KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
4.2.Upaya Penyelesaian Konflik antara Pemerintah dengan Bangsamoro Faktor Pendorong Moro Islamic Liberation Front (MILF) untuk

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Berdasakan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. diplomasi Muhammadiyah di tengah pusaran konflik Mindanao Filipina Selatan,

BAB I PENDAHULUAN. digencarkan Amerika Serikat. Begitupula konflik yang terjadi di Asia

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

Kebijakan Pemerintah Filipina dalam Menangani Ancaman Gerakan Moro Islamic Liberation Front

(Conflict Resolution between the Philippine s Government versus MILF Since Estrada up to Beniqno Aquino III Administrations) SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam hal ini adalah Amerika. Setelah kemenangannya dalam Perang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

BAB IV UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM MEMBEBASKAN SANDERA WNI DARI KELOMPOK ABU SAYYAF

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

BAB II SEJARAH MINDANAO MENUJU DINAMIKA KONFLIK MORO. Filipina. Banyak hal yang menarik untuk diketahui dari sejarah Filipina terutama

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut.

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG

Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BENTUK KERJA SAMA ASEAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN. satu pemicu konflik. Sebelum Yaman Unifikasi mereka terbelah menjadi dua

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III DINAMIKA PERDAMAIAN KONFLIK MINDANAO. masyarakat minoritas muslim Mindanao dengan Pemerintah Filipina, serta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG TIM PENGAMAT INDONESIA DALAM INTERNATIONAL MONITORING TEAM DI FILIPINA SELATAN

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

BAB V KESIMPULAN. Rencana Iran menjadi tuan rumah KTT Non Blok mendapat perlawanan dari

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

PERLINDUNGAN TERHADAP WARGA SIPIL SEBAGAI KORBAN PENYANDERAAN DALAM KONFLIK BERSENJATA DI FILIPINA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

Mengapa HT terus mendesak pemerintah mengirimkan tentara perang melawan Israel?

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP Kesimpulan

3. Dalam memahami konflik di Timur Tengah terdapat faktor ideologi, energi, otoritarianisme, geopolitik, dan lainnya.

Negara Jangan Cuci Tangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang optimal government terutama dibidang kerja sama dengan

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB IV PEMODELAN DAN REKOMENDASI PENYELESAIAN KONFLIK PAPUA. 4.1 Pemodelan Konflik Papua (Matrik Payoff Konflik)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV KEGAGALAN OKI DALAM MENANGANI KONFLIK ARAB/PALESTINA-ISRAEL

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)

BAB IV ANALISIS KONFLIK

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa

ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA

Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah peradaban Aceh begitu panjang, penuh liku dan timbul tenggelam.

BAB II OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD A. Pemerintah Daerah di Indonesia Berdasarkan UUD 1945

Transkripsi:

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA 2011 1

2 RESUME SKRIPSI Banyak negara di dunia ini terdapat gerakan separatis yang menuntut pemisahan diri, termasuk Filipina. Kepincangan sosial, ekonomi dan politik antara penduduk di Utara dan Selatan Filipina menjadikan perselisihan diantara keduanya. Filipina menghadapi gejolak keamanan yang tidak stabil diwilayah salatan, disebabkan etnis moro yang mengingikan pemisahan diri dari pemerintah Filipina dan ingin mendirikan negara merdeka di wilayah Mindanao Filipina bagian Selatan. Faktor yang melatar belakangi berkembangnya separatis Moro ialah: sejarah kolonial, penyatuan paksa kelompok Muslim ke dalam khatolik Filipina, penjajahan tanah air Moro dan pengambilan aset-aset kekayaan sumber daya alam tanpa bagi hasil yang adil menjadi pemicu gerakan pemisahan diri Moro dari Filipina. Gerakan terorganisir muncul pertama kali adalah MIM pada tahun 1968 yang memperjuangkan kesetaraan dan keadilan bagi umat Islam, dilanjutkan dengan MNLF dipimpin oleh Nurulhaj Musuari dilatar belakangi pada kekuatan islam yang menuntut adanya otonomi khusus di wilayah Moro Mindanao, gerakan ini dapat menarik

