UNIVERSITAS SEBELAS MARET

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST

II. TINJAUAN PUSTAKA. tergolong tanaman setahun, berbentuk perdu dari suku (famili), terong-terongan

TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Pisang Sistem Perakaran Tanaman Pisang Sistem Bercocok Tanam Pisang

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 163/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA HOT BEAUTY SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 182/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI KERITING HIBRIDA ONTARIO 145 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 222/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA KY KERITING SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 500/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN CABAI KERITING HIBRIDA SARI TANI 555 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 13/Kpts/SR. 120/1/2007 TENTANG PELEPASAN CABAI KERITING HIBRIDA HOT GEISHA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Kpts/SR.120/3/2005 TENTANG PELEPASAN CABE BESAR HIBRIDA DEWARENGKU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian C3 B1 C1 D2 A2 E2 B3 C2 E3 B2 D3 A1. Keterangan:

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 126/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA EQUATOR SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

Lampiran 1. Bagan penelitian Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 12/Kpts/SR. 120/1/2007 TENTANG PELEPASAN CABAI KERITING HIBRIDA INDO HOT SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 376/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nematoda Meloidogyne spp. adalah sebagai berikut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak ada petualang dunia, tanaman cabai (Capsicum sp) tidak akan dikenal oleh. sebagai salah satu daerah dari benua Asia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 501//Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA JAWARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 175/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA PURWO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

Pengembangan Pertanian Dengan Berbisnis. Tanaman Cabe untuk di Pasarkan dan meningkatkan Kualitas

TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

Famili Solanaceae. Rommy A Laksono

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Cabai Merah Keriting. dan menyebar ke Negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 363/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA FANTASTIC SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 345/Kpts/SR.120/9/2005 TENTANG PELEPASAN CABAI RAWIT HIBRIDA DEWATA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

PENGARUH AGENSIA HAYATI PSEUDOMONAD FLUORESEN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT LAYU (Fusarium sp.) DAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 364/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA KRANTI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

Lampiran 1. Gambar Bagan Lahan Penelitian

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

PENDAHULUAN. Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda Entomopatogen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi tinggi. Tanaman cabai dapat tumbuh di berbagai tipe tanah dan tanah yang

LAMPIRAN. Lampiran 1. Lay Out Penelitian Rancangan Acak Lengkap

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 470/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN TERONG PANJANG HIBRIDA RAOS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

I. PENDAHULUAN. Cabai adalah tanaman perdu dari famili terong-terongan ( Solanaceae) yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

Hama Patogen Gulma (tumbuhan pengganggu)

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 165/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI KERITING NORTH RED STAR SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

ABSTRAK. : Capsicum annuum L, Chromoloena odorata L, Lantana camara L. Meloidoyne spp dan Piper betle L.

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Pengaruh populasi awal Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) varietas hot beauty dan tm-888 UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Febriana Daniaristyawati H0104018 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia Tanaman cabai banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni: cabai besar, cabai keriting, cabai rawit, dan paprika. Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, diantaranya; kalori, protein, lemak, kabohidrat, kalsium, vitamin A, B1, dan vitamin C. Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabai juga dapat digunakan untuk keperluan industri diantaranya; industri bumbu masakan, industri makanan, dan industri obat-obatan atau jamu (Trubus, 2007). Tanaman cabai pada umumnya dapat ditanam pada dataran rendah sampai ketinggian 2000 m dpl, dan dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 24 27 C, dengan kelembapan yang tidak terlalu tinggi. Serta dapat ditanam pada tanah sawah maupun tegalan yang gembur, subur, tidak terlalu liat, dan cukup air. Permukaan tanah yang paling ideal untuk tanaman 3

4 cabai adalah adalah datar dengan sudut kemiringan lahan 0 sampai 10 derajat, kebutuhan sinar matahari penuh dan tidak ternaungi. ph tanah yang optimal antara 5,5 hingga 7. Dalam kegiatan budidayanya terkadang mengalami berbagai kendala, salah satunya adalah serangan hama dan penyakit (Widodo, 1998). Jarak tanam cabai merah di lahan, yang umumnya dipakai adalah 50-60 cm untuk jarak antar lubang dan 60-70 cm untuk jarak pada barisan. Pentingnya jarak tanam ini, supaya tanaman tidak berebut makanan (unsur hara), air, dan sinar matahari untuk fotosintesis. Jarak tanam ini juga akan mempengaruhi produksi buahnya saat panen (Setiadi, 1993). Salah satu varietas unggul cabai Merah adalah Hot beauty. Tinggi tanaman cabai Hot beauty berkisar antara 0,65-0,75 m. Daunnya berbentuk sederhana, besarnya bervariasi, berbentuk bulat telur memanjang dengan ujung meruncing, panjang 10-15 cm, dan lebar 4 5 cm. Panjang tangkai daun 2 5 cm. Tanaman ini memiliki perakaran dangkal, dengan kedalaman berkisar 45 cm, penyebarannya 30-45cm ke arah samping. Bunganya seperti terompet (hypocrateriformis), berat buahnya bervariasi dari 7,5-15 g/buah (Nawangsih, et al., 2000). Deskripsi cabe keriting hibrida varietas TM 888: Asal tanaman hibrida introduksi dari Hungnong-Seminis Korea, tinggi tanaman +110 cm, umur mulai berbunga ± 40 hari, umur mulai panen + 105 hari, kerapatan kanopi rapat, warna batang hijau, bentuk daun menjorong, tepi daun rata; ujung daun meruncing; ukuran panjang daun + 9 cm dan lebar + 4 cm, warna daun hijau, warna kelopak bunga hijau, warna tangkai bunga hijau, warna mahkota bunga putih, warna kotak sari ungu, jumlah kotak sari 5-6 buah, warna kepala putik putih, jumlah helai mahkota 5-6 helai, bentuk buah silindris dengan ujung meruncing, ukuran panjang buah + 15 cm, diameter + 1,2 cm, permukaan kulit buah keriting mengkilat, tebal kulit buah + 1,9 mm, warna buah masak merah, berat per buah + 12 gram, berat 1.000 biji + 7 gram, rasa buah pedas, berat buah per tanaman + 1,3 kg, hasil 23 ton per hektar, dan beradaptasi baik pada ketinggian 100-800 m dpl (Apriyantono, 2005).

5 B. Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) Tanaman cabai merah yang terkena serangan Meloidogyne spp. ditunjukkan oleh gejala dan pertumbuhan menjadi kerdil, mengering, layu dan gugur, serta sistem perakaran menjadi tidak normal dan tumbuh bisul. Dalam bisul ini terdapat nematoda betina, telur, dan larva. Larva jantan biasanya keluar dari akar dan hidup dalam tanah. Bisul pada akar tanaman cabai lebih kecil dibandingkan dengan bisul pada tomat atau mentimun (Pracaya, 2000). Menurut Hadisoeganda, (1991 dalam Setiawati, et al., 2005) dan Suryadi dan Suyadi (2000) Meloidogyne spp (root-knot nematodes) merupakan parasit tumbuhan yang telah diketahui dapat menyerang lebih dari 2000 spesies tumbuhan dan mempunyai banyak inang, terutama di daerah iklim tropik. Penyebarannya bersifat kosmopolitan dan terdapat di semua lahan pertanian. Spesiesnya sangat banyak, tetapi yang paling terkenal dan merugikan ada empat, yaitu M. incognita, M. javanica, M. hapla, dan M. arenaria. Inang utama Meloidogyne adalah tanaman yang termasuk dalam keluarga Solanaceae dan Leguminoceae. Meloidogyne incognita jantan memiliki bentuk yang kecil menyerupai benang, vermiform. Sedangkan tubuh nematoda betina berbentuk buah per atau seperti buah jeruk dan berada di dalam akar, telur-telur yang dihasilkan melekat pada bagian posterior induk teruntai dalam massa gelatin (Pracaya, 2005). Meloidogyne pada stadium II akan menyerang bagian ujung akar yang bersifat meristematik. Sel sel ini akan selalu mengadakan pembelahan dan pembelahannya dikendalikan oleh senyawa IAA. Pada saat nematoda menyerang tanaman, dari kelenjar subdorsal dikeluarkan enzim protease. Enzim ini akan memecah protein menjadi asam amino. Salah satu jenis asam amino hasil pemecahan adalah triptofan. Triptofan diketahui sebagai prekusor terbentuknya IAA. Dengan semakin banyak IAA yang terbentuk mengakibatkan peningkatan pembelahan sel. Oleh karena itu tanaman akan membentuk sel berukuran lebih besar. Sebenarnya tujuan pembentukan puru

6 ini bagi tanaman adalah untuk menghambat gerakan nematoda dalam jaringan. Ada dua teori tentang pembentukan puru: Pertama, puru akar terjadi akibat bergabungnya beberapa sel menjadi satu, kemudian dindingnya larut. Kedua, puru akar terjadi sebagai akibat adanya pembelahan sel yang giat tetapi tidak diikuti oleh terbentuknya dinding pemisah, sehingga dalam satu sel terdapat banyak inti (Subagiya, 2000). Tingkat populasi awal nematoda puru akar sangat menentukan terhadap populasi nematoda yang terjadi. Semakin banyak jumlah nematoda yang diinokulasikan mengakibatkan semakin tinggi populasi yang terjadi (Djamilah, 2005). C. Sterilisasi Media Tanam Proses sterilisasi tanah yang ideal adalah mematikan nematoda, jamur, bakteri, dan benih gulma, tapi tidak mengubah fisik tanah, seperti tekstur, struktur, dan aerasi yang secara langsung mempengaruhi bibit (Miller cit. Anas, 1989 dalam Sukanto, 2001). Sterilisasi tanah yang digunakan untuk pembibitan, biasanya dilakukan dengan tiga cara, yaitu: pertama dengan cara disangrai atau menggoreng pasir dilempengan besi yang dipanaskan. Kedua dikukus, metode sterilisasi ini dilakukan dengan memanfaatkan uap air, dan yang ketiga difumigasi dengan menggunakan bahan bahan kimia (pestisida). Cara sterilisasi media pembibitan dengan cara dikukus dan fumigasi dengan basamid granular mampu menekan pertumbuhan gulma dan dapat meningkatkan pertumbuhan bibit (Sukanto, 2001). Reproduksi nematoda dan kehilangan hasil tanaman secara nyata dipengaruhi oleh kerapatan populasi awal nematoda. Dalam kondisi lapangan kerapatan populasi awal nematoda dapat ditentukan dengan memberikan sterilan tanah (soil sterilant) pada berbagai tingkat dosis (Seinhorst, 1967 dalam Marwoto, 1995),. D. Inokulasi Nematoda

7 Inokulasi merupakan kegiatan memasukkan sumber penyakit (inokulum) dari tanaman yang terserang ke tanaman yang sehat untuk tujuan tertentu. Inokulasi Meloidogyne spp. yang diberikan pada tanaman terung menimbulkan penekanan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, tiga minggu setelah inokulasi dilakukan. Hal ini diduga larva yang diinokulasikan sudah mengadakan penetrasi ke dalam akar untuk memperoleh nutrisi bagi perkembangan selanjutnya (Suryadi dan Suyadi, 2000). Sumber inokulum atau sumber penular adalah tempat dari mana inokulum atau penular itu berasal dan sesuai dengan urutan penularannya dibedakan menjadi sumber penular primer, sumber penular sekunder, sumber penular tertier dan seterusnya. Selama perkembangan penyakit dapat kita kenal beberapa peristiwa yaitu: 1. Inokulasi adalah jatuhnya inokulum pada tanaman inangnya. 2. Penetrasi adalah masuknya patogen ke dalam jaringan tanaman inangnya. 3. Infeksi adalah interaksi antara patogen dengan tanaman inangnya. 4. Invasi adalah perkembangan patogen di dalam jaringan tanaman inang. Akibatnya adanya infeksi dan invasi akan timbul gejala, yang kadangkadang merupakan rangkaian yang disebut syndrom. Pada gejala itu sering kita jumpai adanya tanda, misalnya tubuh buah atau konidi. Sehubungan dengan peristiwa-peristiwa di atas terjadilah : a. Periode (masa) inkubasi yaitu waktu antara permulaan infeksi dengan timbulnya gejala yang pertama. Namun demikian di dalam praktek sering dihitung mulai dari inokulasi sampai terbentuknya sporulasi pada gejala pertama tersebut hingga waktunya menjadi jauh lebih panjang. b. Periode (masa) infeksi adalah waktu antara permulaan infeksi sampai reaksi tanaman yang terakhir, untuk inipun biasanya dihitung mulai saat inokulasi (Subagiya, 2000). E. Pengambilan Sampel dan Ekstraksi Nematoda

8 Distribusi nematoda tidak pernah seragam di dalam tanah. Nematoda pada umumnya lebih banyak terdapat di dekat tumbuhan. Oleh karena itu sangat penting untuk mengambil sampel suatu tanah yang representatife. Lapisan humus biasanya didapat pada lapisan tanah bagian atas (antara 15-20) yaitu daerah perakaran (Dropkin, 1991). Ekstraksi nematoda adalah cara untuk memisahkan nematoda dari jaringan tanaman atau dari gumpalan tanah. Ekstraksi nematoda dapat dilakukan baik secara sederhana maupun dengan peralatan sentrifuse. Perbedaan cara yang dipilih didasarkan pada tujuan dari ekstraksi itu sendiri (Subagiya, 2000). Ekstraksi yang dilakukan dapat berupa ekstraksi tanah dan ekstraksi jaringan. Umumnya terdapat sedikit nematoda di dalam tanah pada kedalaman sampel 5 cm. Stadium nematoda yang tidak berpindah, seperti betina puru akar dapat dengan pengamatan jaringan langsung dengan mikroskop sterioskopik pada perbesaran 15-50 kali dengan bantuan transmisi cahaya (Luc, et al., 1995).