Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

VII. SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang artinya masih rentan terhadap pengaruh dari luar. Oleh karena itu perlu adanya fundasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan secara terbuka dan lebih meluas ke negara-negara lain. Keterbukaan

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakteristik perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000) Michael P Todaro, Ekonomi Untuk Negara Berkembang (Bumi Aksara:

I. PENDAHULUAN. yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Hutang luar negeri Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang.

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah

BAB IX KONTROVERSI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) & UTANG LUAR NEGERI (ULN)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menganut sistem. perekonomian terbuka di mana dalam menjalankan roda perekonomiannya,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang salah satunya sebagai negara yang berkembang masih mengalami ketertinggalan

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada hambatan. Hal tersebut memberi kemudahan bagi berbagai negara untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

I. PENDAHULUAN. telah memanfaatkan pinjaman luar negeri dalam pembangunannya. Pinjaman luar

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

Pertemuan ke: 03 KEBIJAKAN FISKAL. POLITIK KEUANGAN NEGARA (3 SKS) Pengampu: Miftah Adhi Ikhsanto, S.IP, MiOP Amirudin, S.IP, M.Ec.

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peran perbankan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

I. PENDAHULUAN. mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Permodalan tersebut salah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika

SKRIPSI. Diajukan Oleh: PUNGKY AMARTA MAULANA / FE / IE FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2011

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh yang cukup besar. Di dalam aspek ekonomi, ada banyak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan pembangunan nasional dalam perekonomian terbuka seperti

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

Transkripsi:

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F 0102058 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menyelenggarakan pemerintahan, suatu negara memerlukan anggaran dana yang memadai untuk memenuhinya. Terlepas dari status negara yang disandang, baik maju maupun berkembang, setiap negara di dunia ini mempunyai hubungan ekonomi dengan negara lain. Hubungan tersebut termasuk diantaranya arus aliran uang keluar dan uang masuk, dimana uang keluar bisa berupa aliran pinjaman. Sedangkan uang masuk diantaranya bisa berupa devisa, investasi, maupun pinjaman. Pinjam meminjam uang antar negara merupakan salah satu bentuk hubungan perekonomian secara lintas negara yang kini lazim dilakukan. Hubungan tersebut dijalankan dengan harapan agar saling menguntungkan. Kasus yang sering dijumpai adalah negara berkembang meminjam dana kepada negara maju dengan tujuan sebagai penunjang pembangunan negara berkembang. Dalam hal ini negara berkembang mendapat suntikan dana untuk memperlancar pembangunan dan negara maju dapat menyalurkan kredit sebagai bentuk langkah investasi masa depan.

Pinjaman luar negeri merupakan arus masuk modal dari luar ke dalam negeri. Sedangkan definisi formal dari pinjaman luar negeri adalah penerimaan atau pemberian yang dapat digunakan untuk meningkatkan investasi guna menunjang pertumbuhan ekonomi. Bila ditinjau dari fungsinya, pinjaman merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaaan yang diperlukan dalam pembangunan (Triboto dalam Yumanita, 2001: 9). Dalam tata perekonomian global yang terintegrasi, pinjaman luar negeri bagi suatu negara adalah hal yang wajar. Yang kemudian menimbulkan masalah adalah bagaimana pinjaman tersebut dikelola, digunakan dan dilunasi (Afrianto, 2004). Selain diperlukan sebagai dana untuk membiayai program pembangunan, pinjaman luar negeri juga dibutuhkan untuk menutup saving investment gap, yaitu kesenjangan antara tabungan dalam negeri dengan dana investasi. Bukan hanya itu saja, pinjaman luar negeri dapat berfungsi sebagai dana untuk menutup foreign exchange gap, yaitu kesenjangan antara kebutuhan valuta asing yang telah ditargetkan dengan devisa yang diperoleh dari penerimaan hasil ekspor. Dimana dalam hal ini pinjaman luar negeri dimanfaatkan untuk menutup defisit transaksi berjalan sekaligus menunda defisit tersebut bila terjadi repatriasi modal asing perusahaan asing (Triboto dalam Yumanita, 2001:11). Di sisi lain, bila pengeluaran pemerintah lebih besar daripada apa yang diterimanya, maka pinjaman dapat dimasukkan ke dalam sisi penerimaan anggaran sehingga pemerintah tetap bisa melanjutkan aktivitas pembangunan. Dengan adanya defisit anggaran tiap tahunnnya, tentu saja akan mengakibatkan dampak langsung pada peningkatan jumlah