3 dukungan negara-negara Islam yang tergabung dalam OKI untuk membantu mereka dalam melancarkan seranganya kepada pemerintah Filipina. Perjanjian damai dibentuk pemerintah dengan MNLF dan OKI sebagi Mediator. Sebagai hasil yang dicapai terbentuknya Tripoli Agreement yang ditandatangani 1976 dan Peace Agreement 1996. Muncul perpecahan dikalangan elit-elit pemberontak Moro yang tergabung dalam MNLF, dan melahirkan kelompok-kelompok separatis baru, seperti MILF dan Abu Sayyaf. Gerakan MILF pimpinan Salamat Hashim memiliki cita-cita mendirikan negara Islam di Filipina Selatan dengan tujuan memperoleh kembali kemerdekaan yang dirampas dan memperjuangkan penentuan nasib sendiri melalui perjuangan secara damai. Abu Sayyaf memiliki jaringan dengan organisasi teroris internasional, gerakan ini diarahkan pada orang-orang Khatolik di Filipina selatan dan melakukan tindakan kekerasan terhadap mereka. Dalam perkembanganya pemerintah Filipina berupaya membuat kebijakan untuk mengatasi gerakan separatis Moro dengan berbagai kebijakan yaitu: Pertama, memberikan Otonomi khusus sebagai pelaksanaan final dari perjanjian Tripoli. Otonomi khusus Bangsa Moro merupakan hak istimewa yang diberikan pemerintah

4 Filipina untuk wilayah Mindanao. Otonomi tersebut meliputi pembagian wilayah yang mencakup 13 provinsi dan 9 kota, pembagian kekuasaan berupa kutipan pajak dan kewenangan untuk mengontrol sumber daya alam di Filipina bagian Selatan, dan kewenangan legislatif yang berupa pemberian wewenang kepada pemerintah lokal Moro untuk mengatur pemerintahan daerahnya sendiri yang bertanggung jawab langsung pada presiden. Kedua, meningkatkan keamanan masyarakat, Moro dianggap sebagai gerakan pemberontak terhadap pemerintah yang melakukan angka kejahatan tinggi di Filipina. Dengan itu pemerintah Filipina bersiaga mempersiapkan pasukan keamanan yang bernama AFP. Penambahan dilakukan untuk menjaga kestabilan dan keamanan warga diwilayah Mindanao. Kemudian kebijakan pemerintah yang ketiga adalah intervensi yang berupa pemaksaan terhadap pemimpin MILF untuk dapat mengakhiri pemberontakan dan pelatihan keterampilan militer. Pemerintah akan memberi sanksi tegas terhadap setiap anggota yang ditemukan telah melakukan latihan dan terlibat melakukan tindak kekerasan terhadap warga sipil. Seiring berjalannya waktu, pemerintah menghadapi beberapa hambatan dalam menyelesaikan konflik dengan separatis Moro. Hambatan pertama, campur tangan dari

5 Libya dan OKI telah menambah dinamika konflik penyelesaian masalah dengan separatis Moro. OKI yang memiliki dasar memperjuangkan kepentingan umat islam telah mengakui MNLF sebagai bagian dari resolusi OKI dan mitra terdekat OKI. OKI mengancam akan mengembargo pasokan minyak terhadap Filipina jika tidak segera mengiyakan perintah OKI, tekanan yang diberikan OKI pada pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan otonomi khusus dan juga ancaman dari OKI membuat pemerintah tidak bisa menolak permintaan tersebut mengingat ketergantungannya terhadap negara-negara pengekspor Minyak OPEC yang merupakan anggota OKI. Hambatan yang kedua, adanya isu ancaman terorisme yang menyebabkan proses perdamaian tak kunjung usai. Gerakan separatis Moro MILF dan Abu Sayyaf telah tergabung dalam jaringan teroris internasional Al-Qaida dan Jamaah Islamiah(JI). Keberadaan gerakan separatis Moro di Filipina menjadikan sasaran yang nyaman karena gerakan tersebut membutuhkan banyak dukungan baik sumber daya manusia maupun sember dana dari para donatur. Sehingga menjadi jalan yang sangat mudah bagi anggota teroris untuk masuk kedalamnya. Hubungan yang dijalin MILF dapat diketahui dari pelatihan penggunaan pelucutan granat, mortir, senjata antitank dan

6 howitzer. Berbagai aksi bom, pembunuhan, penculikan dan pemerasan dilakukan kelompok tersebut untuk menyerang pemerintah. Tindakan-tindakan tersebut menjadikan masalah baru pada pemerintah dalam upaya penanganan penyelesaian masalah gerakan separatis Moro. Sesungguhnya MILF sadar akan keberadaan jaringan terorisme di wilayahnya namun hal itu justru menjadi keuntungan bagi MILF. MILF menggunakan kesempatan dengan masuknya Jamaah Islamiah ke wilayahnya untuk bergabung memerangi angkatan bersenjata Filipina. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kebijakan-kebijakan yang di terapkan pemerintah Filipina belum berhasil, indikator dari ketidak berhasilan pemerintah Filipina menyelesaikan Masalah gerakan separatis Moro di Mindanao adalah adanya berbagai hambatan-hambatan dalam proses perundingan sehinggal masalah tersebut masih tetap ada dan gerakan separatis di Filipina masih tetap melakukan pemberontakan.