Demam rematik (DR) adalah suatu penyakit. Faktor Risiko Serangan Berulang Demam Rematik/Penyakit Jantung Rematik

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN TINGKAT PENDIDIKAN TERAKHIR ORANG TUA TERHADAP PENYAKIT JANTUNG REMATIK PADA ANAK

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2004).Dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Lozano et al dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG REMATIK PADA ANAK DI RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral secara

BAB IV METODE PENELITIAN

DEMAM REUMATIK. Gesit Purnama 1, Akil Baehaqi 2

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Diponegoro / RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RSUD Kota

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr.Kariadi Semarang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB IV METODE PENELITIAN. Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. RSUP Dr. Kariadi Semarang telah dilaksanakan mulai bulan Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN. non-infeksi makin menonjol, baik di negara maju maupun di Negara berkembang.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terminal yang menjalani hemodialisa rutin di unit hemodialisa RS

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

Hubungan Karakteristik Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Kejadian Dengue Syok Sindrom (DSS) pada Anak

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Dwika Suryaningdyah. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stenosis mitral merupakan salah satu penyakit katup jantung. Pada kondisi

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak dan Farmakologi. dari instansi yang berwenang.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit epidemik global. yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kualitas hidup

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA KEJANG PERTAMA DALAM MEMPREDIKSI TIMBULNYA KEJANG BERULANG PADA ANAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh latihan mengunyah dan

BAB IV METODE PENELITIAN

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 26

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang. (PBRT), Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan ruang rekam medik RSUP

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. defisiensi besi sebanyak 25 sebagai kasus dan 37 anak dengan Hb normal

Transkripsi:

Artikel Asli Faktor Risiko Serangan Berulang Demam Rematik/Penyakit Jantung Rematik Rahmawaty NK, Burhanuddin Iskandar, Husain Albar, Dasril Daud Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar Latar belakang. Serangan demam rematik/penyakit jantung rematik (DR/PJR) dapat berulang. Pada episode rekuren dapat terjadi kerusakan progresif pada katup. Gejala sisa dan deformitas katup yang progresif dapat menyebabkan manifestasi kronik bahkan kematian sehingga perlu dilakukan penelitian berbagai faktor risiko terjadinya rekurensi. Tujuan. Mengetahui faktor risiko terhadap serangan berulang pasien DR/PJR. Metode. Penelitian kohort retrospektif mengenai faktor risiko terhadap serangan berulang pasien DR/PJR. Data diperoleh dari rekam medik pasien DR/PJR yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Januari 2005 - Desember 2009. Hasil. Jumlah subjek yang memenuhi kriteria 80 pasien, terdiri dari 68 pasien DR/PJR-TR dan 12 pasien DR/PJR-R. Didapatkan frekuensi kejadian DR/PJR-R lebih tinggi pada kelompok dengan tingkat kepatuhan rendah dibandingkan dengan tingkat kepatuhan tinggi dengan nilai p=0,016 (p<0,05), COR = 5,97 dengan IK 95% 1,22-29,3. Kesimpulan. Faktor risiko serangan berulang pasien DR/PJR adalah tingkat kepatuhan yang rendah terhadap pencegahan sekunder. Sari Pediatri 2012;14(3):179-84. Kata kunci: demam rematik, penyakit jantung rematik, faktor risiko Demam rematik (DR) adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh respons imunologis lambat yang terjadi setelah infeksi kuman Streptococus hemolyticus grup A. Penyakit jantung rematik (PJR) adalah penyakit jantung sebagai akibat gejala sisa dari DR, yang ditandai dengan Alamat korespondensi: Dr. Rahmawaty, SpA. RSUD Djafar Harun. Jl. Trans Sulawesi Lasusua, Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Telp. +62411-434564. Email: rahmawatynk@ymail.com terjadinya cacat katup jantung. 1 Penyakit ini merupakan penyebab kelainan katup yang terbanyak terutama pada anak sehingga mengurangi produktivitas dan kualitas hidup. Gejala sisa demam rematik pada katup jantung yang menimbulkan kerusakan katup jantung. 2 Setiap tahun kurang lebih didapatkan 300.000 kasus PJR baru. 3 Angka kejadian yang tinggi di negara berkembang berhubungan dengan sosial ekonomi yang rendah, pelayanan kesehatan yang kurang memadai, infeksi tenggorok yang tidak diobati atau penanganan yang lambat, lingkungan yang padat, industrialisasi, dan urbanisasi. 4 179

Serangan DR/PJR dapat berulang (rekuren), biasanya mengikuti pola umur, sering terjadi pada masa anak dan jarang muncul setelah umur 25 tahun. Pada episode rekuren dapat terjadi kerusakan progresif pada katup. Gejala sisa dan deformitas katup yang progresif dapat menyebabkan manifestasi kronik pada masa dewasa bahkan kematian. 5 Oleh karena itu penting dilakukan upaya mengurangi komplikasi serangan berulang dengan mengetahui secara pasti faktor-faktor prediktor sehingga menghasilkan luaran (outcome) yang lebih baik. Beberapa faktor yang diduga berperan terhadap serangan DR berulang yaitu usia saat pertama serangan, adanya PJR, jarak waktu serangan berulang dari serangan sebelumnya, jumlah serangan demam sebelumnya, derajat kekumuhan suatu keluarga, riwayat keluarga dengan DR atau PJR, faktor sosial dan edukasi pasien, risiko infeksi streptokokus di area tempat tinggal, dan penerimaan pasien terhadap pengobatan yang diberikan. 5,6 Penelitian dilakukan agar dapat dilakukan tata laksana yang cepat, tepat sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Metode Penelitian kohort retrospektif dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-UNHAS/RS Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar pada bulan Juni-Juli 2010. Data diperoleh melalui rekam medik pasien DR/ PJR yang dirawat pada periode Januari 2004 sampai Desember 2009. Setiap pasien kemudian diikuti selama satu tahun untuk melihat ada tidaknya rekurensi. Subjek penelitian adalah seluruh populasi terjangkau yang memenuhi kriteria penelitian. Semua pasien yang dirawat dengan DR/PJR yang didiagnosis kerja berdasarkan kriteria Jones modifikasi WHO 2002-2003. Kriteria inklusi adalah pasien DR/PJR berumur 5-15 tahun. Kriteria eksklusi apabila pasien mempunyai rekam medik yang tidak lengkap, pernah dirawat di sarana kesehatan yang lain dan pasien yang datang pertama kali dengan serangan berulang. Subyek berupa data dari catatan medik: nama, nomor register, jenis kelamin, umur saat mendapat serangan pertama, berat badan, tinggi/panjang badan, status sosial ekonomi, jumlah bersaudara, riwayat demam rematik /penyakit jantung rematik dalam keluarga dan tanggal setiap pasien datang untuk melakukan kontrol, hasil pemeriksaan klinis dan pemeriksaan darah rutin, urin rutin, feces rutin, nilai ASTO, CRP, LED, hasil EKG, foto toraks, dan hasil ekokardiografi untuk mendeteksi risiko serangan rekuren. Analisis univariat digunakan untuk deskripsi karakteristik distribusi frekuensi, nilai rata-rata, standar deviasi, dan rentang nilai. Analisis bivariat digunakan untuk menentukan kemaknaan hubungan faktor prognostik dengan luaran (outcome) berupa DR/ PJR tanpa serangan berulang atau DR/PJR dengan serangan berulang dengan uji t, X 2 atau Fisher exact test dan menghitung crude odds ratio dengan confidence interval (CI) 95% untuk menentukan besaran peluang mengalami serangan berulang apabila mempunyai faktor prognostik dibandingkan jika tidak mempunyai faktor prognostik. Hasil Di antara 105 pasien DR/PJR berumur 5-15 tahun, 25 pasien dieksklusi karena 3 meninggal dan 22 rekam medik tidak lengkap sehingga terdapat 80 pasien yang memenuhi kriteria untuk diteliti. Identifikasi faktor risiko serangan berulang DR/PJR dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok DR/PJR-TR 68 pasien dan DR/PJR-R 12 pasien. Karakteristik subjek pada kelompok DR/PJR-TR dan DR/PJR-R tertera pada Tabel 1. Dari seluruh subjek yang diteliti (80) anak, pada kelompok pada kelompok DR/PJR-TR terdapat 35 (92,2%) laki-laki dan 33 (78,6%) perempuan sedangkan.dr/pjr-r terdapat 3 (7,8%) laki-laki dan 7 (21,4%) perempuan. Umur saat DR pertama pada kelompok DR/PJR-TR mempunyai rerata 10,99, nilai median 11, simpang baku 2,6 dengan rentangan 5-15, pada kelompok DR/ PJR-R mempunyai rerata 10,01, nilai median 10,54, simpang baku 2,3 dengan rentangan 6,8-14,2. Pada kelompok DR/PJR TR terdapat 19 (95%) gizi baik, 46 (80,7%) gizi kurang, dan 3 (100%) gizi buruk. sedangkan pada kelompok DR/PJR-R terdapat 1 (5%) gizi baik, 11 (19,3%) gizi kurang, dan tidak terdapat gizi buruk (0%). Pada kelompok DR/PJR-TR terdapat 37 (80%) status sosial ekonomi tinggi dan 31 (91,4%) status sosial ekonomi rendah, sedangkan DR/PJR-R terdapat 2 (20%) status sosial ekonomi tinggi dan 10 (8,6%) status sosial ekonomi rendah. 180

Pada kelompok DR/PJR-TR terdapat 54 (84,4%) dengan kepadatan hunian >4 dan 14 (87,5%) kepadatan hunian 4, sedangkan kelompok DR/ PJR-R terdapat 10 (15,6%) dengan kepadatan hunian >4 dan 2 (12,5%) kepadatan hunian 4. Pada kelompok DR/PJR-TR terdapat 37 (94,9%) tingkat kepatuhan tinggi dan 31 (75,6%) tingkat kepatuhan rendah, sedangkan pada kelompok DR/ PJR-R terdapat 2 (5,1%) tingkat kepatuhan tinggi dan 10 (24.4%) tingkat kepatuhan rendah. Analisis hubungan jenis kelamin dengan kejadian DR/PJR-R tertera pada Tabel 2. Frekuensi kejadian DR/PJR-R pada anak laki-laki 7,8% dibandingkan dengan anak perempuan 21,4%, Secara statistik tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok tersebut dengan nilai p=0,090 (p>0,05). Nilai crude odds ratio (COR) = 3,18 dengan interval kepercayaan 95%= (0,79-12,78). Hal tersebut berarti jenis kelamin bukan merupakan faktor risiko DR/PJR-R. Analisis hubungan kelompok umur dengan kejadian DR/PJR-R tertera pada Tabel 2. Frekuensi kejadian DR/PJR-R pada kelompok umur 5-7 tahun paling tinggi (25%) dibandingkan kelompok umur lainnya. Analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok p=0,37. Distribusi status gizi pada kelompok DR/PJR-R yaitu gizi baik 1 (15%), gizi kurang 11 (19,3%) dan gizi buruk 0 (0%). Analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok berdasarkan distribusi status gizi p=0,23. Frekuensi kejadian DR/PJR-R dengan status sosial ekonomi tinggi lebih tinggi (20%) dibandingkan dengan status sosial ekonomi rendah (8,6%), Analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok p=0,16. Nilai crude odds ratio (COR) = 0,375 dengan interval kepercayaan 95% 0,09 1.52. Hal tersebut berarti status sosial ekonomi bukan merupakan faktor risiko DR/PJR-R. Tabel 1. Karakteristik pasien DR/PJR-TR dan DR/PJR-R Variabel Jenis kelamin L : P (%) Umur (tahun) Rerata Median Simpang baku Rentangan Kelompok umur (tahun) 5-7 >7-9 >9-11 >11-13 >13-15 Status gizi, n (%) Baik Kurang Buruk Status sosial ekonomi, n (%) Kepadatan hunian, n (%) <4 4 Tingkat kepatuhan, n (%) DR/PJR-TR 33 (92,2 : 78,6) 10,99 11 2,6 5 15 6 (75) 10 (76,9) 19 (79,2) 8 (94,7) 15 (93,8) 19 (95) 46 (80,7) 3 (100) 37 (80) 31 (91,4) 14 (84,4) 54 (87,5) 37 (94,9) 31 (75,6) Kelompok DR/PJR-R 3: 9 (7,8 : 21,4) 10,01 10,54 2,3 6,8 14,2 2 (25) 3 (23,1) 5 (20,8) 1 (5,3) 1 (6,2) 1 (5) 11 (19,3) 0 (0) 2 (20) 10 (8,6) 2 (15,6) 10 (12,5) 10 (5,1) 2 (24,4) 181

Tabel 2. Hubungan kelompok umur, status gizi, sosial ekonomi, kepadatan hunian, dan kepatuhan dengan kejadian DR/PJR-R Variabel Kelompok umur (tahun) 5-7 >7-9 >9-11 >11-13 >13-15 Status gizi Baik Kurang Buruk Sosial ekonomi Kepadatan hunian >4 4 Kepatuhan *Chi square (p>0,05) Kelompok, n (%) DR/PJR-TR 6 (75) 10 (76,9) 19 (79,2) 18 (94,7) 15 (93,8) 19 (95) 46 (80,7) 3 ( 4,4) 36 (80) 32 (91,4) 54 (84,4) 14 (87,5) 37 (94,9) 31 (75,6) DR/PJR-R 2 (25) 3 (23,1) 5 (20,8) 1 (5,3) 1 (6,2) 1 (5) 11 (91,7) 0 (0) 9 (20) 3 (8,6) 10 (15,6) 2 (12,5) 2 (5,1) 10 (24,4) Total n (%) 8 (100) 13 (100) 24 (100) 19 (100) 16 (100) 20 (25) 57 (71,3) 3 (3,7) 45 (56,3) 35 (43,7) 64 (100) 16 (100) 39 (100) 41 (100) X 2 = 4,3 ; df=4 X 2 = 2,924; df=2 X 2 = 2,017; df=1 X 2 = 0,09; df=1 X 2 =5,816; df=1 p* 0,37 0,23 0,16 0,75 0,016 Frekuensi pasien DR/PJR-R dengan kepadatan hunian >4 orang yaitu 15,6% lebih banyak dibandingkan dengan kepadatan hunian 4 orang yaitu 16,7%. Analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok dalam hal kepadatan hunian p=0,75. Nilai COR= 0,77 dengan interval kepercayaan 95% 0,15-3,93. Hal tersebut menunjukkan bahwa pasien DR/PJR dengan kepadatan hunian 4 orang bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian DR/PJR-R. Tidak terdapat hubungan bermakna antara frekuensi pasien DR/PJR-R dengan tingkat kepatuhan p=0,016. Nilai COR=5,97 dengan interval kepercayaan 95% 1,22-29,31, berarti tingkat kepatuhan yang rendah merupakan faktor risiko terjadinya DR/PJR-R. Kejadian DR/PJR-R pada anak dengan tingkat kepatuhan rendah 5,97 kali lebih besar dibandingkan dengan tingkat kepatuhan tinggi. Pembahasan Dahulu sering dinyatakan bahwa demam rematik lebih sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan anak laki-laki, tetapi pada data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan dalam hal jenis kelamin. 7 Penelitian kohort prospektif oleh Quinn dkk 8 mendapatkan tidak terdapat perbedaan bermakna kejadian DR/PJR-R berdasarkan jenis kelamin. Penyakit tersebut sering dijumpai pada anak berumur 5-15 tahun. Distribusi umur sesuai dengan insidens infeksi Streptokokus pada anak usia sekolah. 7 Qurashi 9 mendapatkan kejadian DR/PJR-R sering ditemukan pada pasien dengan rentangan usia 5-13 tahun (median 10 tahun). Keadaan gizi belum dapat ditentukan apakah merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam rematik. 10 Hasil penelitian Sastoasmoro dkk 6 yang melakukan pengamatan selama 10 tahun pada 359 pasien, mendapatkan jenis kelamin, pendidikan orang tua, dan status gizi bukan merupakan faktor risiko DR/PJR-R. Tingkat sosial ekonomi merupakan faktor penting dalam terjadinya DR/PJR. Golongan masyarakat dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang rendah dengan segala manifestasinya seperti ketidaktahuan, perumahan dan lingkungan yang buruk, tempat tinggal yang berdesakan dan pelayanan 182

kesehatan yang kurang baik merupakan golongan yang paling rawan. Pengalaman di negara-negara yang sudah maju menunjukkan angka kejadian DR/PJR akan menurun seiring dengan perbaikan tingkat sosial ekonomi masyarakat tersebut. 11 Menurut penelitian Mbeza 8 masyarakat yang hidup dengan tingkat sosial ekonomi rendah memiliki risiko 2,68 kali menderita DR (RR=2,6), sedangkan menurut Quinn dkk 12 tidak terdapat perbedaan bermakna dalam status sosial ekonomi terhadap kejadian DR/PJR-R.. Rumah-rumah dengan penghuni yang padat merupakan faktor lingkungan yang penting sebagai predisposisi untuk terjadinya DR. 13,14 Di Indonesia, masih banyak keluarga yang belum memiliki lingkungan hunian yang sehat dan memadai. Selain itu, pola kekeluargaan yang amat erat menyebabkan masih banyak keluarga muda yang tinggal dalam lingkungan dengan kepadatan hunian 4 orang karena masih tinggal dengan orang tua. Penelitian kami menggunakan batasan 4 orang per-rumah dengan asumsi sesuai dengan jumlah anggota keluarga yang ideal yaitu ayah, ibu, dan dua orang anak. Jika seorang anak tumbuh dalam lingkungan yang padat kemungkinan lebih mudah terinfeksi berbagai penyakit termasuk faringitis. Pemberian pencegahan sekunder harus segera dimulai setelah diagnosis DR/PJR ditegakkan yaitu setelah program eradikasi terhadap kuman Streptokokus b hemolitikus grup A selama 10 hari selesai. Pada pasien DR, pencegahan sekunder harus diberikan sekurang-kurangnya 5 tahun setelah serangan pertama, sedangkan pada pasien PJR diberikan selama sekurang-kurangnya 10 tahun, karena pada periode inilah kemungkinan terjadi reaktivasi paling besar. 14 Profilaksis sekunder yang efektif mencegah serangan berulang DR/PJR hingga dapat mencegah perburukan status jantung. Pengamatan menunjukkan angka penyembuhan yang tinggi apabila profilaksis dilakukan secara teratur. 13 Pada temuan kami jenis kelamin, umur saat menderita DR/PJR pertama kali, status gizi, status sosial ekonomi, dan kepadatan hunian bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian DR/PJR-R. Pada penelitian kami, frekuensi kejadian DR/ PJR-R pada kelompok pasien dengan tingkat kepatuhan rendah lebih tinggi dibandingkan tingkat kepatuhan tinggi. Hal tersebut berarti tingkat kepatuhan yang rendah merupakan faktor risiko terjadinya DR/PJR-R. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Majeed dkk yang menemukan penyebab utama rekurensi adalah kepatuhan yang rendah terhadap pencegahan sekunder. Kesimpulan Tingkat kepatuhan yang rendah terhadap pencegahan sekunder dapat digunakan sebagai prediktor risiko terjadinya serangan berulang demam reumatik. Disarankan untuk dilakukan penelitian kohort prospektif faktor-faktor risiko terhadap terjadinya serangan berulang pasien DR/PJR. Meningkatkan kepatuhan dengan cara memberikan informasi kepada pasien atau orang tua pasien akan manfaat dan pentingnya kepatuhan untuk mencapai keberhasilan pengobatan, memberikan keyakinan kepada pasien akan efektivitas obat dalam penyembuhan, memberikan informasi risiko ketidakpatuhan terhadap pengobatan, mengggunakan kartu kontrol, meningkatkan dukungan dari pihak keluarga dan orang-orang di sekitarnya untuk selalu mengingatkan pasien agar teratur minum obat demi keberhasilan pengobatan, diperlukan pengawas minum obat yang mengawasi pasien agar minum obat secara teratur sesuai jadwal sampai masa pengobatan selesai. Daftar pustaka 1. Madiyono B, Sukardi R, Kuswiyanto R B. Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik pada anak. Dalam: Management of pediatric heart disease for practitioners: from early detection to intervention. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM; 2009.h.95-114. 2. Siregar A.A. Demam rematik dan penyakit jantung rematik permasalahan Indonesia. Dalam: Pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap pada fakultas kedokteran diucapkan di hadapan rapat terbuka Universitas Sumatera Utara.[serial online]:2008. Didapat dari: http://repository.usu.ac.id/. Diunduh pada tanggal 19 Mei 2009. 3. Donald M, Brown A, Noonan S, Carapetis J. Preventing recurrent rheumatic fever: The role of register based programmes. Heart. [serial online]:2005:[4 screen]. Didapat dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov. Diunduh pada tanggal 10 September 2009. 183

4. Kumar R. Public health practice.controlling rheumatic heart disease in developing countries.world health Forum [serial online] 1995. [5 screen]. Didapat dari: http://whqlibdoc.who.int. Diunduh pada tanggal 10 Maret 2009. 5. WHO Technical report Series. Rheumatic fever and rheumatic heart disease. Report of a WHO Expert Consultation. Geneva: WHO, 29 Oktober 1 November 2001. Didapat dari :http://whqlibdoc.who.int/ trs/who_trs_923.pdf. Diunduh pada tanggal 23 Mei 2009. 6. Madiyono B, Rahayuningsih S.E, Sukardi R. Penyakit jantung didapat. Demam rematik akut dan penyakit jantung rematik. Dalam: Penanganan penyakit jantung pada bayi dan anak. UKK Kardiologi. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2005.h.37-46. 7. Hassan R. Kardiologi. Dalam: Buku kuliah ilmu kesehatan anak 2. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Infomedika ;1985.h.734-52. 8. Quinn,R.W, Federspiel,C.F, Lefkowitz L.B, Christie A.U. Recurrences and sequelae of rheumatic fever in Nashville. A Follow up study.jama [serial online] 1977: [3 screen]. Didapat dari http://jama.ama-assn.org/. Diunduh pada tanggal 12 Desember 2009. 9. Al Qurashi M. The pattern of acute rheumatic fever in children: Experience at the children s hospital, Riyadh, Saudi Arabia. Journal of the Saudi Heart Association [serial online]:2009: [5 screen]. Didapat dari :http:// www.sciencedirect.com. Diunduh pada tanggal 28 Maret 2009. 10. Madiyono B. Epidemiologi penyakit jantung reumatik di Indonesia. J Kardiol Indones 1995: 200:25-33. 11. Melani,T.A. Karakteristik pasien penyakit jantung rematik (PJR) yang dirawat di RSUP H. Adam Malik tahun 2004-2008. [serial online]:2010. Didapat dari http://repository.usu. ac.id/. Diunduh pada tanggal 20 April 2010. 12. Wahab A.S. Demam rematik akut. Dalam: Buku Ajar Kardiologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Binarupa Aksara;1994.h. 279-316. 13. Markowitz M, Ferencz C, Bonet A; A comparison of oral and intramuscular benzathine penicillin G for the prevention of streptococcal infection and recurrences of rheumatic fever. Pediatrics [serial online]:1957:[8 screen]. Didapat dari: http://pediatrics.aappublications.org/. Diunduh pada tanggal 20 Maret 2009. 14. Majeed H.A, Shaltout A, Yousof A.M. Recurrences of acute rheumatic fever.a prospective study of 79 Episodes. AJDCC [serial online]:1984:[5 screen]. Didapat dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/. Diunduh pada tanggal 10 April 2009. 184