Aktivitas Makan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Hutan Nepa Kabupaten Sampang Madura

dokumen-dokumen yang mirip
GROOMING BEHAVIOUR PATTERN OF LONG-TAILED MACAQUE (Macaca fascicularis, Raffles 1821) IN PALIYAN WILDLIFE SANCTUARY, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

065 PERILAKU SEKSUAL MONYET EKOR PANJANG (Mncncn fascic~lnris) Di BUM1 PERUMAHAN PRAMUKA CIBUBUR, JAKARTA LILA MULYATI

Aktivitas Harian Bekantan (Nasalis larvatus) di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur

PEMANFAATAN HABITAT OLEH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI KAMPUS IPB DARMAGA

TINGKAH LAKU HARIAN KUSKUS BERUANG (Ailurops ursinus) DI CAGAR ALAM TANGKOKO BATU ANGUS

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

Aktivitas Harian Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) yang telah divasektomi di Wenara Wana Ubud

PERILAKU DAN PAKAN LUTUNG KELABU (Trachypithecus cristatus, Raffles 1812) DI HUTAN MANGROVE KECAMATAN GEBANG KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA

UKURAN KELOMPOK MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI HUTAN DESA CUGUNG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG GUNUNG RAJABASA LAMPUNG SELATAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR LAMPIRAN... ix

AKTIVITAS MENDAPATKAN MAKAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis Raffles) DI DESTINASI WISATA PURA LUHUR ULUWATU, BALI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Januari 27 Februari 2015 bekerja sama

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 18 hari (waktu efektif) pada bulan Maret 2015

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

AKTIVITAS POLA MAKAN DAN PEMILIHAN PAKAN PADA LUTUNG KELABU BETINA

I. PENDAHULUAN. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis, Raffles 1821) telah hidup berdampingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

KAJIAN KEBERADAAN TAPIR (Tapirus indicus) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA. Surel :

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

ABSTRAK. Kata kunci : kuntul kecil, pulau serangan, aktivitas harian, habitat, Bali

AKTIVITAS HARIAN KERA EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI TAMAN WISATA ALAM SANGEH, KABUPATEN BADUNG, BALI

PREFERENSI MAKAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI GUNUNG MERU PADANG SUMATERA BARAT ARTIKEL ILMIAH DEWI APRIANI NIM.

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengadaan konservasi hewan. Suaka Margasatwa Paliyan memiliki ciri

STUDI JENIS TUMBUHAN PAKAN KELASI (Presbitis rubicunda) PADA KAWASAN HUTAN WISATA BANING KABUPATEN SINTANG

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Resort Pemerihan, TNBBS pada bulan. WWF Indonesia (World Wide Fund for Nature Indonesia).

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. M11, dan M12 wilayah Resort Bandealit, SPTN wilayah II Balai Besar Taman

BAB III METODE PENELITIAN

POLA AKTIVITAS ORANGUTAN (Pongo abelii) DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KETAMBE ACEH TENGGARA

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

Lutung. (Trachypithecus auratus cristatus)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. antara bulan Januari Maret 2014 dengan pengambilan data antara pukul

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 BAHAN DAN METODA

II. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Monyet ekor panjang merupakan mamalia dengan klasifikasi sebagai berikut

POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

PERILAKU HARIAN ANAK GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumateranus) DI PUSAT KONSERVASI GAJAH TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS LAMPUNG

TINJAUAN PUSTAKA. (1) secara ilmiah nama spesies dan sub-spesies yang dikenali yang disahkan

PERILAKU MAKAN GORILA (Gorilla gorilla gorilla ) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA SAHRONI

Aktivitas Harian Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Bali Safari and Marine Park, Gianyar

KEBUTUHAN NUTRISI ANOA (Bubalus spp.) [The Nutritional Requirement of Anoa (Bubalus spp.)]

PERILAKU HARIAN SIAMANG (Symphalangus syndactylus) di BALI ZOO PARK, DESA BATUAN, GIANYAR, BALI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 1 No. 1. September 2013 (17 22)

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang penangkaran lovebird Jl. Pulau Senopati Desa

Sumber: & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. melakukan grooming. Pola perilaku autogrooming tidak terbentuk. dikarenakan infant tidak terlihat melakukan autogrooming.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian populasi siamang dilakukan di Hutan Desa Cugung Kesatuan

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

" Fakultas Kedokternn Hewtln IPB, Bogor

PERBANDINGAN AKTIVITAS HARIAN DUA KELOMPOK MONYET HITAM SULAWESI (Macaca nigra) DI CAGAR ALAM TANGKOKO-BATUANGUS, SULAWESI UTARA

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang Lampung (Gambar 2).

