MEMFORMULASIKAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

[1] [2]

MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR

RESUME PERKULIAHAN MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR

MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR

RESUME MATAKULIAH METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB 3 LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pengertian Teori

PERTEMUAN 7 HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HANDI EKO PRASETYO.SKOM,MM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

LANDASAN TEORI KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

1. Variabel Penelitian 2. Landasan Teori 3. Kerangka Pikir 4. Kajian Penelitian yang Relevan 5. Hipotesis

A. Pengertian Hipotesis Penelitian

Pertemuan 4. Landasan Teori dan Penyusunan Hipotesis

Pertemuan Keempat Landasan Teori dan Rumusan Hipotesis. Metode Riset Dr. Muhamad Yunanto, MM. Fak. Ekonomi Universitas Gunadarma

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pada

METODE PENELITIAN. Penelitian dan Ilmu Pengetahuan. MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Telaah Pustaka dan Hipotesis DOSEN : DIANA MA RIFAH

PENGERTIAN Pertama Kedua Ketiga MACAM MACAM TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

Penentuan hipotesis adalah menjadi bagian yang penting dalam melakukan dan merancang sebuah penelitian. Hipotesis merupakan bagian dari tujuan

RAGAM / JENIS PENELITIAN

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH

Tugas Individu Metodologi Penelitian II Resume Buku

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Pengertian Hipotesis Setelah menemukan fenomena penelitian kemudian menyusun desain penelitian dan rerangka konseptual penelitian, langkah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompentensi. sesuai bidang keahlian yang dipilih atau yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Akibatnya. prestasi matematika siswa secara umum belum menggembirakan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, pesatnya kemajuan teknologi

Prosedur Penelitian (1)

BAB III METODE PENELITIAN. suatu penelitian yang bertujuan meramalkan dan menjelaskan hal-hal yang terjadi

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

commit to user 32 BAB III METODE PENELITAN

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

BAB 3 PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN DAN TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian umumnya dimulai dengan adanya permasalahan yang perlu

Ida Yustina, Prof. Dr.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya para siswa di tingkat pendidikan Sekolah Dasar hingga

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal. Hasil

PERUMUSAN MASALAH DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

Oleh: Nur Azizah (NIM )

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran matematika sangat diperlukan adanya motivasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai oleh segenap warga negara sebagai sarana untuk memecahkan. yang berteknologi maju di saat sekarang maupun yang akan datang

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

MATA KULIAH METODE RISET [KODE/SKS : IT /2 SKS]

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika pada umumnya identik dengan perhitungan

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sutama (2010:25) penelitian diartikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

MENULIS PROPOSAL PENELITIAN: METODE PENELITIAN KUANTITATIF (PART II)

BAB I PENDAHULUAN. Wahyudin Djumanta, Dkk.,Belajar Matematika Aktif Dan Menyenangkan,(Bandung: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008)

Resuman Variabel Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pada provinsi Jawa Tengah. Menurut laporan hasil ujian nasional SMP tahun

Pembelajaran Fisika Dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Logis Siswa di SMA Negeri 8 Bengkulu

EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. vital dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai bentuk simbol, teorema, dalil,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan

METODE PENELITIAN KUANTITATIF & KUALITATIF

BAB I PENDAHULUAN. dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam menguasai pelajaran matematika. Belajar matematika berarti. bermanfaat jika konsep dasarnya tidak dipahami.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

Desain Model Penelitian Kuantitatif Oleh : Ir. Agus Hasbi Noor, M.M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan secara umum mempunyai suatu arti suatu proses usaha

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia. Lebih lanjut matematika dapat memberi bekal kepada siswa. matematika siswa secara umum belum menggembirakan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah kualitas pendidikan atau hasil belajar siswa merupakan topik yang sangat

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

III. METODE PENELITIAN. yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

MEMFORMULASIKAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Diresume dari presentasi Rahmanita Syahdan, Misnasanti, dan Rospala Hanisah Yukti Sari pada mata kuliah Metode Penelitian Penelitian pada Rabu 26 Oktober 2016 A. KERANGKA BERPIKIR Kerangka pikir merupakan bagian teori dari penelitian yang menjelaskan tentang alasan atau argumentasi bagi rumusan hipotesis. Kerangka pikir menggambarkan alur pikiran peneliti dan memberikan penjelasan kepada orang lain mengapa dia mempunyai anggapan seperti yang diuraikan dalam hipotesis. Penulisan kerangka pikir didasarkan atas pendapat ahli dan hasil-hasil penelitian yang mendahuluinya. Dalam penyusunan proposal, kerangka pikir akan terkait erat dengan masalah yang diteliti, variabel dan kajian pustaka. Jadi, secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu, pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir. Kerangka pikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti. Pemformulasian kerangka pikir dilakukan melalui hal berikut, yaitu : 1. Menetapkan Variabel yang Diteliti Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka berpikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan terlebih dulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah variable apakah nama setiap variabel, merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan dikemukakan. 2. Membaca Buku dan Hasil Penelitian Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca buku-buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapatberbentuk buku teks, Disusun oleh: Rofi Amiyani (16709251004-PM A 2016) Page 1

ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah, laporan penelitian, jurnal ilmiah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi. 3. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-teori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Seperti telah dikemukakan, deskripsi teori berisi tentang, definisi terhadap masing-masing variabel yang diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel, dan kedudukan antara variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian itu. 4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak, karena sering terjadi teori-teori yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian di dalam negeri. 5. Analisis Komparatif Terhadap Teori dan Hasil Penelitian Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain. Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori yang lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas. 6. Sintesa kesimpulan Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berpikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis. 7. Kerangka Berpikir Setelah sintesa atau kesimpulan sementara dapat dirumuskan maka selanjutnya disusun kerangka berpikir, yaitu dapat berupa kerangka berpikir yang asosiatif / hubungan maupun komparatif / perbandingan. Kerangka berpikir asosiatif dapat menggunakan kalimat: jika begini maka akan begitu; jika komitmen kerja tinggi, maka produktivitas lembaga akan tinggi pula atau jika pengawasan dilakukan dengan baik (positif), maka kebocoran anggaran akan berkurang (negatif). 8. Hipotesis Disusun oleh: Rofi Amiyani (16709251004-PM A 2016) Page 2

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis. Bila kerangka berpikir berbunyi jika komitmen kerja tinggi, maka produktivitas lembaga akan tinggi, maka hipotesisnya berbunyi ada hubungan yang positif dan signifikan antara komitmen kerja dengan produktivitas kerja. Bila kerangka berpikir berbunyi karena lembaga A menggunakan teknologi tinggi, maka produktivitas kerjanya lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga B yang teknologi kerjanya rendah, maka hipotesisnya berbunyi Terdapat perbedaan produktivitas kerja yang signifikan antara lembaga A dan B, atau produktivitas kerja lembaga A lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga B. B. HIPOTESIS Hipotesis adalah Suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis dibuat karena dua alasan: (1) hipotesis yang mempunyai dasar kuat menunjukkan bahwa peneliti telah mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan penelitian dibidang itu, dan (2) hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data; hipotesis dapat menunjukkan kepada peneliti prosedur apa yang harus diikuti dan jenis data apa yang harus dikumpulkan. Tidak harus semua penelitian memiliki hipotesis. Biasanya hipotesis merujuk pada hubungan antara dua variabel atau lebih. Bila peneliti setuju dengan pendapat ini maka mereka hanya perlu berpikir akan menggunakan hipotesis atau tidak dalam penelitiannya jika penelitian tersebut mengandung satu variabel. Fungsi hipotesis antara lain: 1. Untuk menguji teori Teori adalah perangkat yang relatif luas digunakan untuk menjelaskan dan memperkirakan kejadian. Ilmuwan mengembangkan suatu teori untuk menjelaskan dan menerangkan fenomena, dan ia menggunakan suatu cara yang dengannya teori bisa diuji atau diarahkan pada pemeriksaan atau penyanggahan. Jarang peneliti menguji teori secara langsung. Paling sering terjadi ia mengadakan pengujian hipotesis yang menghasilkan dan dihasilkan dari teori. Jika hipotesisnya teruji seperti yang ditetapkan oleh peneliti atau jika pengamatan empirisnya sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam hipotesis, kita bisa mengatakan bahwa teorinya terdukung Disusun oleh: Rofi Amiyani (16709251004-PM A 2016) Page 3

untuk sebagian. Biasanya membutuhkan banyak pengujian untuk hipotesis yang berbeda dari teori yang sama guna mengetahui nilai prediktif dan kelayakan sebagai alat untuk menjelaskan suatu kejadian atau rangkaian beberapa kejadian. Oleh karenanya hipotesis dapat dinyatakan sebagai suatu pernyataan dari teori dalam bentuk yang bisa diuji. 2. Untuk mendorong teori Merupakan kecenderungan beberapa hipotesis tertentu tidak berhubungan dengan suatu teori. Bisa terjadi bahwa sebagai hasil dari suatu hipotesis, suatu teori akhirnya tersusun. Dengan demikian suatu fungsi lain dari hipotesis adalah untuk mendorong teori yang bisa menerangkan suatu keadaan. Meskipun lebih sering terjadi bahwa penelitian berlangsung dari teori kepada hipotesis, kadangkadang hal sebaliknya terjadi. 3. Untuk menerangkan fenomena sosial Hipotesis juga menunjukkan fungsi deskriptif. Setiap kali hipotesis diuji secara empiris, ia menceritakan kepada kita sesuatu mengenai fenomena yang terkait. Jika hipotesis diterima, maka informasi kita mengenai fenomena yang terkait. Jika hipotesis diterima, maka informasi kita mengenai fenomena tersebut bertambah. Bahkan meskipun hipotesis ditolak, pengujian menjelaskan kepada kita sesuatu mengenai fenomena yang tidak kita ketahui sebelumnya. Beberapa kegunaan hipotesis antara lain: 1. Memberikan kejelasan sementara tentang gejala-gejala serta mempermudah Perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.untuk dapat sampai pada pengetahuan yang dapat dipercaya mengenai masalah penelitian, orang harus melangkah lebih jauh dari sekedar mengumpulkan fakta-fakta yang berserakan, untuk mencari generalisasi dan antar hubungan yang ada diantara fakta-fakta itu. Antar hubungan dan generalisasi ini akan memberikan gambaran pola yang penting bagi pemahaman persoalan. Pola semacam itu tidak mungkin menjadi jelas selama pengumpulan data dilakukan tanpa arah. Hipotesis yang telah terencana dengan baik akan memberikan arah dan mengemukakan penjelasan-penjelasan. Karena hipotesis dapat diuji dan divalidasi melalui penyelidikan ilmiah, maka hipotesis dapat membantu kita memperluas pengetahuan. 2. Memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam penelitian. Disusun oleh: Rofi Amiyani (16709251004-PM A 2016) Page 4

Pertanyaan tidk dapat diuji secara langsung. Misalnya, kita tidak dapat menguji pertanyaan apakah komentar guru terhadap pekerjaan murid menyebabkan peningkatan hasil belajar siswa secara nyata? akan tetapi orang dapat menguj hipotesis yang tersirat dalam pertanyaan tersebut. komentar guru terhadap hasil pekerjaan siswa menyebabkan meningkatnya hasil belajar murid secara nyata. Atau lebih spesifik lagi skor hasil belajar siswa yang menerima komentar dari guru lebih tinggi daripada yang tidak menerima komentar guru atas hasil pekerjaannya. Selanjutnya dapat diuji hubungan antara kedua variabel yaitu komentar guru dan prestasi siswa. 3. Memberikan arah kepada penelitian Hipotesis merupakan tujuan khusus. Dengan demikian, hipotesis juga menentukan sifat-sifat data yang diperlukan guna menguji pernyataan tersebut. Secara sederhana hipotesis menunjukkan kepada peneliti apa yang harus dilakukan. Fakta yang harus dipilih dan diamati adalah fakta yang ada hubungannya dengan pertanyaan tertentu. Hipotesis dapat menjadi dasar dalam menentukan sampel serta prosedur penelitian yang harus dipakai. Hipotesis dapat menunjukkan analisis statistik yang diperlukan. Contoh: hipotesis yang menyatakan penggunaan metode cooperative lebih baik daripada metode ceramah. Hipotesis ini menuntun peneliti untuk menentukan metode penelitian sekaligus penentuan sampelnya. Bahkan hipotesis ini memberikan petunjuk analisis statistic yang harus dilakukan. Dari pernyataan hipotesis tersebut jelas peneliti harus melakukan eksperimen yang membandingkan hasil belajar menggunakan metode cooperative dan metode ceramah kemudian dianalisis dengan tes atau teknik analisis data uji beda agar dapat diketahui signifikansinya. 4. Memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan. Peneliti dapat melaporkan diseputar jawaban-jawaban hipotesis sehingga membuat penyajian laporan lebih berarti dan mudah dibaca secara sistematis. Ciri hipotesis yang baik yaitu hipotesis harus memiliki daya penjelas, hipotesis harus merupakan hubungan yang diharapkan di antara variabel-variabel, hipotesis harus dapat diuji, hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada, dan hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana mungkin. Hipotesis dibedakan menjadi hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis penelitian dibagi menjadi hipotesis induktif dan hipotesis deduktif. Hipotesis induktif adalah hipotesis yang formulasinya didasarkan atas generalisasi hasil dari serangkaian observasi Disusun oleh: Rofi Amiyani (16709251004-PM A 2016) Page 5

yang telah dilakukan di lapangan atau di bidang ilmu yang bersangkutan. Hipotesis deduktif adalah hipotesis yang formulasinya didasarkan atas generalisasi hasil dari serangkaian studi teori atau studi kepustakaan. Sedangkan hipotesis statistic dibagi menjadi hipotesis nihil dan hipotesis alternatif. Hipotesis Nihil diartikan sebagai tidak adanya hubungan atau perbedaan antara dua fenomena yang diteliti. Diberi notasi atau simbol dengan (H0). Hipotesis Alternatif dalah lawannya hipotesis nol, yang berbunyi adanya perbedaan atau adanya hubungan antara dua fenomena yang diteliti (variabel bebas dengan variabel terikat), diberi notasi atau simbol dengan (H1). Berdasarkan bentuknya, hipotesis berbentuk hipotesis deskriptif, hipotesis komparatif, dan hipotesis asosiatif. Hipotesis deskriptif adalah jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri. Misalnya dalam suatu penelitian mempunyai rumusan masalah: (1) Bagaimana gambaran latar belakang profesional guru di SMP N 1 Yogyakarta? (2) Seberapa baik gaya kepemimpinan di Prodi Magister Pendidikan Matematika? Maka hipotesis deskripsi: (1) Guru SMP N 1 Yogyakarta pada umumnya berlatar belakang sarjana yang sudah memiliki kompetensi yang sesuai dengan profesionalisasinya. (1) Gaya kepemimpinan di Prodi Magister Pendidikan Matematika telah mencapai 70 % dari yang diharapkan. Hipotesis komparatif disebut juga hipotesis perbedaan. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda. Contoh rumusan masalah: (1) Adakah perbedaan persepsi antara mahasiswa lulusan S1 dengan mahasiswa lulusan S2 terhadap penampilan Dosen Metodologi Penelitian di dikelas? (2) Adakah perbedaan kemampuan kreativitas matematis siswa pada kelas kontrol dengan siswa pada kelas eksperimen? Maka hipotesis komparatifnya yaitu (1) Ada perbedaan persepsi antara mahasiswa lulusan S1 dengan mahasiswa lulusan S2 terhadap penampilan Dosen Metodologi Penelitian dikelas. (2) Tidak terdapat perbedaan kemampuan kreativitas matematis siswa pada kelas kontrol dengan siswa pada kelas eksperimen. Bentuk hipotesis yang ketiga adalah hipotesis asosiatif atau hipotesis hubungan. Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Misal dalam rumusan masalah disajikan: (1) Bagaimana pengaruh kompetensi profesional guru terhadap kinerja guru? (2) Bagaimanakah hubungan antara intelegensi dengan prestasi belajar? Maka hipotesis asosiatif: (1) Latar belakang kompetensi profesional berpengaruh positif terhadap kinerja sekolah. (2) Ada hubungan antara intelegensi dengan prestasi belajar. Menaksir populasi berdasarkan data sampel kemungkinan akan terdapat dua kesalahan, yaitu: (1) Kesalahan Tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) Disusun oleh: Rofi Amiyani (16709251004-PM A 2016) Page 6

yang benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan dengan a (baca alpha). (2) Kesalahan tipe II, adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah (seharusnya ditolak). Tingkat kesalahan untuk ini dinyatakan dengan b (baca beta). Cara menguji hipotesis ada dua cara. Cara pertama adalah mencocokkan dengan fakta. Dalam menguji hipotesis dengan mencocokkan fakta, maka diperlukan percobaan-percobaan untuk memperoleh data. Cara kedua yaitu dengan mempelajari konsistensi logis Si peneliti memilih suatu design dimana logika dapat digunakan, untuk menerima atau menolakm hipotesis. C. CONTOH PERUMUSAN KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Judul penelitian: Keefektifan Model Pembelajaran Realistik dalam Setting Kooperatif Ditinjau dari Sikap, Motivasi, dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP (Abdurrahim, 2016) Rumusan Masalah: 1. Bagaimana Keefektifan model pembelajaran Realistic dalam Setting Kooperatif ditinjau dari sikap terhadap matematika, motivasi belajar matematika, dan kemampuan berpikir kritis matematis. 2. Manakah yang lebih efektif antara model pembelajaran RESIK dan model konvensional ditinjau dari sikap terhadap matematika, motivasi belajar matematika, dan kemampuan berpikir kritis matematis. Kajian Teori: 1. Pendekatan Realistic Mathematics Education a. Pengertian Realistic Mathematics Education b. Karakteristik RME 2. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif b. Keunggulan dan Kelemahan Model Kooperatif 3. Model Pembelajaran RESIK a. Pengertian b. Pembelajaran dengan Model Pembelajaran RESIK Kerangka Berpikir: Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang relevan tentang penerapan model pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran RESIK dapat Disusun oleh: Rofi Amiyani (16709251004-PM A 2016) Page 7

menjembatani jurang antara pembelajaran formal di sekolah dan aktivitas mental praktis di luar sekolah. Hipotesis Penelitian: Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Model pembelajaran RESIK efektif bila ditinjau dari masing-masing aspek yaitu sikap terhadap matematika, motivasi belajar matematika, dan kemampuan berpikir kritis matematis. 2. Terdapat perbedaan keefektifan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran RESIK dan model pembelajaran konvensional ditinjau dari sikap terhadap matematika, motivasi belajar matematika, dan kemampuan berpikir kritis matematis. Disusun oleh: Rofi Amiyani (16709251004-PM A 2016) Page 8