PROSPEK DAN KENDALA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI SUMBER PRODUKSI JAGUNG

dokumen-dokumen yang mirip
UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG (Zea Mays L.) DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

KELAYAKAN BUDIDAYA JAGUNG DAN TERNAK SAPI SECARA TERINTEGRASI DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

KERAGAAN KACANG TANAH VARIETAS KANCIL DAN JERAPAH DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH

PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

Pengaruh Pupuk N, P, K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida dan Komposit pada Tanah Inseptisol Endoaquepts Kabupaten Barru Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

BAB I PENDAHULUAN. yang menduduki urutan kedua setelah kedelai (Marzuki, 2007), Kebutuhan kacang tanah di Indonesia mencapai

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

KAJIAN KORELASI KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DAN KARET DI PROVINSI LAMPUNG

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Inceptisol

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian dari bentang alam ( Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan

PENEMPATAN PUPUK ANORGANIK YANG EFISIEN PADA TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU. Wahyu Wibawa

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

Kata kunci : Rhizobium, Uji VUB kedelai, lahan kering

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. hingga mencapai luasan 110 ribu Ha. Pengurangan itu terlihat dari perbandingan

EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK N PADA JAGUNG KOMPOSIT MENGGUNAKAN BAGAN WARNA DAUN. Suwardi dan Roy Efendi Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

Untuk menunjang pertumbuhannya, tananam memerlukan pasokan hara

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

Kajian Paket Teknologi Budidaya Jagung pada Lahan Kering di Provinsi Jambi

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007.

KAJIAN PAKET TEKNOLOGI BUDI DAYA JAGUNG PADA LAHAN KERING DI PROVINSI JAMBI. Syafri Edi dan Eva Salvia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH SEBAGAI TANAMAN MT III DI SULAWESI TENGGARA

I. PENDAHULUAN. Mentimun merupakan suatu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai

TEKNIK PEMUPUKAN N DENGAN MENGGUNAKAN BWD PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DAN JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INTEGRASI TANAMAN KELAPA SAWIT DENGAN TANAMAN PANGAN JAGUNG DAN UBIKAYU DI LAHAN KERING

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN PUPUK KIMIA TERHADAP SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai

KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN ABSTRAK

PENDAHULUAN. manusia tidak bisa mempertahankan eksistensinya atau hidupnya. Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

PROSPEK DAN KENDALA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI SUMBER PRODUKSI JAGUNG Aidi Noor, Khairudin, dan M. Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P. Batur Barat No. 4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan e-mail : aidinoor@yahoo.com ABSTRAK Lahan kering yang cukup luas di Kalimantan Selatan mempunyai potensi sebagai sumber produksi jagung, mengingat permintaan akan jagung terus meningkat seiring dengan meningkatnya keperluan untuk pangan maupun untuk keperluan pakan ternak dan bahan baku beberapa industri. Hasil pemetaan agro ekologi zone Kalimantan Selatan skala 1:250.000 menunjukkan lahan yang cukup sesuai dan berpotensi untuk tanaman pangan semusim seperti jagung dengan kemiringan lahan < 8% adalah seluas 769.948 ha (20,52% dari luas total Kalimantan Selatan). Luas panen jagung di Kalimantan Selatan tahun 2013 baru mencapai 20.629 ha dengan produktivitas cukup tinggi 5,19 t/ha. Produkasi jagung di Kalimantan Selatan masih memungkinkan untuk ditingkatkan baik melalui perluasan areal tanam, peningkatan indeks pertanaman maupun peningkatan produktivitas. Peningkatan luas tanam jagung masih memungkinkan pada lahan ladang/huma seluas 280.606 dan lahan yang sementara tidak diusahakan seluas 160.731 ha. Pengembangan areal tanaman jagung mempunyai kendala terutama dalam hal persaingan penggunaan lahan dengan komoditas lain, baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan. Peningkatan luas tanam jagung dapat dilakukan dengan meningkatkan indeks pertanaman dalam pola tanam menyesuaikan dengan karakteristik curah hujan. Pemanfaatan lahan diantara tanaman perkebunan yang masih muda juga mempunyai potensi untuk pertanaman jagung. Peningkatan produktivitas jagung di lahan kering Kalimantan Selatan masih memungkinkan dengan teknologi pemupukan yang tepat antara penggunaan pupuk kimia dan pupuk organik, serta penggunaan varietas jagung adaptif dengan potensi hasil tinggi. Kata kunci : jagung, lahan kering, produktivitas, perluasan areal Pendahuluan Kalimantan Selatan mempunyai potensi lahan kering yang cukup luas, yang sesuai untuk tanaman pangan semusim seperti padi gogo, jagung, kedelai, kacang tanah seluas 769.948 ha (20,52%) dengan kemiringan lahan 0-8%, sedangkan lahan kering yang berpotensi untuk tahunan/pangan dengan kemiringan lahan 8-15% adalah seluas 688.032 ha (18,34%) (Mulyani et al., 2013). Lahan kering yang cukup luas di Kalimantan Selatan mempunyai potensi sebagai sumber produksi jagung, mengingat permintaan akan jagung terus meningkat seiring dengan meningkatnya keperluan untuk pangan maupun untuk keperluan pakan ternak dan bahan baku beberapa industri. Luas panen jagung Indonesia tahun 2013 seluas 3,82 juta ha dengan produksi pipilan mencapai 1,85 juta ton dan produktivitas 4,84 t/ha (BPS, 2014). Untuk memenuhi Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 323

Luas panen (ha) Produktivitas (t/ha) kebutuhan jagung yang terus meningkat pemerintah Indonesia menargetkan produksi jagung pada tahun 2014 adalah 29,0 juta ton atau meningkat 64% dibandingkan produksi jagung pada tahun 2011. Produksi jagung propinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2013 mencapai 107.043 ton dari luas areal panen 20.629 ha dengan produktivitas rata-rata cukup tinggi yaitu 5,19 t/ha (BPS, 2014). Dari total luas areal panen jagung di Kalimantan Selatan 61,8 % (12.052 ha) terdapat di kabupaten Tanah Laut yang merupakan sentra produksi jagung, rata-rata produktivitas jagung di kabupaten Tanah Laut sudah mencapai 5,6 t/ha (BPS Kalimantan Selatan, 2013) lebih tinggi dari rata-rata produktivitas di Kalimantan Selatan maupun Nasional. Peningkatan produkasi jagung di Kalimantan Selatan masih memungkinkan untuk ditingkatkan baik melalui perluasan areal tanam, peningkatan indeks pertanaman maupun peningkatan produktivitas. Sebagian besar petani di kabupaten Tanah Laut sudah menggunakan jagung hibrida dengan potensi hasil > 10 t/ha, hal ini menunjukkan dengan teknologi yang tepat produktivitas jagung di lahan kering Kalimantan Selatan masih bisa ditingkatkan. Petani di kabupaten Tanah Laut dalam melakukan pertanaman juga sudah terbiasa menggunakan pupuk organik (kotoran ayam maupun kotoran sapi), pupuk organik diperkirakan dapat mengurangi dosis pemupukan kimia dan juga meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman jagung. Perkembangan Luas dan Produktivitas Jagung Luas pertanaman jagung di Kalimantan Selatan selama 10 tahun terakhir cukup berfluktuasi yaitu pada tahun 2002 luas panen jagung baru mencapai 15.491 ha dan tertinggi yang pernah dicapai adalah seluas 22.979 ha pada tahun 2009. Luas panen jagung pada tahun 2012 mencapai 21.723 ha, pada tahun 2013 luas panen jagung mengalami penurunan menjadi sekitar 20.629 ha. Produktivitas jagung di Kalimantan Selatan pada tahun 2004 kebawah hanya mencapai 1,34-2,95 t/ha, tetapi sejak mulai tahun 2005-2007 peningkatan produktivitas meningkat tajam yaitu 3.08-4,54 t/ha, setelah tahun 2010 peningkatan produktivitas mulai melandai dan mencapai hasil tertinggi 5,19 t/ha pada tahun 2013 (Gambar 1). 24.000 21.000 18.000 15.000 12.000 9.000 6.000 3.000-2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Tahun 5,50 5,00 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 Luas panen produktivitas Sumber : BPS Kal-Sel (2003-2013) Gambar 1. Luas panen dan produktivitas jagung Kalmantan Selatan 2002-2013 Aidi Noor et al. : Prospek dan kendala lahan kering di Kalimantan Selatan 324