pinjaman. Namun sebaliknya bila terjadi surplus anggaran, pemerintah bisa melunasi pinjaman sehingga jumlahnya berkurang (Friedman, 2005:3). Seiring dengan dinamika aktivitas ekonomi, pinjaman luar negeri di suatu negara dapat berkurang atau bertambah kuantitasnya. Pinjaman luar negeri dapat berkurang bila suatu negara telah mampu melakukan swasembada anggaran untuk tujuan pembangunan. Di sisi lain, pinjaman luar negeri dapat pula bertambah karena adanya kondisi tertentu yang mendesak suatu negara untuk mengajukan pinjaman kepada kreditur. Terdapat dua hal pokok yang melatarbelakangi meningkatnya utang luar negeri suatu negara. Penyebab pertama adalah negara tersebut sedang mengalami kemiskinan yang bisa diakibatkan oleh tekanan ekonomi, bencana alam, atau peristiwa yang tak terduga. Karena miskin, maka pemerintah tidak bisa mengentaskan rakyatnya dari kemiskinan mengingat terbatasnya dana yang dimiliki. Penyebab kedua adalah latar belakang ekonomi spesifik dari negara yang bersangkutan, seperti krisis utang luar negeri tahun 1982 yang disebabkan oleh meningkatnya harga minyak bumi dunia tahun 1973 hingga 1974 dan tahun 1979 hingga 1980 yang diikuti dengan tingginya suku bunga tahun 1980 hingga 1982, turunnya harga barang serta volume ekspor yang terkait dengan resesi global pada tahun tersebut dan adanya masalah dalam manajemen perekonomian domestik (Purwanto, 2003:3). Secara garis besar, bangsa Indonesia telah mengalami tiga kali masalah pinjaman luar negeri. Pertama pada masa pertengahan tahun 1970-an dimana Pertamina kesulitan melunasi kewajibannya. Namun masa sulit ini bisa dihadapi sebab saat itu harga minyak mengalami kenaikan yang kemudian

menjadi sumber devisa bagi negara Indonesia. Kedua, pada pertengahan tahun 1980-an yang mana hal ini disebabkan oleh imbas krisis yang melanda kawasan Amerika Latin. Akibatnya, lembaga keuangan dan investor asing mengurangi investasinya. Masa ini pun bisa dilalui karena adanya kenaikan harga minyak. Ketiga, adalah pada tahun 1998, dimana masalah pinjaman luar negeri dipicu oleh gejolak nilai tukar yang selanjutnya berkembang menjadi krisis ekonomi dan mempengaruhi kondisi perekonomian nasional. Hal ini berdampak pada banyaknya perusahaan yang mengurangi investasi dan produksi bahkan menutup usahanya sehingga banyak terjadi pemutusan hubungan kerja. Indonesia telah melakukan kebijakan utang luar negeri sejak tahun 1969 (Purwanto, 2003: 8). Indonesia mengajukan utang luar negeri karena dua faktor seperti tersebut diatas, yaitu karena keadaan Indonesia yang masih miskin dan karena adanya pengaruh kondisi perekonomian dunia. Namun, isu ini merupakan masalah yang cukup serius bagi Indonesia. Permasalahan yang timbul antara lain adalah adanya beban pembayaran akibat jumlah utang yang besar, pemanfaatan yang belum optimal, manajemen yang belum efisien dan mendalam disamping kebijakan di masa depan yang belum jelas arahnya (Kusumaningtuti, 2004). Masalah utang luar negeri Indonesia berawal dari masa transisi pemerintahan orde lama menjadi orde baru yang dilatarbelakangi oleh buruknya kondisi perekonomian Indonesia. Pada masa itu terjadi kelangkaan pangan, minimnya tabungan pemerintah, tingginya inflasi dan fluktuatifnya nilai tukar Rupiah (Purwanto, 2003: 8). Saat itu pemerintah memerlukan

