Rapid Manual Test. falciparum. Desrinawati

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100

PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN METODA IMMUNOCHROMATOGRAPHIC TEST (ICT) DENGAN PERWARNAAN GIEMSA PADA INFEKSI MALARIA FALCIPARUM DESRINAWATI

Pendahuluan. Tujuan Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

EFEKTIVITAS PENEGAKAN DIAGNOSIS MALARIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE IMUNOKROMATOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibandingkan dengan. menularkan kepada orang lain (Misnadiarly, 2007).

Gambaran prevalensi malaria pada anak SD YAPIS 2 di Desa Maro Kecamatan Merauke Kabupaten Merauke Papua

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

PENDAHULUAN. Key words: plasmodium malaria, immunochromatographic, diagnostic test, microscopic examination

PERBANDINGAN DETEKSI PLASMODIUM SPP ANTARA METODE IMMUNOCHROMATOGRAPHIC ASSAY DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Malaria Definisi Malaria merupakan infeksi protozoa genus Plasmodium yang dapat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium

ARTIKEL. Reni Herman,* Endah Ariyanti,* Ervi Salwati,* Delima,* Emiliana Tjitra*

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN SUKABUMI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

PEMERIKSAAN MIKROSKOP DAN TES DIAGNOSTIK CEPAT DALAM MENEGAKKAN DIAGNOSIS MALARIA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara

JST Kesehatan, Juli 2013, Vol.3 No.3 : ISSN KADAR HEMOGLOBIN DAN DENSITAS PARASIT PADA PENDERITA MALARIA DI LOMBOK TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kasus infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN FUNDAMENTAL. TAHUN ANGGARAN 2014 (Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun)

CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis B (VHB). Termasuk famili Hepadnavirus ditemukan pada cairan tubuh

DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS RAPID DIAGNOSTIC TEST (RDT) DENGAN PEMERIKSAAN MIKROSKOP PADA PENDERITA MALARIA KLINIS

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

GAMBARAN PENGGUNAAN RAPID DIAGNOSTIC TEST PARASIT MALARIA DI DESA PASIRMUKTI KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA

KARAKTERISASI PLASMODIUM SPESIES MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN NESTED PCR DI KABUPATEN NIAS SELATAN PROPINSI SUMATERA UTARA INDONESIA DISERTASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini


ABSTRAK. PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT JANTAN STRAIN BALB/c YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei

SKRINING MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUASIN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO PROPINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

DEFINISI KASUS MALARIA

UJI PARASCREEN SEBAGAI DIAGNOSTIK ALTERNATIF MALARIA FALCIPARUM. Oleh. Jenny Ginting

Gejala dan Tanda Klinis Malaria di Daerah Endemis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

Ni Putu Eka Rosiana Dewi 1, A.A. Wiradewi Lestari 2, Wayan Sutirtayasa 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERIKSAAN RF (RHEUMATOID FACTOR)

Medan Diduga Daerah Endemik Malaria. Umar Zein, Heri Hendri, Yosia Ginting, T.Bachtiar Pandjaitan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI MALARIA DI LABORATORIUM RUMAH SAKIT UMUM PANGLIMA SEBAYA TANAH GROGOT KALIMANTAN TIMUR PERIODE

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

PEMERIKSAAN URIN DENGAN METODE ESBACH. III. PRINSIP Asam pikrat dapat mengendapkan protein. Endapan ini dapat diukur secara kuantitatif

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari

CEK SILANG MIKROSKOPIS SEDIAAN DARAH MALARIA PADA MONITORING PENGOBATAN DIHIDROARTEMISININ-PIPERAKUIN DI KALIMANTAN DAN SULAWESI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

MANAJEMEN PENANGGULANGAN MALARIA DI KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii

Interpretasi dan Aspek Legalitas Hasil. Pemeriksaan Laboratorium pada HIV/AIDS

STATUS HEMATOLOGI PENDERITA MALARIA SEREBRAL

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

EFEKTIVITAS BIAYA IMMUNO CHROMATOGRAPHIC TEST DAN UJI MIKROSKOPIS SEBAGAI ALAT DIAGNOSIS MALARIA

Gambaran Penggunaan Uji Serologis Ig M dan Ig G Serta Antigen NS1 Untuk Diagnosis Pasien Demam Berdarah Dengue di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2012

PERBANDINGAN DETEKSI Plasmodium spp. ANTARA CARA PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK SEDIAAN DARAH TIPIS DENGAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

Transkripsi:

Sari Pediatri, Vol. 4, No. 3, Desember 2002: 147-151 Rapid Manual Test sebagai Alat Diagnostik Malaria falciparum Desrinawati Malaria adalah penyakit infeksi akut maupun kronis yang disebabkan oleh Plasmodium malariae dengan gejala klinis demam rekuren, anemia, dan hepatosplenomegali. Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Diagnosis pada malaria dapat dilakukan dengan uji mikroskopis dan non mikroskopis. Rapid manual test termasuk uji non mikroskopis. Uji ini merupakan uji cepat, mudah dan tidak memerlukan laboratorium khusus. Rapid manual test dapat di bagi berdasarkan, Histidine Rich Protein-II (HRP-II) contoh kitnya ParaSight, Paracheck, ICT. Juga berdasarkan parasite lactate dehydrogenese (pldh) contoh kitnya optimal. Kit-kit ini sudah diteliti di beberapa negara dengan hasil sensitivitas dari spesifisitas rata-rata di atas 90%. Kata kunci: Plasmodium falciparum, rapid manual test. M alaria adalah penyakit infeksi akut maupun kronis yang disebabkan oleh Plasmodium malariae dengan gejala demam rekuren, anemia, dan hepatosplenomegali. 1 Terdapat bukti bahwa penyakit ini mempunyai tingkat endemisitas yang tinggi di beberapa kawasan pemukiman di daerah tropis dan subtropis sejak masa prasejarah. Hingga akhir dari pertengahan abad kedua puluh, masih terjadi 250 juta kasus setiap tahun di seluruh dunia, dan sekitar 2,5 juta manusia meninggal oleh penyakit ini setiap tahunnya. 2 Khususnya pada bayi dan anak, angka kematian dan kesakitan pada umur di bawah 5 tahun adalah 6%, dan 11 %, di Afrika 10% angka kematian pada anak disebabkan oleh malaria. 3,4 Di Indonesia, sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. 1,3 Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi, terutama daerah luar Jawa dan Bali, yang memiliki campuran penduduk berasal dari daerah endemis dan Alamat Korespondensi: Dr. Desrinawati Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK. USU/ RSUP H. Adam Malik Medan. Jl. Bunga Lau No. 17 Medan. Tel. 836 0405, 8360143, 836 034. Fax. 836 1721. dari yang tidak endemis malaria. Di daerah tersebut, masih sering terjadi letusan wabah yang menimbulkan banyak kematian. 1 Diagnosis malaria dapat ditegakkan dengan uji mikroskopis dan non mikroskopis. Uji mikroskopis dapat dilihat secara langsung di bawah mikroskop, seperti darah tepi, dan quantitative buffy coat (QBC). Sedangkan pada uji non mikroskopis, identifikasi antigen parasit atau antibodi antiplasmodial atau produksi metabolik parasit, salah satu contoh kitnya adalah rapid manual test. 5 Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui berbagai metode rapid manual test untuk diagnosis malaria P.falciparum secara cepat dan mudah. Rapid Manual Test Rapid manual test merupakan uji yang lebih cepat, mudah dilakukan dan tidak memerlukan laboratorium khusus, seperti peralatan centrifuge dan miskroskop. Uji ini lebih praktis digunakan di lapangan. Diagnosis yang cepat dan akurat adalah kunci penanganan yang efektif untuk mengatasi penyakit malaria. Uji ini berdasarkan pada deteksi antigen yang dikeluarkan oleh parasit malaria yang dapat melisiskan darah, menggunakan 147

metode immunochromatographic. 6 Selain histidine rich protein II (HRP-II) sudah dikembangkan pula uji Plasmodium Lactate dehydrogenase (pldh). Uji ini berdasarkan deteksi soluble glycolyvtic enzym yang dikeluarkan oleh parasit dengan kadar yang tinggi di dalam darah. 7 Rapid manual test ini dibagi berdasarkan: 6 A. Histidine Rich Protein II ( HRP-II) HRP-II adalah water-soluble protein yang dihasilkan oleh tropozoit dan gametosit muda P.falciparum. 1. Para-Sight-F Uji ini berbentuk stik dengan panjang 7 cm dan lebarnya 3/4 cm; dibuat dari serat nitroselulosa yang mengandung 2 bagian yaitu bagian A mengandung antibodi monoklonal histidine-rich-protein II( HRP- II ) dan bagian B mengandung dessicant. 3 Hasil Positif Control line Hasil Negatif Gambar 1. Gambaran hasil positif dan negatif pada uji ParaSight-F (Dikutip dari Uguen C.dkk. 9 ) Cara kerja: Darah diambil dari jari dengan mengunakan mikrohematokrit sebanyak 50µl kemudian dimasukan ke dalam tabung reaksi yang mengandung reagen pelisis sampai bercampur dan menjadi homogen. Selanjutnya satu tetes darah yang telah lisis tadi diteteskan pada stik bagian A kemudian ditunggu sampai darah diserap. Setelah diserap dengan sernpurna ditambahkan satu tetes reagen detektor, kemudian dua tetes reagen pembersih. Dalam waktu sepuluh menit hasilnya dapat dibaca. Bila tidak terdapat antigen dalam darah maka liposom tidak akan terikat, dengan demikian tidak akan terbentuk garis merah pada stik. Garis kontrol tampak di atas garis reaksi baik positif maupun negatif. Intensitas garis reaksi dapat bervariasi tergantung pada jumlah antigen yang terdapat di dalam sampel. 3 Rumah Sakit International Timber Corporation Indonesia (ITCI), Kenangan Balikpapan, Kalimantan Timur, melaporkan 73,3% sensitivitas pada rapid manual test dengan spesifisitas 82,5%, nilai prediksi positif 85,2% dan nilai prediksi negatif 74,6% dibandingkan cara konvensional. 3 Beadle di Kenya melaporkan dengan P.falciparum histidine-rich protein II (PfHRP-II) diperoleh 96,5-100%, bila jumlah parasitemia darah >60/_l. Bila jumlah parasitemia darah 11-60 /_l maka nilai sensitivitas 70-81%. Bila jumlah parasitemia darah <10_l maka sensitivitas 11-67%. Uguen dkk, di RS La Croix rousse di Lyon dan RS Alphonse Laveran di Marseilles, Perancis memperoleh hasil spesifisitas dan sensitivitas dari uji ParaSight-F masing-masing adalah 99% dan 94%, nilai prediksi positif dan negatif berturut-turut 89% dan 99%. 9 Humar dkk, 1994 melaporkan uji ParaSight-F dibandingkan dengan PCR dan mikroskopis diperoleh nilai sensitivitas sebesar 88% dan spesifisitas 97%. 10 Omar di Saudi Arabia memperoleh nilai sensitivitas 95-100% dan spesifisitas 100%, nilai prediksi positif 100% dan nilai prediksi negatif 91%. 11 Genton dkk tahun 1995 meneliti diagnosis pada infeksi P.falciparum dengan memakai uji ParaSight dalam darah dan dalam urin pada anak-anak Papua New Guinea didapatkan hasil sensitivitas dalam darah 84% dari spesifisitas 77% dibandingkan dalam urin nilai sensitivitas sebesar 81% dan spesifisitas hanya 26%. Oleh karena spesifisitas dalam urin rendah sehingga tidak direkomendasikan uji ParaSight dalam urin. 12 2. Paracheck Berbentuk stik, strips ini dibuat dari flatted fibre wick panjangnya 3 cm dan lebarnya 0,5 cm. Bagian A mengandung antibodi monoklonal yang bereaksi terhadap histidine rich protein II. 13 Cara kerja: Strips Paracheck dapat disimpan pada suhu kamar. Darah diambil sebanyak 5µl dengan pipet aplikator atau mikropipet. Teteskan darah di bawah tanda panah yang ada pada dipstik. Celupkan dipstik ke dalam tabung yang mengandung larutan bufer 4 tetes (200 µl ), setelah 15 menit dapat dibaca hasilnya. Interprestasi hasil, bila negatif hanya 1 garis berwarna 148

Positif Negatif Gambar 2. Gambaran hasil positif dan negatif pada Paracheck (Dikutip dari Orchid) nilai prediksi positif 88,1% dan nilai prediksi negatif 96,2 % untuk Plasmadium falciparum. Sedangkan untuk Plasmodium vivax sensitivitas 75% dan spesifisitas 96%, nilai prediksi positif 50% dan nilai prediksi negatif 98,2%. Plasmodium vivax dapat meningkat sensitivitasnya bila parasetemia meningkat > 500/µl maka nilai sensitivitas 96%, tetapi bila parasetemia < 500µl maka sensitivitasnya 29%. 16 Di Penyabungan, Mandailing Natal, Sumatra Utara pada tahun 2001 dilakukan penelitian perbandingan pewarnaan Giemsa dengan ICT. Diperoleh hasil nilai sensitivitas 76%, spesifisitas 68%, nilai prediksi positif 73%, nilai prediksi negatif 72% dan akurasi 72%. 17 merah jambu yang terlihat pada dipstik, bila hasil positip terlihat 2 garis berwarna merah jambu yang jelas. 13 Penelitian kit ini telah dilakukan pada Department of Pediatrics, M.L.Medical College, Jhansi(UP) pada 192 anak. Hasil penelitian ini didapatkan nilai sensitivitas 81,25% dan spesifisitas 90%. 13 3. ICT =Immunochromatographic test. Berbentuk kartu segi empat, uji ini menggunakan 2 antibodi yang spesifik terhadap antigen P.f HRP- II. Pertama spesifik terhadap PS HRP-II (protein P.falciparum) antigen, yang kedua antibodi analog spesifik terhadap P.falciparum dan antigen P.vivax. 14 Cara Kerja: Kurang lebih 10 mi darah diteteskan pada bantalan sampel, kemudian proses lisis terjadi dan antigen PfHRP II (bila ada) akan mengikat antibodi yang berlabel koloidal emas. Ketika reagen A ditambahkan pada bantalan sampel, darah dan antibodi berlabel bergerak ke atas pada membran tes melewati garis antibodi kedua. Apabila sampel positif kompleks Pf HRP II dengan antibodi berlabel koloidal emas ditangkap oleh antibodi pada membran dan berbentuk garis warna merah muda. Untuk sampel negatif tidak terjadi pembentukan garis berwarna merah muda pada garis tes. 14 Thepsamaran dkk. memakai uji ICT untuk mendeteksi P. falciparum di R.S. Somdej Prachao Taksin, Thailand. Diperoleh sensitivitas 92,7%, spesifisitas 95,1%, nilai prediksi positif 74,5% nilai prediksi negatif 98,8% dan akurasi 94,7%. Lima belas penelitian di Sumba, Indonesia pada tahun 1998 dengan menggunakan kit ICT malaria P-f/P-v didapat nilai sensitivitas 95,5% dan spesifisitas 89,8%, Gambar 3. Gambaran hasil positif dan negatif pada ICTO ( Dikutip dari AMRAD ICT. 14 ) B. Parasite Lactate Dehydrogenese (pldh) Parasite lactale dehydrogenese dihasilkan oleh stadium aseksual dan seksual (gametosit) oleh parasit malaria. Kit ini (Gambar 4) untuk mendeteksi pldh dari sernua 4 spesies Plasmodium. Kit ini dapat membedakan P. falciparum dan non falciparum tetapi tidak dapat dibedakan antara P. vivax, P. ovale dan P. malariae. Antigen pldh dijumpai dan disekresi oleh eritrosit 1 2 3 Gambar 4. Negatif Plasmodium vivax Plasmodium falciparum Gambaran hasil positif P.vivax,- P.Falciparum dan hasil negatif pada optimal (Sumber Palmer) 149

