupati/Walikota bertugas dan bertanggung jawab untuk menyelenggarakan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional di tingkat Kabupaten/Kota. X. PELAPORAN A. Kabupaten/Kota Bupati/Walikota melaporkan hasil Penyelenggaraan Peringatan HKSN Tahun 2014 kepada Gubernur/Provinsi. B. Provinsi Gubernur melaporkan hasil Penyelenggaraan Peringatan HKSN Tahun 2014 kepada Menteri Sosial/Pusat. C. Pusat Menteri Sosial melaporkan hasil Penyelenggaraan Peringatan HKSN Tahun 2014 kepada Presiden RI. XI. SUMBER DANA Seluruh rangkaian kegiatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) sebaiknya tidak bertumpu pada dana APBN dan APBD saja, tetapi harus dimaknai sebagai bentuk 10 Pedoman Pelaksanaan Peringatan HKSN 2014

sinergi kegiatan antara masyarakat, Dunia Usaha dan Pemerintah sebagai satu kesatuan dalam bingkai Kesetiakawanan Sosial. XII. PENUTUP 1. Penyelenggaraan Peringatah HKSN Tahun 2014 menjadi Gerakan masyarakat yang melibatkan 3 tungku utama yaitu : Pemerintah/Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan Masyarakat, oleh sebab itu kegiatan ini menempatkan masyarakat/ Dunia Usaha sebagai pelaku utama, sedangkan Pemerintah/ Pemerintah Daerah adalah sebagai fasilitator. 2. Hal-hal yang belum tercantum dalam Pedoman Pelaksanaan ini akan ditentukan lebih lanjut. 3. Pedoman pelaksanaan ini digunakan sebagai panduan umum Penyelenggaraan HKSN 2014 baik di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota yang pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Pedoman Pelaksanaan Peringatan HKSN 2014 11

SEMINAR KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL 12 Pedoman Pelaksanaan Peringatan HKSN 2014

1. Seminar Kesetiakawanan Sosial Nasional a. Pendahuluan Kesetiakawanan Sosial merupakan nilai (Value), sikap (Attitude) dan perilakusosial (Social Behavior) yang sangat diperlukan penguatan dan internalisasinya pada saat ini ditengah munculnya sejumlah gejala sosial yang bertumpu pada tribalisme (ikatan yang berbasis kesukuan), uncivilized(menurunnya nilai-nilai keberadaban), social canibaliism (saling memangsa/menghancurkan), hedonism (gaya hidup mewah/berlebihan, mengutamakan nilai-nilai materi) dan berbagai persoalan lain dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Gejala sosial semacam ini sudah sangat mengancam tatanan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesetiakawanan sosial adalah salah satu nilai yang secara ideologis dan filosofis bersumber dari kearifan lokal dan perlu dipelihara, diperkuat serta dikembangkan dalam instrument sistem perilaku setiap warga negara Indonesia, karena didalamnya mengandung nilai, sikap dan perilaku yang memperkuat kedudukan individu sebagai mahkluk sosial dengan jargon homo homini socious. Dengan demikian, maka merekonstruksi ideologi kesejahteraan sosial berwawasan kesetiakawanan sosial dimaknai sebagai upaya stratejik untuk mengukur dan mengkalkulasi penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara terukur, akuntabel dan transparan, yang kemudian berujung kesetiakawanan sosial sebagai modal sosial (Social Capital), yang mampu menjamin aktualitas setiap warga negara Indonesia sebagai mahluk sosial. Ideologi kesejahteraan sosial yang dianut memberikan peluang, ruang dan kesempatan kepada masyarakat seluas-luasnya sebagai lintas pelaku dalam menggerakkan internalisasi kesetiakawanan sosial secara utuh dan menyeluruh. Kebijakan nasional tentang kesetiakawanan sosial perlu direkonstruksi dengan membuat Desain Sistem Nasional Kesetiakawanan Sosial sebagai solusi yang harus disiapkan secara khusus dalam satu dekade mendatang. Berdasarkan fakta dan sejumlah persoalan sebagaimana dikemukakan diatas, maka perlu dilaksanakan Seminar Kesetiakawanan Sosial Nasional yang diharapkan mampu menghasilkan beberapa kesepakatan untuk menjawab permasalahan yang berkaitan dengan pengembangan nilai-nilai Kesetiakawanan Sosial. b. Maksud dan Tujuan Kegiatan Seminar Kesetiakawanan Sosial dimaksudkan sebagai media sosialisasi kegiatan dan mewadahi masukan dan saran dari segenap komponen masyarakat tentang implementasi Rencana Aksi Nasional Kesetiakawanan Sosial Tahun 2014 yang lebih membumi dan dapat diterima oleh masyarakat luas. Adapun tujuan kegiatan antara lain : 1) Sebagai media Kritisi atas Desain Induk Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Melalui Penanaman Nilai Kesetiakawanan Sosial Tahun 2015-2025 sebagai Pola baru implementasi Nilai Kesetiakawanan Sosial dalam memperkuat bentuk aksi dan melibatkan partisipan yang lebih besar, 2) Sosialisasi dan Internalisasi nilai-nilai kesetiakawanan sosial pada peserta seminar, 3) Membukukan rekomendasi dan hasil pemikiran peserta seminar sebagai bentuk partisipasi masyarakat untuk ditempatkan dalam base data khasanah Implementasi nilai-nilai Kesetiakawanan Sosial di Indonesia. Pedoman Pelaksanaan Peringatan HKSN 2014 13