BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendidikan dasar dan menengah di Indonesia. Selain itu sebagai sarana untuk



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berbagai tingkatan pendidikan satu daerah dengan daerah lain 1. Menurut

PERATURAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN NOMOR : 0031/P/BSNP/III/2015 TANGGAL 13 MARET 2015

Tanya Jawab Pelaksanaan Ujian Nasional Wednesday, 28 December :24. Kata Pengantar

Kata Pengantar. Jakarta, Desember Tim Penyusun

alam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi

TANYA-JAWAB PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA

Kata Pengantar. Jakarta, Januari Tim Penyusun

SURAT KEPUTUSAN KEPALA SMP NEGERI 3 MRANGGEN NOMOR : 870 / 083 / 2015 TENTANG

DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SOSIALISASI UJIAN NASIONAL. SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

PANDUAN PELAKSANAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH PADA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH DAN SEKOLAH LUAR BIASA KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENDIDIKAN AGAMA (ISLAM, KATHOLIK, KRISTEN, HINDU, BUDDHA) SD, SMP,SMA/SMK

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROSEDUR OPERASI STANDAR (POS) UJIAN SEKOLAH SMP 1 WONOKERTO

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG

PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA

UJIAN NASIONAL SD/MI dan SDLB SMP/MTs, SMPLB, dan SMALB SMA/MA dan SMK Tahun Pelajaran 2011/2012

PEDOMAN PELAKSANAAN UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SD, SMP,SMA/ SMK TAHUN PELAJARAN 2010/2011 I.

BAHAN PRESS RELEASE PERSIAPAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Contoh Penyusunan PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) UJIAN PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. 11 provinsi, keterlambatan paket soal, kekurangan lembar soal dan lembar jawaban,

BERITA NEGARA. No.19, 2011 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL. Ujian Sekolah. Ujian Nasional. SD.Ibtidaiyah. SD Luar Biasa.

- 1 - DRAF PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR xxx TAHUN 2015 TENTANG

KESIAPAN JATIM DALAM UJIAN NASIONAL SMP/MTS & SMA/SMK/MA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

No.1678, 2014 KEMENDIKBUD. Kelulusan. Peserta Didik. Satuan Pendidikan. Ujian Sekolah. Madrasah. Kesetaraan Ujian Nasional. Kriteria.

SELAMAT DATANG PADA ACARA SOSIALISASI UN DAN SNMPTN TAHUN 2015

KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN DEMAK

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144 TAHUN 2014 TENTANG

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 I Made Nurata, Determinasi Nilai Ujian Nasional, Nilai Tes Prestasi Akademik dan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

Sosialisasi Penyelenggaraan UJIAN NASIONAL. dipersiapkan oleh. Badan Standar Nasional Pendidikan Kementrian Pendidikan Nasional, Republik Indonesia

Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur an surah Al-Mujadalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL (UN) PADA JENJANG PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI)

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

UJIAN NASIONAL bagi SD/MI/SDLB dan SMA/MA-SMP/MTs/SMPLB-SMALB-SMK

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH DAN UJIAN NASIONAL

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. Tahun Pelajaran 2012/2013 OLEH : KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL (UN) PADA JENJANG PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2006 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor : DJ.I/02/2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN PELAKSANAAN UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN 2010/2011

DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DEPARTEMEN AGAMA NOMOR : DJ.I/452/2008 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL MADRASAH ALIYAH KEAGAMAAN (MAK)

UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL

PERATURAN BERSAMA ANTARA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN MENTERI AGAMA NOMOR 04/VI/PB/2011 NOMOR MA/111/2011 TENTANG

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. Tahun Pelajaran 2012/2013 OLEH : KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR. Surabaya, Februari 2017 KEPALA DINAS. Dr. IKHSAN,S.Psi, MM Pembina Utama Muda NIP

PROSEDUR OPERASI STANDAR (POS)

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2013 TENTANG KRITERIA KELULUSAN PESERTA DIDIK DARI SATUAN PENDID

PERSIAPAN UJIAN NASIONAL Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 12 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 20 TAHUN 2013 TENTANG

UPT Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH. Permendikbud No 17 Tahun 2017

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 75 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2006/2007 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

ANALISIS DESKRIPTIF SOAL MATEMATIKA PADA SELEKSI PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU SMA/SMK TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN 2013/2014 KABUPATEN JEMBER

UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL 2007/2008

PANDUAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL DAN UJIAN SEKOLAH SMP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2011, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bersama antara Menteri Pend

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN

PROSEDUR OPERASI STANDAR (POS) UJIAN NASIONAL PROGRAM PAKET A, PRORAM PAKET B, PROGRAM PAKET C, DAN PROGRAM PAKET C KEJURUAN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2013), 10.

