BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep dan Teori Terkait Pada bab ini akan diuraikan teori tentang kecemasan, GGT, HD dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien GGT yang sedang menjalani terapi hemodialisis. 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2001). Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Kecemasan berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya (Stuart & Sundeen, 1998). b. Tingkat Kecemasan Menurut Stuart & Sundeen (1998) tingkat kecemasan dibagi menjadi : 5
6 1) Kecemasan ringan (mild anxiety) Tingkat kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. 2) Kecemasan sedang (moderate anxiety) Pada tingkat kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. 3) Kecemasan berat (severe anxiety) Pada tingkat kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. 4) Panik (panic) Kecemasan tingkat panik menyebabkan seseorang kehilangan kontrol, ketakutan dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya
7 kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. c. Respon Kecemasan Seseorang yang mengalami kecemasan akan mempengaruhi perubahan dalam fungsi organ dalam tubuhnya. Menurut Stuart & Sundeen (1998) dapat terjadi berbagai perubahan yang merupakan respon dari kecemasan yang meliputi : 1) Respon fisiologis a) Sistem Kardiovaskular Palpitasi, peningkatan tekanan darah, perasaan mau pingsan. b) Sistem Respiratori Nafas cepat dan pendek, rasa tertekan pada dada, perasaan tercekik, pembengkakan pada tenggorokan. c) Sistem Neuromuskular Reflek meningkat, mata menyelidik, insomnia, tremor, rigid, gelisah, muka tercekik, reaksi kejutan, wajah tegang, gerakan lambat, kelemahan secara umum. d) Sistem Gastrointestinal Rasa tidak nyaman pada abdomen, nafsu makan menurun, mual, diare, rasa penuh diperut, rasa terbakar pada epigastrium.
8 e) Sistem Urinary Tekanan pada kandung kemih, frekuensi buang air kecil meningkat. f) Sistem Integumen Wajah merah, rasa panas, dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh. 2) Respon perilaku Kelelahan, ketegangan fisik, tremor, reaksi tiba-tiba, bicara cepat, koordinasi kurang, sering terjadi kecelakaan. 3) Respon kognitif Gangguan perhatian, konsentrasi kurang, pelupa, selalu salah dalam mengambil keputusan, blocking, penurunan lapang pandang, penurunan produktivitas, menarik diri, penurunan kreativitas, kebingungan, obyektivitas kurang, takut mati. 4) Respon afektif Gelisah tidak sabar, tegang, nervous, mudah terganggu, ketakutan, mudah tersinggung, gugup. d. Faktor Predisposisi Ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya kecemasan menurut Stuart & Sundeen (1998) yaitu : 1) Konflik emosional Dalam pandangan psikoanalitik kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara 2 elemen kepribadian id dan superego.
9 Id mewakili dorongan insting dan impuls primtif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari 2 elemen yang bertentangan dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. 2) Perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan kecemasan yang berat. 3) Produk frustasi Menurut pandangan perilaku kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang menganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan selanjutnya.
10 4) Fungsi keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan kecemasan dan antara gangguan kecemasan dengan depresi. 5) Fungsi biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan. Penghambat asam amino butirik-gamma neroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan endorfin. Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor. e. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi adalah faktor-faktor yang dapat mencetuskan terjadinya kecemasan. Faktor tersebut merupakan stressor yang dialami individu. Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal dan eksternal. Stressor pencetus menurut Stuart & Sundeen (1998) dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu : 1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
11 2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang. 2. Gagal Ginjal Terminal Gagal ginjal terminal merupakan gagal ginjal kronik yang telah mengalami gangguan lebih lanjut dimana fungsi ginjal menurun, LFG menurun sampai kurang dari 5 ml/menit. Penyebab paling sering terjadinya GGT adalah diabetes melitus 28%, hipertensi 25%, glomerulonefritis 21%, penyakit poli kistik 4%, dan lain-lain 4%. Secara laboratorium gagal ginjal dinilai dari klirens kreatin, dimana pada GGT terjadi penurunan kemampuan glomerullus untuk melakukan filtrasasi sebanyak 5 ml/menit, dan kemampuan ginjal mempertahankan homestasis mengalami gangguan. 3. Hemodialisis Dialisis adalah difusi partikel larut dari satu kompartemen cairan ke kompartemen lain melalui membran semi permiabel. Pada hemodialisis, darah adalah satu kompartemen dan dialisat adalah bagian yang lain. Dialiser adalah komponen yang terdiri dari membran dialiser yang memisahkan kompartemen darah dan dialisat. Dialisat adalah cairan yang terdiri dari air dan elektrolit utama dari serum normal. Fungsi dari sistem ginjal buatan adalah :
12 1. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatin dan asam urat. 2. Membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan banding antara darah dan bagian cairan. 3. Mempertahankan sistem buffer. 4. Mempertahankan kadar elektrolit. Komplikasi Komplikasi intradialisis yang terjadi dipengaruhi oleh lamanya dialisis, kecepatan pengurangan kadar ureum dan ultrafiltrasi yang besar. Komplikasi intradialitik adalah hipertensi,hipotensi, kramp, mual/muntah, sakit kepala, sakit pinggang, gatal, demam dan menggigil, serta nyeri epigastrik. Kecemasan pasien yang sedang menjalani terapi HD Reaksi psikologis yang menyertai terapi HD adalah adanya respon takut dan kecemasan, depresi bunuh diri, tidak patuh pada ketentuan medis dan jenis depresi seperti anoreksia, gangguan tidur, disfungsi sosial dan psikoseksual. Faktor psikologis yang menyertai HD adalah berhubungan dengan (Margono, 2001) : 1. Frekuensi klien menjalani HD reguler. 2. Komplikasi intradialisis seperti hipertensi,hipotensi, kejang otot, mual muntah, sakit kepala dan demam.
13 Sedangkan faktor-faktor yang berhubungan tingkat kecemasan pasien GGT yang sedang menjalani terapi HD : 1. Lamanya terapi HD. 2. Frekuensi menjalani HD. 3. Adanya komplikasi selama menjalani HD. GGT stadium terminal yang menjalani terapi HD mengalami beberapa stadium adaptasi (Hawari, 2001). 1. Periode honey moon (bulan madu) Dimulai minggu pertama HD sampai 6 bulan, dimana pasien masih menerima ketergantungan mesin HD dan masih punya rasa percaya diri dan penghargaan. 2. Periode disenchantment-discourgement (kekecewaan-keputusasaan) Setelah 6 bulan sampai 12 bulan menjalani terapi HD, hal ini ditandai dengan perubahan perilaku karena stres. 3. Periode longterm adaptation (adaptasi lanjut) Setelah 1 tahun menjalani terapi HD, biasanya pasien mulai biasa menerima keterbatasan, kelemahan dan komplikasi.
14 B. Kerangka Teori Faktor Predisposisi Konflik emosional Interpersonal Perilaku Biologis Kecemasan Faktor Presipitasi Ancaman integritas biologi Ancaman konsep diri (Pasien GGT dan terapi HD) Skema 1 Kerangka Teori Isaacs a, mental health and psychiatric nursing, second edition, lipincott, philedelpia, 1996 C. Kerangka Konsep Faktor yang berhubungan dengan kecemasan pasien GGT yang menjalani terapi HD : - Umur - Tingkat pendidikan - Lamanya menjalani HD - Frekuensi HD - Komplikasi HD Tingkat kecemasan pasien Skema 2 Kerangka Konsep
15 D. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah faktor yang berhubungan dengan kecemasan pasien GGT yang menjalani terapi HD meliputi : a. Umur b. Tingkat pendidikan c. Lamanya menjalani HD d. Frekuensi menjalani HD e. Komplikasi selama menjalani HD 2. Variabel Terikat Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kecemasan pasien. E. Definisi Operasional 1. Variabel Bebas a. Umur Adalah usia responden pada saat survei dilaksanakan dinyatakan dalam satuan tahun, dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir. Data ini diperoleh hasil pengisian identitas pasien pada lembar kuesioner. Skala : Nominal Hasil pengukuran : Dewasa muda < 65 tahun Dewasa tua 65 tahun ke atas
16 b. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang sudah didapat dan dihitung berdasarkan ijazah terakhir yang telah diperoleh. Data diperoleh dari pengisian identitas pasien pada lembar kuesioner. Skala Hasil pengukuran : Nominal : Rendah : tidak tamat SD, SD, SLTP Tinggi : SLTA/Sederajat-Perguruan Tinggi c. Lamanya menjalani terapi HD Adalah mulai menjalani terapi HD pertama kali sampai pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam satuan bulan. Data dapat diperoleh dari wawancara, rekam medik, atau isian lembar kuesioner. Skala : Nominal Hasil pengukuran : Baru : 1 7 bulan Lama : 8 bulan d. Frekuensi menjalani terapi HD Adalah frekuensi menjalani terapi HD dalam satu minggu. Data didapatkan dari hasil wawancara, rekam medis atau isian lembar kuesioner. Skala : Nominal Hasil pengukuran : Jarang : 1-2 kali Sering : 3 kali
17 e. Komplikasi selama HD Komplikasi selama HD adalah beberapa komplikasi yang sering dialami pasien GGT yang menjalani terapi HD, yaitu : hipertensi, hipotensi, mual muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit pinggang, nyeri ulu hati, demam dan gatal-gatal. Komplikasi dikategorikan sebagai sesuatu yang ringan sampai berat, dengan ketentuan jawaban dalam kuesioner dinyatakan : tidak, ya, Skala : Nominal Hasil pengukuran : Ringan : Bila menjawab tidak pada no. 1 dan 2 Berat : Bila menjawab ya pada no. 1 dan/atau 2 2. Variabel Terikat Tingkat kecemasan adalah jumlah score responden dalam mengisi skala ZSAS (Zung Self Rating Anxiety Scale) pada kuesioner tentang tingkat kecemasan selama responden menjalani terapi hemodialisis. Untuk mengukur variabel ini menggunakan kuesioner dengan menggunakan Zung Self Rating Anxiety Scale (ZSAS) dengan penilaian : sangat jarang (1), kadang-kadang (2), sering (3), selalu (4). Selanjutnya data akan dikategorikan menjadi data nominal. a. Cemas ringan bila skor = 20-49 b. Cemas berat bila skor = 50-80
18 F. Hipotesa 1. Ada hubungan antara umur dengan kecemasan pasien GGT yang menjalani terapi HD. 2. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kecemasan pasien GGT yang menjalani terapi HD. 3. Ada hubungan antara lamanya menjalani terapi HD dengan kecemasan pasien GGT yang menjalani terapi HD. 4. Ada hubungan antara frekuensi HD dengan kecemasan pasien GGT yang menjalani terapi HD. 5. Ada hubungan antara komplikasi HD dengan kecemasan pasien GGT yang menjalani terapi HD. 6. Faktor dominan yang paling berpengaruh antara variabel umur, tingkat pendidikan, lamanya mejalani terapi HD, frekuensi HD, dan komplikasi terhadap tingkat kecemasan pasien GGT yang mejalani terapi HD secara bersama-sama adalah lamanya menjalani terapi HD.