BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I. Pendahuluan. pengembangan zakat menjadi salah satu pemerataan pendapaatan.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, pengembangan. serta bantuan lainnya (Depag RI, 2007 a:1)

BAB I PENDAHULUAN. Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

tidak dapat memilih untuk membayar atau tidak. (Nurhayati, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. itu bertugas untuk mengelola dana sebagaimana mestinya. Zakat merupakan

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

kewajiban zakat adalah urusan dengan Allah (vertical ),namun dalam menunaikan

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidup organisasi pengelola zakat

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

BAB I PENDAHULUAN. yang fitrah. Sedangkan universalitas Islam menunjukkan bahwa Islam merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. (ZIS). Karena secara demografik, mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama

BAB I PENDAHULUAN. 90-an dan setelah tahun 90-an memiliki beberapa perbedaan yang mendasar. Pada

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan (atthaharatu)

HAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi. yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

BAB I PENDAHULUAN. Ditinjau dari segi bahasa, zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan data pertumbuhan terakhir yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan memerlukan pencatatan transaksi yang terjadi

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

BAB I PENDAHULUAN. Al-Amin (dapat dipercaya). Rasulullah mewajibkan kepada kita untuk dapat selalu

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

pertama, Iman dan Ketaatan dari subyek amal. Dalam konteks zakat

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pajak bagi negara maka penerimaan pajak sebesar-besarnya sesuai ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu kewajiban yang bersifat dogmatis dan hanya mengandung

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINS DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Nrurn 121 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No 109, Zakat

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara,

BAB I PENDAHULUAN. Zaman sekarang bentuk pendapatan yang paling menonjol adalah

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban dan tanggung jawab moral umat Islam dalam upaya menghapus

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB IV ANALISIS FAKTOR MINAT MASYARAKAT MENJADI MUZAKKI DI LAZ MASJID AL AKBAR SURABAYA

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan berkembang pesat di Indonesia, oleh karena itu dibuat UU No. 38

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan rukun Islam ketiga yang menjadi salah satu fondasi penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. untuk kesejahteraan masyarakat, selain itu juga dapat berupa shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan praktik Lembaga Keuangan Syariah, baik dalam lingkup

BAB II LANDASAN TEORI

A. Ringkasan atau Isi Penting dari Artikel

BAB I PENDAHULUAN. Zakat sebagai sistem jaminan sosial bagi penanggulangan kemiskinan sangat

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a.

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dideklarasikan satu dekade lalu, wacana tentang Millennium

PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH WALIKOTA BANDA ACEH,

Implementasi Akuntansi Zakat Infaq dan Shadaqah Berdasarkan PSAK 109 Implementation of Accounting Zakat, Infaq and Shadaqah Based on PSAK 109

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 109 PADA RUMAH ZAKAT CABANG SEMARANG. Layaknya perusahaan-perusahaan nirlaba lainnya, dalam melaksanakan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB II LANDASAN TEORI. a. Penelitian yang dilakukan Umah dan Kristin,(2011) yang berjudul Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam. Kewajiban mengeluarkan

Di dalam al-quran telah disebutkan bahwa zakat diperuntukkan kepada 8 as{na>f, sebagaimana surah al- Taubah ayat 60 berikut;

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI KJKS BMT ISTIQLAL PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. seperti Sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada

Indra Pratama Wicaksono

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pengumpulan dan Pengelolaan Dana Zakat Pada Lembaga Amil Zakat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu serta menjadi unsur dari rukun Islam. Zakat merupakan pilar utama dalam Islam khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar. Secara eksplisit dalam Al-Quran disebutkan bahwa ada banyak ayat yang menerangkan tentang urgensi zakat. Dan jika dicermati lebih lanjut, perintah untuk berzakat selalu diiring dengan perintah mendirikan sholat. Oleh karena itu para ulama berpendapat bahwa tidak ada sholat jika tidak ada zakat. Membayar zakat adalah kewajiban yang sangat penting bagi umat muslim, bahkan agama Islam sangat menganjurkan kepada umat muslim untuk menjadi demawan dalam membelanjakan setiap kekayaannya, namun demikian, dalam menjalankan kewajiban zakat, umat muslim tetap harus hatihati dan bisa memastikan bahwa asset dan pendapatan yang dihitung tidak berlebihan atau kewajibannya tidak dikurangi (Mahmudi, 2009: 14). Zakat dipungut terhadap pendapatan (laba/keuntungan), kepemilikan barang-barang tertentu seperti emas dan perak (disertakan dengan uang), hewan ternak, hasil pertanian dan juga laba dari kegiatan usaha. Hal ini memerlukan konsep yang jelas untuk menetapkan dasar dan besarnya zakat yang harus di bayarkan (Triyuwono & As udi, 2001: 19). 1

2 Melihat pentingnya zakat dan bagaimana Rasulullah Shallalahu alaihi wassallam telah mencontohkan tata cara mengelolanya, dapat disadari bahwa pengelolaan zakat bukanlah suatu hal yang mudah dan dapat dilakukan secara individual. Agar maksud dan tujuan zakat, yakni pemerataan kesejahteraan, dapat terwujud, pengelolaan dan pendistribusian zakat harus dilakukan secara melembaga dan terstruktur dengan baik. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar berdirinya berbagai Organisasi Pengelola Zakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Tujuan dalam akuntansi syari ah berdasarkan pada tujuan ekonomi Islam, yaitu pemerataan kesejahteraan bagi seluruh ummat. Kesejahteraan seharusnya didistribusikan kepada seluruh masyarakat dan tidak hanya diperuntukkan hanya untuk seseorang atau segolongan saja. Oleh karena itu, Islam menyediakan sarana untuk pemerataan kesejahteraan dengan sistem zakat, infaq, maupun sodaqoh. Adapun tujuan akuntansi yang utama pada mulanya adalah untuk mengetahui hasil-hasil perdagangan di akhir tahun, sehingga mempermudah bagi mereka untuk mengetahui berapa besar modal pokok murni, keuntungan murni, maupun kerugiannya (Harahap, 2004: 14). Lebih mendalam tujuan akuntansi syariah adalah sebagai dasar dalam perhitungan zakat, sebagai dasar dalam pembagian keuntungan, distribusi kesejahteraan dan pengungkapan terhadap kejadian dan nilai-nilai, serta unutk meyakinkan bahwa usaha yang dilakukan perusahaan bersifat Islami dan hasil yang diperoleh tidak merugikan masyarakat.

3 Dari tujuan tersebut terdapat gambaran bahwa akuntansi berkaitan erat dengan kewajiban zakat. Tidak mungkin rasanya kewajiban zakat ini terpenuhhi tanpa mengetahui metode perhitungan zakat atas harta atau penghasilan. Akuntansi syariah muncul sebagai jawaban atas konsep perhitungan sekaligus pencatatan pengelolaan dana zakat. Dalam konsep akuntansi syariah, proses yang dilaksanakan tidak hanya sebagai perhitungan dan pencatatan semata, akan tetapi lebih mendalam adalah cakupan akuntabilitas dari pengelolaannya terhadap publik dan Allah Swt (Adnan, 2005: 21). Dalam mewujudkan pemerataan pendapatan ekonomi masyarakat serta terciptanya pengelolaan dana zakat dengan baik maka diperlukan keaktifan lembaga-lembaga pengelola zakat (amil) dengan tujuan meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dalam menunaikan zakat, meningkatkan fungsi dan peran pranata agama dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial serta meningkatkan hasil dan daya guna zakat. Di Indonesia, pengelolaan dana ZIS telah diatur Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. UU ini mengatur tentang Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang boleh beroperasi di Indonesia.OPZ yang disebutkan dalam UU tersebut adalah Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Sistem distribusi zakat yang dikelola oleh OPZ harus memiliki sasaran dan tujuan. Sasaran di sini adalah pihak-pihak yang diperbolehkan menerima zakat, yaitu mengangkat keadaan ekonomi pihak-pihak tertentu yang lebih

4 membutuhkan (mustahik) yang terdiri dari delapan ashnaf. Sedangkan tujuannya adalah sesuatu yang dapat dicapai dari alokasi hasil zakat dalam kerangka sosial ekonomi, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang perekonomian sehingga memperkecil kelompok masyarakat miskin, yang pada akhirnya meningkatkan kelompok muzakki (Mahmudi, 2009: 39). Salah satu bentuk transparansi dan akuntabilitas organisasi pengelola zakat adalah adanya laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan media yang menyajikan informasi yang diperlukan oleh para pihak yang berkepentingan baik pihak intern maupun ekstern untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Hal terpenting yang harus diperhatikan oleh organisasi pengelola zakat adalah akuntabilitas dan transparansi. Untuk itu manajemen yang profesional dari lembaga amil zakat merupakan suatu keniscayaan. Upaya untuk mewujudkan Institutusi pengelola zakat yang akuntabel dan transparan tidak terlepas dari akuntansi dan pelaporan dana zakat. Untuk mendapatkan laporan keuangan yang berkualitas, organisasi pengelola zakat disyaratkan memiliki sistem akuntansi. Kualitas laporan keuangan organisasi pengelola zakat sangat dipengaruhi oleh seberapa bagus sistem akuntansi yang digunakan. Standar akuntansi yang diimplementasikan organisasi pengelola zakat harus sesuai dengan standar akuntansi zakat serta peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Terbitnya PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat, infak/sedekah merupakan jawaban atas pedoman pengelolaan dan pelaporan

5 keuangan pada organisasi pengelola zakat. Standar akuntansi zakat mengatur tentang bagaimana suatu transaksi diakui atau dicatat, kapan harus diakui, bagaimana mengukurnya, serta bagaimana mengungkapnya dalam laporan keuangan. Akuntansi untuk zakat menjadi penting karena amil (orang yang mengumpulkan zakat) bertanggung jawab terhadap harta yang diamanahkan kepadanya. Disamping itu karena peruntukkan harta zakat adalah untuk kemaslahatan ummat, maka amil juga bertanggung jawab kepada publik dan pemerintah. Dengan kata lain, akuntansi merupakan alat bagi amil untuk menunjukkan akuntabilitasnya (Mursyidi, 2003: 24). Dari fenomena tersebut dilakukan penelitian terhadap penerapan akuntansi zakat yang dilakukan lembaga pengelolaan zakat, tidak mungkin rasanya kewajiban zakat tersebut dapat diwujudkan dengan optimal tanpa adanya pengelolaan yang baik termasuk didalamnya pencatatan (fungsi akuntansi) yang menjamin terlaksananya prinsip keadilan terhadap pihakpihak yang terlibat baik oleh lembaga amil zakat maupun badan amil zakat, serta mencakup di dalamnya prinsip-prinsip yang sesuai syari ah. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan untuk mengadakan penelitian yang berkaitan dengan akuntansi zakat serta pengimplementasiannya. Dalam hal ini penulis akan mencoba mengkaji PSAK 109 dalam konteks syari ah, dan bagaimana standar akuntansi yang digunakan oleh

6 Lembaga Amil Zakat Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Cabang Malang sudah sesuai dengan kaidah syari ah. Baitul Maal Hidayatullah adalah salah satu lembaga amil zakat Nasional resmi dengan jaringan komunitas pesantren terbesar di Indonesia yang telah mendapatkan SK dari Menteri Agama No. 538 tahun 2001. Baitul Maal Hidayatullah cabang Malang sebagai bagian tak terpisahkan dengan Kantor pusat di Jakarta, hadir di Malang sejak tahun 2003 hingga sekarang. Lebih dari 18.000 donatur telah mempercayakan dananya baik secara rutin maupun insidentil. Dalam kiprahnya BMH berhak menggali dana dari pemerintah, BUMN, swasta atau masyarakat secara umum dan bertanggung jawab menyalurkan kembali kepada yang berhak menerima. Dengan programprogram yang berkaitan dengan mengelola dana masyarakat, fungsi akuntansi sangat dibutuhkan didalamnya. Sistem akuntansi zakat yang sesuai dengan PSAK yang berlaku akan memberikan perspektif positif dari masyarakat terhadap akuntabilitas pengelolaannya. Berdasarkan pemaparan tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat penelitian tentang IMPLEMENTASI PSAK 109 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat Baitul Maal Hidayatullah Cabang Malang). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka muncul permasalahan yang harus dipecahkan. Dan untuk memperjelas arah penelitian,

7 maka rumusan masalah yang diangkat adalah bagaimana PSAK 109 ditinjau dari perspektif syariah, serta implementasi PSAK 109 tentang pengelolaan zakat pada Lembaga Amil Zakat Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Malang. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah: Untuk meneliti serta mengetahui bagaimana PSAK 109 dilihat dari perspektif syariah, serta implementasi PSAK 109 pada Lembaga Amil Zakat Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Malang 1.4 Manfaat Penelitian Kegunaan Teoritis: Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dalam bidang Akuntansi Syariah terutama mengenai Akuntansi Zakat pada Lembaga Amil Zakat Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Malang. Kegunaan Praktis: 1. LAZ dapat mengevaluasi sejauh mana penerapan penyajian laporan keuangannya berdasarkan PSAK 109, 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen LAZ dalam menerapkan penyajian laporan keuangan tentang pengelolaan dana zakat yang relevan dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku sehingga

8 dapat meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangannya di mata publik serta mampu meraih kepercayaan publik. 3. Sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya yang akan mengambil tema yang serupa, sehingga dapat memberikan kajian keilmuan yang lebih mendalam pada masa yang akan datang.