Taman Nasional Sembilang



dokumen-dokumen yang mirip
Minutes of Meeting. Project Meeting

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa dan terletak sekitar 30 kilometer di Utara wilayah Provinsi Daerah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

OLEH RIZAL FARISTA ACHMAT NIM

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

I. PENDAHULUAN. degradasi hutan. Hutan tropis pada khususnya, sering dilaporkan mengalami

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

I. PENDAHULUAN. Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA adalah kawasan dengan ciri khas

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 6186/Kpts-II/2002,

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kekayaan Indonesia dalam keanekaragaman jenis tumbuhan merupakan hal

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011

BAB II DESKRIPSI TEMPAT WISATA Sejarah Taman Wisata Alam Mangrove Pantai Indah Kapuk. lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

Pedoman Tata Cara Restorasi di Kawasan Konservasi

LAPORAN KEGIATAN MANGROVE TRAIL OPENING CEREMONY DI TAMAN NASIONAL SEMBILANG

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ada di Indonesia. Kebutuhan akan kawasan konservasi sebagai kawasan yang

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang besar. Hal ini yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

Pedoman Tata Cara Restorasi di Kawasan Konservasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al,

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA FINALISASI DAN REALISASI MASTERPLAN PUSAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (PPKH) Pongkor, Selasa, 23 April 2013

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami

SMP NEGERI 3 MENGGALA

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan memiliki prospek baik, potensi hutan alam yang menarik. memiliki potensi yang baik apabila digarap dan sungguh-sungguh

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

BAB I PENDAHULUAN. dan dikelola dengan zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

ANALISIS POTENSI LONGSORAN PADA DAERAH RANU PANI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KECAMATAN SENDURO KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAMUN: KEHIDUPAN, PEMANFAATAN DAN PELESTARIANNYA

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

BAB I PENDAHULUAN. negara yang memiliki kawasan pesisir yang sangat luas, karena Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki manfaat

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Restoration Seminar. Jakarta, 22 Januari 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA,

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan potensi wisata bertujuan untuk meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

RENCANA STRATEGIS

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan

TAMBANG DI KAWASAN HUTAN LINDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN PADA AREAL BENCANA ALAM

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat di Asia Tenggara. Indonesia dikenal sebagai negara dengan hutan

BAB I PENDAHULUAN. Cagar lam merupakan sebuah kawasan suaka alam yang berarti terdapat

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Taman Nasional Gunung Ciremai Taman Nasional Gunung Merapi Taman Nasional Manupeu Tanah Daru Taman Nasional Sembilang Kementrian Kehutanan Japan International Cooperation Agency Gedung Manggala Wanabakti. Blok IV/ Lantai 6, Ruang B 617 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta 10270 INDONESIA http://www.jica.go.jp/project/indonesian/indonesia/008/index.html

H utan di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati dan ekosistem. Luas hutan di Indonesia mencakup sekitar 233 juta hektar. Namun, hutan-hutan ini mengalami deforestasi dan degradasi setiap tahunnya seluas 1.080 juta hektar (2000-2005). Kawasan konservasi mencapai sekitar 12% dari luas total hutan di Indonesia, dan luas Kawasan konservasi di Taman Nasional mencapai 60%. Taman Nasional mengakui hal ini tidak hanya menjadi permasalahan Indonesia saja, tetapi merupakan permasalahan Internasional, dan ini adalah tugas yang mendesak untuk melestarikan kawasan konservasi. Selain itu, banyak jenis exotic dan invasive yang tumbuh di kawasan Taman Nasional. Untuk mempertahankan keaslian ekosistem, kita harus menjaga tumbuhan asli agar tetap hidup dengan baik di kawasan Taman Nasional. Kementerian kehutanan Indonesia dan Japan International Cooperation Agency (JICA) memulai proyek Capacity Building for Restoration of Ecosystems in Conservation Areas pada bulan Maret, 2010 untuk memperkuat kapasitas pemangku kepentingan dalam pemulihan ekosistem yang rusak di kawasan konservasi, khususnya di kawasan Taman Nasional. Target area yang tercakup dalam proyek ini adalah ekosistem yang terdegradasi di Taman Nasional. Proyek ini bertujuan untuk mengatasi masalah restorasi lahan yang terdegradasi melalui pendekatan yang komprehensif, mencakup tiga aspek yaitu aspek kelembagaan, teknis, dan keuangan. Selanjutnya proyek ini memanfaatkan pengetahuan dan teknologi untuk restorasi lahan terdegradasi yang dihasilkan oleh proyek masa lalu dan proyek / aktifitas yang sedang berjalan termasuk yang dikembangkan dengan bantuan JICA dan juga penduduk setempat dan pengetahuan tradisional. Maret 2010 s/d Maret 2015 (5 tahun) Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Kementerian Kehutanan. Japan International Cooperation Agency (JICA)

Memperkuat daya dukung para pihak untuk restorasi areal terdegradasi di kawasan konservasi. 1). Meningkatnya kerangka kerja kelembagaan untuk restorasi areal terdegradasi di kawasan konservasi. 2). Mengembangkan rencana restorasi areal terdegradasi di project site. 3). Melaksanakan kegiatan restorasi di project site. (1). Kegiatan di Tingkat Pusat (i) Peninjauan kembali pedoman pemerintah tentang restorasi ekosistem pada kawasan restorasi. (ii) Menemukan teknik teknik yang sudah dikembangkan oleh proyek kerjasama antara Indonesia dan JICA, sehingga dapat digunakan untuk pelaksanaan ujicoba restorasi. (iii) Mengkaji pedoman teknis tentang kegiatan restorasi ekosistem yang sudah disusun. (iv) Mengkaji sumber dana untuk restorasi ekosistem: GERHAN, Dana Reboisasi, investasi dari bidang swasta, bantuan luar negri, dll. (v) Membuat Guide Book Jenis Tumbuhan Restorasi. (vi) Menyediakan dan mengusulkan draf pedoman teknis. (2). Kegiatan di Project Site (2)-1. Menyusun rencana uji coba restorasi ekosistem di Project site. (i) Membentuk kelompok kerja yang bertanggung jawab atas uji coba restorasi. (ii) Mengidentifikasi areal uji coba restorasi di setiap Project site. (iii) Menyusun draf rencana uji coba restorasi. (iv) Mengadakan lokakarya untuk membahas dan menentukan rencana uji coba restorasi. (v) Membuat dokumentasi tentang tata cara penyusunan rencana. (2)-2. Melaksanakan uji coba restorasi ekosistem di Project site, (i) Memberikan pelatihan kepada kelompok kerja. (ii) Melaksankan uji coba restorasi. (iii) Memantau, mengevaluasi, dan meninjau aktivitas uji coba restorasi.

TAHAP PEMBUATAN PEDOMAN TAHAP I PENINJAUAN KAWASAN TERDEGRADASI IDENTIFIKASII SITUS, SEBAB KERUSAKAN, DAN ZONASI PENENTUAN TARGET AREA TAHAP II PERSIAPAN SOSIALISASI PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA PELATIHAN BASELINE SURVEY KAWASAN TARGET TANAH FLORA FAUNA SOSIAL, EKONOMI, DAN BUDAYA BASELINE SURVEY DI KAWASAN TERDEKAT YANG MASIH UTUH FLORA IDENTIFIKASI SPESIES KUNCI DAN DOMINAN FAUNA TAHAP III PERENCANAAN MEMBUAT GAMBARAN EKOSISTEM YANG DIHARAPKAN MEMBUAT DRAF PEDOMAN MEMBUAT MODEL / RANCANGAN UJI COBA TEKHNIK RESTORASI EKOSISTEM MEMBUAT MEKANISME/STANDAR PELAKSANAAN UJI COBA RESTORASI EKOSISTEM UNTUK RANCANGAN DISEMPURNAKAN SETELAH UJI COBA UNTUK MENDAPATKAN TEKHNIK YANG TERBAIK UNTUK DASAR PELAKSANAAN TAHAP IV PELAKSANAAN UJI COBA SUKSESI ALAMI DENGAN BANTUAN PENGKAYAAN PENANAMAN MONITORING PENGUMPULAN DATA PENGOLAHAN DATA ANALISIS TAHAP V PENYUSUNAN PEDOMAN

(1) Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Areal uji coba Luas Ekosistem Kolaborasi : Danau Ranu Pane dan areal di sekitarnya : 100 Ha : Hutan Hujan Tropis Pegunungan : Sumitomo Forestry Co,. Ltd Danau Ranu Pani Peta Bagian Jawa Barat TNBTS Lokasi Penanaman Peta Restorasi di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan kawasan konservasi yang memiliki ekosistem yang unik antara lain terdapat lautan pasir pada ketinggian 2.050 mdpl dan terdapat beberapa danau pada ketinggian 2.300 mdpl, danau tersebut antara lain adalah Danau Ranu Pani. Danau ini dikelilingi oleh daerah enclave dengan mayoritas penduduknya petani sayur tanpa terasering, sehingga pengolahan sistem pertanian yang tidak ramah lingkungan mengakibatkan terganggunya ekosistem Danau Ranu Pani, yaitu terjadinya sedimentasi dan eutrofikasi akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan sehingga menyebabkan blooming jenis paku air (Salvinia molesta) yang menutupi seluruh permukaan danau. Sampai saat ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan atas kerjasama antara Taman Nasional BTS dan JICA yaitu : Pondok Jaga

1. Pelatihan pembuatan batu bata tanpa bakar dari lumpur sedimentasi, 2. Pembuatan parit penahan sedimen di pinggir Danau Ranu Pani, dan 3. Penanggulangan salvinia secara manual bekerjasama dengan masyarakat, mahasiswa, pecinta alam dan sukarelawan. Pembangunan Konstruksi persemaian, Pengadaan bibit dari kawasan taman nasional, Pembuatan Rancangan restorasi, dan Kegiatan restorasi, terdiri dari suksesi alami Persemaian Pembuatan Bata Tanpa Bakar Selain kegiatan restorasi danau, areal ini merupakan areal terinvasi berat oleh jenis eksotic dan invasif yaitu Euphatorium odoratum dan Acacia decurens. Kegiatan ini antara lain : Selain dua kegiatan ini terdapat kegiatan lain yang merupakan kolaborasi dengan perusahaan Jepang yaitu Sumitomo Forestry Co,. Ltd dalam hal pelatihan pengendalian kebakaran hutan. Survei dan studi lapangan, yaitu: - Penyebab kerusakan, - Kondisi geografi dan vegetasi, - Komposisi spesies tumbuhan, dan - Kondisi sosial ekonomi masyarakat. Batas lokasi target restorasi, Membentuk kelompok kerja dan melaksankan pelatihan, Pelatihan Kebakaran (2) Taman Nasional Gunung Ciremai Areal uji coba Luas areal Ekosistem Kolaborasi : Terdapat 3 tempat uji coba Ekosistem yang terdegradasi, yaitu kebakaran hutan, bekas letusan gunung berapi, dan perambahan : Karang Sari 10 Ha; Seda 5 Ha; Lambosir 60 Ha (JICA 10 Ha dan PT. Yamaha Musik Indonesia 50 Ha) : Hutan Hujan Tropis Pegunungan : PT. Yamaha Musik Indonesia

Seda Lambosir Krang Sari Taman Nasional Gunung Ciremai Peta Restorasi di Taman Nasional Gunung Ciremai Gunung Ciremai merupakan Gunung tertinggi di Jawa Barat, dengan ketinggian mencapai 3.078 mdpl. Uji coba restorasi dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu; (1) Blok Seda, dengan ketinggian 900-987 mdpl. Pondok Jaga dan Persemaian di Lambosir (3) Blok Karangsari, berada pada ketinggian 1.100-1.175 mdpl. Daerah ini merupakan lokasi terdegradasi akibat pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan. Pondok Jaga dan Persemaian di Seda (2) Blok Lambosir, berada pada ketinggian 737,5-825 mdpl. Daerah ini merupakan lokasi terdegradasi akibat kebakaran hutan. Pondok Jaga dan Persemaian di Karang Sari

Kegiatan yang telah dilaksanakan pada ketiga lokasi adalah sebagai berikut: Survei dan studi lapangan, yaitu: - Penyebab kerusakan, - Kondisi geografi dan vegetasi, - Komposisi spesies tumbuhan, dan - Kondisi sosial ekonomi masyarakat. Batas lokasi target restorasi, Membentuk kelompok kerja dan melaksankan pelatihan, Pembangunan Konstruksi persemaian, Pengadaan bibit dari kawasan taman nasional, Pembuatan Rancangan restorasi, dan Kegiatan restorasi, terdiri dari suksesi alami dengan bantuan, pengkayaan, dan penanaman. Pada project site ini, BTNGC dan JICA berkolaborasi dengan PT. Yamaha Musik Indonesia untuk restorasi seluas 60 Ha. Planting ceremony 2011 (3) Taman Nasional Manupeu Tanah Daru Areal uji coba : Ekosistem terdegradasi oleh kebakaran hutan dan penggembalaan Luas : 87 Ha Ekosistem : Hutan Monsoon Tropis Dataran Rendah Pulau Sumba TNMTD Lokasi Penanaman Peta Restorasi di Taman Nasional Manupeu Tanah Daru

Taman Nasional Manupeu Tanah Daru terletak di Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur dengan luas ± 88.000 Ha. Lokasi ini terdegradasi akibat kebakaran hutan, serta pengembalaan ternak. Pondok Jaga Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut: Survei dan studi lapangan, yaitu: - Penyebab kerusakan, - Kondisi geografi dan vegetasi, - Komposisi spesies tumbuhan, dan - Kondisi sosial ekonomi masyarakat. Batas lokasi target restorasi, Membentuk kelompok kerja dan melaksankan pelatihan, Pembangunan Konstruksi persemaian, Pengadaan bibit dari kawasan taman nasional, Pembuatan Rancangan restorasi, dan Kegiatan restorasi, terdiri dari suksesi alami dengan bantuan, pengkayaan, dan penanaman. Pelatihan Kelompok Kerja Persemaaian Kondisi Persiapan Lahan

(4) Taman Nasional Gunung Merapi Areal uji coba Luas Ekosistem : Ekosistem terdegradasi oleh penambangan pasir dan letusan gunung merapi, serta invasif spesies : Desa Ngablak Kabupaten Magelang 40 Ha dan Desa Mriyan Kabupaten Boyolali 20 Ha : Hutan Hujan Tropis Pegunungan Desa Mriyan Persemaian TNGM Desa Ngablak Peta Uji Coba Restorasi di Taman Nasional Gunung Merapi Areal restorasi Mriyan terletak pada ketinggian 1.300-1.700 mdpl. Luas areal ujicoba restorasi sekitar 20 Ha. Lokasi ini merupakan lokasi yang banyak ditumbuhi oleh jenis eksotic yaitu Acacia decurens. Di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi terdapat dua site ujicoba restorasi yaitu di Desa Ngablak kabupaten Magelang dan Desa Mriyan Kabupaten Boyolali. Dua lokasi sangat berbeda sekali. Lokasi Penanaman dan Pelatihan Kelompok Kerja Areal restorasi Ngablak merupakan areal restorasi yang rusak akibat adanya penambangan pasir, solum tanah yang sangat tipis merupakan tantangan untuk melakukan ujicoba restorasi di lokasi ini. Luas areal yang akan direstorasi di Ngablak sekitar 40 Ha yang terletak pada ketinggian 750 mdpl. Pondok Jaga Beberapa kegiatan yang sudah dilakukan dalam proyek kerjasama antara TN. Gunung Merapi dan JICA adalah sebagai berikut: Survei dan studi lapangan, Batas lokasi target restorasi, Membentuk kelompok kerja dan melaksankan pelatihan, Pembangunan Konstruksi persemaian, Pengadaan bibit dari kawasan taman nasional, dan Pembuatan Rancangan restorasi, dan Kegiatan restorasi, terdiri dari suksesi alami dengan bantuan, pengkayaan, dan penanaman.

(5) Taman Nasional Sembilang Areal uji coba Luas Ekosistem : Ekosistem mangrove yang terdegradasi oleh pembangunan tambak : 200 Ha : Mangrove TN. Sembilang aktifitas tambak. Luas tambak yang berada di kawasan TN saat ini sekitar 930 Ha, sedangkan luas tambak yang berada di wilayah greenbelt adalah 238 Ha. JICA bekerjasama dengan balai Taman Nasional Sembilang melakukan uji coba restorasi seluas 200 Ha di wilayah bekas tambak. Lokasi Uji Coba Restorasi Lokasi penanaman Peta Restorasi di Taman Nasional Sembilang Ekosistem mangrove di Taman Nasional Sembilang (TNS) kabupaten Banyuasin II, sumatera Selatan merupakan kawasan Pndok Jaga terluas di Indonesia Bagian Barat dengan luas 77.500 Ha. Kondisi mangrove di kawasan ini mengalami tekanan dan degradasi dari tahun ke tahun sejak tahun 1994. Kondisi saat ini hutan tersebut mengalami reduksi seluas Pelatihan Kelompok Kerja 3.552 Ha selama priode 2001-2009. Salah satu kerusakan mangrove di wilayah TNS disebabkan oleh Lokasi Persemaian dan Penanaman Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut : Survei dan studi lapangan, yaitu: - Penyebab kerusakan mangrove, - Kondisi meteorologi, geografi, struktur tanah, kualitas air, vegetasi, pasang surut, - Komposisi spesies tumbuhan mangrove, dan - Kondisi sosial ekonomi masyarakat. Batas lokasi target restorasi, Membentuk kelompok kerja dan melaksankan pelatihan, Pembangunan Konstruksi persemaian, Pengadaan bibit dari kawasan taman nasional, Pembuatan Rancangan restorasi, dan Kegiatan restorasi, terdiri dari suksesi alami dengan bantuan, pengkayaan, dan penanaman.

Untuk meningkatkan kegiatan ujicoba restorasi, JICA-RECA telah bekerjasama dengan beberapa pihak terkait dari Instansi Pemerintah, Perusahaan Swasta, Universitas, dan Organisasi Internasional, antara lain adalah sebagai berikut: Puslit Biologi LIPI Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi Kementrian Kehutanan Universitas Yamaguchi dan Universitas Udayana UNESCO-Kantor Jakarta (Regional Science Bureau for Asia and the Pasific Identifikasi Jenis Tumbuhan Restorasi, Penegndalian Infasive Spesies, Penyusunan Guide Book, Pembuatan Hebarium, dan Pelatihan Identifikasi & Pengambilan Gambar Tumbuhan Monitoring Suksesi Alami Penyelenggara Workshop Berbagi Informasi Berbagi Informasi Lima Site TNGC JIFRO Berbagi Informasi PT. Yamaha Musik Indonesia Bantuan Dana Penanaman TNGC Sumitomo Forestry Co., Ltd. Bantuan Dana Penanaman, dan Pengendalian Kebakaran Hutan TNBTS REKI Berbagi Informasi Direktrat Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung Gedung Manggala Wanabakti, Blok VII, Lantai 7 Jl. Gatot Subroto, Senayan Jakarta Pusat-10270 Tlp./fax (021) 5720229 Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Jl. Raden Intan No. 6, Kotak Pos. 54 Malang, Jawa Timur-65100 Telp./Fax (0341) 491828 / 490885 Balai Taman Nasional Gunung Ciremai Jl. Raya Kuningan-Cirebon Km. 9, No. 1 Manis Lor jalaksana, Kuningan-45554 Tlp./Fax (0232) 613152 Balai Taman Nasional Gunung Merapi Jl. Kaliurang Km 22,6 Hargobinangun Pakem, Sleman, Yogyakarta-55582 Tlp./Fax (0274) 4478664, 4478665 Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru Jl. Adhiyaksa Km. 3 PO. Box 153 Waikabubak, Sumba Barat Nusa Tenggara Timur-87212 Tlp. (0387)22286 Fax (0387)22163 Balai Taman Nasional Sembilang Jl. AMD Kel. Talang Jambe Kec. Sukarame, Palembang-30152 Tlp./Fax (0711) 7839200 Project on Capacity Building for Restoration of Ecosystems in Conservation Areas http://www.jica.go.jp/project/indonesian/indonesia/008/index.html Gedung Manggala Wanabakti Blok IV / Lantai 6, Ruang B 617 Kementrian Kehutanan, Jl. Gatot Subroto Jakarta 10270 Tel: 021-57902954 Fax: 021-5705085