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan.

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODE LOKOMOSI PADA ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus Linn.) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, JAKARTA MUSHLIHATUN BAROYA

Struktur Populasi Monyet Ekor Panjang di Kawasan Pura Batu Pageh, Ungasan, Badung, Bali

3. METODE PENELITIAN. Penelitian tentang ukuran kelompok simpai telah dilakukan di hutan Desa Cugung

MENGENAL BEBERAPA PRIMATA DI PROPINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM. Edy Hendras Wahyono

PEMILIHAN PAKAN DAN AKTIVITAS MAKAN OWA JAWA (Hylobates moloch) PADA SIANG HARI DI PENANGKARAN PUSAT PENYELAMATAN SATWA, GADOG - CIAWI

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI

STUDI KARAKTERISTIK KUBANGAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ilmiah siamang berdasarkan bentuk morfologinya yaitu: (Napier and

MONITORING KEBERADAAN LUTUNG (Trachypithecus auratus cristatus) DI BLOK KAJANG, RESORT BAMA SEKSI KONSERVASI WILAYAH II BEKOL

JUMLAH INDIVIDU DAN KELOMPOK BEKANTAN (Nasalis larvatus, Wurmb) Di TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM KABUPATEN KAPUAS HULU

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

PERILAKU KEWASPADAAN MONYET HITAM SULAWESI PULAU BACAN, MALUKU UTARA

SKRIPSI. Oleh Moh Galang Eko Wibowo

BAB IV METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera

Disusun oleh Malang Eyes Lapwing, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang

3 METODE Jalur Interpretasi

IV. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di

Pola Aktivitas Harian Lutung (Presbytis cristata, Raffles 1821) di Hutan Sekitar Kampus Pinang Masak, Universitas Jambi

METODE PENELTIAN. Penelitian tentang keberadaan populasi kokah (Presbytis siamensis) dilaksanakan

Azhari Purbatrapsila, Entang Iskandar, Joko Pamungkas. Kata Kunci: Macaca fascicularis, pola aktivitas, stratifikasi vertikal, Pulau Tinjil

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

HIERARKI JANTAN DEWASA PADA DUA KELOMPOK MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI SITUS CIUNG WANARA KARANGKAMULYAN, CIAMIS ADIMAS BRAMANTYA

Struktur populasi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat

Transkripsi:

ISSN: 2252-3979 http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio Aktivitas Makan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Hutan Nepa Kabupaten Sampang Madura Feeding Activity of Long Tail Monkey (Macaca fascicularis) at Nepa Forest Sampang Madura M. Rifqu Rizaldy*, Tjipto Haryono, Ulfi Faizah Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya * e-mail: rifqurizaldy96@gmail.com ABSTRAK Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) memiliki peranan penting bagi hutan, salah satu satunya sebagai pemakan buah-buahan dan biji yang terdapat di hutan, sehingga membantu dalam penyebaran biji-bijian demi terjaganya keseimbangan alam. Hutan Nepa yang terletak di Kabupaten Sampang Madura merupakan salah satu habitat monyet ekor panjang, pada Hutan Nepa terdapat dua kelompok monyet ekor panjang yaitu kelompok hutan bagian depan dan kelompok hutan bagian dalam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan aktivitas makan monyet ekor panjang dan jenis-jenis makanan yang dimakan oleh monyet ekor panjang di Hutan Nepa Kabupaten Sampang Madura. Kegiatan ini dilakukan selama 14 hari habituasi dan 28 hari pengamatan. Metode yang digunakan dalam pengamatan kedua kelompok monyet ekor panjang adalah focal animal sampling, yaitu dengan cara mengamati satu individu fokus yang dianggap representatif, yang terbagi menjadi jantan dewasa, betina dewasa, remaja jantan, remaja betina, dan anakan dengan periode pengamatan terbagi menjadi pengamatan pagi, siang, dan sore. Identifikasi makanan monyet ekor panjang dilakukan dengan pengamatan secara langsung menggunakan plot vegetasi. Aktivitas makan monyet ekor panjang di Hutan Nepa, untuk kelompok hutan bagian depan sebesar 23,38% dan kelompok hutan bagian dalam sebesar 25,53% dari seluruh total aktivitas harian. Jenis makanan alami yang paling banyak dimakan oleh monyet ekor panjang yaitu buah tanaman karetan (Ficus sp.) sebanyak 23,03% dan jenis makanan non-alami yang paling banyak dimakan oleh monyet ekor panjang yaitu makanan sisa pengunjung sebanyak 25,55%. Kata kunci: aktivitas makan; jenis makanan; monyet ekor panjang; Hutan Nepa ABSTRACT Long tail monkey (Macaca fascicularis) has the important role for forest, most of long tail monkey feed fruits and seeds in forest, so it was very important in spreading of seed to maintain the balance of nature. Nepa forest located in Sampang regency Madura Island is the one of long tail monkey habitat. At Nepa forest there were two groups of long tail monkey. The first group was the forest front group and the second group was the inside forest group. The objectives of this research were to describe the feeding activity of long tail monkey and the kinds of food that was feed by long tail monkey at Nepa forest, Sampang regency, Madura Island. This research was conducted for 14 habituation days and 28 observation days. Used method for two long tail monkey groups was focal animal sampling, which is observing focus on one specific that were representative s sample were mature male, mature female, young male, young female, and juvenile. The observation period were morning, daylight, and afternoon. Identification of the kind of food of long tail monkey was conducted by direct observation used vegetation plot. Feeding activity of long-tailed monkeys in the forest Nepa, for forest front group was 23.38% and inside forest group was 25.53% of the total daily activity. Types of natural food most eaten by long-tailed monkey is the fruit of Karetan (Ficus sp.) as much as 23.03% and non-natural type of food most eaten by long-tailed monkeys are leftovers of visitors as much as 25.55%. Key words: feeding activity; kinds of food; long tail monkey; Nepa forest. PENDAHULUAN Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat tinggi terhadap lingkungan sehingga mampu hidup di berbagai tempat. Kemampuan beradaptasi monyet ekor panjang terutama di habitat asli yaitu hutan didukung oleh kemampuan monyet ekor panjang yang aktif bergerak dengan menggunakan kaki depan dan belakang untuk berjalan dan berlari (Lee et, al., 2012). Monyet ekor panjang yang merupakan primata arboreal juga memiliki peranan penting bagi hutan, salah satunya berperan penting dalam regenerasi hutan tropik. Sebagian besar monyet ekor panjang memakan buah-buahan dan biji yang terdapat di hutan sehingga sangat berperan penting dalam penyebaran biji-bijian (Supriatna dan Wahyono, 2000).

Rizaldy dkk: Aktivitas makan monyet ekor panjang 67 Pada habitat asli di hutan, aktivitas harian monyet ekor panjang pada umumnya melakukan aktivitas istirahat (resting), makan (feeding), dan grooming (Saputra dkk., 2012). Salah satu aktivitas yang sangat penting bagi kehidupan monyet ekor panjang dalam kesehariannya yaitu aktivitas makan (Yudanegara, 2006). Aktivitas makan yaitu aktivitas yang dimulai ketika hewan mendapatkan makanan, memakan makanan sampai ketika hewan berhenti makan (Fachrul, 2008). Monyet ekor panjang pada habitat asli di hutan merupakan hewan opportunistic omnivore yaitu hewan pemakan segala jenis makanan, misalnya buah, daging, serangga dan lain sebagainya (Kamilah dkk., 2013). Hutan Nepa di Kabupaten Sampang Madura merupakan habitat dari monyet ekor panjang, hal ini menyebabkan kawasan Hutan Nepa banyak menarik minat wisatawan untuk berkunjung melihat atau sekedar memberi makanan pada monyet ekor panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas makan monyet ekor panjang di Hutan Nepa Kabupaten Sampang Madura serta mendeskripsikan jenis-jenis makanan yang dimakan monyet ekor panjang di Hutan Nepa Kabupaten Sampang Madura. BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan teknik observasi yang meliputi kegiatan 14 hari habituasi dan 28 hari pengambilan data pada kedua kelompok monyet ekor panjang. Terdapat dua kelompok monyet ekor panjang di Hutan Nepa yaitu kelompok hutan bagian depan dan kelompok hutan bagian dalam dengan pergerakan wilayah jelajah sebagaimana disajikan pada Gambar 1. Alat-alat yang digunakan pada penelitian antara lain teropong binokuler dan kamera digital Nikon D3000 lensa sigma 70-300 mm macro ultrasonic, serta jam tangan atau stopwatch yang digunakan sebagai penghitungan waktu aktivitas makan. Pada setiap pengamatan juga dilakukan pengukuran faktor fisik menggunakan termometer ruang, hygrometer, dan lux meter. Habituasi dilakukan pada setiap kelompok, hal ini bertujuan untuk membiasakan hewan terhadap kehadiran pengamat dengan pemberian pakan, sehingga dapat dengan mudah melakukan pengamatan. Pengambilan data aktivitas bergerak, istirahat, makan, grooming, dan aktivitas bermain dilakukan dengan metode focal animal sampling yaitu dengan cara mengamati individu yang fokus dan dianggap representatif (Fachrul, 2008). Individu monyet ekor panjang yang diamati terbagi menjadi individu dewasa jantan, dewasa betina, remaja jantan, remaja betina, dan anakan. Pengamatan dilaksanakan pada pagi hari pukul 05.00-11.00 WIB, siang hari pukul 11.00-15.00 WIB dan sore hari pukul 15.00-18.00 WIB, dengan interval waktu yang digunakan yaitu setiap 10 menit. Pada tahap pengamatan, diamati jenis makanan yang dimakan oleh monyet ekor panjang. Jenis makanan yang dimakan oleh monyet ekor panjang berupa makanan alami dan makanan non-alami, makanan alami yaitu makanan yang tumbuh dan terdapat di hutan dan makanan jenis non-alami yaitu makanan yang diperoleh monyet ekor panjang dari para wisatawan, tempat sampah, dan dari luar hutan. Ketersedian makanan diketahui dengan dilakukan analisis vegetasi dengan cara pembuatan plot berdiameter 10x10m. Pembuatan plot ditentukan berdasarkan posisi monyet ekor panjang melakukan aktivitas makan. Semua jenis makanan didokumentasikan, selanjutnya dilakukan wawancara secara langsung dengan Juru Kuci Nepa serta masyarakat sekitar untuk mengetahui nama lokal tumbuhan tersebut, untuk identifikasi dilakukan menggunakan buku panduan pengenalan mangrove di Indonesia (Noor dkk, 2006) dan buku flora mangrove di kawasan Hutan Anke Kapuk Jakarta Utara (Kusmana dkk, 2013). Data yang diperoleh dari hasil pengamatan kedua kelompok monyet ekor panjang, selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif yang merupakan penjelasan mengenai setiap parameter ukuran pengamatan. Uji statistik Wilcoxon menggunakan SPSS dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan aktivitas makan antara dua kelompok monyet ekor panjang. Data yang diperoleh dari vegetasi tanaman yang dimanfaatkan oleh monyet ekor panjang, ditentukan dominasi relatifnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Fachrul, 2008); Dominasi relatif X 100% Jenis makanan yang dimakan oleh monyet ekor panjang akan dihitung makanan yang paling banyak dimakan oleh monyet ekor panjang. Penghitungan frekuensi relatif persentase makanan menggunakan rumus sebagai berikut (Fachrul, 2008); No = x 100% Keterangan: No = Frekuensi relatif jenis makanan, ni = Jumlah frekuensi setiap jenis makanan, N = Total seluruh frekuensi jenis-jenis makanan.

68 LenteraBio Vol. 5 No. 1, Januari 2016: 66 73 Gambar 1. Wilayah jelajah dua kelompok monyet ekor panjang dan lokasi pembuatan plot Hutan Nepa HASIL Pengamatan aktivitas harian kedua kelompok monyet ekor panjang di Hutan Nepa dilakukan dengan cara mengikuti pergerakan kedua kelompok monyet ekor panjang yaitu kelompok hutan bagian depan dan kelompok hutan bagian dalam. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa aktivitas makan kelompok hutan bagian depan berada pada posisi ketiga dari total aktivitas yang teramati sebesar 23,38% dan kelompok hutan bagian dalam berada pada posisi kedua dari total aktivitas yang teramati sebesar 25,53%, seperti yang terlihat pada Gambar 2. Pengamatan aktivitas makan kedua kelompok monyet ekor panjang di Hutan Nepa terbagi menjadi pengamatan pagi, siang, dan sore hari. Hasil yang diperoleh, rata-rata monyet ekor panjang kelompok hutan bagian depan banyak melakukan aktivitas makan di pagi hari sebesar 25,38% dari total aktivitas di pagi hari, sedangkan monyet ekor panjang kelompok hutan bagian dalam banyak melakukan aktivitas makan di sore hari sebesar 28,05% dari total aktivitas di sore hari seperti pada Gambar 3. Pengamatan aktivitas makan berdasarkan usia dari kedua kelompok monyet ekor panjang yang terbagi menjadi dewasa jantan/betina, remaja jantan/betina, dan anakan. Hasil yang diperoleh dewasa jantan monyet ekor panjang kelompok hutan bagian dalam memiliki aktivitas makan yang lebih banyak dibandingkan dengan monyet ekor panjang usia yang lain sebesar 26,67%, sedangkan anakan monyet ekor panjang kelompok hutan bagian depan paling banyak melakukan aktivitas makan dibandingkan dengan monyet ekor panjang usia yang lain sebesar 27,28% seperti pada Gambar 4.

