BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara tropis dimana pengaruh sinar matahari sangat besar terhadap kehidupan.

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. FORMULASI SEDIAAN TABIR SURYA EKSTRAK AIR BUAH TOMAT (Lycopersicum esculentum M.) DALAM BENTUK SEDIAAN KRIM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Iklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar. matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN... PENYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. INTISARI.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )

FORMULASI TABIR SURYA EKSTRAK AIR DAUN TEH HIJAU (CAMELLIA SINENSIS LINN.) DALAM BENTUK SEDIAAN KRIM NOVILIA SANTOSO

BAB I PENDAHULUAN. cara menghindari paparan berlebihan sinar, yaitu tidak berada di luar rumah pada

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Tabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii PENDAHULUAN... 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan suatu produk minuman atau jajanan tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FORMULASI SEDIAAN TABIR SURYA EKSTRAK AIR WORTEL (DAUCUS CAROTA L.) DALAM BENTUK SEDIAAN KRIM FANNY KUSUMA

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa. Hal tersebut menyebabkan wilayah Indonesia selalu terpapar sinar

BAB I PENDAHULUAN. terkena polusi dan zat zat yang terdapat di lingkungan kita. Kulit merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis yang bersifat

BAB I. Pendahuluan. Matahari merupakan sumber energi terbesar bagi bumi. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. resiko penyakit pada konsumen. Makanan fungsional ini mengandung senyawa atau

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN POTENSI TABIR SURYA EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus Burm F.)

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FORMULASI TABIR SURYA ZINK OKSIDA DALAM SEDIAAN KRIM DENGAN VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK ANGGUR HITAM (Vitis vinivera L.)

PENENTUAN AKTIVITAS POTENSI TABIR SURYA EKSTRAK KULIT BUAH JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) SECARA IN VITRO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan luar, baik berupa sinar matahari, iklim maupun faktor-faktor kimiawi

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti

I. PENDAHULUAN. adalah pewarna bibir. Pewarna bibir termasuk dalam sediaan kosmetik. untuk menyembunyikan kekurangan pada kulit sehingga dapat

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

FORMULASI SEDIAAN TABIR SURYA EKSTRAK JAHE EMPRIT. (Zingiber officinale Roxb) DALAM BENTUK SEDIAAN KRIM

A. LATAR BELAKANG MASALAH

FORMULASI SEDIAAN HAND BODY EKSTRAK AIR TEH HIJAU (CAMELLIA SINENSIS LINN.) DALAM BENTUK LOTION

DAFTAR LAMPIRAN. xvii

I. PENDAHULUAN. menggunakan zat warna alami dan sintetis untuk membuat tampilan produk

I. PENDAHULUAN. Es krim di Indonesia telah dikenal oleh masyarakat luas sejak tahun 1970-an dan

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki intensitas sinar matahari yang tinggi. Sinar matahari dapat memberikan efek yang menguntungkan maupun merugikan terhadap tubuh manusia, tergantung dari lama dan frekuensi paparan, intensitas sinar matahari, serta sensitivitas tiap individu. Efek dari pemaparan sinar matahari yang berlebihan adalah eritema, pigmentasi kulit, penuaan kulit, bahkan dapat menimbulkan kanker kulit (Wilkinson, 1982; Departemen Kesehatan RI, 1985). Secara alamiah kulit manusia telah memiliki sistem perlindungan terhadap sinar UV (ultraviolet) yaitu penebalan stratum korneum dan pigmentasi kulit. Namun sistem pertahanan alamiah tersebut tidak cukup untuk menahan pemaparan sinar UV yang berlebihan (Wilkinson, 1982) sehingga diperlukan suatu perlindungan tambahan dengan pemakaian sediaan tabir surya (Sahasrabuddhe, 2011). Sediaan tabir surya merupakan suatu sediaan kosmetika yang dapat menghamburkan, memantulkan, atau menyerap energi sinar matahari secara efektif terutama pada daerah pancaran gelombang UV (Wilkinson, 1982). Berdasarkan mekanisme proteksinya, tabir surya digolongkan menjadi pemblok fisik, yang bekerja dengan memantulkan radiasi UV, dan penyerap kimia, yang bekerja dengan menyerap radiasi UV (Nguyen and Sigel, 2005). Sebagian besar bahan aktif untuk tabir surya merupakan bahan sintetik (Draelos, 2006). Komponen kimia atau sintetik tersebut terkadang memiliki efek toksik dan mengiritasi pada kulit sedangkan produk dengan komponen alami dirasa lebih aman untuk digunakan karena tidak berbahaya 1

dan tidak menimbulkan iritasi pada penggunaannya. Bahan alam juga memiliki potensi sebagai bahan tabir surya karena memiliki aktivitas antioksidan serta kemampuan untuk melindungi diri dari radiasi sinar UV, salah satunya adalah buah tomat (Korac and Khambholja, 2011). Tomat menjadi pilihan karena diharapkan mampu menjadi sumber yang baik sebagai agen tabir surya melalui efek antioksidan dan perlindungan terhadap sunburn yang dimilikinya (Sahasrabuddhe, 2011). Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan salah satu produk hortikultura yang berpotensi menyehatkan dan mempunyai prospek pasar yang cukup menjanjikan. Kondisi iklim di Indonesia sangat sesuai untuk membudidayakan tomat, sehingga komoditas ini mudah dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Tomat, baik dalam bentuk segar maupun olahan, memiliki komposisi zat gizi yang cukup lengkap dan baik (Cahyono, 1998; Tadmor et al., 2005). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak mengonsumsi tomat secara teratur dapat mengurangi resiko terserang penyakit kanker. Mekanisme proteksi terhadap serangan penyakit kanker disebabkan karena potensinya sebagai antioksidan. Daya antioksidan ini disebabkan oleh kandungan senyawa aktif dalam tomat, yaitu likopen, β- karoten, serta vitamin C (Ames, Shigena and Hagen, 1993; Franceschi, 1994; Oshima, 1996). Tomat merupakan buah dengan kandungan likopen yang tinggi hingga mencapai 15%. Likopen yang terkandung dalam tomat bervariasi tergantung dari tipe dan tingkat kematangan buah tomat. Likopen merupakan karotenoid yang memberikan warna merah pada tomat. Warna tersebut terbentuk karena adanya ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur likopen (Hadley and Schwartz, 2005; Rath, 2009). Likopen merupakan antioksidan yang sangat kuat, yang mampu menetralkan radikal bebas terutama yang merupakan derivat dari oksigen yang terdapat di lapisan 2

bawah membran lemak. Likopen merupakan antioksidan yang sangat poten dibandingkan dengan tokoferol, karoten, β-kriptoxantin, β-karoten, dan lutein. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk membuktikan aktivitas antioksidan dari likopen tersebut (Sahasrabuddhe, 2011). Likopen mampu menurunkan kerusakan yang ditimbulkan oleh radiasi UV dan mempercepat proteksi kulit terhadap efek singkat dari UV (kulit terbakar) maupun efek kumulatifnya (kanker) (Goswami, Samant and Srivastava, 2013). Likopen juga dapat memblok sinar UV (Goldfaden and Goldfaden, 2012). Kemampuan likopen tersebut menyebabkan buah tomat dapat diteliti sebagai bahan tabir surya. Salah satu produk tabir surya di pasaran dengan bahan aktif buah tomat adalah Eminence Organic Tomato Day Cream. Produk ini memiliki nilai SPF (Sun Protection Factor) sediaan sebesar 16 dan tergolong sebagai sediaan tabir surya dengan perlindungan ultra (Wilkinson, 1982). Sediaan tabir surya tersebut berupa krim dengan kandungan buah tomat yang ditambah dengan bahan sintetis yaitu zink oksida. Dengan adanya sediaan tersebut maka dapat diduga bahwa buah tomat turut memberikan aktivitas sebagai bahan tabir surya, serta dapat menunjang aktivitas dari bahan tabir surya sintetis. Penelitian kemampuan tomat sebagai agen tabir surya telah dilakukan sebelumnya oleh Muhimmah (2011). Penelitian tersebut menggunakan ekstrak kental tomat dengan menggunakan metanol sebagai pelarut penyari. Penggunaan pelarut penyari metanol itu dirasa kurang tepat karena sediaan ini ditujukan untuk pengaplikasian di kulit, sedangkan metanol dapat bersifat toksik apabila diaplikasikan pada kulit. Metanol akan diabsorbsi secara perkutan yang dapat menyebabkan kebutaan dan metabolik asidosis (Clary, 2013). Selain itu, penggunaan ekstrak kental sebagai bahan aktif akan menimbulkan kesulitan pada saat formulasi karena 3

ekstrak kental kurang homogen dan lengket (Sembiring, 2009). Berdasarkan hal tersebut di atas maka pada penelitian ini digunakan ekstrak air buah tomat dalam bentuk serbuk yang diperoleh dari PT. Natura Laboratoria Prima. Ekstrak tomat tersebut diperoleh dengan penyarian menggunakan pelarut air dan dikeringkan dengan metode spray dry. Penggunaan air sebagai pelarut penyari tidak akan memberikan efek toksik pada kulit. Selain itu, berdasarkan hasil standarisasi ekstrak oleh Pratama (2014), bahan aktif lebih tertarik pada pelarut air daripada pelarut alkohol. Namun, penggunaan pelarut air akan menyebabkan rawannya pertumbuhan mikroba pada ekstrak sehingga dilakukan pengeringan pada ekstrak untuk mencegah tumbuhnya mikroba melebihi batas yang dipersyaratkan. Ekstrak kering juga memberikan keuntungan lain yaitu proses formulasi akan menjadi lebih praktis dan akurat (Sembiring, 2009). Ekstrak air tersebut akan distandarisasi untuk mendapatkan kadar konstan dari senyawa aktif yang merupakan syarat mutlak mutu ekstrak yang diproduksi dan untuk mendapatkan suatu bentuk bahan baku dan produk kefarmasian yang bermutu, aman, serta bermanfaat (DitJen POM RI, 2000). Swastika, Mufrod dan Purwanto (2013) melakukan penelitian untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari sari buah tomat dalam sediaan krim. Sari buah tomat tersebut diperoleh dengan mengumpulkan filtrat dari jus buah tomat. Nilai IC 50 krim sari tomat semakin menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi sari tomat, yaitu 5%, 10%, 15%, dan 20%. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari tomat maka semakin tinggi pula aktivitas antioksidan yang ditunjukkan dengan nilai IC 50 yang semakin rendah. Tingginya aktivitas antioksidan dari sari tomat tersebut disebabkan oleh kandungan likopen, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi likopen maka aktivitas antioksidan akan 4

semakin tinggi serta diharapkan dapat meningkatkan aktivitas pemblokan sinar UV. Konsentrasi ekstrak tomat yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Swastika, Mufrod dan Purwanto (2013) di mana pada penelitian tersebut diketahui bahwa krim yang mengandung sari tomat (filtrat dari jus tomat) dengan konsentrasi 20% memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan dengan menentukan efektivitas buah tomat sebagai bahan tabir surya melalui penentuan nilai SPF secara in vitro. Penelitian terdahulu lainnya yang dilakukan Muhimmah (2011) menyimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak kental buah tomat maka nilai SPF akan semakin tinggi dan hal tersebut dibuktikan dengan nilai SPF dari ekstrak kental buah tomat 10% yang lebih tinggi daripada nilai SPF dari ekstrak kental buah tomat 5% dan 7,5%. Berdasarkan dua penelitian terdahulu tersebut, maka pada penelitian ini dilakukan variasi konsentrasi ekstrak air buah tomat, yaitu 10%, 15%, dan 20%. Peningkatan variasi konsentrasi ekstrak buah tomat di atas 10% diharapkan mampu memberikan nilai SPF yang makin meningkat pula. Ketiga konsentrasi ekstrak tersebut diuji efektivitasnya terlebih dahulu sebelum diformulasi dengan tujuan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak yang memberikan nilai SPF paling tinggi. Selanjutnya, konsentrasi ekstrak buah tomat dengan nilai SPF tertinggi akan diformulasikan menjadi sediaan tabir surya yang kemudian diuji kembali efektivitasnya secara in vitro dengan menggunakan metode spektrofotometri. Nilai SPF dihitung dengan menggunakan persamaan Mansur et al. (1986). Dalam penelitian ini ekstrak tomat akan diformulasikan dalam basis krim minyak dalam air (m/a) yang memiliki karakteristik berupa krim vanishing. Basis krim m/a banyak disukai karena memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin dan lembut pada kulit, tidak berminyak, tidak 5

menimbulkan rasa lengket, dapat berfungsi sebagai pelembab kulit, mudah dicuci dengan air serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik (Departemen Kesehatan RI, 1985; Voigt, 1994). Tipe krim vanishing dipilih karena ketika krim ini digunakan dan dioleskan pada kulit, hanya sedikit atau bahkan tidak ada bekas olesan dari krim tersebut (Lachman, Lieberman and Kanig, 1994). Krim vanishing dapat meningkatkan permeabilitas kulit, karena pada pemakaiannya air akan menguap dan membentuk lapisan tipis yang semipermiabel (Flynn, 1989). Formula krim vanishing yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada formula krim vanishing dari penelitian krim antioksidan ekstrak tomat yang dilakukan Budiman (2008). Pada penelitian tersebut diperoleh krim yang memiliki sifat lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat serta nyaman digunakan ketika dioleskan pada kulit. Formula acuan dari penelitian tersebut selanjutnya dimodifikasi dengan menambahkan suatu bahan water-resistant. Modifikasi ini bertujuan untuk menghasilkan suatu sediaan krim tabir surya yang dapat melindungi kulit dalam waktu yang lama serta tahan terhadap keringat maupun air (Wilkinson, 1982). Bahan water-resistant yang akan digunakan adalah dimetikon. Dimetikon dan bahan silikon lainnya bersifat water-repellant dan memiliki tegangan permukaan yang rendah (Sweetman, 2009). Dimetikon dapat menjaga kelembaban kulit serta memperbaiki daya alir dan daya sebar dari sediaan. Dimetikon dapat digunakan sebagai bahan waterproofing yang baik untuk sediaan emulsi tabir surya serta dapat mengurangi greasiness yang sering terdapat pada sediaan dengan nilai SPF yang tinggi (Michalun and Dinardo, 2014). Konsentrasi lazim dimetikon dalam emulsi minyak dalam air adalah 0,5 hingga 5% (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009). Belum ada penelitian terdahulu yang menguji kemampuan dari dimetikon sebagai 6

water-resistant agent dalam sediaan tabir surya. Berdasarkan konsentrasi lazim, maka konsentrasi dimetikon yang terpilih adalah 1%, 3%, dan 5%. Parameter uji sediaan tabir surya pada penelitian ini meliputi uji mutu fisik, aseptabilitas, keamanan, dan efektivitas. Uji mutu fisik sediaan meliputi pemeriksaan organoleptis, pengukuran ph, pengujian homogenitas, viskositas, daya sebar, daya lekat, dan daya tercucikan air. Uji efektivitas sediaan berupa penentuan nilai SPF secara in vitro dengan metode spektrofotometri serta uji daya water-resistant. Uji keamanan sediaan berupa uji iritasi. Uji aseptabilitas sediaan berupa uji hedonik atau uji kesukaan. Data-data hasil uji sediaan tabir surya tersebut dianalisis dengan metode tertentu. Hasil uji parametrik antar bets akan dianalisis dengan menggunakan metode independent t-test. Apabila hasil uji antar bets tidak berbeda bermakna dan memenuhi spesifikasi sediaan maka dilanjutkan dengan analisis hasil uji parameterik antar formula dengan menggunakan metode one way ANOVA (α=0,05). Apabila data yang dibandingkan menunjukkan perbedaan yang bermakna maka analisis data dilanjutkan dengan menggunakan post-hoc yaitu least significant difference (LSD) (Jones, 2010). Data parametrik yang dianalisis adalah nilai ph, viskositas, daya sebar (ΔØ), daya lekat (waktu), daya tercucikan air (volume), serta nilai SPF. Sedangkan metode analisis untuk membandingkan data non parametrik antar formula adalah metode friedman test (Bolton, 1990). Data non parametrik yang dianalisis adalah homogenitas, daya sebar, daya lekat, daya tercucikan air, daya water-resistant, uji iritasi, serta uji kesukaan. 7

1.2 Perumusan Masalah 1. Berapakah konsentrasi ekstrak air buah tomat antara 10%, 15%, dan 20% yang memberikan nilai SPF paling tinggi sebagai bahan aktif sediaan tabir surya? 2. Bagaimanakah hasil uji mutu fisik, aseptabilitas, keamanan, serta keefektifan sediaan tabir surya, dengan konsentrasi ekstrak air buah tomat terpilih, pada berbagai konsentrasi dimetikon sebagai waterresistant agent? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Menentukan konsentrasi ekstrak air buah tomat antara 10%, 15%, dan 20% yang memberikan nilai SPF paling tinggi sebagai bahan aktif sediaan tabir surya. 2. Mengetahui hasil uji mutu fisik, aseptabilitas, keamanan, serta keefektifan sediaan tabir surya, dengan konsentrasi ekstrak air buah tomat terpilih, pada berbagai konsentrasi dimetikon sebagai waterresistant agent. 1.4 Hipotesis Penelitian Ekstrak air buah tomat dengan konsentrasi 20% memberikan nilai SPF paling tinggi serta penggunaan berbagai konsentrasi dimetikon sebagai water-resistant agent akan mempengaruhi sediaan tabir surya ekstrak air buah tomat dari segi mutu fisik serta efektivitas sediaan yaitu menurunkan daya tercucikan air, meningkatkan daya sebar serta memberikan daya water-resistant. 8

1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan sediaan krim tabir surya yang bersifat water-resistant dengan bahan aktif alami yaitu ekstrak air buah tomat (Lycopersicum esculentum M.) dan membuktikan keefektifan krim ekstrak air buah tomat sebagai sediaan tabir surya. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya untuk dapat menjadikan buah tomat sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan produk kosmetika. 9