modal untuk pembangunan seperti tercantum dalam TAP MPR-RI No. IV/MPR/1978 mengenai GBHN bahwa bantuan luar negeri digunakan dana pelengkap dalam pembangunan nasional (Triboto dalam Yumanita, 2001:14). Segera sesudah itu, utang luar negeri dapat mengatasi masalah ekonomi Indonesia. Selain itu, harga minyak di pasar dunia mengalami kenaikan. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi semakin meningkat disertai cadangan devisa yang semakin membaik (Purwanto, 2003: 8). Pada masa orde baru terjadi perubahan yaitu penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto yang semula adalah dari sektor pertanian, berubah menjadi sektor produksi pengolahan. Sektor ini memerlukan bahan baku impor sehingga diperlukan pinjaman luar negeri untuk membayarnya. Sayangnya, orientasi pemasarannya lebih ditujukan pada pasar dalam negeri sehingga sumber ini menjadi sumber penghambur devisa. Di sisi lain, kebijakan utang luar negeri tetap berlanjut. BUMN mulai menggunakannya sebagai sumber pembiayaan. Akibatnya utang terakumulasi hingga aliran dana luar negeri kepada pemerintah mengalami defisit di pertengahan tahun 1980-an. Meski demikian pemerintah tetap melanjutkan kebijakan ini. Puncaknya adalah saat adanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah hingga memicu pembengkakan utang luar negeri pemerintah (Purwanto, 2003: 9). Adanya jumlah utang luar negeri yang besar yang tidak disertai dengan pengelolaan yang optimal telah mempengaruhi lemahnya kondisi makro ekonomi Indonesia, dimana karena pemerintah harus membayar utang beserta bunganya, maka pendapatan pajak pemerintah menyusut. Akibatnya dana

investasi untuk tujuan pembentukan modal di dalam negeri menjadi berkurang. Hal ini selanjutnya menyebabkan turunnya prospek pertumbuhan ekonomi. Mengingat masalah utang luar negeri menyangkut kepentingan publik, maka sudah seharusnya pemerintah menentukan kebijakan yang baik. Dengan demikian indikator makro ekonomi Indonesia berada pada kondisi yang positif. Pertumbuhan ekonomi yang membaik, berkurangnya defisit anggaran, inflasi yang terkendali dan nilai tukar yang stabil kiranya bisa menciptakan ketahanan fiskal. Berdasarkan latar belakang kondisi utang luar negeri dan defisit di Indonesia yang turut berperan dalam mempengaruhi perekonomian, maka diadakan penelitian dengan judul Pengaruh Utang Luar Negeri dan Defisit Anggaran Terhadap Kondisi Makro Ekonomi. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasar latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka diambil perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengaruh utang luar negeri terhadap kondisi makro ekonomi Indonesia, baik pada periode sebelum krisis tahun 1990 kwartal pertama hingga tahun 1997 kwartal keempat maupun periode semasa krisis tahun 1998 kwartal pertama hingga tahun 1995 kwartal keempat? 2. Bagaimanakah pengaruh defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi Indonesia, baik pada periode sebelum krisis tahun 1990 kwartal pertama hingga tahun 1997 kwartal keempat maupun periode semasa krisis tahun 1998 kwartal pertama hingga tahun 1995 kwartal keempat?

C. TUJUAN PENELITIAN Menurut perumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan membandingkan pengaruh utang luar negeri terhadap kondisi makro ekonomi Indonesia, baik pada periode sebelum krisis tahun 1990 kwartal pertama hingga tahun 1997 kwartal keempat maupun periode semasa krisis tahun 1998 kwartal pertama hingga tahun 1995 kwartal keempat. 2. Untuk mengetahui dan membandingkan pengaruh defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi Indonesia, baik pada periode sebelum krisis tahun 1990 kwartal pertama hingga tahun 1997 kwartal keempat maupun periode semasa krisis tahun 1998 kwartal pertama hingga tahun 1995 kwartal keempat. D. MANFAAT PENELITIAN Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan membandingkan pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi Indonesia baik sebelum maupun semasa krisis. 2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam menetapkan kebijakan perekonomian, khususnya yang berhubungan dengan utang luar negeri dan defisit anggaran.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Perkembangan Variabel 1. Gambaran Umum Perekonomian Indonesia Perekonomian suatu negara senantiasa bergerak dinamis sesuai dengan jaman dan kondisi di sekitarnya, begitu pula keadaan perekonomian Indonesia. Perekonomian Indonesia selalu berubah mengikuti pemerintahan yang dianut dan situasi ekonomi di luar negeri. Perubahan tersebut kadang kala membawa ke keadaan yang menguntungkan namun ada pula yang menjebak ke dalam situasi yang sulit. a. Periode tahun 1990 / 1991 Pada tahun ini pemerintah melaksanakan sejumlah kebijakan yang meliputi bidang moneter, fiskal, perdagangan dan investasi. Di bidang moneter, pemerintah bermaksud untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan kebijakan moneter serta mendorong sektor keuangan dan perbankan menjadi lebih kuat dan sehat. Di bidang fiskal, pemerintah melakukan reformasi perpajakan dengan penyempurnaan administrasi perpajakan dengan maksud meningkatkan penerimaan dalam negeri. Di bidang perdagangan, pemerintah mendukung industri dalam negeri dengan memberi insentif bagi industri non migas terutama yang berorientasi ekspor. Di bidang investasi, pemerintah berusaha untuk menciptakan iklim

BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan implikasi kebijakan berdasarkan hasil perbandingan antara pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap variabel pertumbuhan ekonomi, inflasi dan investasi, baik sebelum maupun semasa krisis. A. Kesimpulan 1. Penelitian ini menggunakan metode VAR yang membandingkan periode sebelum dan semasa krisis. Uji prasyarat dilakukan dengan uji lag optimal. Penentuan lag optimal didasarkan pada hasil informasi kriteria Akaike (AIC) dan informasi kriteria Schwarz (SC). Untuk periode sebelum dan semasa krisis, keduanya mempunyai lag optimal pertama.. 2. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa hampir semua variabel lolos uji F. Hanya variabel inflasi yang tidak lolos semasa krisis. Sedangkan untuk uji Goodness of Fit, semua variabel independen dapat menjelaskan hampir 100% variabel dependen, kecuali pertumbuhan ekonomi dan inflasi sebelum krisis. Sementara itu, untuk uji t, sebelum krisis, ada 6 variabel yang lolos. Sedangkan untuk semasa krisis terdapat 4 variabel yang lolos. 3. Dari hasil uji statistik disimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap investasi pada periode sebelum krisis adalah defisit dan investasi. Sementara itu pada periode krisis variabel yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi mengenai teori dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan masalah yang dibahas pada penelitian ini. Bagian teori menjelaskan makroekonomi yang selanjutnya lebih berfokus pada defisit, hutang, inflasi, tingkat bunga, investasi dan Produk Domestik Bruto. Sedangkan bagian penelitian sebelumnya berisi studi yang membahas mengenai hutang dan defisit dan atau yang menggunakan model Vector Autoregression, baik untuk kasus dalam atau luar negeri. Sebagai tambahan, pada bab ini disertakan pula kerangka pemikiran dan hipotesis. A. KAJIAN TEORI 1. Teori Ekonomi Makro Ilmu makro ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perekonomian secara keseluruhan, yang di dalamnya tercakup output nasional, kesempatan kerja, harga dan perdagangan internasional untuk menjelaskan peristiwa ekonomi dan menentukan kebijakan demi peningkatan kinerja ekonomi. Kebijakan makro ekonomi terdiri dari pertama, kebijakan moneter, yaitu yang mengatur suku bunga dalam mempengaruhi perkembangan aktivitas ekonomi. Kedua, kebijakan fiskal, yaitu yang mengatur mengenai pengeluaran pemerintah dan pajak yang mempengaruhi permintaan total dalam perekonomian dan mempunyai efek penting jangka panjang, terutama melalui dampaknya pada tabungan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif mengenai perbandingan pengaruh utang luar negeri (ULN) pemerintah dan defisit anggaran terhadap kondisi ekonomi makro Indonesia. Data yang digunakan adalah data runtut waktu dari tahun 1990 hingga 2005. Sedangkan sampel yang digunakan adalah data kwartalan yang dibagi menjadi masa sebelum krisis yaitu tahun 1990.1-1997.4 dan selama masa krisis 1998.1 2005.4. Periode ini dianggap mewakili penelitian guna mengetahui pengaruh ULN dan defisit anggaran baik saat maupun selama krisis. B. Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data 1. Jenis Data Penelitian ini bersifat kuantitatif. Jenis data yang digunakan adalah data runtut waktu kwartalan. Sampel data diambil dari kwartal pertama tahun 1990 hingga kwartal keempat tahun 2005. 2. Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari studi pustaka. Data yang digunakan adalah data yang dicetak pada Laporan Tahunan Bank Indonesia, Laporan Bulanan Bank Indonesia dan Nota Keuangan Departemen Keuangan berdasarkan urutan waktu. Adapun data yang digunakan antara lain adalah: