DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN Program/Kegiatan : Penyusunan Masterplan Sistem Air Limbah : DPU dan ESDM Mengingat makin banyaknya pemukiman pada wilayah-wilayah perkotaan seperti Muntilan, Mertoyudan, Secang, Borobudur yang berpotensi menjadi daerah kumuh dan munculnya daerah pedesaan yang telah memiliki IPAL komunal dan MCK ++. Maka perlu dipetakan sistem air limbah tingkat kabupaten yang akan menghindarkan daerah padat permukiman menjadi daerah rawan sanitasi yang berpotensi menjadi daerah endemik penyakit berbasis lingkungan. Disamping itu mengingat Magelang belum memiliki perencanaan menyeluruh di sub sektor air limbah permukiman maka diperlukan adanya masterplan air limbah domestik Menyusun perencanaan induk air limbah domestik secara menyeluruh untuk skala kabupaten Kegiatan ini ditujukan untuk seluruh wilayah terutama untuk memetakan penanganan limbah baik di pedesaan maupun di daerah padat penduduk Kegiatan ini menggambarkan sistem penanganan air limbah di seluruh Magelang Kebutuhan biaya APBN Rp 500.000.000,- Proyek ini berupa perencanaan yang menyeluruh di tingkat kabupaten Hasil dari kegiatan ini adalah rencana induk air limbah domestik menyeluruh di tingkat kabupaten Penerima manfaat dari kegiatan ini seluruh warga masyarakat dan pemerintah daerah Magelang Kegiatan ini diselenggarakan oleh DPU dan ESDM melalui jasa konsultansi teknik yang didapat dari proses lelang pekerjaan
: Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja : DPU dan ESDM Mengingat makin banyaknya pemukiman pada wilayah-wilayah perkotaan seperti Muntilan, Mertoyudan, Secang, Borobudur yang berpotensi menjadi daerah kumuh dan munculnya daerah pedesaan dan perkotaan yang telah memiliki IPAL komunal dan MCK ++ dari program nasional berbasis masyarakat seperti SLBM dan Sanimas. Maka perlu dilakukan kanalisasi dalam pengolahan black water hasil kegiatan rumah tangga masyarakat tersebut. Daerah padat pemukiman dan wilayah konsentrasi SLBM/Sanimas akan menjadi daerah rawan sanitasi bila tinja yang dihasilkan tidak mendapat penyaluran pembuangan. Untuk itu diperlukan suatu fasilitas untuk menampung tinja sekaligus mengolah grey water menjadi bagian yang ramah lingkungan Menyediakan sistem pengolah tinja sebagai penampung grey water yang disalurkan masyarakat terutama dari wilayah padat pemukiman dan dari daerah konsentrasi program SLBM/ Sanimas IPAL ini ditujukan untuk melayani daerah padat permukiman terutama wilayah Mertoyudan, Muntilan, Secang dll dan daerah konsentrasi program SLBM/Sanimas Merupakan kegiatan fisik penyediaan sarana pengolah limbah tinja dan penyediaan truk sedot tinja Kebutuhan biaya APBN, APBDProvinsi, APBD, Rp 35.340.000.000,- Perkiraan lokasi di Desa Tempurejo Kecamatan Tempuran atau Desa Congkrang Kec. Muntilan atau Desa Pasuruhan Kec. Mertoyudan. Lokasi IPLT merupakan lahan yang kurang produktif berupa lahan pekarangan yang kurang terurus Hasil dari kegiatan ini adalah terbangunnya Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja dan armada angkutannya yang mampu melayani wilayah yang memiliki resiko sanitasi tinggi Penerima manfaat dari kegiatan ini warga masyarakat dalam pemukiman yang padat dan mereka yang memiliki tingkat resiko sanitasi tinggi dan pemerintah daerah
Magelang Kegiatan ini diselenggarakan oleh DPU dan ESDM, pembangunan dan perencanaan teknis didapat dari tender konsultan/kontraktor. Operasional kegiatan dilaksanakan melalui UPTD yang dibentuk, pemasukan UPTD melalui retribusi truk tinja yang buang muatan ke IPLT ini
: USRI / SLBM (DAK) : DPU dan ESDM Dengan adanya pertumbuhan penduduk yang memicu semakin meningkatnya kepadatan suatu daerah membawa konsekwensi menurunnya kwalitas lingkungan permukiman, dalam skala kecil penurunan kwalitas yang membawa resiko sanitasi ini dapat dikurangi dengan memberikan layanan sanitasi komunal. Layanan ini diberikan untuk perkotaan maupun pedesaan dengan komunitas miskin cenderung padat dan kumuh. Dengan layanan komunal ini diharapkan masyarakat ikut berpartisipasi dalam nya dan menghemat biaya yang dikeluarkan. Menyediakan sistem sanitasi komunal berupa IPAL atau MCK ++ untuk kawasan kecil ± 250 kk yang cenderung padat Wilayah kecil yang memerlukan sanitasi komunal baik di desa maupun perkotaan yang cenderung miskin, padat dan kumuh Merupakan kegiatan fisik penyediaan sarana sanitasi komunal sederhana yang berbasis masyarakat untuk kawasan kecil Kebutuhan biaya APBN, APBDK, swadaya masyarakat, Rp 16.560.000.000,- Lokasi USRI berada di Kecamatan Muntilan dan Kecamatan Mertoyudan Lokasi SLBM (DAK) berada di 19 kecamatan yang tersebar di Magelang Terlayaninya masyarakat daerah sasaran dengan fasilitas sanitasi komunal sederhana sehingga terhindar dari resiko akibat sanitasi yang buruk Penerima manfaat dari kegiatan ini warga masyarakat dalam komunitas kecil yang cenderung padat, kumuh, miskin Kegiatan ini diselenggarakan oleh DPU dan ESDM, merupakan program sanitasi berbasis masyarakat dibangun melalui Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Operasional kegiatan dilakukan KSM dengan mengenakan tarip/retribusi bagi warga masyarakat yang memanfaatkan fasilitasnya.