UJIAN NASIONAL, & UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL TAHUN 2018

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. Tahun Pelajaran 2012/2013 OLEH : KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

PROSEDUR OPERASI STANDAR TIM PEMANTAU INDEPENDEN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2009/2010

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALI KOTA KEDIRI NOMOR 26 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2009/2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2009/2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 20 TAHUN 2012 TENTANG

KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PROSEDUR OPERASI STANDAR UJIAN NASIONAL SEKOLAH DASAR, MADRASAH IBTIDAIYAH, DAN SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dian Amirulloh

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2005/2006

KEPUTUSAN BERSAMA NOMOR 593 TAHUN 2013 NOMOR 361 TAHUN 2013 TENTANG

PROSEDUR OPERASI STANDAR (POS) UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009

UJIAN NASIONAL. SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, DAN SMK 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

PROSEDUR OPERASI STANDAR UJIAN NASIONAL

Persyaratan Pendataan. Persayaratan Pendaftaran

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Tuntutan itu sangat wajar dan masuk akal serta bukan termasuk isu

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENYELENGGARAAN UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Transkripsi:

12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Ujian Nasional Ujian Nasional menurut Syawal Gultom adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah di Indonesia. Selain itu sebagai sarana untuk memetakan mutu berbagai tingkatan pendidikan satu daerah dengan daerah lain 1. Menurut Hari Setiadi, Ujian Nasional adalah penilaian hasil belajar oleh pemerintah yang bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi 2. Sedangkan menurut H. A. R. Tilaar, Ujian Nasional adalah upaya pemerintah untuk mengevaluasi tingkat pendidikan secara nasional dengan menetapkan standarisasi nasional pendidikan. Hasil dari Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh Negara adalah upaya pemetaan masalah pendidikan dalam rangka menyusun kebijakan pendidikan nasional 3. Berdasarkan pendapat tersebut tentang Ujian Nasional maka dapat disimpulkan bahwa Ujian Nasional adalah sistem evaluasi atau penilaian standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dengan menetapkan standarisasi nasional pendidikan yang bertujuan sebagai pemetaan masalah pendidikan dalam rangka menyusun kebijakan pendidikan nasional. 1 Gultom, Syawal. Ujian Nasional Sebagai Wahana Evaluasi Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa. Jurnal. Hal 5. 2 Setiadi, Hari. Dampak Ujian Nasional Pada Karakter Bangsa. Jurnal. Hal 2. 3 H. A. R. Tilaar. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjuan Kritis. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 109-110. 12

13 Penyelenggara Ujian Nasional adalah Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dalam rangka membantu tugas Menteri dan bekerjasama dengan Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri, Kepolisian Republik Indonesia, Perguruan Tinggi Negeri, dan Pemerintah Daerah 4. Penyelenggara Ujian Nasional Tingkat Satuan Pendidikan mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut 5. Pertama, memiliki dan memahami Permendikbud Ujian Nasional dan POS Ujian Nasional serta melakukan sosialisasi kepada guru, peserta ujian, dan orang tua peserta; Kedua, melaksanakan Ujian Nasional sesuai dengan POS Ujian Nasional; Ketiga, merencanakan penyelenggaraan Ujian Nasional di sekolah atau madrasah; Keempat, mengirimkan data calon peserta Ujian Nasional yang dilakukan oleh sekolah atau madrasah ke Penyelenggara Ujian Nasional Tingkat Kabupaten atau Kota; Kelima, mengirimkan nilai sekolah atau madrasah berdasarkan penggabungan nilai rata-rata rapor dan nilai ujian akhir sekolah atau madrasah ke Penyelenggara Ujian Nasional Tingkat Kabupaten atau Kota; Keenam, mengambil naskah soal Ujian Nasional di tempat yang sudah ditetapkan oleh Penyelenggara Ujian Nasional Tingkat Kabupaten atau Kota; Ketujuh, memeriksa dan memastikan amplop naskah soal Ujian Nasional dalam keadaan bersegel; Kedelapan, menjaga kerahasiaan dan keamanan naskah soal Ujian Nasional; Kesembilan, menjaga keamanan dan ketertiban penyelenggaraan Ujian Nasional; 4 POS Ujian Nasional 2013 lampiran BNSP hal 7. 5 Ibid, hal 15-16.

14 Kesepuluh, memberikan penjelasan tentang tata tertib pengawasan ruang Ujian Nasional dan cara pengisian LJUN; Kesebelas, membubuhkan stempel satuan pendidikan pada amplop pengembalian LJUN; Kedua belas, mengumpulkan LJUN sekolah atau madrasah serta mengirimkannya kepada penyelenggara Ujian Nasional Tingkat Kabupaten atau Kota; Ketiga belas, menerbitkan, menandatangani, dan membagikan SKHUN kepada peserta Ujian Nasional; Keempat belas, menerapkan prinsip kejujuran, objektivitas, dan akuntabilitas pada semua proses di atas; Kelima belas, khusus SMK melakukan kerjasama dengan industri mitra atau institusi pasangan dalam rangka uji kompetensi keahlian berdasarkan pedoman penyelenggaraan uji kompetensi keahlian dari Penyelenggara Ujian Nasional Tingkat Pusat; dan Keenam belas, menyampaikan laporan penyelenggaraan Ujian Nasional kepada Penyelenggara Ujian Nasional Tingkat Kabupaten atau Kota. Penyelenggara Ujian Nasional Tingkat Pusat menyusun kisi-kisi soal berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, dengan langkah-langkah sebagai berikut 6. Pertama, menetapkan dosen, guru, dan pakar penilaian pendidikan untuk menyusun kisi-kisi soal; Kedua, melakukan validasi kisi-kisi soal dengan melibatkan dosen, guru, dan pakar penilaian pendidikan; dan Ketiga, menetapkan kisi-kisi soal Ujian Nasional yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan 6 Ibid, hal 23.

15 soal Ujian Nasional pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun Pelajaran 2012/2013. Satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional menetapkan ruang Ujian Nasional dengan persyaratan sebagai berikut 7. Pertama, ruang ujian yang digunakan aman dan layak untuk pelaksanaan Ujian Nasional; Kedua, setiap ruang ditempati paling banyak 20 peserta, dan 2 (dua) meja untuk dua orang pengawas Ujian Nasional; Ketiga, setiap meja dalam ruang ujian diberi nomor peserta Ujian Nasional; Keempat, setiap ruang ujian ditempel pengumuman yang bertuliskan DILARANG MASUK SELAIN PESERTA UJIAN DAN PENGAWAS SERTA TIDAK DIPERKENANKAN MEMBAWA ALAT KOMUNIKASI ; Kelima, setiap ruang Ujian Nasional disediakan denah tempat duduk peserta Ujian Nasional dengan disertai foto peserta ditempel di pintu masuk ruang ujian; Keenam, setiap ruang Ujian Nasional disediakan lak/segel untuk amplop LJUN; Ketujuh, gambar atau alat peraga yang berkaitan dengan materi Ujian Nasional dikeluarkan dari ruang Ujian Nasional; Kedelapan, ruang Ujian Nasional paling lambat sudah siap 1 (satu) hari sebelum Ujian Nasional dimulai; dan Kesembilan, tempat duduk peserta Ujian Nasional diatur sebagai berikut: Pertama, satu bangku untuk satu orang peserta Ujian Nasional; Kedua, jarak antara meja yang satu dengan meja yang lain disusun dengan mempertimbangkan jarak antara peserta yang satu dengan peserta yang lain 7 Ibid, hal 33.

16 minimal 1 (satu) meter; Ketiga, penempatan peserta Ujian Nasional sesuai dengan nomor peserta. B. Urgensi Ujian Nasional Menurut Ki Supriyoko, Ujian Nasional untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah perlu dilaksanakan dengan berbagai pertimbangan 8. Pertama, sebagai tolak ukur kualitas pendidikan antar daerah; Kedua, sebagai upaya standarisasi mutu pendidikan secara nasional; dan ketiga, sebagai sarana memotivasi peserta didik, orang tua, guru, dan pihak-pihak terkait untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam menghadapi standar pendidikan. Menurut Furqon dkk, alasan atau tujuan pentingnya diadakannya Ujian Nasional adalah sebagai berikut 9. Pertama, untuk mendorong guru meningkatkan kualitas mengajar; Kedua, untuk meningkatkan upaya-upaya bimbingan terhadap siswa yang berkesulitan belajar; Ketiga, untuk mendorong guru menerapkan berbagai metode untuk memperbaiki pembelajaran; Keempat, supaya siswa lebih rajin dan giat belajar; dan kelima, supaya orang tua lebih memperhatikan belajar anaknya. Berdasarkan pendapat dari Ki Supriyoko dan Furqon dkk tentang alasan atau tujuan pentingnya diadakan Ujian Nasional dapat disimpulkan bahwa alasan ataupun tujuan diadakan Ujian Nasional adalah sebagai berikut: Pertama, sebagai standarisasi mutu dan kualitas pendidikan secara nasional; Kedua, sebagai 8 (Ki Supriyoko,2006) dalam Notodiputro, Khairil Anwar. 2012. Umjian Nasional:Sarana Untuk Membangun Karakter Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 9 ( Furqon dk,.2009) dalam Notodiputro,Khairil Anwar. 2012. Ujian Nasional:Sarana Untuk Membangun Karakter Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

17 motivator siswa untuk rajin dan giat belajar serta selalu tawakal dan berdoa; dan ketiga, sebagai motivator guru untuk meningkatkan kualitas dalam proses belajar mengajar. Selain tujuan tersebut, menurut Hadi Setiadi, jika dicermati secara seksama dengan adanya Ujian Nasional dapat menumbuhkan pendidikan berkarakter bagi siswa seperti: religius; jujur; toleransi; disiplin; kerja keras; kreatif; mandiri; rasa ingin tahu; semangat kebangsaan; menghargai prestasi; dan gemar membaca 10. Religious, sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanaakan ajaran agama yang dianutnya, dalam konteks Ujian Nasional tawakal yaitu berusaha secara optimal dan hasilnya diserahkan kepada keputusan Tuhan YME; Jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan dan tindakkan, kaitannya dengan Ujian Nasional adalah sikap atau perilaku yang tidak mau berbuat curang (menyontek) pada saat Ujian Nasional dilaksanakan; Toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya. Dalam konteks Ujian Nasional adalah memulai Ujian Nasional dengan doa bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masingmasing; Disiplin, tindakan yang menujukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang diterapkan dalam pelaksanaan Ujian Nasional; Kerja keras, perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan 10 Setiadi,Hari. Dampak Ujian Nasional Pada Karakter Bangsa. Jurnal. Hal 5-7.

18 sebaik-baiknya. Dalam konteks Ujian Nasional, siswa akan bekerja keras untuk mengembangkan potensi dirinya untuk menghadapi Ujian Nasional; Kreatif, berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimilikinya. Dalam konteks Ujian Nasional, siswa akan berfikir dan menemukan cara yang tepat dalam mengerjakan soal Ujian Nasional; Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas. Dalam konteks Ujian Nasional, siswa bukan hanya belajar dibawah pengawasan guru dan orang tua saja, tetapi dengan penuh kesadaaran siswa belajar secara mandiri karena ingin berhasil dalam Ujian Nasional sebagai langkah awal proses pengembangan diri selanjutnya; Rasa ingin tahu, dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi Ujian Nasional, siswa selalu berusaha mencari tahu secara mendalam tentang hal-hal yang terkait dengan materi yang akan diujikan pada Ujian Nasional dengan tujuan dapat memahami materi tersebut; Semangat kebangsaan, menumbuhkan semangat dan kesadaran seorang siswa bahwa Ujian Nasional adalah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa; Menghargai prestasi, kerja keras dalam belajar merupakan suatu bentuk penghargaan terhadap prestasi; dan Gemar membaca, salah satu upaya seorang siswa dalam menghadapi Ujian Nasional adalah dengan membaca buku yang berkaitan dengan materi yang akan diujikan pada Ujian Nasional.

19 C. Problem Ujian Nasional Pro dan kontra terhadap kebijakan pemerintah merupakan suatu hal yang wajar. Setiap orang tentunya memiliki pemahaman, konsep dan cara yang berbeda-beda. Begitu juga dengan Ujian Nasional, berbagai kalangan baik yang pro maupun yang kontra saling memberikan argumentasinya. Depdiknas sebagai penyelenggara pendidikan di Negara ini memberikan berbagai argumentasi mengenai latar belakang dilaksanakannya Ujian Nasional. Argumentasi tersebut adalah sebagai berikut 11. Pertama, pada tahun 2003. Mendiknas, Malik Fadjar dan Menko Yusuf Kalla membuat perbandingan Ujian Nasional dengan sistem ujian pada tahun 1950-an dan ujian di Malaysia dan Singapura. Ternyata tingkat kesulitan soal-soal ujian kita sangat menurun. Sejak saat itu pemerintah berketetapan untuk mengembalikan sistem ujian seperti tahun 1950-an yaitu menerapkan Ujian Nasional; dan Kedua, Ujian Nasional bertujuan untuk mengukur pencapaian kompetensi kelulusan secara nasional. Dampak positif dari pelaksanaan Ujian Nasional menurut Fathurrofiq, Ujian Nasional mampu menciptakan motivasi belajar untuk pelajaran yang diujikan 12. Berbagai kiat telah dilakukan sekolah demi meluluskan siswa-siswinya. Upaya yang paling lazim adalah melalui bimbingan belajar. Dengan sistem drill soal, bimbingan belajar diyakini mampu membiasakan siswa menjawab berbagai variasi soal secara cepat dan tepat. Tidak hanya itu, ada sekolah yang menambah 11 Nashir, M. Fuad. Ujian Nasional 2007: Antara Kuasa Negara dan Peningkatan Mutu Pendidikan. Skripsi IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA. Hal 51. 12 Ibid, Hal 52.

20 strategi lain, semisal mapping soal, pemetaan subtansial. Berbagai strategi tersebut dilaksanakan karena ada alasan lain yang lebih dari sekedar lulus, kiatkiat itu diharapkan bisa mengantar sekolah mendulang prestasi di ajang Ujian Nasional. Sebab itu saat ini Ujian Nasional teta menjadi ajang pertaruhan reputasi sekolah di mata ublik dan para pemangku kepentingan. Dalam permasalah mengenai Ujian Nasional ini, selain ada pihak yang mendukung terhadap terlaksananya Ujian Nasional, juga ada pihak yang mengkritisi bahkan menolak adanya Ujian Nasional. Seperti halnya Muhammad Taufik 13, dalam pandangannya, ada beberapa hal yang menyebabkan ia bersikap menolak pelaksanaan Ujian Nasional, antara lain sebagai berikut. Pertama, dasar hukum pelaksanaan Ujian Nasional bermasalah. Sebagai contoh, PP 19/2005 ini bertentangan dengan pasal 58 UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang memberikan otoritas kepada pendidik (guru) untuk melakukan evaluasi hasil belajar peserta didik, tetapi Pasal 67 PP 19/2005 menyatakan : (1) Pemerintahmenugaskan BSNP untuk menyelenggarakan Ujian Nasional yang diikuti peserta didik pada setiap satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar dan menengah dan jalur nonformal kesetaraan; (2) Dalam penyelenggaraan Ujian Nasional BSNP bekerja sama dengan instansi terkait di lingkungan pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan satuan pendidikan; (3) Kesatuan mengenai Ujian Nasional diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri; Kedua, kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional banyak terjadi. Sebanyak 13 Ibid, Hal 53 57.

21 83 murid Sekolah Menengah Kejuruan Dhuafa di Padang melakukan aksi menolak mengikuti Ujian Nasional karena ditengarai ada kebocoran soal ujian. Tingginya standar kelulusan menjadi momok tersendiri tidak hanya bagi para siswa, namun juga bagi pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan seperti sekolah dan pihak pendidikan. Akibatnya pola kecurangan selalu menjadi isu yang melekat setiap kali Ujian Nasional dilangsungkan; Ketiga, selalu berubah-ubanhnya pelaksanaan Ujian Nasional juga menjadi permasalahan tersendiri. Dari tahun ke tahun nilai minimal kelulusan berubah-ubah, tidak hanya itu, variasi soalpun berubah-ubah, pada pertama kalinya Ujian Nasional diadakan tahun 2005 dalam 1 kelas semua siswa mendapatkan soal yang sama (1 paket). Selanjutnya, pada tahun 2008 dalam 1 kelas siswa mendapatkan 2 paket dan pada tahun 2010 menjadi 5 paket. Sejak tahun 2013, setiap anak dalam satu kelas mendapat paket yang berbeda. Artinya, dalam satu kelas terdapat 20 paket berbeda 14.. Melihat hal demikian, artinya dari tahun ke tahun pemerintah tidak konsisten atas pilihannya sendiri. Selalu ada proses tambal sulam atas kebijakannya; Keempat, korban dari semua ini adalah siswa didik dan pendidik. Mereka selalu menjadi kelinci percobaan dari sistem yang silih berganti diterapkan. Ujian Nasional telah mencabut pendidik dari otoritasnya untuk menilai, mengevaluasi peserta didiknya apakah berhak lulus atau tidak. Karena yang paling sering berinteraksi dengan peserta didik tentulah pendidik. Di sisi 14 Wawancara pada jam 12:10 tanggal 22 Agustus 2013 dengan Ali Mukhson seorang guru matematika SMAN Bareng Jombang.

22 lain, kemampuan setiap orang berbeda. Dalam konteks ini Ujian Nasional kemudian menjadi diskriminatif. Karena ada siswa yang cukup mampu disatu mata pelajaran, namun pada pelajaran lain tidak; Kelima, secara filosofis dan subtantif Ujian Nasional tidak mencerminkan tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Jika pendidikan bertujuan menjadikan manusia seutuhnya maka pola pelaksanaan Ujian Nasional yang masih berlaku seperti sekarang ini telah mengantarkan siswa menuju cara pandang yang pragmatis. Jika hanya bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan matematika yang menjadi ukuran kelulusan, untuk apa mempelajari materi-materi yang lain. Selain itu, dalih Ujian Nasional bisa menjadikan siswa bersungguh-sungguh dan mau bekerja keras menggapai kelulusan terbantahkan dengan banyaknya kasus kecurangan dalam ritual tahunan sekolah ini. Cara pandang yang demikian telah mengantarkan generasi kita menjadi generasi yang tidak memiliki visi dan komitmen. Menurut Masdar Hilmy, ada beberapa sisi negatif dari Ujian Nasional yaitu sebagai berikut 15. Pertama, sebagai penentu kelulusan siswa, padahal yang diujikan bukan seluruh mata pelajaran; Kedua, kualitas belajar tidak bisa diangkakan, kualitas belajar hanya bisa dinarasikan secara kualitatif; Ketiga, Ujian Nasional tidak merefleksikan Taksonomi Bloom, yang dimana didalamnya ada dua aspek penting dalam pendidikan yang tertinggal yaitu afektif dan psikomotorik; Keempat, Ujian Nasional tidak berorientasi life skill, siswa yang 15 Nashir, Fuad. Ujian Nasional 2007: Antara Kuasa Negara dan Peningkatan Mutu Pendidikan. Skripsi IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA. Hal 58-59.

23 lulus Ujian Nasional dengan nilai tertinggi tidak dijamin mampu memecahkan berbagai persoalan dalam kehidupannya; Kelima, Ujian Nasional tidak mencerminkan pendidikan berbasis realitas, Ujian Nasional tidak langsung berkorelasi terhadap penyelesaian berbagai macam persoalan kehidupan; Keenam, Ujian Nasional tidak mampu membaca atau mempresentasikan potensi-potensi daerah local; Ketujuh, Ujian Nasional dapat mengundang kejahatan, seperti adanya bisnis jawaban soal Ujian Nasional yang akhirnya dapat menimbulkan kebocoran jawaban soal pada Ujian Nasional; Dan Kedelapan, menciptakan ideologi persaingan yang tidak sehat. Kecurangan dalam Ujian Nasional menunjukkan mentalitas menerabas, sikap menghalalkan segala cara demi lulus dalam Ujian Nasional. Adapun cara mendrill soal, try out, dan trik-trik mengerjakan soal objektif menunjukkan sikap instan dalam penguasaan ilmu pengetahuan yang pada akhirnya tidak akan membekas dalam ingatan siswa sehingga ilmu yang diperloh dengan cara instan tersebut akan menjadi sia-sia karena tidak dapat menyelesaikan persoalan yang ada pada kehidupan siswa tersebut nantinya. Cara belajar yang demikian tidak menunjukkan eksplorasi cipta, rasa dan karsa siswa terhadap subtansi kompetensi ilmu pengetahuan. Implikasinya, kompetensi dan kecerdasan dalam menguasai ilmu pengetahuan hanya diukur dari kemampuan memilih jawaban secara cepat dan tepat untuk mendapatkan skor tertinggi. Ujian Nasional alih-alih sebagai kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan justru telah menihilisasi budaya belajar.

24 Sesungguhnya Ujian Nasional bukanlah sebuah masalah, jika tidak menjadi faktor satu-satunya penentu kelulusan. Karena setiap manusia diciptakan berbedabeda, Ujian Nasional dan sistem pendidikan secara umum seharusnya bisa mengakomodasikan keragaman itu. D. Ujian Nasional Tahun 2013 Pada pertama kalinya Ujian Nasional diadakan tahun 2005 dalam 1 kelas semua siswa mendapatkan soal yang sama (1 paket). Selanjutnya, pada tahun 2008 dalam 1 kelas siswa mendapatkan 2 paket dan pada tahun 2010 menjadi 5 paket. Sejak tahun 2013, setiap anak dalam satu kelas mendapat paket yang berbeda. Artinya, dalam satu kelas terdapat 20 paket berbeda 16. Secara spesifik jadwal pelaksanaan Ujian Nasional tahun 2013 adalah sebagai berikut 17 : Pertama, untuk tingkat SMA atau MA akan diselenggarakan pada tanggal 15-18 April. Sementara untuk tingkat SMK dan SMALB, Ujian Nasional akan digelar pada tanggal 15-17 April. Bagi siswa yang sakit atau berhalangan hadir dapat mengikuti Ujian Nasional susulan yang diselenggarakan pada tanggal 22-25 April; Kedua, untuk tingkat SMP atau SMPLB atau MTs, Ujian Nasional digelar pada tanggal 22-25 April dengan rincian mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sama seperti tingkat SMA, Ujian Nasional susulan dilakukan sepekan setelah Ujian Nasional berlangsung yaitu pada tanggal 29 April-2 Mei; dan Ketiga, untuk tingkat SD atau 16 Wawancara pada jam 12:10 tanggal 22 Agustus 2013 dengan Ali Mukhson seorang guru matematika SMAN Bareng Jombang. 17 www.kompas.com diakses pada 13 September 2013.

25 SDLB atau MI, Ujian Nasional akan diselenggarakan pada tanggal 6-8 Mei dengan mata pelajaran yang diujikan adalah Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA. Ujian Nasional susulan bagi yang sakit atau tidak hadir akan dilaksanakan pada tanggal 13-15 Mei. Peserta didik dinyatakan lulus Ujian Nasional apabila nilai rata-rata dari semua nilai akhir mencapai paling rendah 5,5 (lima koma lima) dan nilai setiap mata pelajaran paling rendah 4,0 (empat koma nol). Dimana rumus nilai akhir tersebut diperoleh dari gabungan nilai sekolah dari mata pelajaran yang diujikan secara nasional dan nilai Ujian Nasional, dengan pembobotan 40% untuk nilai sekolah dari mata pelajaran yang diujikan secara nasional dan 60% untuk nilai Ujian Nasional, dengan ketentuan nilai sekolah sebagai berikut : Pertama, untuk SMP atau MTs, nilai sekolah diperoleh dari penggabungan nilai Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan nilai rata-rata rapor semester 1, 2, 3, 4, dan 5, dengan pembobotan 60% untuk Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan 40% untuk nilai rata-rata rapor semester 1, 2, 3, 4, dan 5; Kedua, untuk SMA atau MA, nilai sekolah diperoleh dari penggabungan nilai Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan nilai rata-rata rapor semester 3, 4, dan 5, dengan pembobotan 60% untuk Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan 40% untuk nilai rata-rata rapor semester 3, 4, dan 5; dan Ketiga, untuk SMK, nilai sekolah diperoleh dari penggabungan nilai Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan nilai rata-rata rapor semester 1, 2, 3, 4, dan 5, dengan pembobotan 60% untuk Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan 40% untuk nilai rata-rata rapor semester 1, 2, 3, 4, dan 5, dimana nilai Ujian Akhir Sekolah (UAS) diperoleh dari

26 penggabungan nilai Ujian Praktek Keahlian Kejuruan dan nilai Ujian Teori Keahlian Kejuruan, dengan pembobotan 70% untuk nilai Ujian Praktek Keahlian Kejuruan dan 30% untuk nilai Ujian Teori Keahlian Kejuruan, dimana kriteria kelulusan kompetensi keahlian kejuruan adalah minimal 6,0 (enam koma nol) 18. Keistimewaan Ujian Nasional tahun 2013 adalah hasil Ujian Nasional dapat dijadikan paspor masuk perguruan tinggi negeri (PTN) setelah digabung dengan nilai rapor semester 1-5 SMA/SMK/MA/MAK. Pola penerimaan mahasiswa tanpa tes seperti ini, hanya menggunakan nilai Ujian Nasional, nilai rapor dan nilai akademik disebut Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Seleksi melalui jalur SNMPTN dimulai dari melihat peringkat peserta dari rapor, kemudian melihat peringkat di sekolah, dan peringkat nasional, kemudian nilai Ujian Nasional. Selain itu, dilihat juga nilai indeks prestasi para alumni di perguruan tingginya. SNMPTN yang juga disebut jalur undangan ini tidak menggunakan tes tulis dan diikuti 61 PTN. Selain SNMPTN, pola seleksi masuk PTN melalui Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan Seleksi Mandiri (SM). Ketua Umum Panitia Pelaksana SNMPTN 2013, Akhmaloka, mengatakan 19, seleksi penerimaan calon mahasiswa baru pada tahun 2013 dibagi menjadi tiga jalur. Sebanyak 50 persen akan menggunakan jalur undangan, 30 persen jalur ujian tertulis, dan 20 persen jalur mandiri. 18 POS Ujian Nasional 2013 lampiran BNSP hal 37-38. 19 Mendikbud. Keistimewaan Ujian Nasional 2013. Majalah Dikbud Edisi No. 2 Tahun IV. Hal 6.

27 Dibandingkan dengan kebijakan sebelumnya, keberadaan Ujian Nasional tahun 2013 mendapatkan penghargaan yang lebih tinggi. Semula baru sebatas ujian tertulis biasa bagi peserta didik, kemudian Ujian Nasional turut menjadi penentu bagi peserta didik untuk masuk PTN. Pada mekanisme Ujian Nasional sebelumnya, para peserta didik harus menjalani Ujian Nasional di tingkat akhir untuk dapat lulus dari SMA/SMK, dan sekolah sederajat lainnya. Kemudian, para peserta didik mendaftar SNMPTN secara komputerisasi, dan menjalani tes ujian saringan masuk lagi. Pasca integrasi, peserta didik akan melalui mekanisme pendaftaran bertahap dan tentu saja terintegratif. PTN tidak perlu menjalankan proses pendaftaran secara berulang-ulang. Jadi, efisiensi prosedur penerimaan akan diperoleh. Selain hasil Ujian Nasional dapat digunakan sebagai paspor masuk PTN, salah satu keistimewaan lainnya adalah memiliki 20 variasi soal untuk 20 peserta didik dalam setiap ruangan. Dengan demikian, setiap peserta dipastikan mendapat lembar soal yang berbeda. Hal ini berbeda dengan Ujian Nasional pada tahun 2012, yang hanya terdapat lima variasi soal sehingga antar peserta didik masih memungkinkan saling menyontek. Dengan 20 variasi soal, praktik kecurangan lebih dapat dicegah. Naskah soal Ujian Nasional tahun 2013 dengan lembar jawaban tidak lagi terpisah seperti tahun lalu. Jika pada tahun lalu peserta didik dapat menggunakan lembar jawaban temannya karena terpisah, mulai tahun ini naskah soal dengan lembar jawaban Ujian Nasional (LJUN) merupakan satu kesatuan dan menggunakan sistem barcode.

28 Demikian pula dengan pengawas ujian. Pada Ujian Nasional tahun 2013 ini bukan hanya terdiri dari pengawas ruang tetapi juga pengawas dari perguruan tinggi ikut terjun mengawasi jalannya ujian. Kalau sebelumnya ada peraturan bahwa selain pengawas ruang tidak boleh masuk ke ruang ujian, maka sekarang diperluas bahwa selain pengawas UN dilarang masuk ruang kelas. Sehingga pengawas dari perguruan tinggi dapat mengawasi pengawas ruangan dan siswa yang sedang melaksanakan Ujian Nasional sehingga dapat meminimalisir kecurangan yang sering terjadi pada Ujian Nasional sebelumnya, karena mengingat hasil dari Ujian Nasional sebagai paspor masuk PTN maka kemurnian jawaban dari Ujian Nasional sangatlah diperlukan. Jadi, selain ada beberapa keistimewaan dalam Ujian Nasional tahun 2013, ada pula kelemahan dalam Ujian Nasional tahun 2013. Salah satu kelemahannya adalah tingkat kesulitan antar paket apakah memliki tingkat kesulitan yang setara. Maka dari itu perlu adanya penjelasan tentang tingkat kesulitan. E. Tingkat Kesulitan Suatu tes dapat dikatakan baik bila tes tersebut memiliki ciri sebagai alat ukur yang baik dengan criteria sebagai berikut 20 : 1. Memliki validitas yang baik, suatu alat ukur disebut memiliki validitas bila alat ukur tersebut isinya layak mengukur objek yang seharusnya diukur. Sesuai dengan kriteria tertentu. 20 Thoha, M. Chabib. 1996. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Hal 109-118.

29 2. Memiliki reliabelitas yang baik, artinya suatu tes memiliki keterandalan bila tes tersebut dipakai mengukur berulang-ulang hasilnya sama. 3. Memiliki nilai kepraktisan, artinya praktis dari segi perencanaan pelaksanaan penggunaan tes, dan memiliki nialai ekonomis, disamping masih harus mempertimbangkan kerahasiaan tes. Dalam setiap tes objektif selalu digunakan alternatif jawaban yang mengandung 2 unsur sekaligus yaitu jawaban tepat dan jawaban salah sebagai penyesat (distraktor). Item yang baik adalah item yang tingkat kesukarannya dapat diketahui tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah sebab tingkat kesukaran item itu memiliki korelasi dengan daya pembeda. Bila item memiliki tingkat kesukaran maksimal maka daya pembedanya akan rendah, demikian pula bila item itu terlalu mudah juga tidak akan memiliki daya pembeda 21. Tingkat kesulitan soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Perhitungan indeks tingkat kesulitan dilakukan untuk setiap butir soal. Indeks tingkat kesulitan ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00-1,00 22. Semakin besar indeks tingkat kesulitan yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Klasifikasi tingkat kesulitan soal dapat dicontohkan sebagai berikut ini 23. 21 Ibid, hal 145-149. 22 Sani,Abdullah. 2011. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Buku panduan kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika. Hal 75. 23 Ibid, Hal 76.

30 Tabel 2.1 Skala Tingkat Kesulitan Indeks Tingkat Kesulitan Kategori Tingkat Kesulitan 0,00 0,30 Sukar 0,31 0,70 Sedang 0,71 1,00 Mudah Perhitungan tingkat kesukaran butir soal dapat digunakan untuk memprediksi alat ukur itu sendiri (soal) dan kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan guru 24. Misalnya suatu butir soal termasuk kategori mudah, maka prediksi kesalahannya. Pertama, pengecoh butir soal tidak berfungsi. Dan Kedua, sebagian besar siswa telah memahami materi yang ditanyakan. Apabila suatu butir soal termasuk kategori sulit, maka prediksi kesalahan. Pertama, butir soal itu mungkin salah kunci jawaban. Kedua, butir soal itu mempunyai 2 atau lebih jawaban yang benar. Ketiga, materi yang ditanyakan belum diajarkan atau belum tuntas pembelajarannya sehingga kompetensi minimum yang harus dikuasai siswa belum tercapai. Keempat, materi yang diukur tidak cocok ditanyakan dengan menggunakan bentuk soal yang diberikan (misal meringkas cerita atau mengarang ditanyakan dalam bentuk pilihan ganda). Dan kelima, pernyataan atau kalimat terlalu kompleks dan panjang. 24 Ibid, Hal 77.

31 Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis tingkat kesulitan setiap butir soal menggunakan program komputer. Analisis data dengan menggunakan program komputer sangat tepat karena tingkat keakuratan perhitungannya lebih tinggi dibandingkan dengan menganalisis data secara manual. Terdapat banyak program komputer yang dapat digunakan untuk menganalisis tingkat kesulitan setiap butir soal. Namun pada penelitian ini, peneliti menggunakan software ITEMAN (Item and Test Analysis) untuk mengetahui tingkat kesulitan pada setiap butir soal. ITEMAN (Item and Test Analysis) merupakan perangkat lunak (software) yang dibuat melalui bahasa pemrograman komputer yang diciptakan khusus untuk analisis statistik butir soal dan tes 25. Hasil dari analisis ITEMAN mencakup informasi mengenai tingkat kesulitan, daya pembeda dan statistika sebaran jawaban. Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya melihat informasi hasil analisis mengenai tingkat kesulitan sesuai dengan tujuan penelitian. 25 Kusaeri dan Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hal 178.