Luas Panen Jagung (Ha) Peningkatan produktivitas jagung sejak mulai tahun 2006 karena petani mulai mengenal jagung hibrida dengan potensi hasil tinggi, sebelimnya petani hanya menanam jagung non hibrida atau jagung lokal dengan potensi hasil masih rendah. Selain itu petani juga mulai menggunakan pupuk organik dan pupuk kimia, sehingga produktivitas jagung terus meningkat. Pertanaman jagung di Kalimantan Selatan tersebar di 11 kabupaten, dari luas panen jagung Kaimantan Selatan 21.723 ha pada tahun 2012, Kabupaten Tanah Laut merupakan kabupaten dengan luas panen jagung terluas yaitu 14.034 ha (64,6%), kemudian diikuti oleh Kabupaten Kotabaru seluas 3.722 ha (17,1%), sedangkan kabupaten lainnya hanya berkisar antara 127-802 ha (Gambar 2). 22.000 20.000 18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 - [VALUE](64.6%) [VALUE](17.1%) [VALUE](3.7%) 574 127 315 460 217 530 593 349 21.723 Kabupaten - Kalimantan Selatan Sumber : BPS Kal-Sel (2013) Gambar 2. Luas panen jagung di masing-masing kabupaten, Kalimantan Selatan tahun 2012 Kabupaten Tanah Laut dan Kotabaru selain mempunyai pertanaman jagung terluas, juga mempunyai produktivitas jagung yang lebih tinggi dari kabupaten lainnya. Pada tahun 2012 produktivitas jagung di kabupaten Tanah Laut dan Kotabaru adalah 5,5 t/ha lebih tinggi dari rata-rata propinsi (5,16 t/ha), sedangkan kabupaten lainnya hanya berkisar antara 3,0-4,6 t/ha (Gambar 3). Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 325

Luas panen (ha) Produktivitas (t/ha Produktivitas (t/ha) 6,0 5,0 4,0 3,0 5,5 5,5 4,1 3,2 4,6 3,7 3,5 3,1 3,0 3,7 3,1 5,16 2,0 1,0 0,0 Kabupaten-Kalimantan Selatan Sumber : BPS Kal-Sel (2013) Gambar 3. Produktivitas jagung jagung kalsel 2012 Perkembangan luas panen jagung di kedua Kabupaten Tanah Laut dan Kotabaru pada 5 tahun terakhir menunjukkan pertambahan luas tanam atau panen jagung memang tidak begitu meningkat bahkan ada kecenderungan menurun pada tahun-tahun tertentu. Pada kabupaten Tanah Laut luas panen jagung sejak tahun 2008-2012 berkisar antara 12.052-14.034 ha dengan luas panen mengalami penurunan cukup luas terjadi pada tahun 2011 (sekitar 2.000 ha) dari tahun sebelumnya. Pada kabupaten Kota Baru selama 5 tahun tarakhir berkisar antara 3.658-4.355 ha. Produktivitas jagung tahun 2008-2012 Kabupaten Tanah Laut berkisar antara 5,20-5,69 t/ha, sedangkan Kota Baru berkisar antara 4,78-5,66 t/ha (Gambar 4). Tanah Laut Kota Baru 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000-14.982 13.884 14.215 14.034 12.052 3.913 4.355 4.248 3.658 3.722 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 6,00 5,50 5,00 4,50 4,00 3,50 3,00 Luas panen Produktivitas Sumber : BPS Kalsel (2009-2013) Gambar 4. Luas panen dan produktivitas jagung di kabupaten Tanah Laut dan Kota Baru tahun 2008-2012. Aidi Noor et al. : Prospek dan kendala lahan kering di Kalimantan Selatan 326

Potensi Lahan Kering Kalimantan Selatan mempunyai potensi lahan kering yang cukup luas yaitu sekitar 3 juta ha dan lahan basah sekitar 0,75 juta. Lahan kering di Kalimantan Selatan berdasarkan penggunaannya lebih banyak diusahakan untuk tanaman tahunan seluas 706.318 ha (18,8%), sedangkan tegalan/ladang/huma yang biasanya digunakan untuk tanaman semusim seperti jagung, padi gogo, jenis kacang-kacangan, sayuran dan lain-lainnya sekitar 370.687 ha (9,9%). Luas pertanaman jagung baru mencapai sekitar 21 ribu ha, pengembangan jagung masih memungkinkan pada lahan tegalan/ladang ini, selain itu masih ada lahan kering yang belum diusahakan/dimanfaatkan seluas 167.108 ha (4,5%) (BPS Kal-Sel, 2012). Walaupun lahan kering datar dengan kelerengan <8% yang berpotensi untuk tanaman panagan sebenarnya cukup luas, namun lahan-lahan tersebut sebagian telah ditanami tanaman tahunan/perkebunan. Peningkatan luas tanaman perkebunan seperti karet dan sawit di Kalimantan Selatan cukup cepat. Tanaman perkebunan karet dan sawit yang masih muda (umur <4 tahun) sebenarnya juga bisa dimanfaatkan untuk pertanaman jagung sebagai tanaman sela. Tabel 1. Penggunaan lahan di Kalimantan Selatan tahun 2011 Tipe penggunaan lahan Luas (Ha) % - Sawah diusahakan 456,246 12.2 - Sawah sementara tidak diusahakan 207,212 5.5 - Tegalan/kebun 258,791 6.9 - Ladang/huma 111,896 3.0 - Perkebunan 706,318 18.8 - Hutan rakyat 216,892 5.8 - Tambak 14,181 0.4 - Kolam/Tabat/Empang 5,424 0.1 - Padang penggembalaan rumput 182,596 4.9 - Lahan kering sementara tidak diusahakan 167,108 4.5 - Lahan untuk rumah, bangunan dan halaman sekitarnya 144,478 3.9 - Rawa-rawa (tidak ditanami) 111,934 3.0 - Hutan negara 921,596 24.6 - Lainnya (jalan, sungai, danau, lahan tandus) 247,665 6.6 TOTAL 3,752,337 100 Sumber : Penggunaan lahan Kalimantan Selatan tahun 2011 (BPS Kal-Sel, 2012) Selain lahan yang masih cukup luas, untuk pertanaman jagung di Kalimantan Selatan didukung oleh curah hujan yang cukup tinggi dan memungkinkan untuk tanam 2 kali setahun. Data rata-rata 5 tahun terakhir menunjukkan jumlah curah hujan di Kalimantan Selatan tergolong cukup tinggi yaitu 2.767 mm/tahun, dengan rata-rata curah hujan 230 mm/bulan. Bulan-bulan basah (curah hujan 200 ml) terjadi selama 6 bulan mulai bulan Nopember sampai dengan April, sedangkan bulan dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni-September (Gambar 5). Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 327

Curah Hujan (mm) 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Gambar 5. Rata-rata curah hujan bulan Kalimantan Selatan 5 tahun terakhir (2008-2012) Kendala Usahatani Jagung di Lahan Kering Bulan Lahan kering di Kalimantan Selatan merupakan salah satu agroekosistem yang memiliki potensi cukup besar untuk pengembangan produksi pertanian seperti jagung Dalam pemanfaatan lahan ini, kendala utama yang dihadapi adalah rendahnya kesuburan tanah, kemasaman tanah, kandungan bahan organik rendah, dan distribusi curah hujan yang tidak merata sehingga kadang-kadang tidak tersedianya air yang cukup, dan pada curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan erosis tanah pada lahan-lahan yang berlereng. Bahan organik dan beberapa unsur hara tanah yang rendah, tingginya kemasaman dan unsur meracun Al-dd merupakan salah satu kendala dalam meningkatkan produktivitas jagung di lahan kering Kalimantan Selatan. Karakteristik tanah lahan kering di Kalimantan Selatan dapat dilihat pada Tabel berikut ini (Tabel 2). Pengelolaan kesuburan tanah merupakan hal yang penting dalam usahatani di lahan kering, yang meliputi tidak saja peningkatan kesuburan kimiawi, tetapi juga kesuburan fisik dan biologi tanah. Salah satu teknologi pengelolaan kesuburan tanah yang penting adalah pemupukan berimbang, yang mampu memantapkan produktivitas tanah pada level yang tinggi. Penggunaan pupuk anorganik yang tidak tepat, misalnya takaran tidak seimbang, serta waktu pemberian dan penempatan pupuk yang salah, dapat mengakibatkan kehilangan unsur hara sehingga respons tanaman menurun. Di samping pemupukan, pengapuran juga penting untuk meningkatkan produktivitas tanah masam, antara lain untuk mengurangi keracunan aluminium Al pada tanaman yang peka terhadap kadar Al tinggi (Santoso dan Sofyan, 2005). Aidi Noor et al. : Prospek dan kendala lahan kering di Kalimantan Selatan 328

Tabel 2. Karakteritik tanah lahan kering di Kalimantan Selatan Sifat Tanah Batu Ampar Tanah Sungai Loban Laut 1) Tanah Bumbu 2) ph 5.02 4,50 C. Organik (%) 1.86 1,65 N total (%) 0.19 0,18 P Bray I (ppm P 2 O 5 ) 3.40 4,53 P total (mg/100g P 2 O 5 ) 5.80 8,46 K total (mg/100 g K 2 O) 10.18 - Ca 0.35 0,23 Mg 0.41 0,13 K 0.08 0,18 Na 0.25 0,06 Al-dd (me/100 g) 2.02 1,20 KTK (me/100 g) 20.15 7,50 Tekstur (%): Liat 49.47 26,15 Debu 28.82 40,58 Pasir 21.71 26,15 Sumber : 1 ) Noor et al. (2013), 2) Ningsih et al. (1999) Penerapan teknologi pemupukan organik juga sangat penting dalam pengelolaan kesuburan tanah di lahan kering. Pupuk organik dapat bersumber dari sisa panen, pupuk kandang, kompos atau sumber bahan organik lainnya. Selain menyumbang pupuk anorganik, seperti unsur hara mikro, pupuk organik juga penting untuk memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Lahan kering akan mampu menyediakan air dan hara yang cukup bagi tanaman bila struktur tanahnya baik sehingga mendukung peningkatan efisiensi pemupukan. Hasil-hasil penelitian di lahan kering menunjukkan bahwa penggunaan bahan organik seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan limbah panen dapat meningkatkan hasil tanaman pangan, mengurangi penggunaan pupuk N, P, K dan meningkatkan efisiensinya (Karama, 1990; Badan Litbang Pertanian, 1996; Ningsih dan Noor, 1997). Menurut Santoso (1996) bahan organik juga dapat menstimulasi pertumbuhan akar dan selanjutnya menyebabkan pengambilan P lebih besar. Kendala pengembangan jagung di Kalimantan Selatan selain masalah kondisi kualitas lahan, juga masalah kompetisi dengan komoditas lain baik tanaman semusim lainnya maupun dengan tanaman perkebunan. Sebagian tanaman perkebunan yang seharusnya ditanam pada lahan-lahan dengan kelerengan > 8 % ditanami juga pada lahanlahan dengan kemiringan < 8% yang sebenarnya sesuai untuk tanaman semusim seperti jagung. Peningkatan perkembangan tanaman perkebunan di Kalimantan Selatan cukup cepat dibandingkan tanaman pangan, hal ini juga berhubungan dengan nilai ekonomis tanaman perkebunan yang lebih tinggi dari komoditas jagung. Luas areal tanaman karet pada tahun 2005 seluas 173.256 ha meningkat menjadi 249.016 ha pada tahun 2012, sedangkan tanaman sawit pada tahun 2006 seluas 173.392 ha meningkat menjadi 358.190 ha Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 329

Luas (ha) pada tahun 2012. Selama kurun waktu 8 tahun karet meningkat seluas 75.760 ha dan sawit meningkat seluas 184.798 ha (Gambar 6) Karet Sawit 400.000 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0 2005 2006 2007 2.008 2.009 2010 2011 2012 Tahun Sumber : BPS Kal-Sel (2006-2013) Gambar 6. Perkembangan luas areal tanam tanaman karet dan sawit di Kalimantan Selatan tahun 2005-2012 Peluang Peningkatan Produksi Jagung Produksi jagung di Kalimantan Selatan tahun 2013 sebesar 107.043 ton (BPS, 2014) masih memungkinkan untuk ditingkatkan, baik melalui peningkatan luas areal tanam, peningkatan intensitas tanam, maupun peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas jagung di lahan kering berhubungan erat dengan perbaikan kualitas tanah seperti pemupukan dan penggunaan bahan amelioran. Penambahan pupuk dalam usaha pertanian merupakan salah satu input produksi yang menentukan dalam peningkatan poduktivitas tanaman, terutama pada lahan-lahan marginal dengan kandungan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang relatif rendah. Pupuk adalah bahan yang yang mengandung satu atau lebih unsur hara tanaman yang jika diberikan ke pertanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Sedangkan pemupukan adalah pemberian pupuk ke pertanaman dalam jumlah yang rasional guna meningkatkan hasil panen dan atau keuntungan usahatani (Taslim et al., 1993). Hasil penelitian Purnomo et al. (2007) menunjukkan pemupukan fosfat dengan dosis 20 kg P (TSP) pada tanah Ultisol meningkatkan hasil tongkol jagung dari 5,04 t/ha (tanpa dipupuk P) menjadi 9,89 t/ha. Peningkatan dosis pupuk fosfat menjadi 40-80 kg P/ha tidak meningkatkan hasil jagung secara nyata. Penggunaan pupuk secara rasional dan berimbang adalah salah satu faktor kunci untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian, khususnya di daerah tropika dimana tersedianya unsur hara yang cukup merupakan salah satu faktor pembatas. Penggunaan pupuk secara rasional dan berimbang harus memperhatikan kadar unsur hara di dalam tanah, jenis dan mutu pupuk, dan keadaan pedo-agroklimat serta Aidi Noor et al. : Prospek dan kendala lahan kering di Kalimantan Selatan 330

produksi optimal. Pendekatan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan menguntungkan jika rekomendasi pemupukan dilandasi oleh kegiatan uji tanah (analisis tanah) (Tim Uji Tanah, 1999). Secara umum uji tanah adalah suatu kegiatan analisis kimia yang sederhana, cepat, murah, tepat dan dapat diulangi untuk menduga ketersediaan unsur hara tertentu dalam tanah, apakah dalam keadaan kahat, normal, atau berlebih sehingga dapat digunakan sebagai dasar rekomendasi pemupukan. Disamping itu uji tanah dapat pula digunakan dalam usaha mencegah dan memantau pencemaran lingkungan misalnya oleh tindakan pemupukan yang tidak tepat (Rochayati et al., 2000). Tingkat ketersediaan hara dalam tanah mencerminkan tingkat kesuburan tanah dan berkorelasi sangat positif dengan hasil tanaman. Makin tinggi kesuburan tanah akan makin rendah pupuk yang diberikan dan bahkan tidak perlu lagi penambahan pupuk (Suyamto 2010). Hasil penelitian uji tanah yang telah dilakukan oleh Syafruddin (2008) pada lahan kering tanah Inceptisol diperoleh dosis pupuk P optimum untuk tanaman jagung dikelompokkan menjadi tiga kelompok masing masing terdiri atas status hara P tanah rendah membutuhkan pupuk sebanyak 76 kg P 2 O 5 /ha, status hara P tanah sedang membutuhkan pupuk sebanyak 41 kg P 2 O 5 /ha, dan status hara P tinggi hingga sangat tinggi tidak membutuhkan pupuk P. Pemberian bahan organik selain pupuk kimia di lahan kering dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung. Hasil penelitian Supryono et al. (1998) pada tanah Ultisol di Bumi Asih Kalimantan Selatan, pemberian pupuk kandang sampai takaran 10 t/ha dapat meningkatkan hasil jagung dari 0,76 t/ha menjadi 3,47 t/ha pipilan kering. Inkubasi TSP dengan menggunakan kotoran sapi dapat meningkatkan efisiensi penyerapan P dan hasil jagung (Yasin et al., 1997). Pemberian kotoran ayam 5 t/ha + 50 kg TSP memberikan serapan hara N, P, dan K yang sama baiknya dengan pemberian 100 kg TSP tanpa pupuk kandang (Djamaluddin, 1995). Hasil penelitian Akil (2011) menunjukkan pemupukan yang rasional untuk tanaman jagung pada tanah Inceptisol Endoaquepts di Kalaserena, Gowa, adalah 225 kg N dan 36 kgp 2 O 5 /ha dengan hasil biji 11,52 t/ha dan keuntungan Rp. 17.243.500 dengan B/C rasio sebesar 5,94. Peningkatan produktivitas jagung di Kalimantan Selatan dapat dilakukan dengan perbaikan kesuburan tanah dan penggunaan varietas unggul adaptif berdaya hasil tinggi. Produktivitas jagung di Kalimantan Selatan pada tahun 2013 mencapai 5,19 t/ha masih memungkinkan untuk ditingkatkan, karena potensi hasil jagung yang ada sekarang ini mencapai > 10 t/ha (Tabel 3). Beberapa varietas jagung hibirida yang telah dilepas mempunyai umur genjah, sehingga penggunaan varietas ini dapat ditanam 2-3 kali setahun di lahan kering Kalimantan Selatan. Hasil penelitian analisis neraca air untuk tanaman jagung di lahan kering menunjukkan beberapa lokasi di lahan kering kabupaten Tanah Laut dapat ditanami jagung 2-3 kali dengan ketersediaan air yang cukup untuk tanaman jagung sampai panen. Hasil analisis air menunjukkan kecamatan Panyipatan dapat ditanami jagung 3 kali setahun, sedangkan kecamatan Pelaihari dan Batu Ampar dapat ditanami jagung 2 kali setahun (Noor et al., 2007). Beberapa varietas jagung yang ada juga pada saat panen daunnya masih hijau sehingga dapat dimanfaatkan oleh petani sebagai pakan ternak sapi. Pengembangan jagung di lahan kering perlu mengintegrasikan dengan pengembangan ternak sapi, sehingga pengelolaan jagung dan ternak sapi menjadi lebih efisien dan menguntungkan bagi petani. Sisa brangkasan jagung bermanfaat untuk pakan ternak, sedangkan kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk jagung. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 331

