BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Bandung, 9 Oktober Penulis

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

NAMA : VICTOR WELLYATER NPM : : DR. SETIYONO,ST,.MT : BAMBANG DWINANTO,ST,.MT

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Agustus

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT. dimmer atau terang redup lampu dan pengendalian pada on-off lampu. Remote

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ELEKTRONIKA INDUSTRI SOLID-STATE RELAY. Akhmad Muflih Y. D

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : INSTRUMENTASI DAN OTOMASI. Struktur Thyristor THYRISTOR

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III PERANCANGAN ALAT

Desain Sistem Kontrol Sudut Penyalaan Thyristor Komutasi Jaringan Berbasis Mikrokontroler PIC 16F877

PRAKTIKAN : NIM.. PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM MIKROKONTROLER. program pada software Code Vision AVR dan penanaman listing program pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang memiliki tegangan listrik AC 220 Volt. Saklar ON/OFF merupakan sebuah

Jurnal Skripsi. Mesin Mini Voting Digital

3.2. Tempat Penelitian Penelitian dan pengujian alat dilakukan di lokasi permainan game PT. EMI (Elektronik Megaindo) Plaza Medan Fair.

Laporan Praktikum Analisa Sistem Instrumentasi Rectifier & Voltage Regulator

PERANCANGAN COS PHI METER DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA16

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

Nama Praktikan :... NIM :... Program Studi :... Kelas :... Dosen Pengampu :...

DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI. Toni Putra Agus Setiawan, Hari Putranto

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3.

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium

Sistem Perlindungan menggunakan Optical Switching pada Tegangan Tinggi

Nama Praktikan :... NIM :... Program Studi :... Kelas :... Dosen Pengampu :...

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat yang dibangun. Pengujian dilakukan pada masing-masing subsistem

ANALISIS SISTEM CYCLOCONVERTER PADA BEBAN NON LINEAR

dan sensor warna sebagai masukan atau inpu, dan keluaran atau ou^u, ya 8 berupa respon dari Valve. Blok diagram sistem dapa, diliha, pada Gambar 3.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERANCANGAN. pembuatan tugas akhir. Maka untuk memenuhi syarat tersebut, penulis mencoba

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA. Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari system buck chopper

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro

Rancang Bangun Sistem Pengaturan Suhu Ruang Inkubator Bayi Berbasis Microcontroller AT89S51

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

ANALISIS MOTOR INDUKSI SATU FASA DENGAN METODE CYCLOCONVERTER BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

Penyusun: Isdawimah,ST.,MT dan Ismujianto,ST.,MT Prodi D-IV Teknik Otomasi Listrik Industri

Perancangan Soft Starter Motor Induksi Satu Fasa dengan Metode Closed Loop Menggunakan Mikrokontroler Arduino

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

SOFT STARTING DAN DYNAMIC BRAKING PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51

Adaptor/catu daya/ Power Supply

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN... iii. PRAKATA... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL...

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Di bawah ini adalah blok diagram dari perancangan alat sensor keamanan menggunakan PIR (Passive Infrared).

BAB III PERANCANGAN. Microcontroller Arduino Uno. Power Supply. Gambar 3.1 Blok Rangkaian Lampu LED Otomatis

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Jobsheet Praktikum FLIP-FLOP J-K

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

Politeknik Gunakarya Indonesia

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

kali tombol ON ditekan untuk memulai proses menghidupkan alat. Setting

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PROSES PERANCANGAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

BAB III PENGENDALIAN GERAK MEJA KERJA MESIN FRAIS EMCO F3 DALAM ARAH SUMBU X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Proses Perancangan Alat Penelitian ini didasarkan pada masalah yang bersifat aplikatif, yang dapat dirumuskan menjadi 3 permasalahan utama, yaitu bagaimana merancang dan melakukan simulasi rangkaian cycloconverter satu fasa, bagaimana pengaturan penyulutan SCR pada rangkaian cycloconverter satu fasa menggunakan mikrokontroller dan bagaimana hasil pengujian dari rangkaian cycloconverter yang telah dirancang. Untuk itu langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini akan mencakup studi literatur untuk mempelajari teori penunjang yang dibutuhkan, perencanaan sistem, perancangan dan pembuatan alat, pengujian dan analisis, serta penarikan kesimpulan. Studi Literatur Perencanaan Sistem (Simulasi PSIM 9.0) Perancangan Perangkat Keras (Skematik dan PCB) Perancangan Perangkat Lunak (Program Mikrokontroller) Pengujian dan Analisis Hasil Penelitian Kesimpulan