: Jamban Keluarga : Dinas Kesehatan Masih tingginya masyarakat yang buang air besar sembarangan (BABS) menyebabkan pencapaian kepemilikan jamban sehat dan prosentase desa yang sudah bebas buang air besar sembarangan belum signifikan peningkatannya. Untuk itu perlu dilakukan kampanye dan pemicuan bagi desa yang masih rendah aksesnya kepada jamban Disamping itu bagi masyarakat yang sudah dipicu STBM tapi belum mampu mengakses jamban sehat karena miskin perlu diberikan stimulan agar bisa memiliki jamban sendiri Meningkatkan prosentase kepemilikan jamban yang sehat dan meningkatkan kondisi sanitasi masyarakat Masyarakat yang belum memiliki jamban sehat dan memiliki tingkat resiko sanitasi tinggi, terutama masyarakat berpenghasilan rendah. Secara umum memberikan penyuluhan, kampanye dan pemicuan agar masyarakat bebas dari buang air besar sembarangan. Secara khusus memberikan stimulan pembangunan jamban keluarga bagi masyarakat miskin. Kebutuhan biaya APBN, APBDK, Rp 2.619.000.000,- Wilayah program ini adalah masyarakat yang masih buang air besar sembarangan di daerah yang tingkat resiko sanitasinya tinggi yang tersebar di seluruh Magelang Secara umum masyarakat menjadi sadar akan resiko menurunnya kualitas lingkungan pemukiman akibat buang air besar sembarangan dan mengubah perilaku menjadi stop buang air besar sembarangan Secara khusus masyarakat yang tidak mampu menjadi memiliki jamban sehat Kegiatan ini diselenggarakan oleh Dinkes dengan melibatkan puskesmas dan kader kesehatan desa. Penyuluhan dan pemicuan sanitasi langsung berbasis masyarakat (STBM)/CLTS dilakukan oleh tenaga yang pernah mendapat pelatihan. Untuk stimulan jamban diberikan kepada masyarakat miskin di desa yang pernah dilakukan pemicuan STBM/CLTS.
: Penyediaan Sarana dan Prasarana : BLH Dengan adanya pertumbuhan penduduk yang memicu semakin meningkatnya kepadatan suatu daerah membawa konsekwensi menurunnya kwalitas lingkungan permukiman, dalam skala kecil penurunan kwalitas yang membawa resiko sanitasi ini dapat dikurangi dengan memberikan layanan sanitasi komunal. Layanan ini diberikan untuk perkotaan maupun pedesaan dengan komunitas miskin cenderung padat dan kumuh. Dengan layanan komunal ini diharapkan masyarakat ikut berpartisipasi dalam nya dan menghemat biaya yang dikeluarkan. Menyediakan sarana pengolah air limbah bagi industri kecil rumah tangga Kawasan yang memiliki industri rumah tangga seperti tahu tempe, slondok, pati onggok, peternakan dll Merupakan kegiatan fisik penyediaan sarana sanitasi komunal sederhana yang berbasis masyarakat untuk kawasan kecil Kebutuhan biaya APBDP, APBDK, Rp 18.600.000.000,- Lokasi kegiatan berada di sekitar sentra industri rumah tangga seperti Ds Kenalan & Ds. Tanjungsari (Borobudur), Ds Blongkeng (Ngluwar), Ds Sumurarum (Grabag), Ds Sidowangi (Kajoran), Ds. Tamanagung, Keji & Sedayu, (Muntilan), Ds. Mejing (Candimulyo) dan beberapa desa yang tersebar di Magelang. Terlayaninya masyarakat daerah sasaran dengan fasilitas sanitasi komunal sederhana sehingga terhindar dari resiko akibat sanitasi yang buruk Penerima manfaat dari kegiatan ini warga masyarakat dalam komunitas kecil yang cenderung padat, kumuh, miskin Kegiatan ini diselenggarakan oleh BLH, pembangunannya di tenderkan kepada konraktor. Untuk operasionalnya di lakukan oleh komunitas masyarakat industri rumah tangga itu sendiri dengan dibina oleh BLH