Tabel 3. Varietas jagung dengan potensi hasil tinggi No. Nama Varietas 1. Bima-2 Bantimurung Umur panen (hari) Potensi hasil (t/ha) Tahun dilepas Keterangan 100 11 2007 Agak toleran bulai, daun dapat dimanfaatkan untuk pakan, beradaptasi baik di lahan suboptimal 2. Bima-3 Bantimurung 100 10 2007 Toleran bulai, beradaptasi baik di lahan sub-optimal 3. Bima-5 103 11.09 2008 Agak peka bulai, daun dapat dimanfaatkan untuk pakan 4. Bima-6 104 10.6 2008 Agak peka bulai, daun dapat dimanfaatkan untuk pakan, beradaptasi baik di lahan suboptimal 5. Bima-7 89 12,1 2010 Umur genjah, agak toleran bulai 6. Bima-8 88 11.7 2010 Umur genjah, toleran bulai, daun dapat dimanfaatkan untuk pakan 7. Bima-9 95 13.4 2010 Umur genjah, toleran bulai 8. Bima-10 100 13.1 2010 Agak peka bulai 9. Bima-11 94 13,2 2010 Umur genjah, sangat peka bulai 10. Bima-14 Batara 95 12.9 2011 Tahan bulai 11 P31 109 13.9 2010 Tahan bulai, beradaptasi baik di lahan dengan kesuburan optimal 12. P28 120 11.1 2010 Tahan busuk tongkol, beradaptasi baik di lahan marginal 13 Bisi-18 100 12 2004 Tahan penyakit karat daun 14 Bisi-15 99 12.8 2001 Tahan bulai, baik ditanam pada musim hujan dan kemarau 15. NK-82 92 11.09 2004 Umur genjah, tahan karat daun Sumber : Aqil et al. (2012) Aidi Noor et al. : Prospek dan kendala lahan kering di Kalimantan Selatan 332

Kesimpulan 1. Produksi jagung di Kalimantan Selatan masih memungkinkan untuk ditingkatkan baik melalui perluasan areal tanam, peningkatan indeks pertanaman maupun peningkatan produktivitas. 2. Peningkatan luas tanam jagung dapat dilakukan pada lahan ladang/huma seluas 280.606 dan lahan yang sementara tidak diusahakan seluas 160.731 ha ataupun di lahan tanaman perkebunan yang masih muda sebagai tanaman sela. 3. Peningkatan produktivitas jagung dapat dilakukan dengan pendekatan PTT jagung (teknologi pemupukan, varietas jagung dengan potensi hasil tinggi) Daftar Pustaka Badan Litbang Pertanian. 1996. Efisiensi penggunaan pupuk dalam strategi peningkatan produksi menuju pertanian tangguh. Dalam : prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Pupuk, Di Cipayung, 16-17 Nopember 1987. Badan Litbang Pertanian. Puslittanak. Bogor. BPS Kal-Sel. 2003-2013. Kalimantan Selatan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru. BPS. 2014. Statistik Pertanian. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Djamaluddin. 1985. Pemberian pupuk kandang dan fosfat serta pengaruh residualnya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) di daerah transmigrasi Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Disertasi Doktor pada Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 200p Santoso, D. 1996. Development of phosphorus fertilizers use on acid soils in Indonesia. In. Nutrient Management for Sustainable Food Production in Asia. International Conference in Asia, at December 9-12, 1996, Bali, Indonesia. Agency for Agricultural Research and Development (AARD). Ministry of Agriculture- Republic of Indonesia. Santoso, D. dan A. Sofyan. 2005. Pengelolaan hara tanaman pada lahan kering. hlm. 73 100. Dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering: Menuju pertanian produktif dan ramah lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. Karama, A.S. 1990. Penggunaan pupuk organik dalam produksi pertanian. Makalah disampaikan pada Seminar Puslitbangtan tanggal 4 Agustus 1990. Bogor. Mulyani, A., M. Yasin, A. Noor, dan L. Amalia. 2013. Peta zona agroekologi provinsi Kalimantan Selatan skala 1:250.000. Edisi 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 333

