PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Jonassen (2004: 3) mengemukakan pendapatnya mengenai masalah, yaitu: Polya (1981: 119) berpendapat bahwa:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Keberlangsungan hidup suatu bangsa ditunjang oleh keberhasilan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi dengan cepat, melimpah dan mudah. Siswa sebagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan Metode Problem Solving Materi Simetri

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. terarah pada suatu tujuan. Setiap sub sistem yang ada dalam sistem, tersusun dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pendidikan juga di pandang sebagai sarana untuk menjadikan

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan kenyataannya sampai saat ini mutu pendidikan

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB II KAJIAN TEORITIK

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini banyak pakar matematika, baik pendidik maupun peneliti yang. (1997) yang menyatakan bahwa much discucion and concern have been

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang harus dimiliki individu dan tujuan yang akan dicapai dalam

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal

PENGARUH PENERAPAN STATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena dengan pendidikan seseorang dapat mengungkapkan

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. 1. Profil Metakognisi Siswa yang Bergaya Kognitif Refleksif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar individu itu berada.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. prioritas utama untuk melahirkan generasi-generasi yang lebih baik. Sehingga. mutu pendidikan menjadi fokus penting pendidikan.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Masalah Matematika. Masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Hasratuddin : 2006) menyatakan bahwa: matematika merupaka ide-ide abstrak

المفتوح العضوية المفتوح العضوية

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, ditambah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. Tujuan pembelajaran matematika dinyatakan dalam National Council

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang mungkin menggunakan salah satu dari arti kata tersebut sesuai dengan

PENDAHULUAN. Di satu sisi matematika dianggap sangat penting bagi kehidupan manusia.

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Erman Suherman (dalam Apriyani, 2010) Pemecahan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media merupakan sarana fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

Nina Anggraeni

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pem-belajaran

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH DIVERGEN SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.. A. Latar Belakang Masalah. 1

BAB I PENDAHULUAN. Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

Economic Education Analysis Journal

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Metode Problem Solving. Berbicara tentang pemecahan masalah tidak bisa dilepaskan dari tokoh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN (1982:1-2):

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sejak peradaban manusia bermula, memainkan peranan yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari.

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

matematika mengacu pada pengertian berpikir kreatif secara umum, yaitu berpikir kreatif diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak hanya menekankan pada pemberian rumus-rumus melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pentingnya pengembangan kemampuan berpikir kristis serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran matematika tidak sekedar menyampaikan berbagai informasi seperti aturan, definisi, dan prosedur untuk

Transkripsi:

PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita berhadapan dengan masalah. Jonassen (2004: 3) mengemukakan pendapatnya mengenai masalah, yaitu: There are at least two critical attributes in my definition of a problem. First, a problem is an unknown entity in some context (the difference between a goal state and a current state). Second, finding or solving for the unknown must have some social, cultural, or intellectual value. Polya (1981: 119) berpendapat bahwa:... problems to find and to prove. The aim of a problem to find is to find (construct, produce, obtain, identify,...) a certain object, the unknown of the problem. The aim of a problem to prove is to decide whether a certain assertion is true or false, to prove it or disprove it. Polya (1981: 117) mendefinisikan pemecahan masalah sebagai to search consciously for some action appropriate toattain a clearly supermonev, but not immediately attainable aim, makna dari pernyataan tersebut adalah pemecahan masalah sebagai usaha sadar untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, tetapi tujuan tersebut tidak segera dapat dicapai. Sedangkan menurut Sudjana (2005:85) bahwa : Problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan salah satu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai penarikan kesimpulan. Tujuan dari pembelajaran pemecahan masalah adalah seperti apa yang dikemukakan oleh Hudojo (2003:155), yaitu sebagai berikut :

