Bab-3 Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Merangin. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III PENGELOLAAN KEUNGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PROFIL KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Tabel Kapasitas Rill kemampuan keuangan daerah untuk mendanai Pembangunan Daerah

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

Lampiran 1 STRUKTUR ORGANISASI DPPKAD KABUPATEN GRESIK

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN. Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

BAB V PENDANAAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTAKERANGKAPENDANAAN

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Realisasi dan Proyeksi)

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah Provinsi Jambi tidak terlepas dari kebijakan yang ditempuh, baik dari sisi efektivitas pengelolaan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB IIIGAMBARAN GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

III BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Keuangan Kabupaten Karanganyar

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN. Pada Bab II telah diuraiakan kondisi riil daerah yang ada di

BAB 3. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2008

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

STRUKTUR APBD DAN KODE REKENING

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

Rancangan Akhir RPJMD Tahun Hal.III. 12

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

LAPORAN KEUANGAN POKOK

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Kepala Badan Pengelola Keuangan Kota Ambon. R.SILOOY,SE.MSi PEMBINA TK I Nip

5.1 ARAH PENGELOLAAN APBD

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2007

LAPORAN KEUANGAN POKOK

a. Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah.

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

2012, No NO NAMA PENERIMA ALAMAT PENERIMA JUMLAH (Rp) Dst

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2009

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

Transkripsi:

Bab-3 Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keberhasilan pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Bungo tidak terlepas dari kebijakan yang ditempuh, baik dari sisi pengelolaan penerimaan pendapatan, maupun pengeluaran daerah melalui belanja tidak langsung dan belanja langsung. Pengelolaan keuangan daerah yang berkaitan dengan pendapatan dan belanja daerah selama tahun 2006 2010 telah menunjukkan efektivitas dan efisiensi yang menggembirakan. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan daerah telah dilaksanakan dengan baik dan diharapkan dapat mendorong peningkatan 62

pertumbuhan ekonomi daerah. Hal ini terlihat dengan meningkatnya Penerimaan Daerah khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan terjadinya penghematan dari pengeluaran daerah. Ada tiga sumber pembiayaan yang memegang peranan penting dalam keuangan daerah Kabupaten Bungo; Pertama, sumber pembiayaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bungo. Kedua, sumber pembiayaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jambi, yang pelaksanaannya ditetapkan melalui peraturan daerah Provinsi Jambi. Ketiga, sumber pembiyaan yang berasal dari Anggaran dan Belanja Negara (APBN) yang didalamnya terdapat dana dekonsetrasi dan dana pinjaman luar negeri. Dalam menunjang keberhasilan pengelolaan keuangan daerah, selama kurun waktu 5 tahun ini, telah dilakukan restrukturisasi pemerintah sebagai tindak lanjut reformasi. Dampak reformasi ini juga menyangkut pengelolaan keuangan daerah. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bungo selama 5 (lima) tahun. 63

3.1.2. Pengelolaan Pendapatan Daerah Hal utama yang harus diperhatikan dalam pengelolaan keuangan daerah adalah pendapatan daerah. Pendapatan daerah dalam proses pengelolaan daerah harus dituangkan terlebih dahulu. Tanpa sumbersumber pendapatan daerah, maka pengelolaan keuangan daerah tidak akan dapat dikelola secara sempurna. Untuk mendukung pendaptan ini, baik yang menyangkut Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan maupun lain-lain pendapatan daerah yang sah seperti bagi hasil dari pemerintah lain, maka harus dilakukan secara optimal, guna meningkatkan pendapatan daerah secara optimal pula. Dalam rangka peningkatan pendapatan daerah, khususnya PAD, ditempuh berbagai bentuk terobosan dan strategi agar penerimaan PAD mengalami peningkatan. Salah satu terobosan paling penting dalam meningkatkan PAD adalah melakukan program intensifikasi dan ekstensifikasi terhadap wajib pajak dan retribusi daerah. Intensifikasi dan Ekstensifikasi pengelolaan pendapatan daerah Kabupaten Bungo sangat dipengaruhi oleh Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yang berkaitan dengan PAD, Dana Perimbangan serta lain-lain pendapatan daerah. Sedangkan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan lain-lain pendapatan yang sah yang merupakan komponen dari PAD, telah ditentukan sehingga 64

sulit untuk melakukan ekstensifiksi sumber penerimaan yang baru. Dalam ketentuan peraturan/perundang-undangan ditegaskan bahwa penerimaan pendapatan yang baru tidak boleh memberatkan masyarakat dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan kondisi tersebut, pemerintah Kabupaten Bungo telah mengeluarkan kebijakan untuk peningkatan penerimaan daerah. Kebijakan yang telah dilakukan untuk meningkatkan penerimaan daerah Kabupaten Bungo dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut: 1. Melakukan pengkajian dan penyusunan aspek legalitas pemungutan pendapatan daerah dengan melaksanakan perubahan atau penyusunan Perda baru sertya penerapan sanksi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Melakukan penggalian dan pengembangan sumbersumber potensi pendapatan daerah yang sudah ada maupun mencari sumber-sumber pendaptan baru untuk menunjang pembiayaan pemerintahan dan pembangunan 3. Mendorong upaya intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan pajak negara yang dibagi hasilkan ke daerah seperti pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Penghasilan (PPh OPDN dan pasal 21) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). 65