Ningsih, R.D. dan A. Noor. 1997. Pengaruh pemberian bahan organik dan Nitrogen terhadap pertumbuhan an hasil padi gogo di lahan kering beriklim basah. Dalam: prosiding Seminar Regional Pengkajian Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kendari. Badan Litbang Pertanian. Ningsih, R.D., B. Prayudi, Norginayuwati, D. Ismadi Saderi, A. Noor, Murwati, dan A. Ibrahim. 1999. Pengkajian Sistem Usaha Pertanian di Kalimantan Selatan. Laporan Akhir Hasil Pengkajian T. A. 1998/99. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Banjarbaru. Noor, A., R.D. Ningsih dan N. Pudjilestari. 2007. Potensi waktu tanam jagung berdasarkan analisis neraca air di lahan kering kabupaten Tanah Laut. Dalam. Prosiding Seminar Nasional Lahan Kering dan Lahan Rawa. Badan Litbang Pertanian. Rochayati, S., D. Setyorini, dan A. Kasno. 2000. Rekomendasi Pupuk Berdasarkan Taraf Kecukupan Hara (Sufficiency Level). Pembinaan Pengembangan Program Uji Tanah, Ciawi, 25 September - 21 Oktober 2000. Tim Uji Tanah. 1999. Laporan Kegiatan Pemantapan Program Uji Tanah dan Analisis Tanaman di BPTP. Kerjasama Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat dengan ARMP-II- Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Taslim, H., S. Partohardjono, dan Subandi. 1993. Pemupukan padi Sawah. Dalam. Ismunadji et al. Buku 2 : Padi. Badan Litbang Pertanian. Puslitbangtan. Akil, M. 2011. Pemupukan rasional pada tanaman jagung hibrida pada Inceptisol Endoaquepts. Dalam. Prosiding Seminar Nasional Serealia 2011. Balai Penelitian Jagung dan Serealia, Maros. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Purnomo, J., A. Kasno, dan D. Setyorini. 2007. Pengaruh pemberian pupuk TSP terhadap produksi jagung dan kadar P dalam tanah Ultisol Lampung Utara. Dalam. Prosiding Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung Hari Pangan Sedunia 2007. Bandar Lampung, 25-26 Oktober 2007. Buku I : Teknologi Padi dan Palawija. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Supriyo, A., R. Sutanto, dan S. Raihan. 1998. Pengelolaan bahan organik untuk keberlanjutan produktivitas tumpang gilir jagung-kacang tanah pada lahan kering masam. Dalam. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Balitjas. Maros. p:412-423. Suyamto. 2010. Strategi dan implementasi pemupukan rasional spesifik lokasi. Pengembangan Inovasi Pertanian. 3(4):306-318. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Yasin, S., Yulanafatmawati, dan N. Hakim. 1997. Teknologi inkubasi TSP dengan pupuk kandang untuk meningkatkan efisiensi pemupukan jagung pada tanah masam. Stigma. V:129-135. Syafruddin. 2008. Rekomendasi pemupukan P untuk tanaman jagung pada tanah Inceptisols menggunakan pendekatan uji tanah. J.Tanah Trop. Vol. 13. No. 2: 95-102 Aidi Noor et al. : Prospek dan kendala lahan kering di Kalimantan Selatan 334