(a) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisis dan akhirnya meneliti kembali hasilnya; (b) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa; dan (c) Potensi intelektual siswa meningkat. Teknik memecahkan masalah menurut Polya melibatkan empat tahap: (1) memahami masalah, (2) menyusun rencana, (3) melaksanakan rencana dan (4) melihat ke belakang (Orton, 2006 : 87). Empat tahap pemecahan masalah dari Polya tersebut merupakan satu kesatuan yang sangat penting untuk dikembangkan. Salah satu cara mengembangkan kemampuan anak dalam memecahkan maslah adalah melalui penyedian pengalaman pemecahan masalah yang memerlukan strategi yang berbeda-beda dari satu masalah ke masalah lain. Schroede dan Lester (Kennedy,2008 : 115) menggambarkan tiga pendekatan asas untuk pembelajaran problem solving: (1) pengajaran tentang pemecahan masalah;(2) mengajar untuk pemecahan masalah,dan (3) pengajaran melalui pemecahan masalah. Pengajaran tentang pemecahan masalah berfokus pada pengajaran langkah dan strategi. Masalah adalah latihan untuk mempraktekkan strategi. Sedangkan mengajar untuk pemecahan masalah, guru memperkenalkan strategi dengan latihan berdasarkan situasi masalah. Dalam pendekatan ketiga, mengajar melalui pemecahan masalah, kegiatan memecahan masalah merupakan alat pembawa konten/materi dan sekaligus sebagai proses dalam pembelajaran Menurut Anonim (2005:67), pendekatan pemecahan masalah (problem solving) adalah suatu bentuk cara belajar aktif yang mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir dan bertindak secara logis, kreatif dan kritis terhadap pemecahan masalah. Dalam proses belajar mengajar masalah yang dikemukakan

anak antara lain dapat dipecahkan melalui diskusi, observasi, klasifikasi, pengukuran penarikan kesimpulan serta pembuktian hipotesis. Begitu juga dalam NCTM (2000: 52) dijelaskan bahwa pemecahan masalah bukan hanya sebagai tujuan dari belajar matematika, tetapi juga merupakan alat utama untuk belajar matematika, dan dijelaskan bahwa menyelesaian masalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari semua proses belajar matematika, sehingga seharusnya tidak dijadikan sebagai bagian yang terpisahkan dari program pengajaran matematika. Soal-soal untuk belajar matematika juga memiliki ciri sebagai berikut : a. Soal harus di sesuikan dengan kondisi siswa. Rancangan atau pemilihan tugas harus didasarkan pada pemahaman teakhir yang dimiliki siswa. Siswa harus memiliki ide-ide agar bisa terlibat dalam menyelesaikan soal dan memandang soal sebagai sesuatu yang menarik. b. Soal harus dikaitkan dengan matematika yang akan dipelajari siswa. Dalam menyelesaikan soal atau mengerjakan kegiatan, siswa terutama harus diarahkan untuk memahami matematika terkait, sehingga mereka terlibat dalam mengembangkan pemahaman terhadap ide-ide matematika. c. Jawaban dan metode penyelesaian soal memerlukan justifikasi dan penjelasan. Siswa harus memahami bahwa tanggung jawab menentukan apakah jawabannya benar dan mengapa benar adalah pada diri mereka. Pembenaran marupakan bagian utuh dari penyelesaian mereka. Nitko, & Brookhart (2007: 216) mengkategorikan masalah menjadi dua yaitu: well-structured problems dan ill-structurred problems. well-structured

problems merupakan masalah yang sudah jelas cara penyelesaiannya, semua informasi yang siswa perlukan diberikan, situasinya memiliki banyak kesamaan dengan yang pernah diberikan dikelas, biasanya satu jawaban yang benar yang dapat diperoleh dengan menerapkan prosedur yang telah diajarkan. Masalah ini digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa melatih prosedur atau algoritma yang pernah diajarkan. Sedangkan untuk ill-structurred problems siswa harus mengolah informasi untuk memahaminya, menjelaskan masalahnya sendiri, memperoleh informasi yang diperlukan yang mungkin tidak disediakan secara langsung, dan mengakui terdapat beberapa jawaban yang benar. Lebih lanjut dikatakan bahwa masalah dengan satu jawaban benar disebut closed-response task, dan masalah dengan banyak jawaban benar disebut open-response task. Ada sejumlah alasan kuat mengapa problem solving perlu ditekankan sebagai aspek penting dan sangat berarti dalam menciptakan pengajaran matematika yang efektif. Johnson dan Rising (Goos, Stillman, & Vale, 2007: 38) menyatakan bahwa belajar untuk memecahkan masalah adalah pembelajaran paling penting dalam setiap kelas matematika. Mereka memberi lima alasan untuk ini: memecahkan masalah itu adalah cara belajar konsep baru, memecahkan masalah adalah cara untuk menemukan pengetahuan baru, memecahkan masalah adalah cara yang berarti untuk melatih kemampuan komputasi, memecahkan masalah adalah cara merangsang keingintahuan intelektual, dan memecahkan masalah adalah cara belajar untuk mentransfer konsep dan keterampilan untuk situasi baru.

Ernest (1991: 286) menjelaskan peran guru adalah memberikan/memunculkan masalah matematika dan peran siswa menemukan cara sendiri untuk memecahkan masalah. Selanjutnya Lewis (2011) memberikan gambaran tentang praktek struktur pembelajaran pemecahan masalah dengan tahapan sebagai berikut: Tabel 1. Fase dalam pembelajaran pemecahan masalah Tahap pembelajaran 1. Memunculkan dan memahami tugas (secara ringkas) 2. Menyelesaikan masalah secara sendiri 3. Presentasi solusi siswa dan diskusi kelas 4. Ringkasan / konsolidasi pengetahuan (ringkasan) Tujuan Guru memunculkan tugas; siswa memahami dan menjadi tertarik pada masalah tersebut untuk diselesaikan. Siswa menggunakan pengetahuan yang mereka miliki untuk menghasilkan, dan mencoba mengembangkan dalam beberapa cara untuk menyelesaikan masalah itu. Guru memilih beberapa siswa untuk mempresentasikan pekerjaan mereka pada papan tulis dan menjelaskannya. Guru secara berhati-hati memilih dan mengurutkan pekerjaan siswa yang sudah dipresentasikan, supayamenduukungpengembanganpentingnya pemahaman matematika. Guru dan siswa meringkas apa yang barusaja dipelajari. Tulisan di papan tulis, diskusi kelas, dan jurnal matematika mendukung siswa untuk mengunjungi kembali pikiran dan mengkonsulidasi pengetahuan mereka. Kelas seringkali berakhir dengan tulisan jurnal tepat seperti apa yang saya pelajari hari ini Sasaran dari pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah adalah sebagai berikut : a. Siswa akan mampu menyatakan urutan langkah-langkah pemecahan masalah.

b. Siswa mampu menemukan kemungkinan-kemungkinan strategi pemecahan masalah. c. Siswa mampu mengevaluasi dan menyeleksi kemungkinan-kemungkinan tersebut kaitannya dengan kriteria-kriteria yang ada. d. Siswa mampu memilih suatu pilihan solusi yang optimal. e. Siswa mampu mengembangkan suatu rencana dalam mengimplementasikan strategi pemecahan masalah. f. Siswa mampu mengartikulasikan bagaimana pemecahan masalah dapat digunakan dalam berbagai bidang atau situasi. Heddens dan Speer ( Nuriana, 2005: 4) menyarankan untuk menilai hasil kerja pendekatan pemecahan masalah salah satu caranya adalah dengan menentukan skoring dan jawaban siswa melalui rubrik. Rubrik ini merupakan skala penilaian baku yang digunakan untuk menilai jawaban siswa dalam soal-soal pemecahan masalah. Cai, Lane, S, dan Jakabscin, M.S (1996:21) dengan penggunaan skala jawaban siswa berada pada rentang skor 0 sampai dengan 4 sebagai berikut: a. Skor 0. Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahami konsep sehingga yang diberikan tidak berarti apa-apa. b. Skor 1 Hanya sedikit dari penjelasan konsep, ide atau suatu gambar, yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat secara matematik yang benar.

c. Skor 2 Penjelasan konsep, ide atau suatu gambar, yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat secara matematik yang masuk akal, namun hanya sebagian yang benar d. Skor 3 Penjelasan konsep, ide atau suatu gambar, yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat secara matematik yang masuk akal dan benar, meskipun tidak tersusun secara logis atau terdapat kesalahan bahasa. e. Skor 4 Penjelasan konsep, ide atau suatu gambar, yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat secara jelas serta tersusun secara logis. Berdasarkan uraian diatas pendekatan pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah yaitu ketika siswa dihadapkan dengan pertanyaan, siswa dapat mengidentifikasikan unsur unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan, merumuskan masalah matematika atau menyusun model matematika, menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau luar matematika, dan menjelaskan atau menginterpretasikan hasil permasalahan menggunakan matematika secara bermakna.