yang telah terinfeksi oleh parasit. Perbedaan parasit malaria berdasarkan perbedaan antigen pldh isoform. 6,7 Contoh kit adalah OptiMAL, uji ini berbentuk dipstik dilapisi antibodi monoklonal terhadap enzim metabolik intraselular pldh, dan dapat dilakukan di lapangan. 18 Cara kerja 1. Darah diambil dari jari pasien dengan menggunakan finger stick sebanyak 10 µl kemudian ditambahkan 30 µl larutan bufer ke dalam tabung sampai bercampur selama 60 detik. 2. Celupkan uji strip optimal (bagian yang tipis di bawah) kemudian diangkat dan biarkan darah naik ke bagian atas uji strip dalam waktu 10 menit. Untuk sampel yang tidak naik dengan sempurna, pindahkan tes strip sesudah 15 menit ke langkah ke 3. 3. Celupkan uji strip pada tabung ke 2 yang berisi larutan buffer 100 µl (4-5 tetes). Dalam 10 menit hasilnya dapat dibaca. Bila positif P.vivax tampak satu garis melintang pada uji strip selain garis kontrol. Apabila tes positif P.falciparum tampak garis dua melintang pada tes strip selain garis kontrol, bila negatif hanya tampak garis kontrol saja. 18,19 Penelitian yang dilakukan Trujillo di Honduras Utara pada tahun 1997 didapatkan hasil nilai sensitivitas untuk P.falciparum dan P. vivax adalah 94% dan 88%, nilai spesifisitas 100% dan 99%, nilai prediksi positif 88% dan 100%, nilai prediksi negatif 99% dan 96%. 18 Di Berlin Rumah Sakit Virchow Campus melakukan perbandingan optimal dengan ICT, dengan hasil nilai sensitivitas ICT 92,5% dan nilai spesifisitas 98,3%, nilai prediksi positif 94,2% dan nilai prediksi negatif 97,8%. Dibandingkan dengan optimal nilai sensitivitas adalah 88,7%, nilai spesifisitas 99,4%, nilai prediksi positif 97,9% dan nilai prediksi negatif 96,7%. 20 Medical Research Council Gambia mendapat nilai sensitivitas 91,3%, spesifisitas 92%, nilai prediksi positif 87,2% dan nilai prediksi negatif 94,7%. 21 Kesimpulan Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Hal ini terbukti dari angka kesakitan penyakit malaria masih tinggi. Diagnosis malaria harus ditegakkan secepat dan seakurat mungkin untuk segera diberikan penanganan yang tepat. Metode diagnosis yang baru adalah rapid manual test yang telah diuji di beberapa negara menghasilkan tes yang mudah, cepat dan tidak memerlukan laboratorium khusus, mempunyai nilai sensitivitas dan spesifisitas rata-rata di atas 90%. Daftar Pustaka 1. Rampengan TH. Malaria. Dalam: Rampengan TH, Laurantz IR, Penyunting. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta: EGC, 1990. h. 185-204. 2. Poolsuwan S. Malaria in prehistoric Southeastern Asia. Southeast J Trop Med Publ Health 1995; 26:3-22. 3. Susanto L, Pribadi W, Astuty H. Diagnosis of malaria by the rapid manual test. Med J Indones 1995; 4:24-9. 4. Diallo AB, Serres GD, Beavogui AB, Lapointe C, Viens P. Home care of malaria-infected children of less than 5 years of age in a rural area of the Republic of Guinea.WHO 2001; 79:28-31. 5. Kakkilaya BS. Diagnosis of malaria.b. S. Kakkilaya's Malaria Web Site. Didapat dari URL:http://www.geocities.com/ HotSprings/Resort/5403/.me://A:/Diagnosis of malaria.htm 6. WHO New perspctives malaria diagnosis. Report of ajoint WHO/ Usaid informal consultation. WHO 1999:11-30. 7. Piper R, Lebras J, Wentworth L, Hunt-cooke A, dkk. Immunocapture diagnostic assays for malaria using Plasmodium lactate dehydrogenese (pldh). Am J Trop Med Hyg 1999; 60:109-118. 8. Beadle C, Long WG, Weiss RW, dkk. Diagnosis of malaria by detection of Plasmodium falciparum HRP-2 antigen with a rapid dipstick anti gen-capturte assay. Lancet 1994; 343:564-8. 9. Uguen C, Rabodonirina M, De pina JJ, dkk. ParaSight- F rapid manual diagnostic test of Plasmodium falciparum infection. WHO Bulletin OMS 1995; 73:644-9. 10. Humar A, Ohrt C, Harrington MA, Pillai D, Kam KC. ParaSight F test compared with the polymerase chain reaction and microscopy for the diagnosis of Plasmodium falciparum malaria in travelers. Am.J.Trop.Med.Hyg 1997; 56:44-8. 11. Omar MS, Malik GM,Al-Amari OM, dkk. The rapid manual ParaSight f test for diagnosing Plasmodium falciparum malaria in Saudi Arabia. Didapat dari URL:http://www.kfshrc.edu.sa/annals/192/98-163.html. 12. Genton B, Beck HP, Gibson N. Diagnosis of Plasmodium falciparum infection using ParaSight test in blood and urine of papua New Guinean children. South east Asia J Trop Med Publ Health l998; 29:35-40. 13. Kaushik A, Gahlot S, Kaushik S, Verma.131 Rapid manual test for falciparum malaria. Indian Pediatr 2001; 38:650-4. 14. Informasi produk.amrad ICT malaria P.f/P.v 150

15. Thepsmarn P, Prayoollawongsu N, Puksupa P, dkk. The ICT malaria PF: a sample rapid dipstick test for diagnosis of Plasmodium falciparum malaria at the Thai- Myanmar boerder. Southeast Asian J Trop Med Pubi Hlth 1997; 28:723-6. 16. Tjitra E, Suprianto S, Dyer M, dkk. Flied evaluation of the ICT malaria P.f/P. immunochromatographic test for detection of Plasmodium falciparum and Plasmodium vivax in patients with a presumptive clinical diagnosis of malaria in eastern Indonesia. J Clin Microbiol 1999; 37:2412-7. 17. Desrinawati, Pasaribu S, Lubis M, dkk. Perbandingan hasil pemeriksaan metode ICT (Immunochromatographic test) dengan pewarnaan Giemsa pada malaria falciparum. Di sampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Dokter Anak Indonesia 1, Palembang, 25-27 Juni, 2001. 18. Palmer CJ, Lindo JF, Klaskala WI, dkk. Evaluation of the optimal test for rapid diagnosis of Plasmodium vivax and Plasmudium falciparum malaria. J Clin Microbiol 1998; 26:203-6. 19. OptiMAL_ rapid manual test. The OptiMAL_ Assay-A specie specific, Malaria test and diagnostic utility for your trevels. Available from URL:http://www.malariatest.com/ test Principle. 20. Jelinek T, Grobbusch MY, Schwenke S, dkk. Sensitivity and specificity of dipstick test for rapid diagnosis of malaria in nonimmune travelers. J Clin Microbiol 1999; 37:721-3. 21. Cooke ah, Chiodini PL, Doherty T, dkk. Comparison of a parasite lactate dehydrogenase- based immunochromatographic antigen dectetion assay (optimal) with microscopy for the dectetion of malaria parasites in human blood samples. Am J Trop Med Hyg 1999; 60:173-6. 151