POLA PERTUMBUHAN RAGI TAPE PADA FERMENTASI KULIT SINGKONG

dokumen-dokumen yang mirip
Volume 5, No. 1, April 2012 ISSN:

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

Uji Nilai Nutrisi Kulit Ubi Kayu yang Difermentasi dengan Aspergillus niger (Nutrient Value Test of Cassava Tuber Skin Fermented by Aspergillus niger)

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. yang berasal dari bagian biji pada kebanyakan tanaman lebih banyak. diantaranya adalah daun singkong (Manihot utilisima).

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ketela

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki banyak ragam tumbuhan hijauan,

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI GLUKOSA PADA SOYGURT

BAB I PENDAHULUAN. dan Costa Rica yang umumnya digemari sebagai konsumsi buah segar. Buah segar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan

I. PENDAHULUAN. beras, jagung, singkong, ubi jalar, sagu dan sukun. Tepung tersebut dapat diolah

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR SINGKONG DENGAN URINE SAPI DAN AIR CUCIAN KIKIL SAPI SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siti Nur Lathifah, 2013

TOTAL BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL), KADAR LAKTOSA DAN KEASAMAN WHEY YANG DIFERMENTASI DENGAN Bifidobacterium bifidum PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA

PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES HIDROLISA ASAM DAN ENZIMATIS

KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH NILAM UNTUK PUPUK CAIR ORGANIK DENGAN PROSES FERMENTASI

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

PEMBUATAN ETANOL DARI SAMPAH PASAR MELALUI PROSES PEMANASAN DAN FERMENTASI BAKTERI Zymomonas mobilis

TEKNOLOGI FERMENTASI PANGAN. Agroindustrial Departement, Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University

BAB I PENDAHULUAN. fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi (Hidayat, 2006).

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton

PENGARUH FERMENTASI Saccharomyces cerevisiae TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN AMPAS PATI AREN (Arenga pinnata MERR.)

PEMANFAATAN NIRA NIPAH

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah padi dan singkong. Indonesia dengan luas area panen ha

PENGARUH FERMENTASI TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ASAM AMINO PADA TEPUNG GAPLEK YANG DIFORTIFIKASI TEPUNG KEDELAI (Glycine max (L))

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH FERMENTASI PADA MENGGUNAKAN RAGI ROTI. Pembimbing: Setiyo Gunawan, ST. Ph.D

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

PRODUKSI CRUDE ENZIM AMILASE oleh Aspergillus pada MEDIA KULIT PISANG KEPOK (Musa parasidiaca var formatypica)

KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

SUBSTITUSI EKSTRAK AMPAS TEBU TERHADAP LAJU KEASAMAN DAN PRODUKSI ALKOHOL PADA PROSES PEMBUATAN BIOETHANOL BERBAHAN DASAR WHEY

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

PEMANFATAAN AMPAS TAHU MENJADI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN HIDROLISA H 2 SO 4

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Besarnya ketergantungan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Artikel PENGGUNAAN KULIT SINGKONG FERMENTSI UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG DI JORONG KANDANG LAMO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketela pohon merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI FRUKTOSA PADA SUSU MENJADI ASAM LAKTAT

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analis Kesehatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan

PENGARUH LAMA FERMENTASI TERHADAP KADAR BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT PISANG KEPOK DAN RAJA

BAB I PENDAHULUAN. Beras adalah salah satu bagian paling penting di dunia untuk konsumsi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu diantaranya adalah buah salak pondoh dengan nama latin Salacca

LAPORAN AKHIR. Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Juli 2015 di Laboratorium Daya dan

PENGARUH PENAMBAHAN VOLUME MIKROBA DAN ENZIM TERHADAP PEMBUATAN BIOETANOL DARI SINGKONG KARET (MANIHOT GLAZIOVII M.A.)

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

JITV Vol. 7. No. 3. Th. 2002

PERLAKUAN PENYEDUHAN AIR PANAS PADA PROSES FERMENTASI SINGKONG DENGAN ASPERGILLUS NIGER

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

Bahan kimia : * Asam sulfat pekat 98%, Asam borat 2 % Natrium salisilat, Natrium nitroprusida, Natrium hypokhlorida, Natrium hidroksida, Kalium hidrog

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

PEMBUATAN KOPI KOMBUCHA BERBAHAN BAKU KOPI SIDIKALANG SKRIPSI OLEH : MARNI OTACE WULAN NAPITUPULU

SUPARJO Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Univ. Jambi PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Proses Pembuatan Bioetanol dari Pati Ganyong (Canna edulis Ker.) dengan Proses Fermentasi Anaerob

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA PADA PEMBUATAN MAKANAN TRADISIONAL EMPEK-EMPEK PALEMBANG BERBAHAN BAKU DAGING, KULIT DAN TULANG IKAN GABUS

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI MIE SEBAGAI ALTERNATIF PAKAN TERNAK

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

FERMENTASI SAMPAH BUAH MENJADI ETANOL MENGGUNAKAN BAKTERI Zymomonas mobilis. FERMENTATION OF REFUSED FRUITS FOR ETHANOL USING Zymomonas mobilis

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

PEMANFAATAN SINGKONG PAHIT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL SECARA FERMENTASI MENGGUNAKAN Saccharomyces Cerevisiae

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

Transkripsi:

6 Pola pertumbuhan ragi tape...(darimiyya H, dkk) POLA PERTUMBUHAN RAGI TAPE PADA FERMENTASI KULIT SINGKONG Darimiyya hidayati, Darratul Ba ido, dan Sri Hastuti Teknologi Industri Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang PO BOX 2 Kamal-Bangkalan, email : darimiyya@gmail.com ABSTRACT Cassava peel is plenty agriculture residu because many food product use cassava as raw material, especially in Madura. The use of cassava peel is limited because of high cynide acid, low glucose, and low protein. The result of the first experiment shows that ragi tape is the the most suitable ragi for fermentation cassava peel. The objective of this research is to determine optimum fermentation time for cassave peel using ragi tape. The experiment have done in laboratorium TIP UTM. Cassava peel fermented using 5% ragi tape until 9 days. Parameter of this experiment ar HCN content, protein, ph, and growth of ragi. The result shows that optimum fermentation time is 6 days Keywords : cassava peel, ragi tape, HCN, and protein PENDAHULUAN Indonesia termasuk sebagai negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga (13.300.000 ton) setelah Brazil (25.554.000 ton), Thailand (13.500.000 ton) serta disusul negara-negara seperti Nigeria (11.000.000 ton), India (6.500.000 ton) dari total produksi dunia sebesar 122.134.000 ton per tahun. Sebagian besar produksi ubi kayu Indonesia dihasilkan dari tiga propinsi di Pulau Jawa (Jabar, Jateng, dan Jatim), mencapai 53% sedangkan sisanya diproduksi di Lampung (sekitar 20%), dan propinsi lainnya (NTT, Sulsel, dll) sebesar 27%. Propinsi Lampung adalah yang paling besar kontribusinya dalam memasok ubi kayu nasional. Total luas tanam ubi kayu di propinsi Lampung pada tahun 2006 diperkirakan mencapai 266.645 ha dengan tingkat produktivitas sekitar 19,67 ton/ha (lebih tinggi dari rata-rata nasional) dan total produksi sebesar 5.084.195 ton (BPS 2005). Pemanfaatan limbah kulit singkong sebagai bahan pakan ataupun makanan terbatas karena kadar HCN yang cukup tinggi dan kadar protein yang terbatas. Fermentasi merupakan teknologi sederhana yang dapat diaplikasikan dalam pemanfaatan kulit singkong. beberapa fermentasi kulit singkong telah dilakukan. Fermentasi secara spontan atau pemberian kultur tertentu menunjukkan memberikan hasil yang lebih baik ditinjau dari kandungan protein, kadar HCN ataupun aplikasi pada hewan ternak langsung (Antai dan Mbongo, 1994; Ofuya and Obilor, 1994; Baah dkk, 1999; Oboh, 2006). Penggunaan ragi pada fermentasi kulit singkong diharapkan dapat mempermudah aplikasi teknologi fermentasi ini di masyarakat. Penelitian oleh Hidayati, dkk (2011) menunjukkan bahwa dari beberapa ragi yang dicobakan pada kulit singkong, ternyata ragi tape merupakan ragi yang paling bagus pertumbuhannya di kulit singkong. oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menentukan pola pertumbuhan ragi tape di kulit singkong dan waktu fermentasi optimum ragi tape. METODE Bahan Ragi tape dan singkong diperoleh dari pasar lokal di Sampang Madura. Bahanbahan untuk analisis protein dan HCN yaitu aquades, H 2 SO 4 93-98%. Na 2 SO 4, NaOH, HCl 0,02 N, 0,02 AgNO 3, HNO 3 larutan asam borat, batu didih, K-thiosianat, indikator metil, dan indikator ferri. Preparasi Kulit Singkong Kulit singkong dicuci bersih kemudian dihancurkan menggunakan food Processor

AGROINTEK Volume 7, No.1 Maret 2013 7 Fermentasi kulit singkong Kulit singkong diinokulasi dengan ragi tape sebesar 5% dan difermentasi selama 9 hari secara aerobik. Suhu fermentasi adalah 30ºC. Setiap 3 hari sekali dilakukan pengambilan sampel untuk pengukuran kadar HCN, protein, ph, dan tingkat pertumbuhan Metoda analisa Analisa protein menggunakan mikro-kjehdahl (AOAC 2005) dan analisa HCN menggunakan metode titrasi (Sudarmadji). Tingkat pertumbuhan mikroorganisme dilakukan dengan pengamatan visual dan tingkat ekspansi diukur menggunakan penggaris. PEMBAHASAN Pertumbuhan mikroorganisme Pertumbuhan mikroorganisme maupun tinggi mikroorganisme dalam penelitian ini dilakukan pada hari ke 0,3,6 dan 9. Hasil pengamatan pertumbuhan mikroorganisme dapat dilihat pada Tabel 1. Perbedaan waktu fermentasi dapat menghasilkan perbedaan pertumbuhan mikroorganisme. Semakin lama waktu fermentasi maka mikroorganisme yang tumbuh semakin banyak sampai nutrisi dimedia tersebut habis. Proses pemecahan karbohidrat dipengaruhi aktivitas mikroorganisme. Dari hasil fermentasi yang dilakukan, didapatkan pertumbuhan dan tinggi mikroorganisme yang tertinggi adalah waktu fermentasi 9 hari. Hal ini dikarenakan adanya aktivitas mikroorganisme yang optimal, sedangkan pada fermentasi hari ke 0 mikroorganisme belum tumbuh dan hari fermentasi hari ke 3 didapatkan pertumbuhan dan tinggi mikroorganisme yang paling rendah. Hal ini mikroorganisme belum mampu memecah karbohidrat pada kulit singkong. Waktu yang lebih lama memberikan kesempatan kepada mikroorganisme untuk melakukan penguraian yang lebih banyak terhadap limbah kulit singkong (Triyani, 2009). Hasil pengukuran pertumbuhan tinggi mikroorganisme pada fermentasi 9 hari adalah yang paling tinggi yaitu 4,9 cm dibanding dengan waktu fermentasi 0,3 dan 6. Hal ini dapat disebabkan karena proses fermentasi pada kulit singkong mencapai waktu yang optimum untuk menghasilkan pertumbuhan tinggi mikroorganisme pada hari ke 9. Pertumbuhan dan tinggi mikroorganisme dapat dilihat pada Gambar 1 Tabel 1.Pertumbuhan jumlah dan tingkat ekspansi dari mikroorganisme substrat (cm) selama proses fermentasi pada hari ke 0,3,6 dan 9 Perlakuan 0 3 6 9 Pertumbuhan 1 + ++ +++ 2 + ++ +++ Tinggi (cm) 1 3 3.6 4.1 2 4.6 5 5.7 Keterangan: Tanda + menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme

8 Pola pertumbuhan ragi tape...(darimiyya H, dkk) ke 0 ke 3 ke 6 ke 9 Gambar 1. Pertumbuhan dan tinggi mikroorganisme pada hari ke 0,3, 6, dan 9 Tabel 2. Hasil penelitian ph selama proses fermentasi pada hari ke 0,3,6 dan 9 0 5.5 5.3 5.4 3 3.6 3.5 3.55 6 6.7 6 6.35 9 6.9 6.1 6.5 Gambar 2. Pengaruh waktu fermentasi terhadap ph Tabel 3. Kadar HCN (mg/g) selama proses fermentasi pada hari ke 0,3,6 dan 9 Notasi 0 0.152 0.157 0.309 c 3 0.142 0.128 0.27 bc 6 0.1115 0.102 0.2135 ab 9 0.068 0.092 0.16 a Keterangan: Notasi yang sama menunjukkan tidak beda nyata antar perlakuan

AGROINTEK Volume 7, No.1 Maret 2013 9 Tabel 4. Kadar protein (%) selama proses fermentasi pada hari ke 0,3,6 dan 9 Notasi 0 3.92 4.06 3.99 b 3 4.22 4.36 4.29 c 6 4.78 4.83 4.81 a 9 4.88 5.02 4.95 a Keterangan: Notasi yang sama menunjukkan tidak beda nyata antar perlakuan ph (Derajat Keasaman) Berdasarkan pengukuran ph selama proses fermentasi pada kulit singkong selama hari ke 0,3,6 dan 9. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2 Gambar 2 menunjukkan bahwa perubahan nilai ph selama proses fermentasi kulit singkong oleh ragi tape. Hal ini disebabkan selama proses fermentasi mikroorganisme melakukan penguraian/ pemecahan karbohidrat pada kulit singkong. Pada hari ke-3 ph mengalami penurunan karena terjadi penguraian karbohidrat pada kulit singkong yang dilakukan mikroorganisme dan menghasilkan asam organik sehingga ph turun. Sedangkan pada hari ke 6 dan 9 ph naik, ph naik menunjukkan selama proses fermentasi terdapat penguraian protein dan menghasilkan NH 3 HCN (Asam Sianida) Hasil pengamatan pada tahap 2 yang dilakukan dengan pengujian kadar HCN pada fermentasi kulit singkong selama hari ke 0,3,6 dan 9 dapat dilihat pada Tabel 3 Berdasarkan Tabel 3, tidak ada yang menunjukkan notasi yang sama yang artinya beda nyata antar perlakuan. Perbedaan waktu fermentasi dapat menghasilkan perbedaan hasil HCN. Semakin lama waktu fermentasi maka semakin rendah pula HCN yang dihasilkan. Dari hasil fermentasi yang dilakukan, didapatkan hasil HCN yang tertinggi adalah waktu fermentasi 0 hari 0,309 mg/g. Hal ini dikarenakan mikroorganisme belum melakukan proses detoksifikasi sedangkan pada fermentasi hari ke 9 didapatkan HCN yang paling rendah 0,16 mg/g. Hal ini mikroorganisme sudah optimal untuk melakukan proses detoksifikasi. Kadar HCN yang dihasilkan dipengaruhi oleh waktu atau lama fermentasi. Dari lama fermentasi 0,3,6 dan 9 hari dapat diketahuai bahwa HCN yang dihasilkan pada setiap perlakuan/waktu fermentasi berbeda. Perbedaan hasil HCN ditunjukkan dari hasil uji F pada taraf signifikan 5%. Hasil uji F menunjukkan signifikan 5%, artinya perbedaan waktu fermentasi pada hari ke 0, 3, 6 dan 9 berpengaruh terhadap hasil HCN. Penurunan HCN pada penelitian ini dapat menurunkan kadar HCN yang mencapai 0,16 mg/g dari 0,309 mg/g pada kulit singkong. Hasil penelitian Ofuya dan Obilor (1992) juga menunjukkan bahwa fermentasi kulit singkong dapat menurunkan kadar HCN sampai 95%. Selain itu, fermentasi juga dapat menurunkan senyawa anti gizi lainnya yaitu tannin sampai dengan 42%.Jadi manfaat utama dari fermentasi adalah dapat melakukan pengurangan kadar HCN atau komponen yang beracun. Kadar Protein Hasil pengujian kadar protein menggunakan ragi tape selama proses fermentasi pada hari ke 0,3,6 dan 9 dapat dilihat pada Tabel 4 Pada hari ke 6 dan 9 menunjukkan notasi yang sama yang artinya tidak beda nyata. Sedangkan pada hari ke 0 dan 3 menunjukkan beda nyata antar perlakuan. Dari hasil fermentasi yang dilakukan, didapatkan hasil protein yang tertinggi adalah waktu fermentasi 9 hari 4,95%. Hal ini dikarenakan adanya aktivitas mikroorganisme optimal melakukan pemecahan karbohidrat pada kulit singkong, sedangkan pada fermentasi hari ke 0 didapatkan kadar protein yang paling rendah 3,99%. Hal ini mikroorganisme belum optimal untuk melakukan proses penguraian/pemecahan

10 Pola pertumbuhan ragi tape...(darimiyya H, dkk) karbohidrat. Hal ini disebabkan semakin lama waktu fermentasi maka semakin tinggi kadar protein yang dihasilkan. Perbedaan waktu fermentasi dapat menghasilkan perbedaan hasil kadar protein, hal ini dipengaruhi oleh waktu fermentasi. Perbedaan hasil kadar protein ditunjukkan dari hasil uji F pada taraf signifikan 5%. Hasil uji F menunjukkan signifikan 5% yang artinya perbedaan waktu fermentasi pada hari ke 0, 3, 6 dan 9 berpengaruh terhadap hasil kadar protein. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa fermentasi kulit singkong dapat meningkatkan kadar protein sampai 24%. Menurut Antai dan Mbongo (1993), kulit singkong dapat dijadikan sebagai substrat pembentukan protein. Fermentasi kulit singkong menggunakan Saccaromycess dan Candida dapat meningkatkan protein kasar dan jika diberi tambahan sumber nitrogen seperti urea maka protein yang terbentuk dua kali dari yang difermentasi tanpa tambahan nitrogen. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini yaitu waktu fermentasi optimum untuk peningkatan kadar protein dan penurunan kadar HCN kulit singkong yaitu 6 hari. fermentation techniques. Electronic Journal of Biotechnology. Vol 9 no 1 Ofuya CY dan SN Obilor. 1994. The effect of solid state fermentation on the toxic components of cassava peel.process Biochemistry. Vol 29, No 1 Ofuya CY dan SN Obilor. 1992. The suistability of fermented cassava peel as poultry feed. Biosource Technolog. Vol 44 No 2 Oke OL. 1978. Problems in use cassava as animal feed.animal Feed Science and Technology. Vol 4, No 3 Pandey A, CR Soccol, P Nigam, VT. Soccol, LPS. Vandenberghe, R Mohan. 2000. Biotechnological potential of agroindustrial residues. II: cassava bagasse. Bioresource Technology 74 (2000) 81-87 Raimbault M. 1998. General and Microbial Aspect of solid substrate fermentation. Electronic Journal of Biotechnology. Vol 1 no 3 Rukmana HR. 1997. Ubi Kayu Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA Antai SP dan PM Mbongo. 1994. Utilization of cassava Peel as Substrat Crude Protein Formation. Journal Plant Food for Human Nutrition. Vol 4, No 4 Baah J, RM Tait, AK Tuah, TA McAllister, HD Bae, dan KJ Cheng. 1999. Examination of microbial degradation of Ficus exasperata leaves and cassava peels by in situ incubation and scanning electron microscopy. Journal Animal Science and Technology. Vol 77 No 3-4 FAO/GIEWS, 1999. Cassava. Food Outlook (2), 6. Hohnholz JH. 1980. Appl. Geogr. Dev. 16, 117-135. Oboh G. 2006. Nutrient enrichment of cassava peels using a mixed culture of Saccharomyces cerevisae and Lactobacillus spp solid media