BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik

BAB I PENDAHULUAN. menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat. dalam kelompok CP (Hinchcliffe, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak (Needlman, 2000). Perkembangan adalah bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi anak yang menderita autism dan Attention Deficit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membesarkan anak tersebut. Perintah kepada kedua orang tua untuk menjaga dan

BAB I PENDAHULUAN. mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dikenalkan pada anak. menyikapi fenomena perilaku anak ( Gleen doman, 2005 )

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tentunya akan menjadikan penerus bagi keturunan keluarganya kelak. Setiap anak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurfitri Amelia Rahman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus

BAB I PENDAHULUAN. Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan. pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang tua dan orang tua harus lebih memperhatikan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest.

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, dimana terdapat lima fenomena utama yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. hari. Pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas seharihari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental,

PENDAHULUAN Sebagai manusia pastinya akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun mental. Proses dan tugas tugas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. untuk seluruh masyarakat yang mencakup upaya peningkatan (promotive),

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak adalah kondisi Cerebral Palsy (Rosenbaum, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

Bayi yang sehat dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia. aktifitas bermain dan beradaptasi dengan lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerebral palsy (CP). CP merupakan gangguan kontrol terhadap fungsi motorik

BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Momi Mahdaniar, 2013

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB V PEMBAHASAN. Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT (NDT) DI YPAC SURAKARTA

Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan reformasi pembangunan kesehatan masyarakat adalah. meningkatkan tingkat derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya

Rehabilitasi pada perdarahan otak

PROPOSAL TUGAS AKHIR IPTEK BAGI FISIOTERAPI

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jaringan intraseluler. Sedangkan yang dimaksud dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan untuk mempunyai anak, maka para calon orangtua akan menjaga

BAB I PENDAHULUAN. telapak kaki. Bentuk kaki datar pada masa bayi dan anak-anak dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan fase bayi. Anak usia 4 6 tahun rata-rata penambahan

2015 PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK TUNARUNGU YANG DISERTAI CEREBRAL PALSY KELAS VII DI SLB-B YPLB MAJALENGKA

Lampiran 1. Tabel keputusan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat kuantitatif. Sedangkan pengertian tumbuh itu sendiri yaitu proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan

DETEKSI DINI KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera.

E, 2015 PENERAPAN TERAPI SENSORI INTEGRASI PADA ANAK TUNARUNGU DENGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan anak dan menyebabkan rendahnya perkembangan kognitif. Jika

BAB I PENDAHULUAN. dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh sejak awal kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah.

BAB 1 PENDAHULUAN. negatif terhadap kehidupan. Dilihat dari dampak positif, teknologi membuat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak ditemukan anak-anak yang mengalami masalah

HASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Uji signifikansi

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

PEMBELAJARAN ANAK AUTIS. Sukinah,M.Pd Staf pengajar Jurusan Pendidikan luar Biasa FIP UNY

EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT

BAB I PENDHULUAN. tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Delito, 2003). Menurut Depkes

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik. mengalami peningkatan yang begitu pesat.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah suatu titipan Tuhan yang sangat berharga. Saat diberikan kepercayaan untuk mempunyai anak, maka para calon orang tua akan menjaga sebaik-baiknya dari mulai dalam kandungan sampai lahir ke dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh ibu untuk menjaga kesehatan bayi di dalam kandungan karna saat itu pasokan gizi dan nutrisi sangat penting untuk bayi. Selain itu para ibu menghindari aktifitas yang berat yang beresiko mengganggu proses kehamilan tersebut, dikhawatirkan terjadi perdarahan, terjadi salah posisi letak bayi, infeksi virus, lahir prematur dan sebagainya yang akan menyebabkan bayi lahir abnormal. Perawatan tidak berhenti hanya disana, pada saat lahirpun perawatan pada bayi tidak kalah pentingnya karna pada masa bayi sampai balita usia 5 tahun adalah periode keemasan dari anak (Soetjiningsih, 2002). Pada masa tersebut banyak hal yang dapat mempengaruhi masa tumbuh kembangnya baik hal yang positif maupun negatif. Setiap anak yang mengalami tumbuh kembang akan terjadi proses perkembangan motorik kasar, motorik halus, kognisi, sosial maupun wicara dalam dirinya (Soetjiningsih, 2002). Suatu unsur perkembangan tersebut saling

2 mempengaruhi satu sama lainnya, namun proses perkembangan yang paling terlihat jelas pada anak adalah perkembangan motorik kasar, yang dimulai dari telungkup, berguling, merayap, duduk stabil, ke duduk, merangkak, berdiri stabil, ke berdiri, berjalan, berlari, dan lain-lain (Soetjiningsih, 2002). Suatu perkembangan motorik kasar menunjukkan bahwa adanya kesiapan postural pada anak baik otot, sendi, tonus. Pada anak abnormal seperti cerebral palsy, down syndrome dan gangguan keterlambatan perkembangan yang lain, mereka mengalami gangguan dalam hal tersebut sehingga terhambatnya proses perkembangan motorik kasar. Untuk mengembangkan keterlambatan tersebut perlu adanya stimulus terhadap tonus, otot, maupun sendi. Tidak hanya anak cerebral palsy dan down syndrome yang mengalami masalah dari posturalnya (otot, tonus dan sendi), anak autis pun mengalami gangguan dalam hal tersebut (Mash, 2010). Autis tidak mengalami suatu keterlambatan perkembangan tapi dia mengalami suatu aktifitas repetitif yaitu suatu perilaku yang berlangsung terus menerus, cenderung kaku dan monoton sehingga berpengaruh terhadap tonus otot, proprioseptif sendi yang mengakibatkan terganggunya proses motorik kasar dalam dirinya (Mash, 2010). Anak autis kesulitan mengkoordinasikan dua sisi tubuhnya saat merangkak, kesulitan melompat disuatu bidang pijakan, dan masih banyak lagi.

3 Autis itu sendiri adalah gangguan perkembangan yang kompleks yang disebabkan adanya masalah dalam interaksi sosial dan komunikasi (Priyatna, 2010). Autis berasal dari kata bahasa Yunani yaitu autos yang artinya sendiri, yang merupakan suatu istilah yang mencirikan bahwa seseorang menarik diri dari interaksi sosial dengan lingkungannya sehingga mereka seolah-olah hidup di dunianya sendiri (Handojo, 2003). Dari hal tersebut menunjukkan bahwa anak autis mengalami kekurangan dalam hal atensi (perhatian) baik secara visual maupun auditori terhadap sesuatu, sehingga anak mengabaikan semua hal yang berhubungan dengan dunia luar. Selain itu terdapat gangguan motorik berupa gangguan pada tonus otot, sendi dan tonus postural yaitu kesulitan mengkoordinasikan anggota tubuhnya, mengontrol gerak, menjaga stabilisasi postural terhadap keseimbangan dan terdapat pula gangguan sensorik berupa perasaan sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat (Priyatna, 2010). Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Menangis setiap kali dicuci rambutnya. Merasakan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu. Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering merosot atau melepaskan diri dari pelukan. Gejala autis biasanya muncul sebelum umur 3 tahun. Gejala dari setiap anak autis bisa sangat berbeda antara satu dengan yang lain. Satu orang mempunyai gejala yang ringan, yang lainnya mempunyai gejala

4 sedang bahkan berat. Itulah yang di namakan spectrum, sehingga disebut dengan autis spectrum disorder. Yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai gangguan spectrum autis, gangguan autis yang mempunyai derajat keparahan yang berbeda pada tiap anak (Priyatna, 2010). Insidens dan prevalens autis adalah dua kasus baru per 1000 penduduk per tahun, dan 10 kasus per 1000 penduduk per tahun. Jumlah penduduk Indonesia lebih dari 237,5 juta dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,14 %. Sehingga diperkirakan jumlah penyandang autis di Indonesia sekitar 2,4 juta orang, dan bertambah sekitar 500 orang penyandang baru tiap tahunnya. Kebanyakan penyandang autis adalah anak laki-laki dengan perbandingan 4,3 : 1 (Handojo, 2003). Semakin banyak pasien autis yang mendatangi klinik-klinik anak kebutuhan khusus di Jakarta, baik kalangan yang berlebih maupun yang kurang mampu. Hal ini membuktikan bahwa makin banyak penderita autis di daerah Jakarta. Berbagai macam terapi di khususkan untuk menangani anak autis ini. Diantaranya adalah terapi perilaku yang menggunakan metode ABA (Applied Behavior Analysis) untuk membantu pembentukan perilaku dari anak autis agar lebih adaptif terhadap lingkungan sekitar termasuk berinteraksi dengan orang lain, terapi tersebut menstimulus atensi visual maupun auditori anak agar lebih baik. Terapi wicara untuk membantu proses komunikasi dan bahasa anak autis. Okupasi terapi untuk membantu penanganan motorik halus pada anak autis termasuk dalam persiapan masuk sekolah yaitu persiapan menulis. Sensori integrasi yang

5 membantu tercapainya proses sensori dalam diri autis sehingga bisa lebih adaptif terhadap berbagai stimulus yang datang baik stimulus taktil (ambang rasa pada kulit), stimulus vestibular (kontrol gerakan) dan berbagai stimulus sensoris yang lain (Handojo, 2003). Sesuai dengan pengertian yang ditetapkan KEMENKES 1363 tahun 2001 BAB I, pasal 1 ayat 2 yaitu bahwa Fisioterapi adalah bentuk pelayanan Kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi, maka dari itu fisioterapi mulai melakukan intervensi terhadap masalah dari gerak dan fungsi tubuh anak autis. Dalam prakteknya sehari-hari, fisioterapi selalu menangani anak dengan unsurunsur sensori integrasi didalamnya misalnya untuk membentuk trunk control dari anak maka fisioterapi selalu memasukan unsur taktil yaitu sweaping agar anak dapat respon tegak. Selain itu, dalam latihan keseimbangan di bola maka fisioterapi pun sedang merangsang vestibular dari anak, begitu juga dengan latihan lainnya. Seperti halnya pada anak dengan gangguan perkembangan dalam hal motorik kasar yaitu masalah dalam alat dan fungsi gerak seperti pada cerebral palsy dan down sindrom, maka fisioterapis yang bekerja di klinikklinik anak kebutuhan khusus yang tergabung dalam terapi Sensori Integrasi mencoba untuk memasukkan aktifitas motorik kasar pada latihan

6 yang diberikan kepada anak autis yang sifatnya permainan sehingga anak bisa lebih tertarik. Tujuan dalam pemberian terapi tersebut adalah untuk memperbaiki postural anak autis. Sesuai dengan penelitian yang telah ada, selain meningkatkan keterampilan motorik kasar dan kebugaran fisik anak, aktifitas fisik berupa aktifitas motorik kasar dapat meningkatkan kognisi dari anak. Atensi merupakan bagian dari kognisi. Sehingga, tujuan pemberian aktifitas motorik kasar adalah untuk mengetahui penambahan durasi atensi anak autis, adakah perhatian (atensi) baik visual dan auditori terhadap aktifitas tersebut bahkan terhadap akfititas lain dan terhadap interaksi dengan orang lain. Maka dari itu, penulis melakukan penelitian untuk mengetahui adakah pengaruh aktifitas motorik kasar terhadap atensi anak autis. B. Identifikasi Masalah Autis berasal dari kata autos yang artinya sendiri. Sesuai dengan artinya maka masalah terbesar dari anak autis adalah tidak adanya ketertarikan dengan dunia luar termasuk berinteraksi dengan orang lain. Dia hanya asik dengan dunianya sendiri. Tidak ada kontak mata dengan orang lain, tidak ada respon saat di panggil nama atau saat di berikan instruksi sederhana. Selain itu tidak ada respon terhadap berbagai jenis aktifitas yang pada anak normal itu menyenangkan. Atensi yang kurang inilah yang menyebabkan anak tidak mampu melakukan aktifitas sosial dengan orang lain.

7 Untuk mengatasi masalah tersebut metode yang biasanya digunakan adalah metode ABA (Applied Behavior Analysis) yang sangat membantu pada proses pembentukan perilaku yaitu mengubah perilaku anak menjadi lebih adaptif, lebih respon terhadap interaksi sosial. Metode tersebut pertama kali dikenalkan oleh Prof. lovaas, beliau menggunakan metode yang tegas dan agak kaku. Metode tersebut sudah menghasilkan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan anak autis, anak autis terus di stimulus pada atensi baik visual maupun auditori. Selain itu diberikan pula suatu terapi yang sifatnya aktifitas permainan berupa aktifitas motorik yang tersusun dalam terapi sensori integrasi yang tujuannya untuk merangsang proses sensori dari anak autis sehingga dia lebih adaptif terhadap lingkungan. Terapi sensori integrasi dikemas dalam sebuah aktifitas fisik yang bersifat permainan terdiri dari aktifitas taktil, vestibuler, propriocepsi dan lainnya. Fisioterapi berperan dalam perbaikan postural dari anak autis yang juga termasuk kedalam terapi Sensori Integrasi. Melatih anak autis agar bisa mengontrol posturalnya terhadap gaya gravitasi, melatih memfungsikan semua organ tubuhnya dengan tepat melalui aktifitas motorik kasar. Dari hal tersebut anak autis dituntut fokus terhadap aktifitas yang diberikan atau anak autis dituntut untuk memperhatikan (mempertahankan atensi) terhadap aktifitas tersebut.

8 C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah dan keterbatasan waktu yang ada, maka pembatasan masalah penelitian ini dibatasi hanya pada program aktifitas motorik kasar meningkatkan atensi anak autis spectrum disorder (ASD). D. Perumusan Masalah Masalah yang hendak dipecahkan dalam penelitian ini adalah : apakah program aktifitas motorik kasar meningkatkan atensi anak autis spectrum disorder (ASD)? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui program aktifitas motorik kasar meningkatkan atensi anak autis spectrum disorder (ASD). F. Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Penulis Memperoleh pengalaman dalam bidang penelitian yang diharapkan akan bermanfaat dalam memberikan pelayanan di tempat bekerja. Selain itu dapat mengetahui bagaimana program aktifitas motorik kasar meningkatkan atensi anak autis spectrum disorder (ASD).

9 2. Bagi Institusi Pelayanan Fisioterapi Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan adanya pengembangan wawasan bagi fisioterapi dalam metode peningkatan atensi anak autis spectrum disorder dengan pemberian aktifitas motorik kasar, sehingga hasil yang diharapkan lebih optimal. 3. Bagi Institusi Pendidikan Fisioterapi Sebagai bahan masukan bagi peningkatan ilmu fisioterapi kepada para peserta didik dalam metode peningkatan atensi anak autis spectrum disorder (ASD) dengan memberikan aktifitas motorik kasar. 4. Bagi Institusi Lain Sebagai bahan referensi tambahan dalam ilmu pengetahuan. Selain itu semoga metode yang telah diteliti dapat dikembangkan di kemudian hari. 5. Bagi Teman Sejawat a. Dapat memberikan informasi dan gambaran tentang cara peningkatan atensi anak autis spectrum disorder (ASD) dengan memberikan aktifitas motorik kasar b. Dapat memberikan pelayanan fisioterapi yang tepat berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi