Rabu, 24 September 2014

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RAKYAT REPUBLIK INDONESI

PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI TANGGAL 18 JULI 2006

Selasa, 7 Pebruari 2006

Tanggal 26 Januari Disampaikan oleh: H. Firman Subagyo, SE.,MH. Wakil Ketua Badan Legislasi, A.273

Pimpinan, Anggota Dewan, dan hadirin yang kami hormati,

PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI TANGGAL, 9 SEPTEMBER 2008

Assalamu alaikum Wr. Wb Selamat Malam dan Salam sejahtera bagi kita semua

PANDANGAN PRESIDEN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

LAPORAN KETUA BADAN LEGISLASI TENTANG PENAMBAHAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG PRIORITAS TAHUN 2010 DALAM RAPAT PARIPURNA DPR RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN


RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI RANCAN RANCANGAN

MASUKAN KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ATAS PERUBAHAN UU NO. 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III PERAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (LPSK) A. Kedudukan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI DEMOKRAT TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG T E N T A N G PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA (PAN) TAHUN ANGGARAN 2003

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

BAHAN RAPAT KERJA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI RI, MENTERI DALAM NEGERI RI DAN MENTERI HUKUM DAN HAM RI DENGAN

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI DEMOKRAT T E R H A D A P RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG OMBUDSMAN

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAMPINGAN SAKSI LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV KEBIJAKAN SEKURITISASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI PERMASALAHAN IMIGRAN ILEGAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

m^w^^^^mi^^^^m m M &&&?zmi Hpj

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102

-2- Di dalam Pasal 7 ayat (4) dinyatakan bahwa pemberian Kompensasi bagi Korban tindak pidana terorisme dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-Un

berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 memerlukan waktu yang cukup

LAPORAN SINGKAT TIMUS/TIMSIN RUU TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN KOMISI II DPR RI

PERATURAN KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA BADAN LEGISLASI DPR RI DENGAN PEMERINTAHAN

: Dra. Hani Yuliasih, M.Si/Kabag.Set Komisi II DPR RI

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Restitusi adalah pembayaran ganti kerugian yang d

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RABU, 20 JANUARI 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Nomor Anggota : A-356 Assalamualaikum Wr. Wb., Salam Sejahtera bagi kita semua, Om Swastiastu MERDEKA!!!

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI RANCANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Jalan Jenderal Gatot Subroto - Jakarta Nomor : 60 /KOM.IIIIV/2005 Jakarta, 19 Mei 2005

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DPR RI OLEH: DRA. HJ. IDA FAUZIYAH WAKIL KETUA BADAN LEGISLASI DPR RI MATERI ORIENTASI TENAGA AHLI DPR RI APRIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN RESTITUSI BAGI ANAK YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Institute for Criminal Justice Reform

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Hari/Tanggal : Senin/22 Oktober 2012 : Pukul WIB s.d Selesai

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 SERI D.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

o REKAN-REKAN WARTAWAN BAIK MEDIA CETAK MAUPUN ELEKTRONIK SERTA HADIRIN YANG SAYA MULIAKAN,

SAMBUTAN pada PELATIHAN SATGAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Jakarta, Mei 2016

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN INISIATIF DPR RI

Assalamu'alaikum Wr. Wb; Salam Sejahtera bagi kita semua; Yth. Saudara Pimpinan Rapat Para Anggota Dewan, dan hadirin yang kami hormati;

2 Wewenang, Pelanggaran dan Tindak Pidana Korupsi Lingkup Kementerian Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggar

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

Assalamu'alaikum Wr.Wb Salam Sejahtera

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

LAPORAN KOMISI III DPR RI TERHADAP PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI Assalamu alaikum Wr.Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Rabu, 24 September 2014 Yth. Pimpinan Dewan Yth. Bapak/Ibu Anggota Dewan Yth. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia beserta jajarannya Yth. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi beserta jajaran. Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas perkenan-nya kita dapat melaksanakan dan menghadiri Rapat Paripurna DPR RI pada hari ini dalam keadaan sehat wal afiat, guna menyampaikan laporan Komisi III DPR RI terhadap pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Presiden Republik Indonesia melalui surat No. R-09/ Pres/ 02/ 2014 tanggal 11 Februari 2014, telah menyampaikan Draft Rancangan Undang- Undang Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Perlindungan Saksi dan Korban kepada DPR RI untuk dilakukan pembahasan bersama-sama dengan Pemerintah Republik Indonesia, yang diwakili oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Rapat Badan Musyawarah (BAMUS) DPR RI dan surat Pimpinan DPR RI No. PW/ 01633/ DPR RI/ II/ 2014 tertanggal 21 Februari 2014, menugaskan Komisi III DPR RI untuk melakukan pembahasan terhadap RUU dimaksud. Menindaklanjuti Keputusan Rapat Badan Musyawarah, Komisi III DPR RI melaksanakan Rapat Kerja pertama dengan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 19 Mei 2014, dengan agenda rapat yaitu mendengar penjelasan Presiden RI, yang pada pokoknya menguraikan: 1

1. Keberhasilan suatu proses peradilan pidana sangat bergantung pada alat bukti yang berhasil diungkap atau ditemukan. Salah satu alat bukti yang sah dalam proses peradilan pidana adalah keterangan Saksi dan/atau Korban. Banyak kasus-kasus yang tidak terungkap dan tidak terselesaikan disebabkan oleh Saksi dan Korban takut memberikan kesaksian kepada penegak hukum karena mendapat ancaman dari pihak tertentu. 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban yang telah berlaku selama lebih dari 7 (tujuh) tahun dan tentunya telah memberikan pengalaman bagi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) sebagai satu-satunya lembaga yang diamanatkan menjalankan tugas dan fungsi sesuai ketentuan dalam Undang-Undang tersebut. Sejak diberlakukannya Undang-Undang tersebut, LPSK kerap menemukan sejumlah kendala dan kelemahan yang cukup signifikan dalam melaksanakan ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, khususnya dalam konteks substansi pemberian perlindungan dan kelembagaan LPSK. 3. Secara umum, terdapat beberapa kelemahan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, yang menghambat pemberian perlindungan terhadap saksi dan korban, antara lain: ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban belum memenuhi perkembangan kebutuhan masyarakat termasuk standar dan instrumen hukum internasional; keterbatasan kewenangan yang menyangkut substansi penjabaran dari pelaksanaan kewenangan LPSK yang berimplikasi pada kualitas pemberian layanan perlindungan saksi, korban, saksi pelaku, pelapor, dan ahli; dan kelembagaan yang belum memadai untuk mendukung pelaksanaan kewenangan LPSK dalam pemberian perlindungan terhadap saksi dan korban. 4. Hal-hal yang ditemukan LPSK dalam prakteknya selama ini serta berbagai perkembangan dalam sistem peradilan pidana, merupakan salah satu alasan utama diperlukannya perubahan dan penyempurnaan secara komprehensif terhadap Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Dalam rapat kerja selanjutnya tanggal 28 Agustus 2014, disampaikan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Fraksi-Fraksi dengan Jumlah keseluruhan DIM sebanyak 154 DIM. Selanjutnya disepakati untuk dibentuk Panitia Kerja yang bertugas membahas materi yang ada dalam Rancangan Undang- Undang. Panitia Kerja melakukan pembahasan secara mendalam dan intensif bersama Pemerintah. Panitia Kerja kemudian membentuk Tim Perumus dan Tim Sinkronisasi yang meneruskan pembahasan dan 2

perumusan substansi dan redaksi dari draft yang baik dan dapat dilaksanakan. Setelah melakukan pembahasan secara komprehensif, Tim Perumus telah melaporkan hasil-hasil yang dicapai kepada Panja. Rapat Panja menerima seluruh masukan dan menetapkan beberapa materi yang harus diputuskan di tingkat Panja. Adapun terkait dengan proses perumusan dan penyusunan Rancangan Undang-Undang tersebut, merupakan keinginan Komisi III DPR RI melakukan upaya-upaya perbaikan serta dukungan dari sisi legislasi mengenai penegakan hukum, penghormatan kepada Hak Asasi Manusia dan dalam rangka penerapan prinsip integrated justice system di Indonesia. Pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban ini dalam perkembangannya memang bukan proses yang mudah karena konsekuensi dari proses penyempurnaan yang diharapkan dapat menjadi salah satu undang-undang yang akan membantu Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dalam menjalankan tugas dan fungsi dan meningkatkan kinerjanya. Beberapa isu krusial yang berkembang dan menjadi fokus pembahasan dalam Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban ini antara lain: 1. Pengaturan yang lebih tegas mengenai peran dari dan hak-hak perlindungan terhadap Saksi Pelaku (Justice Collaborator) dan Pelapor (Whistleblower). Adapun pemberian perlindungan juga diperluas bagi siapa saja yang masuk dalam kategori Saksi yang keterangannya terkait dengan tindak pidana menurut Keputusan LPSK, walaupun tidak ia dengar, tidak ia lihat, dan tidak ia alami sendiri. Peraturan ini juga akan menjamin penghargaan bagi Saksi yang bekerja sama dengan penegak hukum. 2. Pembaharuan hak-hak dari Saksi dan Korban yang didalamnya termasuk identitas baru dan tempat kediaman sementara atau tempat kediaman baru; mendapat pendampingan di Persidangan, serta hakhak lainnya dalam perlindungan LPSK. Dalam peraturan ini, diatur pula perlindungan kepada Saksi dan Korban yang dapat dilakukan secepatnya, yakni sejak pelaporannya berdasarkan Keputusan LPSK. Selain itu, adanya peraturan khusus dalam hal perlindungan terhadap anak yang menjadi Saksi dan/atau Korban. 3

3. Bantuan Rehabilitasi Medis dan Bantuan Rehabilitasi Psikososial dan Psikologis bagi Korban Tindak Pidana Pelanggaran HAM Berat, Terorisme, Penyiksaan, Kejahatan Seksual, Perdagangan Orang, Penganiayaan Berat, yang dapat juga meliputi bantuan kebutuhan yang bersifat fisik dan mental. 4. Pengaturan mengenai pemberian Kompensasi dan Restitusi yang lebih komprehensif yang menjadi tugas pokok LPSK, sebelum dan sesudah putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. 5. Penguatan terhadap kelembagaan LPSK yang dilakukan dengan pembentukan Sekretaris Jenderal dan Supporting System yang diharapkan dapat membantu kinerja LPSK dan pembentukan keterwakilannya di daerah. Selain itu, LPSK juga akan dibantu oleh Dewan Penasehat yang berfungsi untuk mengawasi kebijakan dan kinerja anggota LPSK sekaligus memberikan nasehat dan pertimbangan kepada LPSK. 6. Terdapatnya pembaharuan terhadap seluruh sistem Ketentuan Pidana yang diharapkan dapat membantu kinerja LPSK dengan baik tanpa ada unsur penghalang atau kendala dan tidak mengurangi independensi bagi Hakim dalam mengadili dan memutus perkara. Pada Rapat Kerja Komisi III DPR RI dengan Menteri Hukum dan HAM serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tanggal 23 September 2014, fraksi-fraksi menyampaikan pendapat dan pandangan akhir mini fraksinya, dimana pada prinsipnya menyetujui seluruh isi dari Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, yang selanjutnya dilanjutkan dengan pengesahan dan penandatanganan draft RUU oleh Perwakilan fraksi-fraksi bersama-sama Pemerintah. Pimpinan dan Anggota Rapat yang kami hormati Komisi III DPR RI memandang penting Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban ini mengingat negara Indonesia sebagai negara hukum dan komitmen negara kita dalam penegakan hukum, yakni untuk terus berupaya mengungkap kasus-kasus penting atau memerangi dan memberantas kejahatan yang termasuk dalam lingkup tindak pidana khusus atau kejahatan terorganisir. Salah satu hal yang penting adalah Saksi dan Korban, yang akan bekerja sama dengan penegak hukum. Maka dari itu penguatan terhadap Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dalam menjalankan tugas dan fungsinya sangat diperlukan, terutama dalam memberi Perlindungan yang cukup dan memadai kepada Saksi dan Korban. 4

Demikian laporan Komisi III DPR RI mengenai pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Untuk selanjutnya Kami serahkan kepada Rapat Paripurna hari ini untuk mendapat persetujuan bersama. Pada kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya dan penghargaan kepada Tim Pemerintah yang telah bersama-sama dengan Komisi III DPR RI melakukan pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian pembahasan Rancangan Undang-Undang ini, baik dari media cetak maupun elektronik, beserta masyarakat umum. Kami ucapkan terima kasih. Wassalamu alaikum Wr. Wb. PIMPINAN KOMISI III DPR RI WAKIL KETUA, DRS. AL MUZZAMIL YUSUF, M.SI 5