A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual.

BAB I PENDAHULUAN. dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. motivasi dan kepentingan untuk memenuhi kepentingan hidupnya.misalnya,

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara seperti meminjam dari berbagai sumber dana yang ada. sehingga dapat mengakibatkan pemborosan.

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB III TINJAUAN TEORITIS. ataulebih. Syarat syahnya Perjanjian menurut pasal 1320 KUHPerdata :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu transaksi jual beli, apapun jenis benda yang diperjual-belikan

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya sesuai dengan prinsip ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

dan kemajuan di bidang ekonomi, karena bank merupakan lembaga keuangan ke taraf peningkatan hidup rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. kelihatan megah dan bersih sehingga konsumen (pembeli ) berkeinginan. untuk mengunjunginya dan belanja.

TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO

BAB III PENUTUP. wanprestasi dalam perjanjian konsinyasi di Distro Slackers adalah

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempromosikan produknya. perjanjian itu sah, diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017. TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM PERJANJIAN SEWA-BELI KENDARAAN BERMOTOR 1 Oleh : Febrian Valentino Musak 2

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. rangka pembaharuan hukum dengan mengadakan kodifikasi dan unifikasi

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

FORCE MAJEURE SEBAGAI ALASAN TIDAK DILAKSANAKAN SUATU KONTRAK DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERDATA / D

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tentang perekonomian nasional

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PROSES JUAL BELI PERUMAHAN SECARA KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. suatu perjanjian dimana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung

Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

TESIS KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) DENGAN PELANGGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst,

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB I PENDAHULUAN. industri rekaman musik sepertinya melawan arus umum. 3 Industri rekaman musik terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak didukung oleh ketersediaan lahan cukup untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan atau yang sering disamakan dengan cita-cita bangsa Indonesia

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dengan banyaknya industri rokok tersebut, membuat para produsen

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara. aturan perundang-undangan dalam HIR atau RBG.

TESIS. (Kajian Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan)

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. unjuk rasa. Penanganan pengupahan ini tidak hanya menyangkut aspek teknis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM GARIS-GARIS BESAR POKOK PENGAJARAN (GBPP) HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai kebutuhan mulai dari kebutuhan utama ( primer), pelengkap

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang senantiasa. melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan yang sedang giat

BAB I PENDAHULUAN. saseorang pasti mendapatkan sesuatu, baik dalam bentuk uang maupun barang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

PERAN NOTARIS DAN PPAT DALAM PELAKSANAAN PERALIHAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DARI KREDITUR LAMAA KEPADA KREDITUR BARU PADA PERBANKAN KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

III. METODE PENELITIAN. dirumuskan dengan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia bisnis saat ini semakin berkembang sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, berbagai kegiatan dapat dilakukan oleh seseorang dalam rangka untuk mengembangkan bisnisnya. Setiap pebisnis pasti melihat prospek kemajuan di masa depan, dengan harapan bahwa bisnis yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan keinginan yang hendak dicapai. Bisnis tertuju pada usaha komersial dan interaksi antara para pelakunya, yaitu berkaitan dengan ekonomi perusahaan/ekonomi mikro. Karakteristik bisnis terutama terletak pada tujuan pencapaian keuntungan (laba). Kegiatan bisnis meliputi produksi, distribusi, dan penjualan barang-barang dan jasa-jasa untuk memperoleh laba. 1 Dalam menjalankan roda bisnis tersebut tidak tertutup kemungkinan terjadinya hubungan antara pengusaha/pebisnis dengan relasinya, hubungan tersebut tentunya yang berkaitan dengan dunia usaha yang dijalankan oleh sang pengusaha/ pebisnis tersebut. Hubungan bisnis sering dikonkritkan melalui perjanjian atau kontrak agar ada pertanggungjawaban bagi masing-masing pihak sesuai dengan isi perjanjian yang disepakati. Berdasarkan perjanjian tersebut kedua belah pihak melaksanakan hak dan kewajibannya. Dalam Pasal 1313 KUH Perdata disebutkan bahwa Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. 2 Dari ketentuan pasal tersebut di atas dapat dipahami bahwa perjanjian merupakan suatu kesepakatan kedua belah pihak terhadap suatu hal tertentu, yangmana kedua belah 1 Sanusi Bintang dan Dahlan, Pokok-Pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), h.2 2 Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h.15

pihak masing-masing mempunyai tanggung jawab dan harus mematuhi kesapakatan yang telah disetujui bersama. Sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, demikian juga halnya yang terjadi dalam Kota Pekanbaru, bahwa pelaku bisnis jumlahnya semakin banyak dan menjalankan bisnis yang beraneka ragam, mulai dari jualan barang-barang di pasar sampai dengan bisnis property yang harganya cukup tinggi. Di samping itu juga ada bisnis kaplingan tanah yang juga cukup menjanjikan karena harga tanah senantiasa terus meningkat sejalan dengan perkembangan kota. Bisnis kaplingan tanah juga sebagai tempat untuk membangun rumah, ruko, dan sebagainya, yang merupakan lahan untuk mengembangkan bisnis dan juga dapat untuk investasi, karena harga tanah semakin lama semakin meningkat, dan dapat dijadikan modal untuk mengembangkan usaha atau bisnis. Sebagaimana yang dilakukan oleh CV.Karya Indah Asri yang bergerak di bidang kaplingan tanah yang berlokasi di Jalan Cenderawasih Garuda Sakti Desa Karya Indah Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, yang telah melaksanakan kaplingan tanah beberapa tahun yang lalu, dengan jumlah 75 kaplingan (khusus di Jalan Cenderawasih), dengan menggunakan surat perjanjian kredit jual beli tanah kaplingan. Perjanjian merupakan hubungan hukum yang terjadi antara orang yang satu dengan orang yang lain karena perbuatan, peristiwa, atau keadaan. Dari ketentuan ini dapat diketahui bahwa perjanjian itu terdapat dalam bidang hukum harta kekayaan, bidang hukum keluarga, bidang hukum waris dan dalam bidang hukum pribadi, yang dikenal dengan perjanjian dalam arti luas. Sedangkan dalam arti hanya dalam bidang hukum kekayaan saja. 3 3 Titik Triwulan Tutik, Pengantar Hukum Perdata di Indonesia, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), h.219

Perjanjian kredit jual beli tanah kaplingan yang dilakukan oleh CV. Karya Indah Asri merupakan perjanjian dalam bidang harta kekayaan, karena barang yang diperjual belikan tersebut harga cukup tinggi dan dapat dijadikan investasi untuk masa yang akan datang. Tentunya dalam pelaksanaan perjanjian tersebut tidak luput dari adanya wanprestasi atau kelalaian dari salah satu pihak, dapat dari pembeli dan dapat pula dari penjual. Apabila hal ini terjadi tentunya harus ada penyelesaian dari kedua belah pihak, karena masing-masing mempunyai hak dan kewajiban. Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan debitur. 4 Wanprestasi atau tidak dipenuhinnya janji dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 5 Seorang debitur dikatakan lalai, apabila ia tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat memenuhinya tetapi tidak seperti yang telah diperjanjikan. 6 Wanprestasi terdapat dalam pasal 1243 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa: Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya. 7 Kata lain wanprestasi juga dapat diartikan suatu perbuatan ingkar janji yang dilakukan oleh salah satu pihak yang tidak melaksanakan isi perjanjian, isi ataupun melaksanakan tetapi terlambat atau melakukan apa yang sesungguhnya tidak boleh dilakukannya. Dari hal tersebut wanprestasi dapat saja terjadi pada penjual dan dapat pula terjadi pada pembeli, sebagaimana halnya dengan perjanjian kredit jual beli tanah kaplingan pada 4 Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), (Jakarta: 2008) h.180. 5 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007),h. 74 6 Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Arga Printing, 2007), h. 146 7 Ahmadi Miru, Sakka Pati, Hukum Perikatan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 12

CV.Karya Indah Asri. Wanprestasi yang terjadi pada pembeli dapat berupa kelalaian dalam membayar angsuran, tidak sanggup lagi membayar angsuran, pindah ke kota lain dan sebagainya. Sedangkan wanprestasi yang dilakukan oleh penjual adalah keterlambatan dalam mengurus surat tanah, tidak membuat parit, tidak membuat jalan dan sebagainya. Sebagaimana dijelaskan dalam surat perjanjian, bahwa pihak pertama (penjual) berkewajiban mengurus/menyelesaikan Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) tanah tersebut sampai tingkat kecamatan dan biayanya ditanggung oleh pihak pertama. 8 Hal ini tentunya menjadi permasalahan yang harus diselesaikan secara musyawarah dan mufakat, apabila tidak terjadi kesepakatan maka penyelesaian dapat saja berlanjut ke pengadilan, sebagaimana bunyi dari surat perjanjian yang ditanda tangani, yaitu: Mengenai perjanjian ini dan segala akibatnya para pihak memilih tempat penyelesaian sesuai hukum yang berlaku, yakni di Kantor Panitera Pengadilan Negeri Bangkinang. Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa apabila tidak dapat diselesaikan secara damai, maka kedua belah pihak dapat membawa kasusnya ke Pengadilan Negeri di wilayah hukum dimana objek perkara berada, yaitu di Pengadilan Negeri Bangkinang. Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengambil judul: PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT JUAL BELI TANAH KAVLING PADA CV. KARYA INDAH ASRI PEKANBARU. B. Batasan Masalah Dari latar belakang masalah di atas, maka batasan masalah yang dibahas dalam penelitian adalah mengenai pihak-pihak yang melakukan wanprestasi dalam pelaksanaan 8 Surat Perjanjian Jual Beli Tanah Kaplingan pada CV.Karya Indah Asri

perjanjian, dan penyelesaian terhadap terjadinya hal-hal yang tidak sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama. C. Rumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit jual beli tanah kavling pada CV. Karya Indah Asri Pekanbaru? 2. Bagaimana penyelesaian apabila terjadi wanprestasi dalam perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian kredit jual beli tanah kavling pada CV. Karya Indah Asri Pekanbaru. b. Untuk mengetahui cara penyelesaian apabila terjadi wanprestasi dalam perjanjian yang telah disepakati bersama. 2. Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan studi pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Suska Riau.

b. Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada penulis dan para pembaca akan arti pentingnya suatu perjanjian, dan juga diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada para peneliti yang selanjutnya mengenai permasalahan yang sama. c. Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan masukan bagi para pelaku bisnis pertanahan dan masyarakat, agar dapat melaksanakan perjanjian kredit pembelian tanah dapat menjalankan perjanjian tersebut sesuai dengan kesepakatan bersama. E. Metode Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti melakukan langkah-langkah dengan menggunakan metode sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian lapangan artinya penelitian yang langsung mengumpulkan data di lokasi penelitian, dengan menggunakan alat pengumpul data berupa angket, observasi, dan wawancara. Data yang dikumpulkan mengenai pelaksanaan perjanjian kredit jual beli tanah kavling pada CV.Karya Indah Asri Pekanbaru, serta cara penyelesaian apabila terjadi wanprestasi dalam perjanjian yang telah disepakati bersama. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang penulis lakukan di CV. Karya Indah Asri Pekanbaru, Jl. Mlati Arengka, pekanbaru. 3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah CV.Karya Indah Asri Pekanbaru. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah bagaimana Pelaksanaan Perjanjian Kredit Jual Beli Tanah Kavling Pada CV. Karya Indah Asri Pekanbaru tersebut. 4. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah: a. Data primer, yakni data yang diperoleh langsung di lapangan melalui wawancara, yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, yakni mengenai pelaksanaan perjanjian kredit jual beli tanah kavling pada CV. Karya Indah Asri Pekanbaru, serta penyelesaian apabila terjadi wanprestasi dalam perjanjian yang telah disepakati bersama. b. Data Sekunder, yakni data yang telah tersedia yang berupa dokumen perjanjian kredit jual beli tanah kavling, perkembangan perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan. 5. Populasi dan Sampel Populasi adalah seluruh obyek atau seluruh unit yang diteliti, dan sampel adalah merupakan bagian dari populasi yang diteliti. 9 Populasi dalam penelitian ini adalah pembeli tanah kaplingan pada CV. Karya Indah Asri Pekanbaru yang berjumlah 44 orang, serta pihak perusahaan selaku penjual sebanyak 2 orang. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara sensus, yakni keseluruhan populasi dijadikan sampel sebesar 100% dengan jumlah 44 orang pembeli. 10 6. Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), h.15 10 Bambang sugono, Metodologi Penelitian Hukum, (jakarta: PT. Raja Grafindo, 20110, h. 122

a. Angket, yakni pengumpulan data dengan cara penyiapkan daftar pertanyaan yang kemudian disebarkan kepada responden, dan dibahas sesuai dengan permasalahan yang diteliti. b. Observasi, yakni cara pengumpulan data dengan mengamati dan terjun melihat langsung kelapangan, terhadap objek yang diteliti, untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan penelitian ini. c. Wawancara, yakni pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertanya langsung dengan responden di lapangan, yang berkenaan dengan permasalahan yang diteliti, yaitu mengenai pelaksanaan perjanjian kredit jual beli tanah kavling pada CV. Karya Indah Asri Pekanbaru, serta penyelesaian apabila terjadi wanprestasi terhadap perjanjian yang telah disepakati. d. Studi Kepustakaan, yakni mengkaji literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. 7. Metode Analisis Data Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Kualitatif, yakni dengan cara menguraikan hasil penelitian dalam bentuk kalimat yang jelas, serta menggambarkan hasil penelitian secara jelas sesuai dengan rumusan permasalahan yang dibahas, dan data yang diperoleh melalui angket, observasi, wawancara dan penelusuran literatur dihubungkan dengan teori dan pendapat para ahli, sehingga mendapatkan jawaban dari permasalahan yang diteliti secara jelas, yang kemudian dapat diambil kesimpulan dengan cara deduktif, yakni dari yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus. F.Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat dijelaskan melalui sistematika sebagai berikut: Bab I PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis mengemungkakan tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Dalam bab ini berisi gambaran umum lokasi penelitian, yang terdiri dari sejarah CV Karya Indah Asri Pekanbaru, struktur organisasi CV. Karya Indah Asri Pekanbaru, dan bidang usaha CV. Karya Indah Asri Pekanbaru. Bab III TINJAUAN UMUM Pada bab ini menggambarkan tentang tinjauan teoritis, yang terdiri pengertian perjanjian, asas-asas perjanjian, bentuk-bentuk perjanjian dan wanprestasi. Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini berisi penyajian data dan hasil penelitian, terdiri dari pelaksanaan perjanjian kredit jual beli tanah kavling pada CV. Karya Indah Asri Pekanbaru, serta cara penyelesaian wanprestasi terhadap perjanjian yang diseapakati. Bab V PENUTUP Dalam bab ini berisi kesimpulan atas hasil pembahasan dari bab kedua dan ketiga yang telah diuraikan. Selain itu, bab ini juga berisikan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat untuk perkembangan hukum kuhususnya hukum perjanjian