Pemerintah juga akan melakukan peningkatan akurasi data sumber daya alam sebagai dasar perhitungan pembagian dalam dana perimbangan. 4. Melakukan pembentukan Satuan Tugas Peningkatan Pendapatan Daerah yang bertujuan untuk mengoptimalkan pendapatan asli daerah agar tidak terjadi penunggakan pembayaran. Secara umum kebijakan yang telah diambil tersebut memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap penerimaan daerah. Hal ini tercermin dari meningkatnya penerimaan dari target pendapatan khususnya penerimaan pajak dan retribusi daerah selama tahun 2006 2010. Secara umum dalam kurun waktu 2006 sampai dengan 2010, penerimaan daerah mengalami peningkatan rata-rata 9,57% per tahun. PAD mengalami peningkatan Rp. 20.857.082.807,68 pada tahun 2006 menjadi Rp. 52.483.279.458,02 pada tahun 2010 atau meningkat sebesar 20,27% tiap tahunnya. Pada tahun 2009 terjadi penurunan PAD jika dibandingkan dengan pada tahun 2008 yang disebabkan karena sumbangan Pihak Ketiga (SP3) dibatalkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan surat Nomor 180/13/SJ Tanggal 6 Januari 2009 Perihal Pencabutan dan Pertimbangan Hukum SP3 Batubara di Kabupaten Bungo. Selanjutnya dengan menggunakan skema hibah dari perusahaan batubara, PAD tahun 2010 mengalami 66

peningkatan. Kembali deskripsi lebih detil tentang pendapatan daerah dimuat pada tabel berikut. Tabel 3.1. Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bungo Tahun 2006 2010 No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 I PENDAPATAN DAERAH 1 Pendapatan Asli Daerah 20,857,082,807.68 43,662,550,407.22 64,305,804,619.84 41,987,211,400.00 52,483,279,458.02 a Pajak Daerah 2,823,208,169.18 3,630,330,417.35 5,049,201,632.00 5,931,777,021.00 5,547,552,053.00 b Retribusi Daerah 16,304,604,567.20 19,040,296,495.00 24,309,906,665.33 5,778,636,394.00 5,986,418,425.00 c Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 1,729,270,071.30 1,581,267,621.95 3,035,022,678.89 4,068,601,318.58 5,068,601,318.58 d Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah 7,452,632,043.82 19,410,655,872.92 31,911,673,643.62 26,208,196,666.42 35,880,707,661.44 2 Dana Perimbangan 365,620,277,353.48 392,134,253,270.00 414,953,971,270.00 415,139,261,658.00 459,252,427,535.57 a Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 52,976,007,610.00 58,996,153,270.00 56,279,018,406.00 61,405,909,658.00 91,733,576,535.57 b Dana Alokasi Umum 272,081,000,000.00 302,950,000,000.00 317,541,798,000.00 311,260,103,000.00 311,791,251,000.00 c Dana Alokasi Khusus 24,690,000,000.00 30,188,100,000.00 41,133,154,864.00 42,473,249,000.00 55,727,600,000.00 d Dana Perimbangan dari Provinsi 15,873,269,743.48 3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah 11,635,821,689.00 47,600,195,288.60 62,872,004,978.40 63,881,904,246.30 117,053,273,507.00 a Hibah 10,000,000,000.00 3,000,000,000.00 4,000,000,000.00 25,460,000,000.00 b Dana Darurat - - c Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya 12,633,997,288.60 20,339,655,398.40 17,965,378,196.30 18,349,800,251.00 d Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 24,966,198,000.00 37,782,349,400.00 4,683,662,050.00 2,000,000,000.00 e Bantuan Keuangan dari Provinsi 1,750,000,000.00 atau Pemda Lainnya - f Bagi Hasil Atas Penerimaan Pemberian Hak Atas Negara Jumlah 11,635,821,689.00 398,113,181,850.16 483,396,998,965.82 542,131,780,868.24 521,008,377,304.30 628,788,980,500.59 Berdasarkan tabel Pendapatan Daerah Tahun 2006 2010, dapat terlihat bahwa terjadi peningatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Laju sebesar 36,93 % pertahun, yaitu dari Rp. 7.452.632.043,82 pada tahun 2006 menjadi Rp. 35.880.707.661,44 pada tahun 2010. Peningkatan dan penurunan Pendapatan Asli Daerah dapat pula dilihat pada grafik di bawah ini. 67

Grafik 3.1.1. Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bungo 2006-2010 40,000,000,000.00 35,000,000,000.00 30,000,000,000.00 25,000,000,000.00 20,000,000,000.00 15,000,000,000.00 10,000,000,000.00 5,000,000,000.00 0.00 2006 2007 2008 2009 2010 Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah Pendapatan yang berasal dari Dana Perimbangan meningkat setiap tahunnya. Laju peningkatan Dana perimbangan adalah sebesar 4,67% pertahun. Laju peningkatan tertinggi berasal dari Dana Alokasi Khusus sebesar 17,68% per tahunnya, yaitu dari Rp. 24.690.000.000,- pada tahun 2006 menjadi Rp. 55.727.600.000,- pada tahun 2010. Dana Alokasi Khusus terbesar yang diterima pada tahun 2010 adalah Dana Alokasi Khsusus Bidang Pendidikan sebesar Rp. 33.013.200.000,- sedangkan Dana Perimbangan Dari Provinsi yang didapat pada tahun 2006 tidak didapat kembali pada tahun berikutnya dikarenakan terjadinya perubahan peraturan pendukung. Trend peningkatan pendapatan dari Dana perimbangan dapat dilihat dari grafik di bawah ini. 68

Grafik 3.1.2. Pendapatan dari Dana Perimbangan Kabupaten Bungo Tahun 2006-2010 350,000,000,000.00 300,000,000,000.00 250,000,000,000.00 200,000,000,000.00 150,000,000,000.00 100,000,000,000.00 50,000,000,000.00 0.00 2006 2007 2008 2009 2010 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Perimbangan dari Provinsi Pendapatan yang berasal dari lain lain Pendapatan Daerah yang Sah mengalami peningkatan rata-rata sebesar 58,10% per tahunnya. Pada tahun 2006 Kabupaten Bungo mendapatkan dana sebesar Rp. 11.849.000.000,- dan meningkat menjadi Rp. 117.053.273.507,- pada tahun 2010. Trend peningkatan pendapatan dari lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah tersaji pada grafik di bawah ini. 69

80000000000 70000000000 60000000000 50000000000 40000000000 30000000000 20000000000 10000000000 0 Grafik 3.1.3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Kabupaten Bungo tahun 2006-2010 2006 2007 2008 2009 2010 Hibah Dana Darurat Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda Lainnya 3.1.3. Neraca Keuangan Neraca keuangan daerah dapat memperhatikan kondisi kepemililkan asset, kwajiban dan ekuitas yang dimiliki suatu daerah dalam hal ini kepemilikan oleh Kabupaten Bungo. Dalam kurun waktu 2005 2009 jumlah pemilikan asset oleh Kabupaten Bungo meningkat cukup drastis. Pada tahun pembukuan 2005, asset yang dimiliki Kabupaten Bungo sebesar Rp. 656.788.727.467,12 kemudian pada tahun pembukuan 2009 meningkat menjadi Rp. 1.214.334.492.799,76. 70

Sedangkan kewajiban mengalami penurunan selama 5 tahun tersebut. Jika pada tahun 2005 kwajiban yang di miliki Kabupaten Bungo sebesar Rp. 4.264.676.015,52. lalu pada tahun 2009 menurun menjadi Rp. 3.672.855.465,00 untuk ekuitas Kabupaten Bungo mengalami peningkatan selama tahun 2005 2009 hampir dua kali lipat tercatat pada pembukuan tahun 2009 jumlah ekuitas telah mencapai Rp. 1.210.661.937.334,76, sedangkan pada tahun 2005 hanya tercatat sebesar Rp 652.524.051.451,60 3.1.3.1. Asset Daerah Asset lancar yang dimiliki Kabupaten Bungo selama kurun waktu 2005 2009 mengalami penurunan cukup berarti. Pada tahun 2005 Kabupaten Bungo memiliki asset lancar sebesar Rp. 66.604.750.595 kemudian turun menjadi Rp. 45.3483723.894,96 pada tahun 2009, akan tetapi untuk investasi jangka panjang mengalami peningkatan cukup signifikan. Hal ini terlihat dari data tahun buku 2005 jumlah investasi jangka panjang yang dimiliki Kabupaten Bungo sebesar Rp. 31.546.681.768,00 dan tahun 2009 meningkat menjadi Rp. 43.805.969.900,30. 71

Sedangkan pemilikan asset tetap terjadi peningkatan hampir dua kali lipat. Pada tahun 2005 nilai asset tetap yang dimiliki adalah sebesar Rp. 1.110.948.511.730,74 pada tahun 2009. Namun untuk asset lainnya yang berupa piutang angsuran dan dana kemitraan dengan pihak ketiga tidak mengalami peningkatan, melainkan terjadi penurunan. Deskripsi yang detil tentang komponen neraca khususnya tentang asset selama tahun 2005 2009 untuk Kabupaten Bungo dimuat kedalam tabel perkembangan asset. Adapun tabel yang dimaksud disajikan seperti berikut ini. 72

Tabel 3.2. Asset Yang Dimiliki Kabupaten Bungo Tahun 2005-2009 73

3.1.3.2. Kewajiban Daerah Jumlah kwajiban daerah Kabupaten Bungo selama tahun 2005 2009 mengalami penurunan. Pada tahun 2005 Kabupaten Bungo memiliki kewajiban berupa utang Jangka Pendek dan Utang Jangka Panjang sebesar Rp. 4.264.676.015,52 dan kemudian turun menjadi Rp. 3.672.855.465,00 pada tahun 2009. Berarti selama 5 tahun tersebut berhasil menghapuskan utang jangka panjang sebesar Rp. 2.092.488.814,26. Gambaran lebih rinci tentang kewajiban daerah Kabupaten Bungo yang berkaitan dengan utang dapat terlihat pada tabel perekembangan kewajiban daerah tersebut. Tabel tersebut disajikan berikut ini. 74

Tabel 3.3. Kewajiban Daerah Kabupaten Bungo Selama Tahun 2005 2009 No Uraian 31 Des 2005 31 Des 2006 31 Des 2007 31 Des 2008 31 Des 2009 1 KEWAJIBAN 2 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 3 Utang Kepada Fihak Ketiga 4 Utang Perhitungan Fihak 1,333,960,809.00 1,550,749,255.00 Ketiga (PFK) 5,494,403,903.00 2,543,123,723.00 3,672,855,465.00 5 Utang Bunga Bagian Lancar Utang Jangka 6 Panjang 458,987,514.26 7 8 9 10 11 12 458,987,514.26 - - - Utang jangka Pendek Lainnya 379,238,878.00 JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 2,172,187,201.26 2,009,736,769.26 5,494,403,903.00 2,543,123,723.00 3,672,855,465.00 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Utang Dalam Negeri - 2,092,488,814.26 1,511,798,800.00 Pemerintah Pusat - - - Utang Luar Negeri - Obligasi 121,702,500.00 - - - JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 2,092,488,814.26 1,633,501,300.00 0.00 0.00 0.00 JUMLAH KEWAJIBAN 4,264,676,015.52 3,643,238,069.26 5,494,403,903.00 2,543,123,723.00 3,672,855,465.00 3.1.3.3. Analisis Liquiditas dan Solvabilitas A. Analisis Liquiditias Dalam analisis liquiditas digunakan dua alat analisis yaitu Current Ratio dan Quick Ratio. Kedua alat analisis tersebut menganalisis kemampuan keuangan daerah dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dilakukan dengan menggunakan asset lancar. Ini berarti kewajiban jangka pendek harus ada jaminan dari asset lancar tanpa mengganggu operasional rutin pemerintahan. Minimal jaminan tersebut adalah dua 75

kali nilai kewajiban atau nilai asset lancar minimal dua kali dari kewajiban dari kewajiban jangka pendek. Mencermati konsep analisis liquiditas tersebut maka hasil perhitungan Current Ratio dan Quick Ratio Kabupaten Bungo selama tahun 2005 2009 memperlihatkan angka yang amat besar atau jauh diatas nilai dua baik Current Ratio Maupun Quick Ratio. Berarti kondisinya sangat Liquid kondisi keuangan daerah. Deskripsi hasil perhitungan kedua Ratio untuk Liquiditas tersebut dimuat pada tabel berikut ini Tabel 3.4. Ratio Liquiditas Kabupaten Bungo Selama Tahun 2005 2009 No Ratio Liquiditas 2005 2006 2007 2008 2009 1 Current Ratio 30,39 68,76 30,95 42,95 12,35 2 Quick Ratio 28,26 67,48 30,28 41,55 11,30 Tabel diatas memperlihatkan bahwa Current Ratio dan Quick Ratio tahun 2009 memperlihat angka yang terkecil selama 5 tahun tersebut yaitu 12,35 untuk Current Ratio dan 11,30 untuk Quick Ratio. Berarti Liquiditas keuangan Kabupaten Bungo makin menurun tetapi masih dibatas aman. Hal ini dapat dipahami karena kebijakan keuangan daerah lebih banyak 76

diarahkan kepada pembiayaan investasi untuk jangka panjang dan pembelian asset tetap. B. Analisis Solvabilitas Dalam analisis solvabilitas dapat digunakan dua alat analisis yaitu rasio kewajiban terhadap asset dan rasio kewajiban terhadap ekuitas. Kedua alat tersebut memperlihat rasio penggunaan asset atau ekuitas untuk memenuhi kewajiban pemerintah Kabupaten Bungo yang telah jatuh tempo. Hasil perhitungan kedua rasio tersebut memperlihat tidak sampai 1 % dari asset atau ekuitas yang digunakan untuk membayar seluruh kewajiban. Berarti ketersediaan asset atau ekuitas jauh melebihi dari besaran utang yang menjadi kewajiban untuk dibayar. Kedua rasio tersebut di perlihatkan pada tabel berikut ini. Tabel 3.5. Rasio Sovabilitas Kabupaten Bungo Selama Tahun 2005 2009 No Rasio Solvabilitas 2005 2006 2007 2008 2009 1 Rasio Kewajiban 0,0065 0,0044 0,0060 0,0023 0,0030 Terhadap Asset 2 Rasio Kewajiban 0,0065 0,0044 0,0060 0,0023 0,0030 Terhadap Ekuitas Tabel diatas menyajikan bahwa nilai Rasio Solvabilitas untuk rasio kewajiban terhadap asset dan rasio 77

kewajiban terhadap ekuitas adalah sama. Disamping itu, angka rasio kedua alat tersebut cendrung menurun atau makin mengecil, artinya pemerintah Kabupaten Bungo cendrung meningkatkan nilai asset dan ekuitas dana, serta meniadakan kewajiban terutama kewajiban jangka panjang. 3.2. Kebijakan Pengelolaan Kuangan 3.2.1.Proporsi Penggunaan Anggaran Dalam Rangka membiayai anggaran daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan maka pemerintah Kabupaten Bungo selama tahun 2006 2010 telah berupaya meningkatkan efisiensi dan keefektifan pengeluaran daerah. Upaya tersebut dituangkan kedalam kebijakan daerah dibidang anggaran daerah. Adapun kebijakan tersebut adalah ; a) Menyusun prioritas pembangunan sesuai dengan kemampuan pembiayaan. Diharapkan seluruh perencanaan SKPD dapat memberikan gambaran utuh kepentingannya baik pada jangka pendek maupun jangka panjang. b) Mengutamakan pencapaian sasaran dengan prinsip capaian yang dapat diukur dan berdampak lebih luas terhadap tumbuhanya kegiatan masyarakat dan swasta. Diharapkan dapat menggerakkan 78

keterlibatan masyarakat yang lebih luas dalam pembangunan. c) Memfasilitasi tumbuhnya investasi swasta melalui kerangka regulasi yang terencana sehingga setiap regulasi dapat memberikan manfaaat terhadap pemerintah daerah swasta dan masyarakat. d) Melakukan efisiensi dan rasionalisasi pengeluaran untuk kegiatan tanpa mengurangi kualitas pelayanan kepada masyarakat. Aplikasi dari kebijakan di atas terlihat dari alokasi belanja daearah selama tahun 2006 2010 terutama pada belanja langsung dan belanja tidak langsung. Besaran belanja langsung seharusnya lebih besar dibandingkan besaran belanja tidak langsung. Belanja langsung terkait langsung dengan pembangunan ekonomi masyarakat sedangkan belanja tidak langsung didominasi belanja pegawai. Komposisi antara Belanja Langsung dan Tidak Langsung hampir berimbang. Pada tahun 2009 dan 2010 kenaikan Belanja Tidak Langsung lebih tinggi dibandingkan Belanja Langsung. Kondisi ini disebabkan oleh tidak seimbangnya kenaikan penerimaan daerah dengan belanja daerah. Disamping itu, hal ini konsekuensi dari kenaikan gaji PNS dan penambahan jumlah PNS baru. Alokasi untuk 79

belanja tidak langsung bukan hanya untuk belanja pegawai saja, melainkan juga untuk Belanja Bunga, Belanja Subsidi untuk Raskin, Belanja Hibah untuk organisasi sosial kemasyarakatan, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Bantuan Keuangan untuk Pemerintahan Desa dan Belanja Bagi Hasil untuk Alokasi Dana Dusun. Deskripsi lebih rinci tentang belanja daerah Kabupaten Bungo dimuat pada tabel berikut. Tabel 3.6. Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bungo Tahun 2006-2010 No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 I BELANJA DAERAH 1 Belanja Tidak Langsung 50,003,271,468.00 166,104,091,596.25 246,019,670,743.54 286,887,218,994.00 334,904,686,084.00 a Belanja Pegawai 149,314,499,782.25 213,973,047,227.53 244,502,927,282.00 303,143,929,877.00 b Belanja Bunga 290,196,679.00 98,841,583.00 c Belanja Subsidi 1,058,295,000.00 1,227,720,000.00 1,054,904,000.00 554,904,000.00 d Belanja Hibah - 9,305,902,200.00 23,520,325,000.00 10,251,375,000.00 e Belanja Bantuan Sosial 7,617,857,800.00 5,078,591,000.00 1,245,455,000.00 1,353,191,207.00 f Belanja Bagi Hasil - 305,413,403.00 523,722,000.00 526,511,000.00 Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemdes g Belanja Bantuan Keuangan 7,823,242,335.00 16,210,155,330.01 15,974,916,950.00 17,626,900,000.00 Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemdes h Belanja Tidak Terduga 789,440,000.00 390,804,160.43 64,968,762.00 1,447,875,000.00 i Belanja Aparatur Belanja Administrasi Umum 31,828,366,973.00 Belanja Operasi dan Pemerliharaan 9,508,135,495.00 Belanja Modal 8,666,769,000.00 2 Belanja Langsung 379,859,650,685.00 281,790,031,964.63 355,135,811,531.64 298,192,792,622.07 339,355,232,840.03 a Belanja Pegawai 21,366,284,937.00 27,216,879,524.00 27,030,842,189.00 41,584,049,476.00 b Belanja Barang dan Jasa 82,183,874,141.00 86,915,779,163.64 110,553,408,648.00 124,206,816,565.00 c Belanja Modal 178,239,872,886.63 241,003,152,844.00 160,608,541,785.07 173,564,366,799.03 d Belanja Publik Belanja Administrasi Umum 190,924,884,693.00 Belanja Operasi dan Pemeliharaan 88,967,899,579.00 Belanja Modal 74,187,124,265.00 Bantuan Keuangan 23,588,309,782.00 Belanja Tidak Tersangka 2,191,932,366.00 Jumlah Belanja 379,859,650,685.00 282,080,228,643.63 355,234,653,114.64 585,080,011,616.07 674,259,918,924.03 80

3.2.2.Analisis Pembiayaan Kemampuan pembiayaan Daerah Kabupaten Bungo selama tahun 2006-2010 dapat terlihat pada derajat desentralisasi fiskal (DDF). DDF tersebut merupakan angka yang menggambar besaran kontribusi pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pendapatan daerah. Besaran DDF Kabupaten Bungo selama tahun 2006-2010 diperlihatkan pada tabel berikut ini. Tabel 3.7. Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) Kabupaten Bungo Tahun 2006-2010 Tahun Pendapatan Total Pendapatan DDF (%) Anggaran Asli Daerah (PAD) Daerah (TPD) 2006 28.309,71 405.565,81 6,98 2007 43.662,55 483.397,00 9,03 2008 64.573,14 542.399,12 11,91 2009 41.987,21 521.008,38 8,06 2010 53.323,42 589.095,14 9,05 Rata-rata 9,01 Sumber : DPPKDA Kab. Bungo, 2010 Selama kurun waktu 5 tahun (2006-201) adalah ratarata DDF sebesar 9,01%. Untuk tahun anggaran 2010, Kabupaten Bungo masih lebih baik dari rata-rata Kabupaten/kota dalam Provinsi Jambi yang sebesar 5,4% sedangkan Kabupaten Bungo DDFnya mencapai 9,05%. Hanya Kota Jambi yang dapat melebihi Kabupaten Bungo yaitu sebesar 11,3%. Ini berarti kemampuan Pembiayaan daerah Kabupaten Bungo untuk mendanai pembangunan, 81

masih rendah kecuali pada tahun 2008 DDF diatas 10%. Hal ini disebabkan masih terbatasnya penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Perlu upaya yang lebih agresif untuk peningkatan PAD tersebut. 3.3 Kerangka Pendanaan 3.3.1 Analisis Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama Alokasi Belanja daerah didominasi belanja langsung dengan alokasi rata-rata selama 5 tahun terakhir 56,33%. Alokasi belanja langsung terbesar terjadi pada tahun 2007 sebesar 26,80% dari total belanja daerah. No Uraian Tahun Anggaran Balanja daerah A Balanja Tidak Langsung 50.003.271.465 228.752.181.252 286.903.913.640 304.549.027.354 395.328.640.490 1 Belanja Pegawai 194.432.509.252 227.480.728.531 261.238.121.354 348.218.578.683 2 Belanja Bunga 447.000.000 250.000.000-2.000.000.000 3 Belanja Subsidi 1.058.295.000 1.227.720.000 1.054.904.000 564.258.400 4 Belanja Hibah 178.000.000 12.221.350.000 23.843.991.000 23.334.971.200 5 Belanja Bantuan Sosial 12.191.498.000 7.699.000.000 1.280.000.000 1.353.191.207 6 BBHKP/Kab/Kota/Pemdes 526.511.000 526.511.000 526.511.000 1.041.351.000 7 BBKKP/Kab/Kota/Pemdes 14.918.368.000 16.250.522.000 15.980.500.000 17.816.390.000 8 Belanja Tidak Terduga 5.000.000.000 21.248.082.109 625.000.000 1.000.000.000 B Belanja Langsung 379.859.650.685 334.679.847.677 393.283.041.689 317.551.699.813 339.355.232.840 1 Belanja Pegawai 28.167.429.792 34.690.540.650 29.586.083.162 41.584.049.476 2 Belanja Barang dan Jasa 107.686.639.887 107.563.398.363 124.329.362.028 124.206.816.565 3 Belanja Modal 198.825.777.997 251.029.102.676 163.636.254.622 173.564.366.799 4 Belanja pelayanan publik 379.859.650.685 Jumlah Belanja 429.862.922.153 563.432.028.929 680.186.955.330 622.100.727.167 734.683.873.330 Surplus/ Defisit (429.862.922.153) (563.432.028.929) (680.186.955.330) (622.100.727.167) (734.683.873.330) C Pengeluaran 82

Pembiayaan 1 Pembentukan dana cadangan 2 Penyertaan modal 2.000.000.000 8.412.500.000 2.450.000.000 1.200.000.000 (investas) daerah 3 Pembayaran pokok utang 458.988.000 2.146.580.000 4 Pemberian pinjaman daerah Jumlah pengeluaran 2.458.988.000 10.559.080.000 2.450.000.000 1.200.000.000 pembiayaan Pertumbuhan belanja tidak langsung terbesar pada tahun 2008 yaitu 47,65% dan turun drastis pada tahun 2009 menjadi 16,43%. Sementara pada tahun 2010 pertumbuhannya turun lagi menjadi 13,1%. Sedangkan ratarata pertumbuhannya belanja tidak langsung sebesar 23,64%. Untuk pertumbuhan belanja langsung terbesar terjadi tahun 2006 sebesar 62,06%. Pada tahun 2007 turun menjadi 48,15%, pada tahun 2008 turun lagi menjadi 26,03% serta pada tahun 2009 pertumbuhannya minus sebesar 16,03%. Belanja daerah menjadi salah satu alat kebijakan keuangan untuk mencapai sasaran pembangunan daerah selama 5 tahun, perbandingan rata-rata alokasi belanja tidak langsung dan belanja langsung mencapai 47,67% dan 56,33%. Komposisi belanja tersebut secara rata-rata selama 5 tahun terakhir sudah mulai menunjukkan kinerja yang baik dimana belanja langsung sudah besar dari pada belanja tidak langsung. Akan tetapi selisihnya masih relatif kecil. 83

Kedepan, alokasi belanja langsung harus lebih besar dari pada belanja tidak langsung karena selisihnya masih kecil dan mayoritas belanja tidak langsung didominasi belanja pegawai. Pada sisi belanja langsung juga didapati belanja pegawai. Oleh karena itu, kedepan harus diupayakan menekan belanja pegawai melalui kebijakan tidak ada lagi penerimaan pegawai negeri sipil baru. 3.3.2 Perhitungan Kerangka Pendanaan Mengacu pada Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Undang undang Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, maka keuangan daerah harus dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, dan efektif, transparan dengan memperhatikan rasa keadilan dankepatutan. Prinsip pengelolaan keuangan daerah ini tercermin pada proses penyusunan anggaran daerah, struktur pendapatan dan struktur belanja daerah. untuk itu, akan dijabarkan kerangka pendanaan untuk menentukan arah kebijakan umum pendapatan dan belanja daerah anggaran Kabupaten Bungo lima tahun yang akan datang. Seperti yang dimuat kedalam tabel kerangka pendanaan APBD Kabupaten Bungo 2012-2016. Adapun tabel dimaksud disajikan berikut ini. 84

No Tabel ; 3.8. Kerangka Pendanaan APBD Kabupaten Bungo Tahun 2012-2016 (Dalam Jutaan Rupiah) Uraian Tahun Anggaran 2012 2013 2014 2015 2016 1 Pendapatan daerah 724.679 775.406 829.685 887.763 949.906 2 Sisa Lebih (Rill) Perhitungan Anggaran 8.144 10.000 10.000 10.000 10.000 3 Pencairan Dana Cadangan 0 0 0 0 0 4 Belanja tidak langsung periodik yang wajib dan mengikat serta prioritas utama 398.474 437.309 479.976 526.858 578.372 a. Gaji pegawai 378.225 416.048 457.653 503.418 553.760 b. Belanja bagi hasil kab dan pemdes 1.041 1.093 1.148 1.205 1.265 c. Belanja Bantuan Keu ke pemdes 19.206 20.167 21.175 22.234 23.346 Belanja langsung periodik 5 yang wajib dan mengikat serta prioritas utama 101.895 107.926 114.504 121.682 129.520 6 a. Sektor pendidikan 20% b. Infrastruktur c. Program seratus juta per dusun Pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat a. Pembentukan dana cadangan b. Penyertaan modal/ investasi 35.228 53.266 13.400 35.933 58.593 13.400 36.651 64.452 13.400 37.384 70.897 13.400 38.132 77.987 13.400 14.000 14.000 14.000 4.000 4.000 2.000 12.000 2.000 12.000 2.000 12.000 3.000 1.000 3.000 1.000 Pada kerangka pendanaan APBD Kabupaten Bungo Tahun 2012-2016, pendapatan daerah ini akan digunakan untuk gaji pegawai dan guru serta pegawai honor, belanja bagi hasil kabupaten/ kota dan pemdes. Semua belanja diatas diatas merupakan Belanja Tidak Langsung Periodik 85

yang wajib dan mengikat serta prioritas utama sesuai dengan visi misi Bupari Bungo 2012-2016 untuk mewujudkan Bungo MAS. Pada sisi Belanja lansung Periodik yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama dialokasikan pada sektor pendidikan sesuai dengan Undang-undang pendidikan yang mewajibkan pemerintah daerahmengalokasikan Anggaran sebesar 20% dari APBD. Oleh karena itu, program pendidikan yang merupakan program prioritas utama yang akan dilaksanakan 5 tahun kedepan. Disamping itu, program infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan dan pelabuhan ini juga program prioritas dan utama serta program Seratus Juta Satu Dusun merupakan program prioritas dari Bupati yang akan di alokasikan pada tahun 2012 2016 sebesar 13,1 milyar sesuai dengan jumlah dusun yang ada di Kabupaten Bungo dan dapat terjadi jumlah ini bias meningkat untuk 5 tahun kedepan sesuai dengan perkembangan pemekaran dusun di setiap kecamatan Kabupaten Bungo. Namun dalam kerangka pendanaan diasumsi jumlah dusun sebanyak 131 dusun. Kapasitas rill kemampuan keuangan daerah merupakan pendapatan daerah ditambah pencairan dana cadangan dan sisa lebih rill perhitungan anggaran yang menjadi total penerimaan kemudian dikurangi dengan belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan 86

megikat serta prioritas utama. Dari peerhitungan tersebut diperoleh kapasitas rill kemampuan keuangan daerah. Kapasitas rill kemampuan keuangan kabupaten Bungo tahun 2012 direncanakan sebesar Rp.218.454 juta, tahun 2013 dibutuhkan Rp.226.171 juta, tahun 2014 diprediksi sebesar Rp.231.203 juta, tahun 2015 dibutuhkan sebesar 246.222 juta dan tahun 2016 diprediksi menjadi Rp.248.014 juta. Kapasitas rill tersebut akan diperuntukkan untuk menunjang program wajib dan program prioritas selama tahun 2012-2016 mendatang. Sejalan dengan kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas rill kemampuan keuangan Kabupaten Bungo tahun 2012 2016 maka perlu upaya yang kuat untuk menignkatkan pendapatan daerahterutama yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah khususnya potensi penerimaan dari laba BUMD. Disamping itu, upaya perolehan dana perimbangan yang lebih besar juga diperlukan. Sedangkan belanja daerah untuk belanja pegawai perlu ditekankan baik pada belanja tidak langsung maupun belanja langsung. Deskripsi lebih rinci tentang kapasitas rill kemampuan daerah Kabupaten Bungo 2012 2016 dimuat kedalam tabel. Adapun tabel tersebut disajikan dibawah ini. 87

Tabel : 3.9. Kapasitas rill kemampuan keuangan daerah dan penggunaannya Kabupaten Bungo Tahun 2012 2016 (dalam jutaan rupiah. No Uraian Tahun Anggaran (juta) 2012 2013 2014 2015 2016 I Kapasitas rill kemampuan keuangan 218.454 226.171 231.203 245.222 248.014 II Total rencana prioritas pengeluaran I (II.a-Iib-Iic) 179.551 188.292 197.225 216.334 225.597 II.a Belanja langsung 295.446 310.219 325.730 342.016 359.117 II.B II.c II.d III Belanja langsung periodik yang wajib dan mengikat serta prioritas utama Pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama Sisa kapasitas rill kemampuan keuangan daerah setelah menghitung alokasi pengeluaran prioritas I (I-II) Rencana prioritas pengeluaran II (III.a- III.b) 101.895 107.926 114.504 121.682 129.520 14.000 14.000 14.000 4.000 4.000 38.903 37.878 33.977 28.887 22.416 36.903 19.836 26-22.854-49.168 III.a Belanja tidak langsung 435.377 457.146 480.003 504.003 529.203 III.b Belanja tidak langsung periodik yang wajib dan mengikat serta prioritas utama 398.474 437.309 479.976 526.858 578.372 Surplus anggaran rill (I-II-III) 2.000 18.041 33.951 51.742 71.585 88