ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI. Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN KREDIT. dikembalikan oleh yang berutang. Begitu juga halnya dalam dunia perbankan

BAB I PENDAHULUAN. permodalan bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menarik dana dari

kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

TANGGUNG JAWAB PENANGUNG TERHADAP DEBITOR YANG DINYATAKAN PAILIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. KEWENANGAN PIHAK KETIGA SEBAGAI PENJAMIN DALAM PERJANJIAN KREDIT 1 Oleh : Sarah D. L.

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB II TANGGUNG JAWAB PERSONAL GUARANTOR DALAM KEPAILITAN

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

sebagaimana tunduk kepada Pasal 1131 KUHPer. Dengan tidak lahirnya jaminan fidusia karena akta fidusia tidak didaftarkan maka jaminan tersebut

BAB II PROSES PENYERAHAN JAMINAN SEBAGAI PELUNASAN KREDIT PADA PT. BANK DANAMON INDONESIA TBK. WILAYAH VI MEDAN

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN

BAB II JAMINAN PERSEORANGAN SEBAGAI JAMINAN KREDIT. Pengertian perjanjian diatur dalam Bab II Buku III KUHPerdata (Burgerlijk

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

REVIEW OF THE LAW AGAINST DEBT ABSORPTION BANKING CREDIT AGREEMENT YUYUK HERLINA / D

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-harinya tidak dapat terlepas dari interaksi atau hubungan

EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

JAMINAN KEBENDAAN DAN JAMINAN PERORANGAN SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMILIK PIUTANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah perjanjian berasal dari bahasa Belanda overeenkomst dan verbintenis.

Pembebanan Jaminan Fidusia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

II.1 Tinjauan Teoritis Gadai dalam Jaminan Kebendaan II.1.1 Pengertian Jaminan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP HARTA KEKAYAAN DEBITUR. 1. Akibat kepailitan terhadap harta kekayaan debitur pailit

KEDUDUKAN KREDITUR SEPARATIS DALAM HUKUM KEPAILITAN

BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI ATAS OBJEK FIDUSIA BERUPA BENDA PERSEDIAAN YANG DIALIHKAN DENGAN JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

Pengantar Hukum Bisnis Persekutuan Firma dan Persekutuan Komanditer

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN. Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 42 TAHUN 1999 (42/1999) TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

BAB III KEABSAHAN JAMINAN SERTIFIKAT TANAH DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DI SLEMAN. A. Bentuk Jaminan Sertifikat Tanah Dalam Perjanjian Pinjam

PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB II PENGATURAN GADAI DEPOSITO DALAM KERANGKA HUKUM JAMINAN. mungkin akan terhindar dari itikad tidak baik debitur pemberi jaminan kebendaan

Karyawan Sebagai Pemohon Dalam Mempailitkan Perusahaan (Studi Kasus: Kasus PT. Kymco Lippo Motor Indonesia)

BAB III HUTANG PIUTANG SUAMI ATAU ISTRI TANPA SEPENGETAHUAN PASANGANNYA MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI

BAB IV PEMBAHASAN. A. Kedudukan Hukum Karyawan Pada Perusahaan Pailit. perusahaan. Hal ini dikarenakan peran dan fungsi karyawan dalam menghasilkan

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

EKSEKUSI BARANG JAMINAN FIDUSIA DAN HAMBATANNYA DALAM PRAKTEK

BAB III PERLINDUNGAN BAGI PEMILIK BENDA DAN KREDITUR PENERIMA GADAI APABILA OBJEK GADAI DIJAMINKAN OLEH PIHAK YANG BUKAN PEMILIK BENDA

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

O Pembingbing. 1. Ida Bagus Putra Atmadja 2. Ida Ayu Sukihana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana. Abstract

PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa sehingga mengakibatkan banyak sekali debitor tidak mampu membayar utangutangnya.

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

Benda??? HUKUM/OBYEK HAK Pengertian Benda secara yuridis : Segala sesuatu yang dapat menjadi obyek Hak Milik (Sri soedewi M.

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

CESSIE SEBAGAI BENTUK PENGALIHAN PIUTANG ATAS NAMA

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract)

HAK TANGGUNGAN TANAH & BANGUNAN SEBAGAI JAMINAN PELUNASAN UTANG

Dari rumus diatas kita lihat bahwa unsur- unsur perikatan ada empat, yaitu : 1. hubungan hukum ; 2. kekayaan ; 3. pihak-pihak, dan 4. prestasi.

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BENTUK-BENTUK JAMINAN MENURUT HUKUM INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

PENANGGUHAN EKSEKUSI OBJEK HAK JAMINAN KREDIT DI BANK DARI PERUSAHAAN YANG PAILIT 1 Oleh : Timothy Jano Sajow 2

BAB II FIDUSIA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK LEMBAGA JAMINAN KEBENDAAN. Fidusia manurut asal katanya berasal dari fides yang berarti

BAB VI PERIKATAN (VERBINTENISSEN RECHT)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak )

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dibuat secara sah yaitu berdasarkan syarat sahnya perjanjian, berlaku sebagai undang-undang

Mengenai Hak Tanggungan. Sebagai Satu-Satunya Lembaga Hak Jaminan atas Tanah

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

Transkripsi:

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY Atik Indriyani*) Abstrak Personal Guaranty (Jaminan Perorangan) diatur dalam buku III, bab XVII mulai pasal 1820 sampai dengan pasal 1850 KUHPerdata tentang penanggungan utang. Menurut Pasal 1820 KUH Perdata penanggungan adalah suatu persetujuan dengan mana pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berhutang manakala is sendiri tidak memenuhinya. Dalam personal guaranty, penjamin atau penanggung utang tidak memberikan atau menunjuk benda tertentu sebagai jaminan kepada kreditor melainkan hanya pernyataan menjamin atau kesepakatan antara penjamin dengan kreditor yaitu mengikatkan din dengan harta kekayaan yang ada untuk memenuhi kewajiban debitor pada waktunya dengan syarat-syarat tertentu. Oleh karena itu pada dasarnya penanggung utang bertanggung jawab untuk membayar utang tersebut dari seluruh harta kekayaannya sehingga dalam personal guaranty kedudukan kreditor hanya sebagai kreditor konkuren yaitu mempunyai hak menagih kepada pen-jamin/penanggung utang secara bersaing dengan kreditor lainnya (unsecured creditor). Kata kunci : Personal Guaranty Pendahuluan Personal Guaranty (jaminan perorangan) merupakan bagian dari hukum jaminan, yang mengatur tentang jaminan-jaminan piutang kreditor terhadap debitor. Jaminan Perorangan diatur dalam Buku III, Bab XVII mulai Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850 Kitab Undang - Undang Hukum perdata (KUH Perdata) tentang penanggungan utang. Istilah jaminan perorangan berasal dari kata borgtocht. Ada yang menyebut Personal Guaranty (Jaminan Perorangan) sebagai jaminan immaterial hal ini dilakukan untuk membedakan jaminan yang berupa kebendaan (jaminan materiil). Pengertian Jaminan Perorangan menurut Sri Soedewi Masjchoen adalah : Atik Indriyani, SH.MH adalah Dosen Biasa pada Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta 26

JURNAL HUKUM PRIORIS, VOLUME 1, NOMOR 1, SEPTEMBER 2006 "Jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitor tertentu, terhadap harta kekayaan debitor umumnya". Pada dasarnya pemenuhan terhadap suatu perikatan antara debitor dan kreditor dilakukan oleh debitor itu sendiri. Hal tersebut dapat diketahui dan Pasal 1131 KUH Perdata "Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang barn akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan". Akan tetapi dapat pula diberikan atau dijamin untuk dipenuhi pihak ketiga yaitu orang pribadi atau badan hukum. Jaminan inilah yang disebut dengan Personal Guaranty. Personal Guaranty (Jaminan Perorangan) ini timbul dengan adanya hubungan hukum yang akan menimbulkan kewajiban untuk melakukan pembayaran pada salah satu pihak. Agar pihak kreditor terjamin bahwa pembayarannya akan dilakukan, maka disertakan pihak ketiga yang kadang-kadang sama sekali tidak ada hubungan dengan perikatan yang dilakukan dan bahkan menyediakan din untuk menanggungnya. Dalam Personal Guaranty, penjamin atau penanggung utang tidak memberikan atau menunjuk benda tertentu sebagai jaminan kepada kreditor melainkan hanya pernyataan menjamin atau kesepakatan antara penjamin dengan kreditor yaitu mengikat din dengan harta kekayaan yang ada untuk memenuhi kewajiban debitor pada waktunya dengan syarat-syarat tertentu. Oleh karena itu pada dasarnya penanggung utang bertanggung jawab untuk membayar utang tersebut dan seluruh harta ke-kayaannya itu. Personal Guaranty atau penanggungan utang tidak memberikan kedudukan yang didahulukan kepada kreditor. Kedudukan kreditor hanya sebagai kreditor konkuren yaitu mempunyai hak menagih kepada penjamin/ penanggung utang secara bersaing dengan kreditor konkuren lainnya (unsecured creditor). Berbeda dan kreditor yang memegang benda jaminan, dimana pemegang jaminan kebendaan kreditor mempuyai kedudukan yang lebih baik, karena kreditor berkedudukan sebagai kreditor preferen dalam pelunasan utang (secured creditor). Karena tidak ada kewajiban untuk menunjuk harta tertentu (benda tertentu) dalam Personal Guaranty, bagaimana perlindungan hukum bagi kreditor dan apa akibat hukum yang timbul dalam Personal Guaranty? 27

Atik Indriyani, Aspek Hukum Personal Guaranty Pembahasan a. Pengertian Menurut Pasal 1820 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) penanggungan adalah suatu persetujuan dengan mana pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berhutang manakala is sendiri tidak memenuhinya. Keterlibatan penanggung utang secara formal dapat terjadi tanpa diminta terlebih dahulu oleh debitor, bahkan di luar pengetahuannya seakan-akan penanggungan utang dapat saja diberikan oleh pihak ketiga yang tidak mempunyai hukum apapun dengan debitor (Pasal 1823 KUHPerdata). Alasan adanya perjanjian penanggungan antara lain karena si penanggung mempunyai persamaan kepentingan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya si penjamin sebagai direktur perusahaan selaku pemegang saham terbanyak dan perusahaan tersebut secara pribadi ikut menjamin utang perusahaan tersebut dan kedua perusahaan induk ikut menjamin perusahaan cabang (H. Salim HS, 2004 ; 219). Sifat perjanjian penanggungan adalah accessoir (tambahan), sedangkan perjanjian pokok-nya adalah perjanjian 'credit atau meminjam antara debitor dengan kreditor. Jadi apabila perjanjian pokoknya batal, maka perjanjian penanggungan juga batal, demikian juga jika perjanjian pokoknya hapus, maka perjanjian penanggungan juga ikut hapus. Tetapi terhadap sifat accessoir ini KUHPerdata memungkinkan adanya pengecualian. Hal ini tercantum dalam Pasal 1821 KUH Perdata yang menyatakan sebagai berikut : 1) Tiada penanggungan jika tidak ada suatu perikatan pokok yang sah. 2) Namun dapatlah seorang memajukan diri sebagai penanggung untuk suatu perikatan, biar-pun perikatan itu dapat dibatalkan dengan suatu tangkisan yang hanya mengenai dirinya pribadi si berutang, misalnya dalam hal kebelum dewasaan. Dengan demikian perjanjian penanggungan tersebut akan tetap sah meskipun perjanjian pokoknya dibatalkan sebagai akibat dilaksanakan oleh seorang yang belum dewasa. Sehubungan dengan hal tersebut (Subekti, 1981 : 182) menyatakan bahwa hal itu dapat diterima dengan pengertian apabila perjanjian pokok itu dikemudian hari dibatalkan, maka perjanjian penanggungan juga ikut batal. Oleh karena perjanjian 28

JURNAL HUKUM PRIORIS, VOLUME 1, NOMOR 1, SEPTEMBER 2006 penanggungan merupakan perjanjian accessoir, dengan sendirinya penanggung tidak diperkenankan : 1) Seorang penanggung tidak dapat mengikatkan diri untuk lebih, maupun dengan syarat- syarat yang lebih berat, daripada perikatannya dan si berutang (Pasal 1822. 1). 2) Adapun penanggungan boleh diadakan untuk hanya sebagian saja dan utangnya atau dengan syarat-syarat yang kurang. Jika penanggungan diadakan untuk lebih dari utangnya, atau dengan syarat-syarat yang lebih berat, maka perikatan itu tidak sama sekali batal, melainkan ia adalah sah hanya untuk apa yang diliputi oleh perikatan pokok (Pasal 1822 : 2). b. Subyek hukum dalam Personal Guaranty Dalam perjanjian penanggungan utang ada tidak pihak yang terkait yaitu pihak kreditor (kreditor disini berkedudukan sebagai pemberi kredit atau orang berpiutang), debitor utama yaitu debitor yang berkedudukan sebagai peminjam dan pihak ketiga (debitor yang berkedudukan sebagai penjamin adalah penanggung utang, karena ia sendiri yang memberikan janjinya akan membayar utang bila debitor utama tidak dapat memenuhinya). Syarat untuk menjadi penanggung utang sesuai dengan pasal 1827 KUH Perdata adalah : orang yang cakap melakukan perbuatan hukum. Seperti halnya dengan perjanjian pada umumnya maka penanggungan ini akan berpindah ke ahli warisnya (Pasal 1826 jo Pasal 1318 KUH Perdata). Dalam jaminan penanggungan ada dua perjanjian yang berbeda tetapi berkaitan erat satu sama lain, yaitu perjanjian pokok yang dijamin dan perjanjian penanggungannya. Pada perjanjian pokok yang terlibat adalah kreditor dan debitor utama. Debitor utama adalah sebagai pihak yang berkewajiban untuk memenuhi perikatan yang telah dibuat dan dia harus bertanggung jawab atas kewajibannya dengan seluruh harta bendanya dalam anti kekayaannya bisa dijual secara paksa/dieksekusi untuk diambil sebagai pelunasan utang, sedangkan dalam Perjanjian Penang-gungan yang terlibat adalah kreditor dan pihak ketiga, disini pihak ketiga juga berkedudukan sebagai debitor. Hubungan hukum antara kreditor dan pihak ketiga adalah pihak ketiga dengan sukarela telah mengikatkan did sebagai debitor kepada kreditor untuk prestasi yang sama, oleh karena itu sesuai dengan Pasal 1820 KUH Perdata, maka 29

Atik Indriyani, Aspek Hukum Personal Guaranty sesudah debitor utama wanprestasi, kreditor mempuyai dua orang debitor yang samasama bisa ditagih untuk seluruh utangnya. (J. Satrio, 1996 : 42). c. Perlindungan Kepentingan Kreditor Dalam Personal Guaranty, penjamin atau penanggung utang memang tidak memberikan atau menunjuk benda tertentu sebagai jaminan kepada kreditor melainkan hanya pernyataan menjamin atau kesepakatan antara penjamin dengan kreditor yaitu mengikat diri dengan harta kekayaan yang ada untuk memenuhi kewajiban debitor pada waktunya dengan syarat-syarat tertentu. Oleh karena itu pada dasarnya penanggung utang bertanggung jawab untuk membayar utang tersebut dan harta kekayaannya (Indrawati Soewarso, 2002 : 23). Jadi Personal Guaranty atau penanggungan utang tidak memberikan kedudukan yang didahulukan kepada }creditor. Kedudukan hanya sebagai kreditor konkuren yaitu mempunyai hak menagih kepada penjamin/penanggung utang secara bersaing dengan kreditor konkuren lainnya (unsecured creditor). Karena tidak ada kewajiban untuk menunjuk harta tertentu dalam Personal Guaranty, maka pentingnya informasi bagi kreditor tentang harta milik penanggung utang dan status perkawinannya yang akan berdampak pada realisasi penanggung utang dikemudian hari. Informasi harta kekayaan juga diperlukan untuk gugatan di kemudian hari, karena permintaan sita jaminan yang menyertai gugatan harus jelas menunjuk harta mana yang dikenakan penyitaan. Berbeda dengan pemegang jaminan kebendaan dimana dalam jaminan kebendaan (gadai, fidusia, hipotik dan Hak Tanggungan) kedudukan kreditor sebagai kreditor separatis sehingga pemegang jaminan kebendaan mempunyai hak untuk didahulukan (hak preferensi) dalam pelunasan utang (secured creditor). Personal Guaranty hanya efektif jika pada waktu debitor wanprestasi, penjamin atau penanggung utang mempunyai harta yang mencukupi. Perjanjian penanggungan utang tidak ditetapkan bentuk khusus seperti halnya Fidusia dan Hak Tanggungan yang memerlukan akta otentik. Jadi dalam perjanjian penanggungan utang bisa dilakukan baik secara lisan maupun tertulis (akta dibawah tangan maupun akta notaris). Namun untuk memudahkan pembuktian sebaiknya dibuat dalam bentuk tertulis, hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya sangkalan dikemudian hari, terutama dan pihak penanggung sendiri. Khusus untuk akta dibawah tangan perlu 30

JURNAL HUKUM PRIORIS, VOLUME 1, NOMOR 1, SEPTEMBER 2006 disebutkan jumlah yang akan menjadi tanggung jawab penjamin, untuk memenuhi ketentuan Pasal 1878 KUH Perdata. Penjamin perlu menuliskan dengan tulisannya sendiri jumlah uang tersebut dan tanda tangannya. Apabila hal tersebut tidak dipenuhi dan kemudian hal-hal yang tercantum di dalam pernyataan tersebut disangkal oleh penanggung utang, maka akta yang telah ditandatangani hanya dapat berfungsi sebagai permulaan pembuktian dengan tulisan. Pihak kreditor masih perlu untuk memberikan alat bukti yang lain dalam tuntutannya. Oleh karena ini untuk keamanan bagi kreditor, maka akta penanggungan utang sebaiknya dibuat dalam bentuk akta notaris, karena dan segi pembuktian di pengadilan, akta notaris merupakan alat bukti yang sempurna. Hal ini berarti hakim tidak memerlukan alat bukti lainnya untuk membuktikan hal-hal yang dinyatakan dengan tegas dalam akta tersebut. Ketentuan Undang-Undang tidak mengatur secara khusus materi yang perlu dicantumkan dalam perjanjian penanggungan. d. Akibat akibat Hukum yang timbul dalam Personal Guaranty 1) Akibat Penanggungan Utang antara Kreditor dan Pihak Ketiga / Penjamin (Penanggung Utang) Pihak ketiga (Penanggung Utang) tidak diwajibkan untuk membayar utang debitor kepada debitor kecuali si debitor lalai, sedangkan benda-benda si berhutang harus lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya. Sebelum penanggung membayar utang debitor utama kepada kreditor, harta kekayaan debitor sesuai dengan Pasal 1131 KUH Perdata menjadi jaminan perikatannya, sehingga debitor utama harus terlebih dahulu disita dan dijual untuk memenuhi semua utangnya. Hal tersebut tidak akan dapat dilakukan menurut Pasal 1832 apabila a) Ia telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut supaya benda-benda debitor utama disita dan dijual ; b) Ia telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan debitor utama secara tanggung-menanggung, yang terhadapnya akan berlaku ketentuan mengenai perikatan tanggung-menanggung c) Si berutang (debitor) dapat memajukan tangkisan yang hanya mengenai dirinya sendiri secara pribadi ; d) Si berutang (debitor) dalam keadaan pailit ; 31

Atik Indriyani, Aspek Hukum Personal Guaranty e) Dalam hal penanggungan yang diperintahkan oleh hakim. Penjualan benda milik debitor tidak akan dilakukan kecuali bila diminta oleh penanggung. Apabila penanggung meminta agar benda debitor disita dan dijual, maka is dibebani kewajiban untuk : a) Menunjukkan kepada debitor barang-barang milik debitor, benda debitor yang sedang dalam sengketa tidak boleh ditunjukkan kepada kreditor, demikian juga benda-benda debitor yang ada di luar wilayah Indonesia. b) Membayar terlebih dahulu biaya-biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penyitaan serta penjualannya. Apabila penanggungnya terdiri lebih dan satu orang, maka tanggung jawab para pe-nanggung utang, masing-masing terikat untuk seluruh utang atau dikenal dengan istilah tanggung menanggung (Pasal 1836 KUH Perdata). Dalam hal hak istimewa hak penanggung utang tidak dilepaskan, maka para penanggung dapat minta pemecahan utang pada saat digugat untuk pertama kali di pengadilan. Akan tetapi apabila pada saat permintaan pemecahan utang, kemudian seorang atau beberapa orang penanggung menjadi tidak mampu, maka penanggung diwajibkan membayar untuk penanggung yang lain yang tidak mampu menurut imbangan bagiannya masing-masing. Penanggung tidak akan dapat diminta pertanggungjawaban apabila seseorang atau lebih teman menjadi tidak mampu setelah pemecahan utang dilakukan (Pasal 1837 KUH Perdata). Jika kreditor sendiri secara sukarela telah membagi-bagi tuntannya, maka kreditor tidak diperkenankan menarik kembali pemecahan utangnya. Hal ini akan berakibat kreditor tidak dapat menuntut penanggung lainnya apabila satu atau beberapa orang penanggung kemudian menjadi tidak mampu (Pasal 1838 KUH Perdata). 2) Akibat penanggungan utang antara debitor utama dan pihak ketiga (Penanggung Utang) Pihak ketiga (penanggung utang) baik atas sepengetahuan maupun yang tidak sepengetahuan pihak debitor utama yang telah melakukan pembayaran kepada kreditor dapat menuntut kepada debitor utama semua uang pokok, bunga serta biaya-biaya. Khusus mengenai biaya, penanggung utang dapat menuntut kembali dari debitor 32

JURNAL HUKUM PRIORIS, VOLUME 1, NOMOR 1, SEPTEMBER 2006 utama apabila hal tersebut telah diberitahukan kepada debitor utama (Pasal 1839 KUH Perdata). Penanggung yang telah membayar kepada kreditor untuk kepentingan debitor utama akan menggantikan kedudukan kreditor. Dengan demikian akan terjadi subrogasi menurut undang-undang (Pasal 1402 sub 3 jo Pasal 1840 KUH Perdata). Apabila debitor utama yang bersama-sama memikul satu utang, maka mereka ini akan bertanggung jawab secara tanggung menanggung terhadap kreditornya. Apabila terdapat seseorang yang mengajukan dirinya sebagai penanggung dan semuanya, dan bila ia membayar utang debitor-debitor utama, ia akan mempunyai hak untuk menuntut kembali apa yang telah dibayarkan kepada masing-masing debitor. Pemberitahuan bahwa utang telah dibayar hams disampaikan kepada masing-masing debitor, jika saja mengenai hal ini tidak diberitahukan oleh penanggung kepada debitor, maka ia akan kehilangan haknya untuk mendapat penggantian dad debitor (Pasal 1841 KUH Perdata). Walaupun demikian berdasarkan kalimat terakhir dan Pasal 1842 dinyatakan bahwa "tidak mengurangi haknya untuk menuntutnya kembali dari kreditor". Penuntutan kembali itu dapat dilakukan berdasarkan Pasal 1359 (1) KUH Perdata : "Tiap-tiap pembayaran memperkirakan adanya suatu utang ; apa yang dibayarkan dengan tidak diwajibkan, dapat dituntut kembali." Akan terjadi hal yang sama apabila penanggung melakukan pembayaran tanpa digugat untuk melakukan hal tersebut. 3) Akibat penanggungan antara pihak ketiga (penanggung utang) Berdasarkan Pasal 1844 KUH Perdata, apabila beberapa orang penanggung utang secara bersama-sama menanggung piutang seorang debitor untuk utang yang sama, maka penanggung yang membayar lunar utang debitor, dapat menuntut kembali penanggung-penanggung lainnya masing-masing seimbang dengan bagiannya. Sedangkan apabila debitornya dinyatakan pailit, maka penanggung berhak untuk menerima pengembalian untuk segala sesuatu yang telah dibayarnya kepada kreditor. Ketentuan dalam Pasal 1293 ayat (2) KUH Perdata akan berlaku terhadap Pasal 1844 KUH Perdata yaitu apabila beberapa orang bersama-sama menanggung satu utang yang sama, akan diperlakukan seperti orang-orang yang berutang secara tanggung menanggung (Pasal 1836 KUH Perdata), kecuali apabila mereka 33

Atik Indriyani, Aspek Hukum Personal Guaranty menggunakan hak istimewanya untuk minta pemecahan utangnya (Pasal 1837 KUH Perdata). e. Berakhirnya Penanggungan Hapusnya penanggungar. utang diatur dalam Pasal 1845 KUH Perdata terjadi oleh sebab-sebab yang sama dengan berakhirnya perikatan, yang disebutkan dalam Pasal 1381 KUH Perdata. Berdasarkan penjelasan dalam Pasal 1845 tersebut maka penanggungan akan berakhir karena : 1) Percampuran utang, yang menurut Pasal 1846 KUH Perdata apabila antara pribadi debitor utama dan pihak ketiga (pribadi penanggung) menjadi satu, maka hapuslah penanggungan antara debitor utama dan pihak ketiga/ penanggung kepada hak dan kewajiban berkumpul dalam satu tangan; akan tetapi apabila penanggung I dan penanggung II menjadi satu karena percampuran utang, maka penanggung ke dua tetap dapat dimintai tanggung jawab kreditornya. 2) Pihak ketiga/penanggung menggunakan tangkisan, yang menurut Pasal 1847 penanggung dapat menggunakan tangkisan-tangkisan terhadap kreditor yang dapat dikemukakan oleh debitor utama mengenai utang yang bersangkutan, akan tetapi is tidak dapat menggunakan tangkisan yang melekat pada pribadi debitor, misalnya ketidakcakapan untuk melakukan perbuatan hukum. 3) Perbuatan kreditor, menurut Pasal 1848 KUH Perdata pihak ketiga/penanggung dibebaskan karena perbuatan kreditor yang menyebabkan penanggung tidak dapat lagi menggantikan hak-hak, hipotek-hipotek dan hak-hak istimewa dari kreditor. Dalam hal ini berarti penanggung kehilangan hak subrogasi. 4) Kreditor secara sukarela menerima pembayaran (Pasal 1849 KUH Perdata) apabila kreditor telah dengan sukarela menerima pembayaran berupa benda bergerak ataupun benda tidak bergerak sebagai pembayaran utang pokok; dengan diterimanya benda bergerak ataupun benda tidak bergerak tadi berarti kreditor telah menerima pembayaran utang pokok dan dengan dibayarnya utang pokok, maka penanggungannyapun berakhir pula. Apabila dikemudian hari ternyata benda yang digunakan sebagai pembayaran tadi karena putusan hakim harus 34

JURNAL HUKUM PRIORIS, VOLUME 1, NOMOR 1, SEPTEMBER 2006 diserahkan kepada pihak ketiga, tetapi hal ini akan dipandang sebagai telah dilakukannya pembayaran. 5) Penundaan pembayaran (Pasal 1850 KUH Perdata); penundaan pembayaran yang dilakukan oleh kreditor kepada debitor, tidak akan mengakibatkan penanggungannya akan hapus. Penanggung dalam hal demikian dapat menuntut debitor dengan maksud memaksanya untuk membayar atau membebaskan si penanggung dari penanggungannya. Penutup a. Personal Guaranty atau penanggungan utang tidak memberikan kedudukan yang didahulukan kepada kreditor. Kedudukan kreditor hanya sebagai kreditor konkuren yaitu mempunyai hak menagih kepada penjamin/penanggung utang secara bersaing dengan kreditor konkuren lainnya. Karena tidak ada kewajiban untuk menunjuk harta/benda tertentu, maka perlindungan hukum yang diberikan adalah perlunya informasi bagi kreditor tentang harta milik penanggung utang dan status perkawinannya. b. Akibat-akibat hukum yang timbul dalam Personal Guaranty. c. Akibat Penanggungan Utang antara Kreditor dan Pihak Ketiga/Penanggung Utang. Pihak ketiga (Penanggung Utang) tidak diwajibkan untuk membayar utang debitor kepada debitor kecuali si debitor lalai, sedangkan benda-benda si berhutang harus lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya (Pasal 1831 KUH Perdata), Pengecualian terdapat dalam Pasal 1832 KUH Perdata. d. Akibat Penanggung Utang antara Debitor Utama dan Pihak Ketiga (Penanggung Utang). Pihak ketiga (penanggung utang) yang telah melakukan pembayaran kepada kreditor dapat menuntut kepada debitor utama semua uang pokok, bunga serta biaya-biaya, dalam hal ini Penanggung akan menggantikan kedudukan kreditor. e. Akibat Penanggungan antara Pihak Ketiga (penanggungan utang) Apabila ada beberapa penanggung utang secara bersama-sama menanggung piutang seorang debitor untuk utang yang sama, maka penanggung yang membayar lunas 35

Atik Indriyani, Aspek Hukum Personal Guaranty utang debitor, dapat menuntut kembali penanggung-penanggung lainnya masingmasing seimbang dengan bagiannya. Daftar Rujukan Frieda Husni Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata, Hak-Hak Yang Memberikan Jaminan, Jakarta : Ind Hill Co, 2002. H. Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Jakarta : Rajawali Pers, 2004. Indrawati Soewarso, Aspek Hukum Jaminan Kredit, Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 2002. J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Pribadi, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1996. R Subekti Dan R Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta : Pradnya Paramita, 1992. 36