36 Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Global Tahap persiapan meliputi pencarian data dan bahan mengenai cycloconverter dan data mengenai rangkaian trigger untuk SCR, dilakukan dengan cara berselancar di internet, membaca buku literatur dan diskusi. Pada bagian ini dijelaskan mengenai tahapan/proses perancangan cycloconverter, terlihat pada gambar 3.1. Pada tahap pertama juga dilakukan analisis situasi dengan mendefinisikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh sistem yang akan dibangun. Tahap berikutnya dibuat perencanaan sistem berdasarkan hasil tahap sebelumnya. Dalam tahap perencanaan sistem ini, dilakukan simulasi berdasarkan rangkaian yang telah didapatkan melalui studi literatur. Selanjutnya proses penerjemahan perencanaan sistem ke dalam konsep rancangan alat baik perangkat keras maupun perangkat lunak. Tahap berikutnya adalah implementasi hasil rancangan dalam bentuk pembuatan alat. Di dalam proses pembuatan alat, senantiasa dilakukan uji coba parsial. 3.2 Tahap Pengujian dan Analisis Pengujian dilakukan pada setiap blok rangkaian dan hasil pada masingmasing blok diamati. Pengujian dilakukan dalam beberapa tahap: Pengujian regulator tegangan mikrokontroller Pengujian rangkaian zero crossing detector Pengujian output mikrokontroller Pengujian keseluruhan sistem cycloconverter Pengujian dengan beban resistor 100 Ω Pengujian dengan motor induksi satu fasa Gambar 3.2 Tahap Pengujian Rangkaian Cyclonverter

37 Setelah pengujian tiap blok dilakukan kemudian dilakukan pengujian pada keseluruhan sistem cycloconverter satu fasa yang dibagi ke dalam dua tahap. Pertama pengujian rangkaian cycloconverter dengan beban resistor 100 Ω. Kedua pengujian rangkaian cycloconverter dengan beban motor induksi satu fasa dengan kondisi tidak berbeban. 3.3 Blok Diagram Sistem Cycloconverter Zero Crossing Detector Regulator (LM7805) Optocoupler (MOC3021) Bridge Rectifier Mikrokontroller AT89S52 Rangkaian Cycloconverter (BT151) Step down Transformator AC 220 Volt / 50Hz Mode Kecepatan (F/2, F/3, F/4) Motor Induksi Satu Fasa Gambar 3.3 Blok Diagram Sistem Cycloconverter Sistem pada gambar 3.3 dimulai dengan deteksi fasa yang dilakukan oleh rangkaian zero cross detector untuk mendapatkan titik persimpangan antara gelombang tegangan bolak-balik dengan titik nol. Sinyal keluaran rangkaian zero cross detector ini akan diolah mikrokontroller. Rangkaian optocoupler berfungsi sebagai jembatan pemisah antara rangkaian elektronika daya SCR tegangan 220 volt AC dengan rangkaian kontrol 5 volt DC untuk menghindari kerusakan pada

38 mikrokontroller. Sinyal dari optocoupler ini diberikan dari mikrokontroller dan diteruskan ke gate SCR. Mikrokontroller diprogram dengan bahasa assembly selanjutnya memberikan sinyal picu bagi SCR dengan bantuan rangkaian zero cross detector. Tegangan keluaran cycloconverter diberikan kepada motor induksi untuk dikendalikan kecepatannya dengan pilihan 3 frekuensi yang berbeda (f/2, f/3, f/4). Berikut adalah cara kerja dari masing-masing blok rangkaian: 1. Rangkaian cycloconverter satu fasa yang terdiri dari 8 buah SCR, berfungsi untuk mengatur frekuensi input AC. 2. Rangkaian zero crossing detector sebagai pendeteksi kapan sinyal tegangan AC bernilai nol yang selanjutnya digunakan sebagai sinyal masukan ke mikrokontroller. 3. Push button untuk memberikan input pilihan kecepatan: f/2 (25 Hz), f/3 (16,66 Hz), f/4 (12,5 Hz) 4. Mikrokontroller AT89S52 mengolah seluruh data menjadi waktu picu SCR. 5. Optocoupler mengubah sinyal picu SCR dari mikrokontroller menjadi sinyal picu bagi SCR sekaligus sebagai perangkat isolasi antara rangkaian kontrol dengan rangkaian daya. 6. Komponen daya SCR akan konduksi setelah mendapatkan sinyal picu pada kaki gate. 3.4 Perancangan Perangkat Keras Tahap perancangan perangkat keras didasarkan pada proses persiapan meliputi pencarian data dan bahan mengenai rangkaian cycloconverter dan data mengenai rangkaian trigger untuk SCR, dilakukan dengan cara studi literatur. Dalam perancangan perangkat keras juga di dalamnya diturunkan menjadi pemilihan komponen dan bahan.

39 Pembuatan rangkaian skematik (program Eagle) Pembuatan jalur PCB (program Eagle) Pencetakan jalur PCB Pemasangan komponen Gambar 3.4 Tahap Perancangan Perangkat Keras Perancangan perangkat keras terbagi menjadi beberapa bagian, antara lain: 3.4.1 Pemilihan Motor dan Spesifikasi Motor Pemilihan motor berdasarkan kondisi motor yang terdapat di laboratorium listrik tenaga FPTK UPI, dan motor yang digunakan adalah jenis motor induksi satu fasa. Tabel 3.1 berikut merupakan spesifikasi dari motor induksi satu fasa yang digunakan dalam pengujian rangkaian cycloconverter. Tabel 3.1 Spesifikasi Motor Induksi Satu Fasa Single-Phase Induction Motors Merk Oriental Motor Tipe USM560-502W P 1/12 hp V 220 volt f 50 Hz I 0,57 ampere C 4 µf Rpm 1200

40 3.4.2 Rangkaian Sistem Minimum Mikrokontroller AT89S52 Sistem minimum mikrokontroller dirancang untuk memenuhi kebutuhan karakteristik mikrokontroller. Kebutuhan karakteristik ini ditentukan oleh pabrikan mikrokontroller tersebut dan terdapat pada datasheet. Ada beberapa blok dasar yang harus ada pada sistem minimum mikrokontroller: 1. Blok mikrokontroller 2. Blok power supply 3. Blok clock 4. Blok reset Power supply merupakan bagian terpenting dari sistem minimum, kerena tanpa power supply maka seluruh rangkaian tidak akan dapat berjalan dengan semestinya. Pada perancangan alat ini daya yang digunakan sebesar 5 volt DC, daya tersebut digunakan untuk suplay daya mikrokontroller. Rangkaian power supply dapat dilihat pada gambar 3.5 di bawah ini: Gambar 3.5 Rangkaian Power Supply 5 volt DC Cara kerja dari rangkaian ini yaitu, tegangan AC 220 volt diturunkan melalui transformator step down dari 220 volt menjadi 9 volt dan kemudian disearahkan menggunakan diode bridge. Penggunaan kapasitor berfungsi sebagai filter untuk penyaring tegangan DC agar terhindar dari tegangan ripple.

41 Untuk menstabilkan tegangan, maka digunakan IC regulator seri 78xx. Karena yang dibutuhkan oleh mikrokontroller AT89S52 adalah tegangan yang sebesar 5 VDC, maka dibutuhkan IC regulator seri 7805. Mikrokontroller akan mendapatkan tegangan yang diperlukan dari rangkaian ini melalui pin 40 (VCC). Gambar 3.6 Rangkaian Sistem Minimum AT89S52 Rangkaian sistem minimum AT89S52 dapat dilihat pada gambar 3.6 diatas. Pin 18 dan 19 dihubungkan ke XTAL 11,0592 MHz dan dua buah kapasitor 33 pf. XTAL ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroller AT89S52 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam program. Pin 9 (RST) merupakan masukan reset (aktif tinggi), berfungsi untuk mereset mikrokontroller. Push-button S1-S4 terhubung melalui pin 1-4 (P1.0-P1.3). Push-button ini berfungsi untuk memberikan input pilihan program yang berbeda. Blok

42 rangkaian pemicuan SCR terhubung pada pin 21-28 (P2.0-P2.7). Rangkaian zero crossing detector terhubung ke pin 14 (P3.4). 3.4.3 Rangkaian Zero Crossing Detector Agar bisa menentukan waktu tunda dengan tepat untuk mendapatkan hasil pengaturan daya yang akurat, mikrokontroller harus mengetahui saat titik nol (zero crossing) dari tegangan jala-jala listrik. Zero Crossing adalah rangkaian yang digunakan untuk mendeteksi perpotongan gelombang sinus AC 220 volt saat melewati titik tegangan nol. Seberangan titik nol yang dideteksi adalah peralihan dari positif menuju negatif dan peralihan dari negatif menuju positif. Dengan demikian diperoleh frekuensi sebesar dua kali frekuensi dari gelombang sumber sinusoidal. Berikut adalah simulasi rangkaian zero crossing detector yang ditunjukan oleh gambar 3.7 di bawah ini : Gambar 3.7 Rangkaian Simulasi Zero Crossing Detector

43 Gambar 3.8 Output Simulasi Rangkaian Zero Crossing Detector Gambar 3.8 diatas terdapat dua sinyal keluaran, pada bagian atas merupakan sinyal masukan tegangan 220 volt 50 Hz, sedangkan pada bagian bawah merupakan sinyal keluaran dari rangkaian zero crossing detector. Gambar 3.9 Skematik Rangkaian Zero Crossing Detector Pada gambar 3.9 sumber tegangan 220 volt AC diturunkan tegangannya menjadi tegangan 9 volt AC menggunakan trafo step-down. Dari trafo kemudian diseri dengan diode bridge 1N4007 yang mempunyai kemampuan menahan tegangan balik hingga 1000 volt, dari dioda kemudian masuk ke optocoupler (OC) 4N35 yang memiliki kemampuan menahan tegangan isolasi sebesar 7500 volt, serta memiliki waktu on (t on ) dan off (t off ) cepat sesuai dengan datasheet

44 4N35. Optocoupler disini berfungsi sebagai isolasi antara rangkaian zero crossing detector dengan rangkaian minimum sistem mikrokontroller. Dari pin kolektor 4N35 kemudian diseri dengan sumber tegangan mikrokontroller 5 volt DC. Untuk menghubungkannya dengan pin 14 (P3.4) pada AT89S52, tegangan +5 volt perlu diberi tahanan pembatas. Disini menggunakan resistor 10kΩ. 3.4.4 Rangkaian Pemicuan SCR Rangkaian utama cycloconverter ini terdiri dari dua rangkaian konverter, yaitu rangkaian konverter bridge positif dan rangkaian konverter bridge negatif dengan komponen SCR tipe BT 151. Beban terhubung diantara 2 rangkaian ini, seperti terlihat dalam gambar 3.10 dibawah. Tiap bridge memiliki 4 SCR. Grup SCR atas adalah positif dan grup SCR bawah adalah negatif. Gerbang SCR ini dikendalikan penyalaannya oleh mikrokontroller. Gambar 3.10 Rangkaian Pemicuan SCR

45 Dalam rangkaian pemicuan SCR terpasang 8 buah LED sebagai indikator berfungsinya rangkaian pemicuan. Sumber DC 5 volt diseri dengan LED warna merah, yang sebelumnya diberi resistor 560 Ω agar arus yang mengalir pada LED tidak terlalu besar. Arus dari pin katoda LED menuju kolektor transistor C945. Untuk mengantisipasi lemahnya arus mikrokontroller menuju MOC3021, maka digunakan transistor C945 yang merupakan jenis NPN. Penggunaan transistor jenis C945 dimaksudkan agar nilai arus yang menuju MOC3021 cukup untuk memicu optocoupler tersebut. Kemudian arus dari mikrokontroller menuju pin basis C945, yang sebelumnya diseri dengan resistor 100 Ω. Pin emiter C945 lalu terhubung dengan pin anoda MOC3021. MOC3021 didalamnya terdapat sebuah LED dan DIAC. Ketika LED menyala, maka DIAC yang terdapat pada MOC3021 menjadi terpicu dan kemudian menyulut pin gate SCR. 3.4.5 Penentuan Komponen Elektronika Daya SCR Dalam sistem ini menggunakan beberapa komponen utama untuk pengaturan daya pada rangkaian cycloconverter, yaitu SCR BT151-500R. SCR BT 151-500R produksi NXP Phillips Semiconductor merupakan komponen utama yang nantinya akan digunakan dalam rangkaian komutasi thyristor. Dalam datasheet BT151-500R, I RMS maksimum hingga 12 A dan V Peak maksimum 500 V. Bentuk dan konfigurasi pin dari SCR BT 151-500R ini dapat dilihat dari gambar 3.11 dibawah ini. PIN Keterangan 1 Katoda 2 Anoda 3 Gate mb Anoda

46 Gambar 3.11 Konfigurasi SCR BT-151-500R Untuk penentuan nilai resistansi Rs dan kapasitansi Cs dalam rangkaian snubber yang bertujuan sebagai proteksi SCR dari efek dv/dt dapat dihitung sebagai berikut: diketahui nilai rating dv/dt komponen SCR BT151-500R pada datasheet sebesar 130 V/µs, tegangan puncak 220 volt. Maka nilai frekuensi resonansi f 0 adalah: Untuk nilai induktansi L pada motor induksi digunakan nilai asumsi L= 25 µh, Sehingga nilai kapasitansi Cs:

47 Gambar 3.12 Rangkaian Snubber RC Sehingga digunakan kapasitor sebesar 0,1 µf yang tersedia di pasaran. Selanjutnya mencari nilai resistansi Rs sebagai berikut: Ω Nilai resistansi Rs sebesar 43,85 Ω. Untuk nilai Rs yang akan dipasang pada rangkaian snubber cycloconverter digunakan resistor 100 Ω 2 watt. 3.5 Perancangan Perangkat Lunak 3.5.1 Simulasi Rangkaian Cycloconverter Tahap pertama dalam proses perancangan perangkat lunak cycloconverter ini, dilakukan pemodelan rangkaian elektronika daya cycloconverter menggunakan program simulasi PSIM (Power Simulation) 9.0.

48 Mulai Pemodelan rangkaian cycloconverter 1 fasa Menentukan sudut penyalaan SCR pada gating block Pengujian rangkaian Tidak sesuai Rekonstruksi rangkaian Sesuai Data hasil simulasi Selesai Gambar 3.13 Diagram Alir Simulasi Cycloconverter Satu Fasa Menggunakan PSIM Hasil dari simulasi berupa bentuk gelombang keluaran cycloconverter dan bentuk gelombang pulsa trigger gate SCR dapat dijadikan acuan dalam menentukan perancangan alat serta algoritma dan program mikrokontroller untuk pengaturan sudut penyalaan gate SCR. Rangkaian dasar ditunjukkan pada gambar 3.14 yang mempunyai dua pulsa fasa konverter kontrol. Satu grup positif dan satu grup yang lain negatif, yang disebut dengan dual converter.

49 Gambar 3.14 Rangkaian Simulasi Cycloconverter Satu Fasa Arus output tiap grup hanya mengalir melalui satu arah. Untuk menghasilkan arus AC pada beban, kedua grup dihubungkan secara antiparalel. Grup positif (P1, P2, P3 dan P4) arus beban mengalir positif setengah siklus, bila V in positif. Dan grup negatif (N5, N6, N7, dan N8) arus beban mengalir negatif setengah siklus, bila V in negatif. Tabel 3.2 Titik Penyulutan pada Gating Block untuk V out f/2 No SCR Frequency No. of Points Switching point 1 P1 dan P2 25 2 10 30 2 P3 dan P4 25 2 100 120 3 N5 dan N6 25 2 190 210 4 N7 dan N8 25 2 280 300 Tabel 3.3 Titik Penyulutan pada Gating Block untuk V out f/3 No SCR Frequency No. of Points Switching point

50 1 P1 dan P2 16.66 4 10 30 130 150 2 P3 dan P4 16.66 2 70 90 3 N5 dan N6 16.66 2 250 270 4 N7 dan N8 16.66 4 190 210 310 330 Pada simulasi ini menggunakan beban resistor 100 Ω. Sudut penyalaan sebesar 10, diatur sedemikian rupa hingga membentuk f/2, f/3, dan f/4. Titik penyulutan gate SCR dapat dilihat pada gambar 3.13, gambar 3.14, dan gambar 3.15 Tabel 3.4 Titik Penyulutan pada Gating Block untuk V out f/4 No SCR Frequency No. of Points Switching point 1 P1 dan P2 12.5 4 10 30 100 120 2 P3 dan P4 12.5 4 55 75 145 165 3 N5 dan N6 12.5 4 190 210 280 300 4 N7 dan N8 12.5 4 235 255 325 345 3.5.2 Sistem Mikrokontroller Perancangan perangkat lunak pada tugas akhir ini menggunakan pemrograman bahasa assembly dengan mikrokontroller AT89S52 ditulis dan di compile menggunakan program 8051 IDE. Mikrokontroller AT89S52 digunakan untuk mengontrol sistem berdasarkan pembacaan data hasil simulasi PSIM. Hasil simulasi program PSIM berupa sinyal penyulutan gate. Data hasil simulasi PSIM dan data dari zero crossing detector yang langsung dimasukkan ke dalam mikrokontroller kemudian diproses untuk dijadikan acuan dalam pemberian sudut penyalaan SCR. Push-button berfungsi untuk memberikan input pilihan program yang berbeda. Berikut ini merupakan tabel pemakaian port pada mikrokontroller:

51 Tabel 3.5 Pemakaian Port Mikrokontroller AT89S52 PORT BIT I/O Keterangan Port 1 0-3 Input Push-button Port 2 0-7 Output Rangkaian pemicuan SCR Port 3 4 Input Zero crossing detector Gambar 3.15 berikut ini merupakan diagram alir sistem utama dari perancangan perangkat lunak cycloconverter. MULAI B A P1=0ffh P2=0h Tekan Tombol 3 25 Hz Tekan Tombol 1 12.5 Hz P1.2=0? Ya Sub Rutin 3 (f/3) P1.0=0? Tidak Ya Sub Rutin 1 (f/2) Motor Stop Tidak Tekan Tombol 2 16.66 Hz P1.3=0? Tidak B Ya P1.1=0? Ya Sub Rutin 2 (f/3) SELESAI Tidak A Gambar 3.15 Diagram Alir Sistem Utama Cycloconverter Satu Fasa

52 Sub Rutin 1 (f/2) A P2=0ch B P2=0c0h C P2=0h delay1c delay1c P2=0h C delay0c delay0c Tidak zr0c=1? Tidak Ya zr2c=1? P2=03h Ya delay1c P2=30h P2=0h delay1c delay0c P2=0h delay0c Tidak zr1c=1? Tidak Ya zr3c=1? A Ya B Gambar 3.16 Diagram Alir Sub Rutin Delay f/2 Pada gambar 3.16 diatas dapat dilihat diagram alir sub rutin delay program mikrokontroller untuk output f/2. Untuk diagram alir sub rutin delay output f/3 dan output f/4 tidak jauh berbeda, hanya urutan penyalaan port P2 saja yang disesuaikan dengan hasil output simulasi program PSIM berupa gelombang

53 output gating block masing-masing pilihan output frekuensi. Berikut adalah tabel urutan penyalaan SCR pada program mikrokontroller untuk output f/2. Tabel 3.6 Urutan Penyalaan SCR untuk Output f/2 No Hex Grup P2.7 P2.6 P2.5 P2.4 P2.3 P2.2 P2.1 P2.0 1 0h 0 0 0 0 0 0 0 0 2 03h 0 0 0 0 0 0 1 1 P 3 0h 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0ch 0 0 0 0 1 1 0 0 5 0h 0 0 0 0 0 0 0 0 6 30h 0 0 1 1 0 0 0 0 N 7 0h 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0c0h 1 1 0 0 0 0 0 0 3.5.3 Cara Penulisan Bahasa Assembly 8051 IDE Penulis menggunakan program 8051 IDE untuk menuliskan program ke ROM AT89S52. Setelah menginstal program 8051 IDE di komputer, buka program 8051 IDE dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Buka program 8051 IDE dengan cara klik Start Menu, All Programs, 8051 IDE. 2. Membuat project baru dengan cara klik File pada menu bar, lalu pilih New.

54 3. Selanjutnya proses menuliskan program, seperti pada gambar 3.17 dibawah ini. Gambar 3.17 Tampilan Jendela Program 8051 IDE 4. Setelah program ditulis maka langkah selanjutnya adalah mengcompile program tersebut. Proses ini bertujuan untuk mengubah program assembly yang telah ditulis menjadi file hex yang kemudian akan dimasukkan ke dalam mikrokontroller. Pilih menu assemble pada menu bar atau tekan ctrl+f7 pada keyboard. Jika dalam proses penulisan tidak terdapat kesalahan maka akan muncul tampilan seperti gambar 3.18 dibawah ini. Gambar 3.18 Proses Compile Program 8051 IDE

55 5. Setelah proses compile berhasil, langkah selanjutnya adalah memasukkan file hex hasil compile ke mikrokontroller menggunakan sebuah USB Downloader dan program ISP Programmer. Gambar 3.19 Tampilan Jendela ISP Programmer Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan Prolific USB Downloader untuk pengisian program mikrokontroller. Gambar 3.20 Prolific USB Downloader

56 6. Buka program ISP Programmer, pada menu bar pilih File lalu klik Load FLASH File. Pilih file hex hasil compile menggunakan 8051 IDE lalu klik Open. 7. Pada jendela utama ISP Programmer, pilih Chip Erase dibarengi dengan menekan tombol ctrl pada keyboard lalu selanjutnya berturut-turut pilih Write Flash, Verify Flash, dan Lock Device. Lalu klik Run. Selanjutnya tunggu beberapa saat hingga proses pengisian program mikrokontroller selesai. Gambar 3.21 Proses Pengisian Program Mikrokontroller