Rizaldy dkk: Aktivitas makan monyet ekor panjang 69 Gambar 2. Perbandingan persentase aktivitas harian dua kelompok monyet ekor panjang Gambar 3. Perbandingan aktivitas makan dua kelompok monyet ekor panjang berdasarkan waktu Gambar 4. Persentase aktivitas makan berdasarkan usia monyet ekor panjang Pengamatan durasi aktivitas makan monyet ekor panjang di Hutan Nepa dilakukan terhadap kedua kelompok yaitu kelompok hutan bagian depan dan kelompok hutan bagian dalam. Hasil yang deperoleh rata-rata monyet ekor panjang di Hutan Nepa, monyet anakan memerlukan waktu paling lama dalam melakukan satu kali aktivitas makan, sedangkan monyet dewasa memerlukan waktu lebih sedikit dalam melakukan satu kali aktivitas makan seperti pada Tabel 1. Pengamatan jenis-jenis makanan yang dimakan oleh monyet ekor panjang di Hutan Nepa menunjukkan jenis makanan dapat dibedakan menjadi makanan alami dan nonalami. Makanan alami yang paling banyak dimakan oleh monyet ekor panjang di Hutan Nepa yaitu buah Ficus sp dengan persentase 23,79%, sedangkan untuk makanan non-alami yang paling banyak dimakan oleh monyet ekor panjang di Hutan Nepa yaitu makanan sisa pengunjung berupa makanan ringan dengan persentase 25,55% seperti yang terlihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Secara keseluruhan monyet ekor panjang kelompok hutan bagian dalam paling banyak memakan makanan alami dengan persentase 63% dibandingkan makanan non-alami dengan persentase 14%, sedangkan monyet ekor panjang kelompok hutan bagian depan paling banyak memakan makanan non-alami dengan persentase 86% dibandingkan makanan alami dengan persentase 37% seperti yang terlihat pada Gambar 5.

70 LenteraBio Vol. 5 No. 1, Januari 2016: 66 73 Tabel 1. Rata-rata durasi aktivitas makan monyet ekor panjang. Individu Durasi aktivitas makan (menit) Kelompok depan Kelompok dalam Dewasa 1-13 1-13 Remaja 1-24 1-21 Anakan 1-26 1-24 Tabel 2. Rata-rata persentase makanan alami yang dimakan oleh monyet ekor panjan Nama lokal Nama ilmiah Frekuensi dimakan Kelompok depan Kelompok dalam Frekuensi total dimakan Persentase (%) Buah tanaman karetan Ficus sp 235 312 547 23.79 Biji tanaman akasia Acacia sp 216 246 462 20.09 Buah tanaman asam Tamarindus indica 235 267 402 17.48 Daun tanaman asam Tamarindus indica 92 197 289 12.57 Daun trembesi Albizia saman 13 214 227 9.87 Daun tanaman kapuk Ceiba pentandra 43 153 196 8.52 Pohon tengguli Cassia fistula 26 17 43 1.87 Pohon berduri - 15 9 24 1.04 Semut hitam Dolichoderus sp. 11 78 89 3.87 Cicak kayu Hemidactylus frenatus 3 17 20 0.86 Total 878 1521 2.299 100 Tabel 3. Rata-rata persentase makanan non alami yang dimakan oleh monyet ekor panjang Frekuensi dimakan Frekuensi Nama local Nama ilmiah total dimakan Kelompok depan Kelompok dalam Persentase (%) Jagung Zea mays 76 6 82 20.34 Kacang tanah Arachis hypogaea 59 20 79 19.60 Nasi putih - 64 0 64 15.88 Mangga Mangifera indica 21 2 23 5.70 Sisa roti - 24 4 28 6.94 Jambu mente Anacardium 8 0 8 1.98 occidentale Gorengan - 6 1 7 1.74 Jambu air Syzygium aqueum 6 0 6 1.48 Semangka merah Citrullus lanatus 3 0 3 0.74 Makanan sisa pengunjung - 81 22 103 25.55 Total 348 55 403 100 (a) (b) Gambar 5. Persentase jenis makanan (a) makanan alami dan (b) makanan non-alami

Rizaldy dkk: Aktivitas makan monyet ekor panjang 71 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan pergerakan monyet ekor panjang diketahui bahwa kelompok hutan bagian depan pada saat bangun dari tidur atau turun dari pohon yang digunakan beristirahat sering melakukan aktivitas pergerakan keluar dari kawasan hutan menuju pantai melewati pintu masuk hutan dan menuju daerah pemukiman warga. Hal ini disebabkan pada daerah pantai banyak wisatawan yang sering berkunjung dengan membawa makanan, sehingga wisatawan tertarik memberi makanan terhadap monyet ekor panjang kelompok hutan bagian depan yang datang menghampiri. Kelompok monyet ekor panjang yang keluar dari hutan untuk mencari makan, dikarenakan belum adanya pagar pembatas, sehingga monyet ekor panjang akan leluasa bergerak ke daerah permukiman dan mengambil makanan yang tersedia di sekitar permukiman. Pada pagi hari monyet ekor panjang kelompok bagian dalam saat turun dari sarang akan bergerak menuju hutan bagian Timur berdekatan dengan pantai sebelah Utara melewati daerah pendopo untuk melakukan aktivitas makan, aktivitas grooming, serta aktivitas lainnya. Wilayah jelajah atau homarange merupakan daerah yang sering dikunjungi oleh satwa liar dan luas wilayah jelajah bergantung pada kelimpahan makanan dan besar kecilnya suatu kelompok (Surbiarsyah dkk., 2014). Aktivitas makan monyet ekor panjang kelompok hutan bagian depan berada di posisi ketiga sebesar 23,38% dan aktivitas makan monyet ekor panjang kelompok hutan bagian dalam berada di posisi kedua sebesar 25,53% dari total aktivitas harian yang teramati. Hal ini dikarenakan makanan yang tersedia untuk kelompok hutan bagian depan dan dalam tidak jauh beda, selain makanan alami juga banyak makanan non-alami yang diperoleh dari luar hutan ataupun dari wisatawan. Yudanegara (2006), melakukan penelitian tentang aktivitas makan monyet ekor panjang kelompok Pancalikan di Situs Ciung Wanara Ciamis Jawa Barat menyatakan bahwa aktivitas bergerak merupakan aktivitas yang paling banyak dilakukan dan aktivitas makan merupakan aktivitas ketiga sebesar 20,72% yang banyak dilakukan setelah aktivitas diam atau istirahat. Monyet ekor panjang beraktivitas mulai dari pagi hari sampai dangan menjelang malam, aktivitas makan kedua kelompok monyet ekor panjang di Hutan Nepa paling banyak dilakukan pagi hari. Hal ini dikarenakan monyet ekor panjang setelah turun dari pohon saat bangun tidur di pagi hari akan langsung bergerak mencari makanan dikarenakan semenjak istirahat pada malam hari monyet ekor panjang tidak melakukan aktivitas apapun selain beristirahat, sehingga pada pagi hari ada stimulus dari dalam tubuh monyet ekor panjang untuk mencari makan. Menurut Khana dan Yadav (2005) dan Gundavia dan Singh (2003), perilaku pada primata diakibatkan adanya rangsangan yang datang berupa internal atau eksternal dengan cara tertentu. Pada siang hari monyet ekor panjang lebih sedikit melakukan aktivitas makan dikarenakan pada pagi hari sudah banyak melakukan aktivitas makan, serta pengamatan ini dilakukan pada musim kemarau sehingga pada saat siang hari faktor eksternal suhu dan cuaca yang panas membuat rangsangan kepada monyet ekor panjang untuk tidak banyak melakukan aktivitas selain aktivitas istirahat. Pada saat pengamatan kedua kelompok monyet ekor panjang jarang sekali ditemukan melakukan aktivitas minum, monyet ekor panjang kelompok hutan bagian dalam sesekali teramati minum di genangan air pinggiran sungai dengan posisi membungkuk, sedangkan untuk monyet ekor panjang kelompok hutan bagian depan sesekali teramati aktivitas minum, tetapi meminum minuman yang diperoleh dari wisatawan. Pada sore hari aktivitas makan monyet ekor panjang meningkat daripada siang hari, hal ini dikarenakan pada saat sore menjelang malam sebelum istirahat kembali ke atas pohon, monyet ekor panjang akan mencari makan dan mengisi tubuhnya dengan asupan makanan sehingga pada malam hari tidak ada stimulus atau rangsangan untuk makan. Menurut Farida dkk (2008), monyet ekor panjang di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur Jakarta, sering melakukan aktivitas makan pada pagi hari dan sore hari, sedangkan pada siang hari cenderung untuk melakukan aktivitas istirahat. Perbedaan tingkatan umur serta jenis kelamin merupakan faktor yang menentukan tingkatan sosial dan berbagai macam aktivitas monyet ekor panjang (Nasution dkk., 2011). Aktivitas makan monyet ekor panjang berdasarkan usia, dewasa jantan yang memiliki hierarki sosial tinggi dalam kelompok memiliki frekuensi makan yang sedikit dibandingkan dewasa betina dan remaja dengan hierarki sosial yang lebih rendah. Hal tersebut disebabkan karena dewasa betina dan remaja sering sekali mengambil makanan yang ditemukan oleh kelompok tersebut dan langsung menghabiskan makanan tersebut atau disimpan di dalam kantung pipi, sehingga dapat dimakan di tempat

72 LenteraBio Vol. 5 No. 1, Januari 2016: 66 73 yang lebih aman sebelum direbut oleh dewasa jantan. Kelompok monyet ekor panjang jika menemukan makanan akan saling berebut, saat para dewasa jantan ingin mendapatkan makanan, monyet dewasa betina, monyet remaja, dan monyet anakan akan langsung terusir oleh pejantan dewasa, sedangkan jika pejantan yang dominan atau ketua kelompok menghendaki makanan tersebut, maka para dewasa jantan yang semula menguasai makanan tersebut akan terusir oleh ketua kelompok atau pejantan yang dominan, tetapi pada saat makanan melimpah perebutan makanan akan jarang sekali terjadi. Hambali dkk (2012), menyatakan bahwa monyet ekor panjang dengan hierarki sosial lebih rendah dapat menemukan makanan lebih dahulu dan memakannya sebelum dikuasai oleh monyet ekor panjang hierarki sosial yang lebih tinggi. Monyet ekor panjang yang masih anakan memiliki frekuensi aktivitas makan yang paling sedikit, hal ini disebabkan para anakan hanya menunggu makanan dari induknya atau dari anggota kelompok monyet ekor panjang yang lain. Secara keseluruhan makanan monyet ekor panjang di Hutan Nepa lebih banyak makan makanan alami yang tersedia di hutan. Pada saat pengamatan pertengahan bulan September sampai dengan pertengahan bulan Oktober 2015, beberapa pohon masih ada yang berbuah yaitu pohon Ficus sp, pohon Acacia sp, dan pohon Tamarindus indica, serta jenis serangga yaitu semut hitam atau Ceiba pentandra yang sering dimakan monyet ekor panjang masih melimpah. Hal ini membuat monyet ekor panjang di Hutan Nepa banyak memakan buah, biji, daun muda, ataupun serangga, sedangkan makanan yang berasal dari pengunjung ataupun sisa sampah di sekitar hutan jumlahnya tidak sebanyak jenis makanan alami yang tersedia di hutan. Monyet ekor panjang lebih mudah mengambil makanan alami di hutan dibandingkan dengan harus keluar hutan atau menuju daerah dimana terdapat para wisatawan yang berkunjung, karena makanan alami telah tersedia melimpah di dalam hutan. Sedangkan untuk jenis makanan non-alami banyak dikonsumsi oleh kelompok monyet ekor panjang bagian depan dibandingkan dengan kelompok monyet bagian dalam. Hal tersebut disebabkan karena kelompok bagian depan memiliki area jelajah yang dekat dengan gapura depan atau pintu masuk hutan, sehingga sering sekali kelompok monyet ekor panjang bagian depan mendapat makanan dari para pengunjung ataupun mendapatkan sisa makanan dari tempat sampah. Kelompok monyet ekor panjang bagian dalam banyak memakan makanan yang tersedia di dalam hutan seperti buah, pucuk daun, biji dan serangga. Hal ini karena kelompok monyet ekor panjang bagian dalam jarang sekali bertemu dengan para wisatawan yang masuk ke dalam hutan ataupun jarang sekali bergerak ke daerah penduduk. Monyet ekor panjang rata-rata sering memakan buah, karena merupakan kelompok Cercopithecinae, tetapi pada saat pengamatan juga memakan daun yang masih muda. Menurut Karyawati (2012) monyet pemakan daun dari kelompok Colobinae yang memiliki lambung yang besar, dan juga primata pemakan daun harus menjaga ph lambung. Monyet ekor panjang yang seharusnya memakan buah juga akan memakan daun dan jenis makanan lain, hal ini dikarenakan pada saat musim kemarau sumber makanan yang berupa buah tidak melimpah di hutan, sehingga monyet ekor panjang mau tidak mau harus memakan daun, dan juga jenis makanan yang lain. Menurut Kamilah dkk (2013), monyet ekor panjang merupakan hewan omnivore atau pemakan segala jenis makanan dan memiliki sifat oportunis yaitu sifat mengekploitasi sumber makanan yang berada pada lingkungan habitatnya. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa aktivitas makan dari kedua kelompok monyet ekor panjang di Hutan Nepa, diperoleh hasil kelompok hutan bagian depan aktivitas makan terbanyak ketiga sebesar 23,38% dari total aktivitas harian dan untuk kelompok hutan bagian dalam aktivitas makan terbanyak kedua sebesar 25,53%. Jenis makanan yang dimakan oleh monyet ekor panjang terdiri dari dua jenis yaitu makanan alami dan non alami. Makanan alami yang paling banyak dimakan yaitu buah Ficus sp sebanyak 23,03%, makanan non alami yang paling banyak dimakan adalah makanan sisa pengunjung sebanyak 25,55%. DAFTAR PUSTAKA Fachrul MF. 2008. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara. Farida H, Farajallah DP, Tjitrosoedirdjo S. 2008. Aktivitas Makan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur Jakarta: Jurnal of Biota. 15(4): 1-14. Gundevia HS and Singh HG. 2003. A Textbook of Animal Behaviour. New Delhi-India: S. Chand and Company LTD. Hambali K, Ismail A, Zain BM. 2012. Daily Activity Budget of Long-tailed Macaques (Macaca fascicularis) in Kuala Selangor Nature Park.

Rizaldy dkk: Aktivitas makan monyet ekor panjang 73 Malaysia: International Journal of Basic & Applied Sciences IJBAS-IJENS. 12(4): 47-52. Kamilah SN, Fitria RS, Jarulis, Syarifuddin. 2013. Jenisjenis Tumbuhan Yang Dimanfaatkan Sebagai Makanan oleh Macaca fascicularis (raffles, 1821) di Taman Hutan Rajolelo Bengkulu. Bengkulu: Jurnal Ilmiah Konservasi. 9(2): 1-6. Karyawati AT. 2012. Tinjauan Umum Tingkah Laku Makan pada Hewan Primata. Palembang: Jurnal Penelitian Sains. 15(1): 44-47. Khanna DR and Yadav PR. 2005. Biology of Mammals. New Delhi, India: Discovery Publishing House. Kusmana C, Valentino N, Mulyana D. 2013. Flora Mangrove di Kawasan Hutan Anke Kapuk. Jakarta Utara. Bogor: PT. Kapuk Naga Indah dan IPB. Lee GH, Thom JP, Chu KL, Crockett CM. 2012. Comparing the Relative Benefits of Groomingcontact and Full-contact Pairing for Laboratoryhoused Adult Female Macaca fascicularis. Applied Animal Behaviour Science, 137: 157-165. Nasution EK, Swandyastuti, Wiryanto. 2011. Aktivitas harian dan populasi Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis Raffles) di Kawasan Wisata Cikakak Wangon. Surakarta. Jurnal Cendekia.17(3): 190-195. Noor YR, Khazali INN. Suryadiputra. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor: PHKA/ WI-PI Saputra KGW, Watiniasih NL, Ginantra IK. 2012. Aktivitas Harian Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Taman Wisata Alam Sangeh Kabupaten Badung Bali: Jurnal Biologi XVII: 14 18. Subiarsyah MI, Soma G, Suatha K. 2014. Struktur Populasi Monyet Ekor Panjang di Kawasan Pura Batu Pageh, Ungasan, Badung, Bali: Jurnal Indonesia Medicus Veterinus. 3(3): 183-191. Supriatna J dan Wahyono EH. 2000. Paduan Lapangan Primata Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Anggota IKAPIDKI Jakarta. Yudanegara A. 2006. Aktivitas makan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) kelompok pancalikan di Situs Ciung Wanara Ciamis Jawa Barat. Di akses dari http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/46 168 pada tanggal 12 Februari 2015